BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah lingkungan semakin lama semakin besar, meluas dan serius,

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lingkungan hidup merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dengan baik agar dapat menjadi sumber penghidupan bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana amanat Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Indonesia Tahun Dalam Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa yang patut dijaga, dikelola dan dikembangkan dengan baik

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

BAB I PENDAHULUAN. semua makhluk baik manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Dari ketiga

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 03 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. negara Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

DAMPAK AKTIVITAS PELABUHAN DAN SEBARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG DAN KAWASAN SEKITARNYA

KONSEP-KONSEP DASAR DALAM HUKUM LINGKUNGAN

PERUNDANG-UNDANGAN LINGKUNGAN HIDUP

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan disekitarnya yaitu berupa sumber daya alam yang dapat menunjang

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan dan pencegahan timbulnya masalah lingkungan. Lingkungan merupakan

DASAR HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH B3

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2002 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2002 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 penelitian berjudul Pola Pemanfaatan Sumberdaya Udang Dogol (Metapenaeus ensis de Haan) Secara Berkelanjutan di Perairan Cilacap dan Sekitarnya ; Su

SILABI A. IDENTITAS MATA KULIAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Lomba Penulisan Artikel HUT KORPRI Ke 43 Kabupaten Cilacap Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap*

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang baru dapat memenuhi kebutuhan energi listrik di masa mendatang.

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dibarengi juga dengan kebutuhan untuk setiap saat. menyempurnakan dan mengembangkan data statistik yang ada.

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

PENDAHULUAN. sumberdaya kelautan yang sangat potensial untuk dikembangkan guna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

BAB II DASAR-DASAR PENGELOLAAN LIMBAH B3

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN NELAYAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG REVITALISASI INDUSTRI PUPUK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam yang berbeda-beda pada setiap daerah. Pengelolaan sumber daya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT DI KABUPATEN ALOR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Disusun oleh: SEFTIAN EVA WIDYAWATI (K ) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II

I. PENDAHULUAN. berintegrasi dengan lingkungan dimana tempat mereka hidup. Dengan demikian

PARADIGMA APARATUR PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERSPEKTIF HUKUM. Dr. IMA MAYASARI, S.H., M.H

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PERTIMBANGAN PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

Ikhtisar Eksekutif TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggunaan sumberdaya alam. Salah satu sumberdaya alam yang tidak terlepas

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan hidup merupakan semua benda dan kondisi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. (PAD) yang dapat membantu meningkatakan kualitas daerah tersebut. Maka

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi atau penanaman modal merupakan salah satu kegiatan

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di

I. PENDAHULUAN. Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa. bersama akan maksimal, dengan demikian kemakmuran sebuah bangsa dapat

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAMBI

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah lingkungan semakin lama semakin besar, meluas dan serius, ibarat bola salju yang menggelinding, semakin lama semakin besar. Persoalannya bukan hanya bersifat lokal atau translokal, tetapi regional, nasional, trans-nasional dan global. Dampak-dampak yang terjadi terhadap lingkungan tidak hanya berkaitan pada satu atau dua segi saja, tetapi kait mengkait sesuai dengan sifat lingkungan yang memiliki multi mata rantai relasi yang saling mempengaruhi secara sub sistem. Apabila satu aspek dari lingkungan terkena masalah, maka berbagai aspek lainnya akan mengalami dampak pula (Siahaan, 2004:1). Pada mulanya masalah lingkungan hidup merupakan masalah alami, yakni peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai bagian dari proses natural. Proses natural ini terjadi tanpa menimbulkan akibat yang berarti bagi tata lingkungan itu sendiri dan dapat pulih secara alami. Akan tetapi, sekarang masalah lingkungan tidak lagi dapat dikatakan sebagai masalah yang semata-mata bersifat alami, karena manusia memberikan faktor penyebab yang sangat signifikan secara variabel bagi peristiwa-peristiwa lingkungan. Lingkungan sangat menentukan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, namun sebaliknya manusia juga dapat menentukan keadaan lingkungan. Di dalam pengelolaan lingkungan berasaskan pelestarian

kemampuan agar hubungan manusia dengan lingkungannya selalu berada pada kondisi optimum, dalam arti manusia dapat memanfaatkan sumberdaya dengan dilakukan secara terkendali dan lingkungannya mampu menciptakan sumbernya untuk dibudidayakan (Joko, 1999 : 2-3). Manusia dengan berbagai dimensinya, terutama dengan faktor mobilitas pertumbuhannya, akal pikiran dengan segala perkembangan aspek-aspek kebudayaannya, dan begitu juga dengan proses masa atau zaman yang mengubah karakter dan pandangan manusia, merupakan faktor yang lebih tepat dikaitkan kepada masalah-masalah lingkungan hidup. Dalam perkembangannya manusia lebih cenderung menjadi faktor utama penyebab kerusakan lingkungan hal ini yang menjadikan pemerintah mengeluarkan peraturan perundang-undangan yaitu Undangundang Nomor 32 Tahun 2009 tentang lingkungan hidup yang bertujuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Lingkungan hidup menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan makhluk hidup lain. Salah satu faktor keterancaman bagi lingkungan hidup adalah kehadiran pembangunan sebagai kebutuhan masyarakat dan bangsa. Kehadiran pembangunan mungkin tidak akan menyumbang kerusakan tata ekologi separah yang terjadi sekarang bila paradigma atas pembangunan 2

itu dilihat sebagai hubungan yang tidak bertolak belakang dengan persoalan lingkungan. Untuk meningkatkan kegiatan perekonomian nasional agar tingkat perkembangan ekonomi sedapat mungkin lebih besar daripada tingkat pertambahan penduduk, pemerintah secara kuantitatif dan kualitatif meningkatkan proyek-proyek pembangunan di segala bidang. Dalam proses pembangunan tersebut umumnya aspek lingkungan kurang diperhatikan, baru disadari kemudian setelah ada perusakan dan pencemaran lingkungan yang merugikan, baik untuk kehidupan masa kini maupun untuk kehidupan masa datang ( Supardi, 1994 :149). Di negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, yang tingkat kesejahteraan yang masih rendah. Karena itu pembangunan perlu dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tanpa pembangunan akan terjadi kerusakan lingkungan yang akan menjadi semakin parah dengan waktu. Kerusakan lingkungan ini akan membawa kita pada keambrukan. Akan tetapi pembangunan juga dapat dan telah menyebabkan kerusakan lingkungan. Untuk menghindari ini, pembangunan harus berwawasan lingkungan sehingga menjadi berkelanjutan untuk jangka panjang. AMDAL merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan ini (Otto,1997:16). Pembangunan merupakan proses dinamis yang terjadi pada salah satu bagian dalam ekosistem yang akan mempengaruhi seluruh bagian. Kita tahu pada era pembangunan dewasa ini, sumber daya bumi harus 3

dikembangkan semaksimal mungkin secara bijaksana dengan cara-cara yang baik dan efisien mungkin. Tetapi sayang, dalam praktiknya perhatian terhadap penggalian sumber daya ini sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas produksi, seperti berapa banyak kemungkinan yang akan dicapai perhektar tanah. Hal-hal yang menyangkut pemeliharaan kontinuitas alam kurang diperhatikan. Sehingga tidak jarang akhirnya intergritas lingkungan menjadi tidak terpelihara dan hilangnya kelestarian lingkungan ( Supardi, 1994 : 73). Pembangunan yang baik harus memiliki Amdal dari pemerintah dimana pembangunan itu dilaksanakan. Pengertian analisis mengenai dampak lingkungan adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/kegiatan direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggara usaha dan/kegiatan. Pasal 12 Undang undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup menetapkan bahwa setiap rencana kegiatan yang mungkin dapat menimbulkan dampak besar dan penting, diwajibkan untuk memiliki Amdal. Dampak besar dan penting adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang di akibatkan oleh suatu usaha dan/ kegiatan menurut PP No 27 Tahun 1999. Kabupaten Cilacap merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang beribukota di Cilacap. Dalam kehidupan perekonomian, 4

pertanian merupakan sektor utama bagi mayoritas penduduknya sedangkan pada subsektor nelayan hanya digeluti oleh sebagian besar penduduk yang tinggal di pesisir pantai selatan. Sebagai salah satu dari tiga kawasan utama di Jawa Tengah selain Semarang dan Surakarta, pemerintah kota Cilacap terus mengadakan program investasi bagi para investor yang akan menanamkan modalnya. Pengembangan kawasan industri Pmbangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Desa Karangkandri, Kecamatan Kesugihan yang dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sejak tanggal 14 November 2006 merupakan salah satu bentuk riilnya. Adanya pembangunan proyek tersebut diharapkan mampu mengakibatkan perubahan yang lebih baik di segala aspek kehidupan masyarakat di sekitar Cilacap. Tetapi dalam kenyataanya kurang memberikan dampak positif bagi kesejahteraan penduduk di Kabupaten Cilacap. Keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Cilacap yang berbahan bakar batubara tersebut sebenarnya menimbulkan 2 pandangan yang saling bertolak belakang. Di satu sisi PLTU mempunyai kebaikan karena terkait kemampuan memproduksi listrik dengan biaya murah dibandingkan dengan sistem pembangkit listrik lainnya. Namun, di sisi lain PLTU batubara juga mempunyai keburukan karena merupakan sumber pencemaran lingkungan yang menjadi penyebab konflik sehingga mengakibatkan masalah sosial baru bagi warga masyarakat di sekitar PLTU Cilacap. 5

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kabupaten Cilacap mendapat penolakan dari masyarakat. Delapan kelompok nelayan Cilacap menolak rencana pembangunan PLTU II di Desa Bunton Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap Jawa Tengah. PLTU I di Desa Karangkandri Kecamatan Kesugihan yang ada sekarang telah merampas ekonomi 23.000 nelayan setempat. PLTU I Karangkandri telah meyebabkan kerusakan lingkungan laut serta dirampasnya wilayah tangkapan ikan oleh kapal tongkang pengangkut batubara menjadi alasan kita menolak keberadaan PLTU II Bunton, kata Ketua Kelompok nelayan Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap (PPSC), Srigito, minggu (25/5/10). Srigito menyatakan sikap penolakan rencana pembangunan PLTU Bunton. Kita sudah berkomunikasi dan melakukan pertemuan dengan tujuh kelomppok nelayan lainnya membahas masalah ini, jelasnya. Keberadaan PLTU Karangkandri itu saja sudah sangat merugikan nelayan. Dampak buruk terhadap lingkungan operasional PLTU telah merampas penghasilan nelayan. Perairan Cilacap sudah tidak ada ikan, air panas limbah operasional PLTU dibuang ke laut. Akibatnya adalah ikan-ikan akan lari menjauhi lokasi sekitar PLTU sehingga masyarakat merasa dirugikan (http://www.replubika.co.id/berita/breakingnews/ekonomi/10/05/23/11676 3/-nelayan-cilacap-tolak-pembangunan-pltu-bunton). 6

Berdasarkan wawancara dengan Adi selaku Kepala Bidang AMDAL Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap pada tanggal 20 Mei 2016 dijelaskan bahwa pembangunan PLTU di Kabupaten Cilacap pada dasarnya memiliki dampak lingkungan yang sangat besar. Dampak atas pembangunan dan keberadaan PLTU dapat dirasakan besar pada daerah yang dekat dengan PLTU seperti di Desa Menganti, Karangkandri dan Slarang Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tentang analisis mengenai dampak lingkungan yang belum terjawab dengan suatu bentuk penelitian dengan judul : ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) PADA PLTU BUNTON DI KABUPATEN CILACAP MENURUT UU NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukaan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana sistem pengelolaan AMDAL pada PLTU di Kabupaten Cilacap? 2. Bagaimana tanggung jawab PLTU terhadap kerusakan lingkungan atas keberadaan PLTU di Kabupaten Cilacap menurut Undangundang Nomor 32 tahun 2009? 7

C. Tujuan penelitian 1. Untuk mengetahui dan menganalisis sistem pengelolaan AMDAL di PLTU Kabupaten Cilacap. 2. Untuk mengetahui tanggung jawab PLTU terhadap kerusakan lingkungan atas keberadaan PLTU di Kabupaten Cilacap menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009. D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kalangan mahasiswa umumnya dan mahasiswa jurusan Ilmu Hukum pada khususnya sebagai bahan referensi yang tertarik dalam bidang kajian ini. b. Memberikan manfaat bagi perkembangan Ilmu Hukum khususnya mengenai Hukum Lingkungan. c. Sebagai tambahan wacana referensi acuan penelitian yang sejenis dan permasalahan yang berbeda. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan wawasan, pengetahuan serta pemahaman tentang penerapan hukum lingkungan yang telah diterima selama menempuh kuliah. 8

b. Penelitian ini sebagai bahan masukan kepada Instansi atau lembaga sebagai bahan pertimbangan pembangunan PLTU yang ramah lingkungan. c. Sebagai bahan informasi bagi penelitian yang lain yang berkaitan dengan analisis mengenai dampak lingkungan. 9