BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Shinta Mustika, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan individu untuk berinteraksi dengan individu lainnya membuat

BAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan adalah kata yang senantiasa diinginkan oleh semua orang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lebih tinggi. Salah satu peran sekolah untuk membantu mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan fisik dan alat reproduksi menjadi sempurna. terlibat konflik dengan orang tua karena perbedaan pandangan.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

Fungsi dan tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. hanya memberikan informasi saja atau mengarahkan ke satu tujuan saja.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas atau kegiatan yang selalu menyertai

BAB I PENDAHULUAN. Ketrampilan sosial merupakan kemampuan individu untuk bergaul dan

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. tetap diatasi supaya tidak tertinggal oleh negara-negara lain. pemerintah telah merancang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, hubungan dengan manusia lain tidak lepas dari rasa ingin tahu tentang lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

2015 PERBAND INGAN PERILAKU SOSIAL ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER CABANG OLAHRAGA IND IVIDU D AN BEREGU D I SMA PASUND AN 2 BAND UNG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini. Sebelumnya tidak tahu menjadi mengerti tata cara hidup yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang

2016 ANALISIS POLA MORAL SISWA SD,SMP,SMA,D AN UNIVERSITAS MENGENAI ISU SAINS GUNUNG MELETUS D ENGAN TES D ILEMA MORAL

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. maupun warga di luar sekolah yaitu orang tua, akademisi, dan pihak pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang mencetak tenaga kerja mempunyai tanggung jawab dalam

, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain : disahkannya UU

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. dipasaran, tetapi bukan berarti masalah ini telah usai karena masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi (knowledge and technology big bang), tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup diri pribadi tidak dapat melakukan sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain. Terdapat ikatan saling ketergantungan diantara satu orang dengan yang lainnya. Artinya kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling mendukung dalam kebersamaan. Manusia dituntut mampu bekerja sama, saling menghormati, serta toleran dalam hidup bermasyarakat. Manusia sebagai makhluk individu dan sosial akan menampilkan tingkah laku tertentu, akan terjadi peristiwa saling mempengaruhi antara individu yang satu dengan individu yang lain. Hasil dari peristiwa saling mempengaruhi menimbulkan perilaku sosial yang mewarnai pola interaksi tingkah laku setiap individu. Perilaku sosial individu merupakan sifat relatif untuk menanggapi orang lain dengan cara-cara yang berbeda-beda. Misalnya dalam melakukan kerja sama, ada orang yang melakukannya dengan bersemangat, sabar dan selalu mementingkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadinya. Sementara di pihak lain, ada individu yang bermalasmalasan, tidak sabaran dan hanya ingin mencari untung sendiri. Individu yang perilakunya mencerminkan keberhasilan dalam proses sosialisasi dikatakan sebagai individu yang sosial. Individu yang perilakunya tidak mencerminkan proses sosialisasi disebut non sosial. Perilaku non sosial adalah perilaku a-sosial dan anti sosial. Individu yang berperilaku a-sosial tidak mengetahui apa yang yang dituntut oleh kelompok sosial, sehingga berperilaku yang tidak memenuhi tuntutan sosial contohnya mengisolasi diri atau menghabiskan waktunya untuk menyendiri. Individu yang berperilaku anti sosial mengetahui hal-hal yang dituntut kelompok tetapi karena sikap permusuhannya menjadi melawan norma kelompok. 1

2 Bagi remaja, berinteraksi dengan lingkungannya merupakan tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Menurut Yusuf (2009: 28) remaja (siswa SMP dan SMA) adalah peserta didik yang sedang berada dalam proses perkembangan kearah kematangan. Pada saat menjalani proses perkembangan, tidak semua remaja dapat mencapai tugas perkembangan. Menurut Hurlock Tugas perkembangan yang berhubungan dengan penyesuaian sosial merupakan tugas perkembangan yang sulit bagi remaja (Istiwidayanti dan Soedjarwo, 1980: 213). Menurut Syamsuddin (2004: 319) salah satu masalah yang dihadapi oleh remaja adalah masalah yang berkaitan dengan perkembangan perilaku sosial, seperti keterikatan hidup dalam gang apabila tidak terbimbing menimbulkan kenakalan remaja berbentuk perkelahian, atau bentuk perilaku antisosial. Menurut Sarimaya (2006: http://jurnal.upi.edu) pada kalangan siswa sekolah dasar dan menengah, gejala masalah sosial nampak dalam perilaku keseharian. Sikap individualistis, egosentris, acuh tak acuh, kurangnya rasa tanggung jawab, masalah berkomunikasi dan berinteraksi atau rendahnya empati merupakan fenomena yang menunjukkan adanya kehampaan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Pendapat Sarimaya sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sulistiana (2010: http://lib.unnes.ac.id) siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Juwana kurang terampil bergaul dengan temannya, kurang dapat menunjukkan komunikasi antar pribadi yang baik dan masalah perilaku dalam membina hubungan dengan orang lain. Fenomena yang dipaparkan Sulistiana menunjukkan banyak remaja yang gagal berhubungan sosial dengan teman sebaya, sehingga remaja kehilangan kesempatan mempelajari pengalaman yang di dapat dalam keanggotaan kelompok. Upaya agar peserta didik mampu berhubungan sosial dengan orang lain diperlukan perilaku sosial yang sesuai dengan tuntutan lingkungan. Peserta didik memerlukan dukungan untuk membantu ke arah perilaku sosial yang sesuai dengan tuntutan lingkungan. Salah satu pihak yang dapat membantu peserta didik adalah sekolah. Sekolah merupakan lembaga yang diharapkan mampu menyelenggarakan pendidikan yang senantiasa mengorientasikan programnya untuk membangun

3 karakter peserta didik yang mempunyai ciri-ciri pribadi yang dimaksud dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 (Sisdiknas, 2003) sebagai berikut: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sekolah menjalankan tiga bidang utama secara sinergi agar mampu menghasilkan peserta didik yang pintar dan terampil dalam bidang akademik serta memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek kepribadian. Tiga bidang tersebut yaitu bidang administrasi dan kepemimpinan; bidang instruksional atau kurikuler; serta bidang bimbingan dan konseling. Bidang administrasi dan kepemimpinan merupakan bidang kegiatan yang menyangkut kegiatan pengolahan program secara efisien. Di sekolah personel yang bertanggung jawab adalah kepala sekolah yakni bertanggung jawab pada kegiatan perencanaan, organisasi, deskripsi jabatan atau pembagian tugas, pembiayaan, penyediaan fasilitas, supervisi, dan evaluasi program. Bidang instruksional dan kurikuler terkait dengan kegiatan pengajaran yang bertujuan untuk memfasilitasi peserta didik dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui berbagai mata pelajaran yang diprogramkan. Personel yang bertanggung jawab secara langsung adalah guru mata pelajaran. Bidang bimbingan dan konseling terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada peserta didik dalam upaya mencapai perkembangan yang optimal, salah satunya adalah aspek sosial. Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial dengan berperilaku yang dapat diterima secara sosial, memenuhi tuntutan yang diberikan oleh kelompok sosial, dan memiliki sikap yang positif terhadap kelompok sosial (Yuliah, 2009: 23). Perkembangan sosial peserta didik

4 terhambat dikarenakan peserta didik memiliki masalah hubungan sosial yang tidak memperoleh bantuan, yakni pemberian bantuan dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling. Apabila peserta didik merasa memiliki masalah dalam melakukan hubungan sosial, maka hal ini akan menjadi sumber ketidakproduktifan dalam bekerja atau belajar (Sunarya, 2008:270). Bimbingan dan konseling sekolah sebagai salah satu layanan interpersonal, memiliki posisi strategis untuk membantu peserta didik dalam mengatasi masalah yang dialami. Personel yang bertanggung jawab langsung dalam pelaksanaan bidang bimbingan dan konseling adalah guru bimbingan dan konseling (guru BK). Guru BK harus memberikan pelayanan yang mampu mengatasi hambatan yang dihadapi para peserta didik dalam menampilkan kecenderungan perilaku sosial, yakni dengan cara memahami siswa secara mendalam, menyelenggarakan bimbingan dan konseling yang memandirikan, serta menguasai landasan teoritik bimbingan dan konseling. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang efektif memerlukan rancangan dalam upaya membantu peserta didik SMP meningkatkan perilaku sosial, yang dituangkan dalam bentuk program bimbingan dan konseling. Berdasarkan fenomena yang disebutkan dalam latar belakang, menunjukkan permasalahan tentang terhambatnya tugas perkembangan yang berhubungan dengan perilaku sosial. Penelitian dilakukan pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Data profil perilaku sosial peserta didik SMP menjadi rujukan bagi penyusunan program hipotetik bimbingan dan konseling. Penyusunan program dilakukan sebagai upaya meningkatkan perilaku sosial peserta didik SMP kearah yang sesuai dengan tuntutan lingkungan. Mengacu pada latar belakang, penelitian berjudul Program Hipotetik Bimbingan dan Konseling Untuk Meningkatkan Perilaku Sosial Peserta (penelitian deskriptif terhadap peserta didik Kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

5 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Sebagai makhluk sosial, individu akan menampilkan perilaku tertentu antara lain interaksi individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Menurut Hurlock (Istiwidayanti dan Soedjarwo, 1980: 250) perilaku sosial menunjukkan terdapatnya tingkah laku yang sesuai dengan tuntutan sosial atau kemampuan untuk menjadi individu yang bermasyarakat. Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1962: 103), Perilaku sosial individu tampak dalam pola respons antar individu yang dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial juga identik dengan reaksi individu terhadap orang lain. Perilaku sosial ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain. Kecenderungan Peranan (role disposition) yaitu kecenderungan yang mengacu kepada tugas, kewajiban dan posisi yang dimiliki seorang individu; Kecenderungan Sosiometrik (Sociometric Disposition) yaitu kecenderungan yang bertautan dengan kesukaan, kepercayaan terhadap individu lain; Ekspressi (Expression Disposition) yaitu kecenderungan yang bertautan dengan ekpresi diri dengan menampilkan kebiasaaan-kebiasaan khas (particular fashion). Perilaku sosial remaja di sekolah sebagai seorang peserta didik merupakan salah satu karakteristik yang ditampilkan oleh remaja. Perilaku sosial yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan merupakan masalah yang berkaitan dengan hubungan sosial. Menurut Sunarya (2008: 270): Jika para remaja memiliki masalah yang cukup berat dalam hubungan sosial, maka jiwanya akan menjadi tidak normal lagi untuk belajar atau bekerja, kesehatan mentalnya terganggu, dan batinnya sering menjadi tidak tentram. Jika remaja merasa memiliki masalah dalam melakukan hubungan sosial, maka hal ini akan menjadi sumber ketidakproduktifan dalam bekerja atau belajar, dan juga kemajuannya akan terlambat. Menurut Syamsudin (Sunarya, 2008: 289) siswa yang mengalami problema kesulitan penyesuaian sosial perlu bimbingan guru BK. Bimbingan yang dapat diberikan untuk membantu peserta didik meningkatkan perilaku sosial adalah bimbingan sosial, karena bimbingan sosial merupakan bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah sosial yang meliputi masalah hubungan

6 dengan teman sebaya, dan penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat tinggal (Yusuf&Nurihsan, 2008:11). Bimbingan sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah sosial. Bimbingan sosial diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif dan interaksi pendidikan yang akrab (Yusuf&Nurihsan, 2008:11). Bimbingan sosial yang diberikan agar efektif dirancang dalam bentuk program bimbingan dan konseling sosial. Program bimbingan dan konseling merupakan serangkaian aktifitas layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yang selanjutnya akan menjadi pedoman bagi setiap personel dalam melaksanakan dan mempertanggungjawabkannya (Suherman, 2007: 59). Program bimbingan dan konseling yaitu sederetan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu rencana kerja yang berisikan kegiatan-kegiatan yang tertuang dalam kerangka yang sistematis, terarah dan perpadu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Berdasarkan pemaparan perlu dirancang program bimbingan dalam upaya membantu peserta didik SMP dalam mengembangkan perilaku sosial. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan rumusan masalah Bagaimana program hipotetik bimbingan dan konseling untuk meningkatkan perilaku sosial peserta didik?. Rumusan masalah dirinci dalam pertanyaan penelitian: 1. Bagaimana gambaran umum perilaku sosial peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013? 2. Bagaimana gambaran umum perilaku sosial peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 pada kecenderungan peranan? 3. Bagaimana gambaran umum perilaku sosial peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 pada kecenderungan sosiometrik? 4. Bagaimana gambaran umum perilaku sosial peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 pada kecenderungan ekspresif?

7 C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian bertujuan untuk merumuskan program hipotetik bimbingan dan konseling sosial untuk meningkatkan perilaku sosial peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Secara khusus tujuan penelitian yaitu: 1. Memperoleh gambaran umum perilaku sosial peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. 2. Memperoleh gambaran umum perilaku sosial peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 pada kecenderungan peranan. 3. Memperoleh gambaran umum perilaku sosial peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 pada kecenderungan sosiometrik. 4. Memperoleh gambaran umum perilaku sosial peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 pada kecenderungan ekspresif. D. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif untuk mengukur perilaku sosial peserta didik SMP. Pengukuran dilakukan untuk mendeskripsikan profil perilaku sosial peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif untuk mendeskripsikan perilaku sosial peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 serta upaya untuk meningkatkan perilaku sosial dalam bentuk program hipotetik bimbingan dan konseling sosial untuk meningkatkan perilaku sosial peserta didik. Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Pada penelitian teknik pengumpulan data menggunakan teknik non-tes berupa angket yang mengungkap perilaku sosial peserta didik.

8 E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian sebagai berikut: 1. bagi guru BK sebagai bahan rujukan implementasi program bimbingan dan konseling dalam membantu meningkatkan perilaku sosial peserta didik; 2. bagi peneliti selanjutnya sebagai dasar uji coba program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan perilaku sosial peserta didik; 3. bagi jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan sebagai salah satu contoh program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan perilaku sosial peserta didik. F. Struktur Organisasi Skripsi Penelitian mengenai Program Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan Perilaku Sosial Peserta Kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 terdiri dari lima BAB. BAB I Pendahuluan membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. BAB II Kajian Pustaka merupakan konsep-konsep atau teori-teori dalam bidang yang dikaji dan kerangka penelitian. Teori yang dikaji berupa teori bimbingan dan konseling sosial dan teori perilaku sosial. Bab III Metode penelitian memaparkan lokasi penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data dan analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan pembahasan menguraikan tentang pengolahan data, serta pembahasan hasil pengolahan data. Bab V Penutup terdiri dari kesimpulan, saran-saran, dan penutup.