BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. namun kemampuan mengembangkan sumber daya alam seperti deret hitung. Alam

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. menempati posisi keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara terbesar keempat di dunia dalam hal jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga. alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran.

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

BAB 1 PENDAHULUAN. ditingkatkan guna mencegah teradinya ledakan penduduk di Indonesia pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan pada

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

BAB I PENDAHULUAN. mulai menerapkan Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1970

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat negara Amerika Serikat dan Jepang,

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan. Usaha

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB I PENDAHULUAN. penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per

BAB I PENDAHULUAN. adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara ke empat setelah Amerika Serikat. yang memiliki pertumbuhan penduduk terbanyak pada tahun 2000.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat dalam tingkat jumlah penduduk terbesar di dunia dengan laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1 Menurut Dr. Sugiri Syarief (2010), ancaman ledakan penduduk di Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut semua pihak bekerja sama untuk mencegahnya. Jumlah tersebut naik sebesar 32,5 juta dalam kurun waktu 10 tahun dibanding sensus penduduk tahun 2000 yang berjumlah 205,1 juta. Tingginya laju pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan dengan cara penurunan angka kelahiran yang dapat dilaksanakan dengan gerakan Keluarga Berencana (KB). Gerakan Keluarga Berencana (KB) nasional merupakan salah satu kegiatan pokok dalam upaya mencapai keluarga berkualitas yang diarahkan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dengan cara penurunan angka kelahiran untuk mencapai keseimbangan antara pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi sehingga terwujud peningkatan kesehatan keluarga. 1 Agung Laksono, Sambutan Dan Arahan MENKOKESRA Dalam Rapat Kerja Nasional Pembangunan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Tahun 2011, diakses tanggal 8 Maret 2011, http://www.menkokesra.go.id/

Seperti yang disebutkan dalam Undang-undang nomer 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera. Definisi KB yakni upaya meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga guna mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Masa subur seorang wanita memiliki peranan penting bagi terjadinya kehamilan, sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Usia subur seorang wanita terjadi antara 15-49 tahun, oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita atau pasangan lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat atau cara KB. 2 Selain itu program KB menjamin setiap orang atau pasangan memiliki akses informasi dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan, dan jumlah anak. Dengan demikian diharapkan tidak terjadi kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan yang masuk ke dalam kategori resiko tinggi. Bila kehamilan diinginkan dan berlangsung pada keadaan dan saat yang tepat akan menjamin keselamatan ibu dan bayi yang dikandungnya. Hal ini sesuai dengan visi baru program KB nasional tahun 2007 yaitu seluruh keluarga di Indonesia mengikuti program KB, dengan misi Mewujudkan Keluarga Berkualitas 2015. Salah satu misi 2 Anonim, Kesehatan Wanita dan Anak, diakses tanggal 13 April 2011, http://momkiddy. blogspot.com/2009/08/kesehatan-wanita-dan-anak.html

yang dikerjakan dalam rangka mencapai visi tersebut adalah dengan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera. 3 Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Lawrence W. Green (1980), diketahui bahwa kesehatan dipengaruhi oleh faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor non perilaku (non behavior causes). Sedangkan perilaku kesehatan ditentukan oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pendukung (enabling factor), dan faktor pendorong (reinforcing factor). Salah satu faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang adalah pengetahuan. Sebab, dari pengetahuan yang diterima atau didapat oleh subjek terhadap suatu objek yang diketahuinya akan menimbulkan stimulus dan menghasilkan respon dari batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang diketahui itu dan akan menimbulkan respon lebih jauh lagi setelah disadari sepenuhnya, yaitu berupa tindakan terhadap objek tadi. 4 Berdasarkan teori di atas, hasil-hasil yang telah dicapai dalam pelaksanaan keluarga berencana adalah sebagai berikut. Jumlah peserta KB aktif sampai dengan akhir 2004 adalah sebanyak 27,6 juta peserta, dan dalam tiga bulan pertama tahun 2005 (Januari Maret 2005) diperoleh tambahan peserta KB baru sebanyak 1,5 juta peserta. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 03 menunjukkan bahwa tingkat prevalensi kesertaan ber-kb dari seluruh pasangan usia subur sekitar 60,3%. Sementara itu, total angka kelahiran menunjukkan perkembangan 3 Mazwar Noerdin, Peningkatan Kualitas SDM Melalui Program KB Nasional, diakses tanggal 8 Maret 2011, http://deputi5.tripod.com/rakorbangpus/bkkbn.pdf 4 Soekidjo Notoatmodjo, Ilmu Kesehatan Masyarakat, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003), h. 127

kecenderungan yang makin menurun dan dari SDKI tahun 2002 03 tercatat sekitar 2,6 anak per wanita. Penurunan TFR (Total Fertility Rate) ini merupakan kontribusi program KB pada masalah kependudukan sebagai dampak dari meningkatnya pemakaian alat kontrasepsi (prevalensi) oleh pasangan usia subur. Menurut BKKBN (2007), pada tahun 2000 program KB telah berhasil mencegah kelahiran sekitar 80 juta jiwa. Keberhasilan program KB juga dibuktikan dengan adanya angka fertilitas atau kelahiran telah berhasil diturunkan sekitar 55% pada tahun 1995 dan keikutsertaan KB dapat ditingkatkan sekitar 60,3% pada tahun 2003. Kota Tangerang pada tahun 2009 mampu melebihi target yang telah ditetapkan. Dari target 27 ribu akseptor KB, mampu mencapai 193 persennya. Begitu pun pada tahun 2010 yang ditergetkan 37.000 akseptor melesat hingga 170% atau sekitar 63.985 akseptor. Berdasarkan data BKKBN (2010), pencapaian kumulatif peserta KB baru dari hasil pelayanan kontrasepsi secara nasional sampai dengan bulan Desember tahun 2010 sebanyak (49%) menggunakan suntikan, (29,2%) menggunakan pil, (7,9%) menggunakan kondom, (6,5%) menggunakan implant, (5,9%) menggunakan IUD (Intra Uterine Device), (1,1%) menggunakan MOW (Medis Operatif Wanita), dan (0,3%) menggunakan MOP (Medis Operatif Pria). Berdasarkan data dari Dinkes Kota Tangerang pada tahun 2009, dilihat dari jenis kontrasepsi yang digunakan pada peserta KB aktif terdapat (37,0%) menggunakan suntik, (17,4%) menggunakan pil, (5,8%) menggunakan IUD,

(2,5%) menggunakan implant, (1,7%) menggunakan MOW/MOP, dan (1,5%) menggunakan kondom. Sedangkan pada peserta KB baru terdapat (10,2%) menggunakan suntik, (7,0%) menggunakan pil, (0,9%) menggunakan kondom, (0,85%) menggunakan IUD, (0,5%) menggunakan implant, dan (0,21%) menggunakan MOW/MOP. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kontrasepsi yang paling banyak digunakan baik oleh peserta KB aktif maupun KB baru adalah kontrasepsi suntikan. Pada tahun 2009 di Puskesmas Cibodasari Tangerang tercatat terdapat 5.547 peserta KB aktif dengan alat kontrasepsi yang digunakan adalah suntik sebesar (27,9%), pil (17,7%), kondom (14,7%), IUD (5,8%), MOP/MOW (4,3%), dan implant (0,9%). Sedangkan jumlah peserta KB baru tercatat sebesar 2.708 dengan alat kontrasepsi yang digunakan adalah kondom sebesar (12,3%), pil (11,3), suntik (9,7%), IUD (1,03%), implant (0,5%), dan MOP/MOW (0,01%). Dari data di atas dapat dilihat bahwa alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh peserta KB aktif adalah suntik, sedangkan peserta KB baru yang paling banyak digunakan adalah kondom, akan tetapi alat kontrasepsi IUD tetap masih jauh di bawah pilihan peserta KB dibandingkan alat kontrasepsi suntik. Alat kontrasepsi suntik menjadi pilihan sebagian ibu dibanding jenis kontrasepsi lain karena menurut pengetahuan ibu, mereka hanya perlu melakukan 1-3 bulan sekali dan tidak perlu proses trauma seperti pada saat pemasangan spiral. Kontrasepsi suntik dinilai efektif, pemakaiannya praktis, harganya relatif murah dan aman (BKKBN, 2008).

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Peserta KB Tentang Metode Kontrasepsi Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi di Puskesmas Cibodasari Tangerang. B. Identifikasi Masalah Tingginya angka penggunaan alat kontrasepsi suntik dibandingkan dengan IUD diduga dikarenakan : 1. Kurangnya pemahaman peserta KB tentang metode kontrasepsi terutama alat kontrasepsi non hormonal yang salah satunya adalah IUD. 2. Kurangnya pengetahuan peserta KB tentang efek samping dari alat kontrasepsi suntik apabila dipakai secara terus menerus. 3. Kurang efektifnya program penyuluhan atau konseling oleh petugas kesehatan tentang kontrasepsi IUD. 4. Tingginya keyakinan peserta KB tentang keamanan menggunakan alat kontrasepsi suntik. C. Pembatasan Masalah Mengingat keterbatasan dalam hal kemampuan, dana, tenaga, waktu, dan teori maka peneliti hanya membatasai permasalahan yaitu hubungan tingkat pengetahuan peserta KB tentang metode kontrasepsi dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik dan IUD di Puskesmas Cibodasari Tangerang.

D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah maka peneliti membuat rumusan masalah, yaitu apakah ada hubungan tingkat pengetahuan peserta KB tentang metode kontrasepsi dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik dan IUD di Puskesmas Cibodasari Tangerang. E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan peserta KB tentang metode kontrasepsi dengan penggunaan alat kontrasepsi di Puskesmas Cibodasari Tangerang 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi penggunaan alat kontrasepsi pada peserta KB di Puskesmas Cibodasari Tangerang b. Mengukur tingkat pengetahuan peserta KB di Puskesmas Cibodasari Tangerang tentang metode kontrasepsi. c. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan peserta KB tentang metode kontrasepsi dengan penggunaan alat kontrasepsi di Puskesmas Cibodasari Tangerang.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti a. Dapat memperluas ilmu pengetahuan yang diperoleh, agar lebih peka dalam melihat dan menjawab permasalahan kesehatan yang sedang terjadi dalam masyarakat. b. Dapat menambah wawasan tentang metode kontrasepsi untuk memilih alat kontrasepsi yang sesuai pada waktunya. 2. Bagi Institusi a. Menambah bahan referensi kepustakaan Universitas Esa Unggul, yang nantinya dapat bermanfaat bagi para pembaca. b. Dapat menambah pengetahuan guna meningkatkan SDM terutama peserta KB untuk dapat memilih dengan benar alat kontrasepsi yang aman, yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian yang lain.