BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Lahan pertanian yang dijadikan objek penelitian berlokasi di daerah lahan pertanian DAS Citarum Hulu, Desa Sukapura, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Bandung dan sebagai pembanding pengambilan sampel dilakukan di Pertanian Organik Cisarua Bogor. Pertanian secara organik sudah diterapkan oleh petani jaman dahulu sebelum mereka mengenal teknologi modern. Pertanian modern yang diterapkan saat ini adalah sistem pertanian konvensional yang mengandalkan pemakaian bahan-bahan kimia sintetis dan input dari luar yang begitu tinggi. Lahan diberi input pupuk kimia sintetis, air tercemar oleh bahan pestisida dan herbisida yang berbahan aktif racun. Dampak negatif pertanian konvensional akan mengganggu keseimbangan alam dengan berkurangnya keanekaragaman hayati. 4.1 Pertanian Non-organik Daerah studi yang diteliti tanahnya berada di Desa Sukapura yang secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Daerah ini merupakan daerah pertanian dimana tanaman pangan yang menjadi komoditi utamanya seperti padi, jagung, kol, daun bawang dan lain sebagainya. Gambar peta lokasi pertanian Desa Sukapura dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Peta Lokasi Pertanian Non-organik 4-1
4-2 Daerah ini memiliki curah hujan rata-rata 2600 mm/tahun dengan pergantian musim kemarau dan musim hujan mengikuti kondisi iklim tropis di Indonesia. Sedangkan suhu rata-rata berkisar 20-25ºC (sumber: data monografi desa dan kelurahan). Sebagian besar lahan diperuntukkan sebagai lahan tanah perkebunan milik negara dan pertanian tanaman pangan (palawija) milik swasta/pribadi sehingga sebagian besar penduduk Desa Sukapura bermata-pencaharian sebagai petani, buruh tani, petani penyewa lahan,maupun petani pemilik lahan. 4.1.1 Jenis tanah Warna tanah di daerah ini adalah coklat kehitaman, yang menunjukkan kandungan bahan organik tanah yang relatif tinggi, pada permukaan tanah banyak mengandung sampah organik dari sisa tanaman yang membusuk ataupun bahan organik lain yang masih dalam proses membusuk. Sedangkan pada kedalaman lebih dalam dari 20 cm sisa organisme telah terurai dan membentuk zat organik tanah atau humus tanah dan merupakan lapisan aktif, di mana terdapat aktivitas mikroorganisme dan mikroflora serta proses fisik dan kimia. Proses biologis dan kimia-fisik seperti biodegradasi, sopsi, nitrifikasi, filrasi ataupun leaching sebahagian besar terjadi pada lapisan ini. Tanah di Desa Sukapura dapat diklasifikasikan sebagai tanah Andosol, yakni tanah yang bewarna hitam kelabu sampai coklat tua. Tanah tipe ini mengandung lempun tipe amorf, sedikit alumina, atau hidroksi. Tanah di daerah ini cukup subur dengan kandungan organik berkisar 2-30 % dan kedalaman 0,5-1 meter. Tanah ini mempunyai tekstur tanah lempungan dengan tingkat keasaman (ph) berkisar 6 (agak masam) dan jumlah kadar air (humidity) berkisar 25-35 %. 4.1.2 Tanah Pertanian Tanaman yang banyak ditemukan dalam area ini adalah bawang daun, kentang, kol, wortel, jagung, kacang merah, strawberi, buncis, kacang merah. Selain itu ada juga petani yang menanam tomat, sawi, kacang tanah, kacang kedelai, ubi jalar, ubi kayu, cabe, dan lain- lain. Tanaman yang paling dominan di daerah ini adalah bawang daun.
4-3 Pola tanam di Desa Sukapura ada yang menggunakan sistem monokultur, ada juga yang menggunakan sistem tumpang sari. Penanaman satu jenis tanaman pada suatu periode tidak diikuti dengan penanaman jenis yang sama pada periode berikutnya karena akan mudah terserang hama, dan hasil yang didapat akan menurun dari hasil sebelumnya. Perlakuan para petani terhadap lahan pertaniannya berbeda-beda berdasarkan pengalaman dan kebutuhan masingmasing. Rotasi tanaman bertujuan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya akumulasi dan pengurasan unsur hara di dalam tanah serta memutus kesinambungan hama atau penyakit. Penentukan rotasi tanam didasarkan pada karakter tiap komoditas tanaman. Rotasi tanam dilakukan dengan pergiliran kelompok tanaman tersebut. Penyemprotan insektisida setiap petani juga berbeda-beda, tergantung jenis tanaman, kondsi hama, dan kemampuan ekonomi dari petani tersebut. Namun pada dasarnya, petani lebih sering menyemprot tanaman dengan insektisida pada musim hujan dibanding musim kemarau. Jika pada musim kemarau penyemprotan insektisida dilakukan 6-14 hari sekali, maka di musim hujan dapat mencapai kisaran 3-7 hari sekali. Hal ini dikarenakan pada musim hujan, insektisida yang diaplikasikan akan terbilas oleh air hujan. Selain itu untuk setiap tanaman berbeda periode dan dosis penyemprotannya bergantung kerentanan terhadap hama. Bawang daun dan kentang merupakan jenis tanaman yang rentan terhadap hama. Petani cenderung untuk mengganti-ganti pemakaian satu jenis insektisida tertentu dengan alasan mencegah resistensi hama terhadap insektisida tertentu. Selain itu, praktek pencampuran berbagai jenis pestisida seperti insektisida dan fungisida dilakukan karena tidak semua jenis hama atau pengganggu lainnya dapat diatasi dengan jenis insektisida tertentu. Perawatan dengan insektisida dilakukan terhadap tanaman-tanaman yang masih muda. Sedangkan untuk tanaman yang umurnya sudah tua, cenderung dibiarkan saja, sebab tanaman tersebut telah habis umurnya, tidak membuahkan hasil yang mencukupi, dan kemudian akan mati, menjadi kering, lalu membusuk.
4-4 Jenis insektisida yang biasa digunakan di perkebunan ini adalah profenofos, klorpirifos. Profenofos yang digunakan dalam bentuk terlarut yang diperdagangkan dengan merek Curacron. Sedangkan klorpirifos yang digunakan juga dalam bentuk terlaru dengan merek dagang dursban. Berdasarkan pada petani lokal konsentrasi penyemprotan profenofos adalah 1-1,5 ml/l dan klorpirifos adalah 1,5-2 ml/l. Jangka waktu penyemprotan insektisida setiap petani berbedabeda, tergantung jenis tanaman, kondsi hama, dan kemampuan ekonomi dari petani tersebut. Pada musim hujan petani akan lebih sering menyemprot tanaman dengan insektisida dibanding musim kemarau. Pada musim kemarau penyemprotan insektisida dilakukan 6-14 hari sekali, dan pada musim hujan dapat mencapai kisaran 3-7 hari sekali. Hal ini dikarenakan pada musim hujan, insektisida yang diaplikasikan akan terbilas oleh air hujan. Selain itu untuk setiap tanaman berbeda periode dan dosis penyemprotannya bergantung kerentanan terhadap hama. Tanah pertanian di Desa Sukapura yang menjadi lokasi sampling dapat dilihat pada Gambar 4.2. Gambar 4.2 Lokasi Penelitian Non-organik
4-5 4.2 Pertanian Organik Pertanian organik yang dijadikan sebagai daerah studi merupakan Pusat Pengembangan Pertanian Organis yang terletak di daerah puncak tepatnya di Cisarua Bogor. Lokasinya dapat dilihat pada Gambar 4.3. Pertanian organik yang telah berdiri dari tahun 1985 menggunaakan teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Gambar 4.3 Peta Lokasi Pertanian Organik Sebagaimana umumnya dalam pemeliharaan tanaman tidak lepas dari gangguan organisme penggangu tanaman, seperti hama, penyakit, maupun gulma. Upaya untuk mengatasi gangguan tersebut, dalam Usahatani Non Sintetik (Pertanian Organik) menerapkan teknik budidaya yang baik, seperti pemilihan bibit berkualitas, pemupukan berimbang, penerapan Pengelolaan Hama Terpadu, dan pengaturan pola tanam.
4-6 Dengan menerapkan sebuah sistem yang semuanya kembali ke alam secara organis. Mulai dari pengelolaan lahan, bagaimana cara membajak yang benar, penanaman benih, pemupukan sampai pada pemberantasan hama, semua saling berkesinambungan memanfaatkan apa yang ada di alam itu sendiri, tanpa bahan kimia, dan tanpa mesin. Dalam tata cara pengelolaan seperti pemupukan dipakai pupuk alami yaitu pupuk kompos. Sisa daun atau tumbuhan disebar begitu saja ke tanah dan membiarkannya busuk secara alami dengan bantuan mikroorganisme yang terdapat ditanah sehingga adanya pencemaran tanah oleh pupuk kimia tidak mungkin terjadi. Selain itu pertanian organik ini juga memanfaatkan cacing sebagai makhluk yang membantu proses penggemburan tanah secara alami. Pupuk kompos merupakan bahan-bahan organik yang telah mengalami pelapukan, seperti jerami, alang-alang, sekam padi, dan lain-lain termasuk kotoran hewan. Penggunaan pupuk kandang sebagai pupuk karena murah, mudah pengerjaannya, begitu pula pengaruhnya terhadap tanaman. Penggunaan pupuk ini merupakan manifestasi penggabungan pertanian dan peternakan yang sekaligus merupakan syarat mutlak bagi konsep pertanian organik. Pupuk kandang mempunyai keuntungan sifat yang lebih baik daripada pupuk organik lainnya apalagi dari pupuk anorganik. Pupuk kandang merupakan humus banyak mengandung unsurunsur organik yang dibutuhkan di dalam tanah. Oleh karena itu dapat mempertahankan struktur tanah sehingga mudah diolah dan banyak mengandung oksigen. Penambahan pupuk kandang dapat meningkatkan kesuburan dan poduksi pertanian. Hal ini disebakan tanah lebih banyak menahan air lebih banyak sehingga unsur hara akan terlarut dan lebih mudah diserap oleh bulu akar. Sumber hara makro dan mikro dalam keadaan seimbang yang sangat penting unuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur mikro yang tidak terdapat pada pupuk lainnya bisa disediakan oleh pupuk kandang, misalnya S, Mn, Co, Br, dan lain-lain. Pupuk kandang banyak mengandung mikrooganisme yang dapat membantu pembentukan humus di dalam tanah dan mensintesa senyawa tertentu yang berguna bagi tanaman, sehingga pupuk kandang merupakan suatu pupuk
4-7 yang sangat diperlukan bagi tanah dan tanaman dan keberadaannya dalam tanah tidak dapat digantikan oleh pupuk lain. Kegiatan untuk mencegah serangan hama dan penyakit pada pertanian ini adalah dengan cara kegiatan preventif yaitu dengan menerapkan rotasi dan kombinasi tanam. Penerapan rotasi dan kombinasi tanaman untuk menekan dan mengurangi penyebaran sumber inokulum. Penanaman ganda (Multiple cropping) yang diterapkan pertanian ini dengan membudidayakan lebih dari satu jenis tanaman pada lahan yang sama. Keuntungan sistem multiple cropping antara lain: (1) frekuensi panen dan produksi usaha tani serta pendapatan petani dapat ditingkatkan, (2) mengurangi resiko kegagalan, (3) mencegah dan mengurangi pengangguran lahan musiman, (4) memperbaiki kesuburan tanah dengan adanya stabilitas biologis, (5) adanya pengolahan tanah minimal, (6) memperbaiki keseimbangan gizi dengan adanya keanekaragaman makanan, (7) mengurangi erosi, (8) mengurangi risiko kerusakan oleh hama dan penyakit. Dalam usaha penanaman suatu jenis tanaman ditambahkan tanaman pendamping yang melengkapi tanaman utama dari segi fisik ataupun kimia. Secara fisik seperti tanaman pendamping memiliki tajuk yang besar sehingga melindungi tanaman, akar tanaman pendamping mampu memompa nutrisi yang berada di dalam tanah sehingga mampu dimanfaat oleh tanaman utama dengan sistem penyerapan dangkal. Bahan kimia yang dikeluarkan akar, batang, daun, bunga tanaman pendamping mampu menolak organisme pengganggu sehingga tidak menggangu tanaman utama. Insektisida alam yang digunakan pada pertanian ini tidak seperti insektisida pada umumnya yang menggunakan bahan kimia. Insektisida alam ini berasal dari suatu tanaman yaitu Tephrosia vogelii. Tanaman ini daunnya diambil, lalu ditumbuk dicampur air dan diperas. air hasil perasannya itulah yang kemudian disemprotkan pada tanaman yang terkena hama. Untuk penanaman benih, para benih dibagi kelompoknya berdasarkan usianya, yaitu kelompok 3 hari, 5 hari, 7 hari, dan 2 minggu. Kelompok usia 2 minggu ini
4-8 adalah kelompok usia siap tanam di lahan terbuka. Kelompok tanaman ini sebelumnya dibudidayakan di tanah khusus berbentuk kotak-kotak, dimana satu kotak berisi 1 tanaman. hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam hal pemindahan tempat. Untuk menanggulangi masalah adanya hama yang menyerang tanaman di pertanian ini menggunakan sistem penanaman bergilir, dimana setiap musimnya ditanam tanaman yang berbeda, kemudian dalam satu petak lahan ditanam beberapa jenis tanaman ini juga bertujuan untuk mencegah hama tanaman datang seperti tanaman daun bawang dapat mengurangi hama dari tanaman kol. Lokasi pertanian organik dapat dilihat pada Gambar 4.4. Gambar 4.4 Lokasi Penelitian pertanian organik