Studi Mikroskopis Batuan dari Sungai Aranio Kalimantan Selatan dengan Metode Petrografi

dokumen-dokumen yang mirip
Analisa Struktur dan Mineralogi Batuan dari Sungai Aranio Kabupaten Banjar

Ciri Litologi

REKAMAN DATA LAPANGAN

A. BATUAN BEKU ULTRABASA (ULTRAMAFIK)

ACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN

BAB I PENDAHULUAN. Persebaran batuan metamorf tekanan tinggi di Indonesia (Gambar I.1)

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan praktikum mineral optik hanya mendeskripsikan mineralnya saja.

Proses metamorfosis meliputi : - Rekristalisasi. - Reorientasi - pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya.

Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

IDENTIFIKASI KEDALAMAN DAN KANDUNGAN KROMIT DI DESA KIRAM KECAMATAN KARANG INTAN KABUPATEN BANJAR

Lampiran 1.1 Analisis Petrografi

Adi Hardiyono Laboratorium Petrologi dan Mineralogi, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran ABSTRACT

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI

ALBUM PETROGRAFI BATUAN METAMORF MARMER

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU

Geologi Teknik. Ilmu Geologi, Teknik Geologi,

Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer) 2 Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer)

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

Berdasarkan susunan kimianya, mineral dibagi menjadi 11 golongan antara lain :

Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama

PEMBAHASAN TEKNIK KOLEKSI, PREPARASI DAN ANALISIS LABORATORIUM

Gambar 2.1 Siklus batuan, tanda panah hitam merupakan siklus lengkap, tanda panah putih merupakan siklus yang dapat terputus.

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. (Sulawesi Selatan) (Gambar 1.1). Setiawan dkk. (2013) mengemukakan bahwa

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

DERET BOWEN DAN KLASIFIKASI BATUAN BEKU ASAM DAN BASA

BATUAN METAMORF KOMPLEKS MELANGE LOK ULO, KARANGSAMBUNG BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

MODUL III DIFERENSIASI DAN ASIMILASI MAGMA

Proses Pembentukan dan Jenis Batuan

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

hiasan rumah). Batuan beku korok

BAB II TATANAN GEOLOGI

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA

LEMBAR DESKRIPSI PETROGRAFI

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL

BAB IV PROVENAN BATUPASIR FORMASI KANTU

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Solusi. Latihan 1. Bahan : Geologi -1

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

PENELITIAN BATUAN ULTRABASA DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, PROVINSI MALUKU UTARA. Djadja Turdjaja, Martua Raja P, Ganjar Labaik

DASAR-DASAR ILMU TANAH

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS GADJAH MADA. Asisten Acara:

PETROLOGI DAN PETROGRAFI SATUAN BREKSI VULKANIK DAN SATUAN TUF KASAR PADA FORMASI JAMPANG, DAERAH CIMANGGU DAN SEKITARNYA, JAWA BARAT

ACARA I MINERALOGI OPTIK PENGENALAN MIKROSKOP DAN PREPARASI SAYATAN

What is a rocks? A rock is a naturally formed aggregate composed of one or more mineral

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Masalah Penelitian

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

ANALISIS GEOKIMIA LOGAM Cu, Fe PADA BATUAN DASIT KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN

BAB IV FASIES BATUGAMPING GUNUNG SEKERAT

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan

V.2.4. Kesetimbangan Ion BAB VI. PEMBAHASAN VI.1. Jenis Fluida dan Posisi Manifestasi pada Sistem Panas Bumi VI.2.

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF

proses ubahan akibat perubahan Tekanan (P), Temperatur (T) atau keduanya (P dan T).

STUDI PROVENANCE BATUPASIR FORMASI WALANAE DAERAH LALEBATA KECAMATAN LAMURU KABUPATEN BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN

Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitan

SD kelas 5 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 11. PEMBETUKAN TANAH SUBUR DAN STRUKTUR BUMILATIHAN SOAL BAB 11. magma. kawah. lahar. lava

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

DAFTAR PUSTAKA. Bemmelen, R.W., van, 1949, The Geology of Indonesia, Vol. I-A, Gov. Printed

INTERPRETASI HASIL ANALISIS GEOKIMIA BATUAN GUNUNGAPI RUANG, SULAWESI UTARA

Siklus Batuan. Bowen s Reaction Series

ACARA II MINERALOGI OPTIK SIFAT-SIFAT OPTIS MINERAL DALAM PENGAMATAN PLANE POLARIZED LIGHT

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Latihan 1. Bahan : Geologi -1

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi (Gambar 1.1). Kompleks metamorf

BAB I PENDAHULUAN. Bayat merupakan salah satu daerah yang menarik sebagai obyek penelitian

PETROGENESIS BATUAN METAMORF DAERAH CIGABER KECAMATAN CIHARA, KABUPATEN LEBAK PROPINSI BANTEN SARI ABSTRACT

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada.

KARAKTERISTIK BATUAN METAMORF BAYAH di DESA CIGABER, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

KARAKTERISTIK BATUAN BLOK ASING (EXOTIC BLOCK) DI DAERAH SADANG KULON KOMPLEKS MELANGE LUK ULO KARANGSAMBUNG

BAB V FASIES BATUGAMPING DAERAH PENELITIAN

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Lokasi : Lubuk Berangin Satuan Batuan : Lava Tua Koordinat : mt, mu A B C D E F G A B C D E F G

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI. Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta

BAB 12 BATUAN DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH

BAB V PEMBAHASAN. Untuk mengetahui gambaran penyebaran kandungan komposisi kimia secara

BAB IV ANALISIS DATA

PENENTUAN TINGKAT KEMAGNETAN DAN INDUKSI MAGNETIK TOTAL ENDAPAN PASIR LAUT PANTAI PADANG SEBAGAI FUNGSI KEDALAMAN

PENGARUH INTRUSI VULKANIK TERHADAP DERAJAT KEMATANGAN BATUBARA KABUPATEN LAHAT, SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Studi Mikroskopis Batuan dari Sungai Aranio Kalimantan Selatan dengan Metode Petrografi Raihul Janah 1), Totok Wianto 2) dan Sudarningsih 2) Abstract: Done observation petrography to detect colour, structure, texture, mineral composition and rock classification. Rock sample that taken from Aranio River, South Kalimantan as much as 4 (four) samples, made to be thin slice measures 6 cm x 3 cm x 3 mm use rock clipper dan rock slice refiner. Rock thin slice is analyzed by means of polarization microscope. Analysis result petrography mentions that any sample amphibolites rocks (hornblende sekis) that belong in faces metamorphic rock. Two samples among others textured grano-lepidoblastic and poikiloblastic, while two textured another samples granolepidoblastic and textured lepidoblastic and poikiloblastic. Crystal size from rock samples amphibolites revolve from 0,40 mm until 0,80 mm, has lineation structure (crystal instruction) and clear colour up to muddy greenness. This rock principal mineral composition consists of amphibole (34 60 %), quartz (22 44 %), plagioclase (4 14 %), biotitic (1 %), epidotic (4 10 %), garnet (1 2 %), cyanide (1 6 %) and pyroxene (2 %); addition mineral consists of oxide iron (1 3 %) and calcite (6%). Keywords: petrography, polarization microscope, amphibolites (hornblende sekis), metamorphic rock PENDAHULUAN Batuan adalah material alam yang tersusun atas kumpulan (agregat) mineral, baik yang terkonsolidasi maupun yang tidak terkonsolidasi serta terbentuk sebagai hasil proses alam. Batuan bisa mengandung satu atau beberapa mineral (Warmada & Titisari, 2004). Berdasarkan kejadiannya (genesa), tekstur dan komposisi mineral, batuan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu batuan beku (igneous rocks), batuan endapan atau batuan sedimen (sedimentory rocks), dan. batuan metamorfosa atau batuan malihan (metamorphic rocks) (Nandi, 2010). Batuan merupakan sumber daya alam yang keterdapatannya banyak sekali ditemukan di bumi, sehingga mengenal macam-macam dan sifat batuan sangat penting. Untuk mempelajari dan mengetahui sifat, komposisi mineral, penamaan dan klasifikasi batuan diperlukan suatu pengamatan. Metode yang sangat mendasar untuk mendukung analisis tersebut adalah metode petrografi (Sukandarrumidi, 2004). 1) 2) Mahasiswa PS Fisika, FMIPA,, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru Staf Pengajar PS Fisika, FMIPA, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru 141

142 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No.2, Agustus 2010 (141 148) Untuk dapat melakukan pengamatan petrografi diperlukan alat yang disebut mikroskop, yakni Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan warna, struktur dan mikroskop yang memiliki cahaya tekstur batuan; mendapatkan (sinar) polarisasi, karena dengan komposisi mineral batuan; serta cahaya ini beberapa sifat mineral mendapatkan penamaan dan penyusun batuan akan nampak jelas klasifikasi batuan dari sungai Aranio terlihat (Graha, 1987). Hal itu dengan metode petrografi. berhubungan dengan teknik pembacaan data yang dilakukan METODE PENELITIAN melalui lensa yang mempolarisasi Alat yang dipergunakan obyek pengamatan. Hasil polarisasi dalam penelitian ini adalah Global obyek tersebut selanjutnya dikirim Positioning System (GPS), palu melalui lensa obyektif dan lensa geologi, mesin pemotong batuan, okuler ke mata. mesin pemoles/penipis sayatan Berdasarkan uraian di atas, batuan, penghalus sayatan batuan, penulis melakukan penelitian pelat pemanas, karborundum, kaca mengenai sifat batuan seperti warna, preparat, kaca penutup, balsam struktur, tekstur, dan komposisi kanada batangan, entelan, dan mineral batuan. Selanjutnya dengan mikroskop polarisasi. Sedangkan deskripsi tersebut dapat dilakukan bahan yang digunakan adalah penamaan dan pengklasifikasian batuan yang berasal dari sungai batuan. Sampel batuan yang Aranio Kabupaten Banjar, digunakan berasal dari sungai Kalimantan Selatan. Aranio yang terletak dalam wilayah Tahapan-tahapan yang harus Kabupaten Banjar, Kalimantan dilakukan untuk mengetahui warna, Selatan. Secara geografis wilayah Kabupaten Banjar berada di antara 2 49'55" - 3 43'38" Lintang Selatan struktur, tekstur, komposisi mineral, penamaan dan klasifikasi batuan dengan metode petrografi adalah dan 114 30'20" - 115 35'37" Bujur pengambilan sampel, preparasi Timur. sampel, dan analisis mikroskopis. Jannah, R, Wianto, T dan Sudarningsih, Studi Mikroskopis Batuan... 143 Pengambilan sampel batuan Preparasi sampel Sayatan tipis batuan

Gambar 1. Bagan alir prosedur penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui warna, struktur, tekstur dan komposisi mineral penyusun batuan yang tidak dapat dideskripsikan secara megaskopis di lapangan maka dilakukan analisis sayatan tipis batuan dengan metode petrografi sehingga dapat diketahui nama batuan tersebut. Pengamatan petrografi memerlukan alat yang disebut mikroskop. Mikroskop yang dipergunakan pada prinsipnya sama dengan mikroskop yang biasa dipergunakan dalam pengamatan biologi. Keutamaan dari mikroskop ini adalah cahaya (sinar) yang dipergunakan harus sinar polarisasi. Karena dengan sinar itu beberapa sifat dari batuan akan nampak jelas sekali. Salah satu faktor yang paling penting adalah warna dari setiap mineral, karena setiap mineral mempunyai warna yang khusus. Pada sampel pertama berkembang dengan kristal sedang, memperlihatkan pola lineasi (pengarahan kristal) dan telah terpotong oleh deformasi yang kedua, memiliki tujuh macam mineral yaitu kuarsa, plagioklas, amfibol, biotit, epidot, garnet dan oksida besi. Kuarsa yang berwarna bening tampak berasosiasi dengan

144 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No.2, Agustus 2010 (141 148) plagioklas yang berwarna bening kecoklatan, kadang-kadang berkembang dengan relief rendah. Amfibol (hornblende) berwarna hijau dan coklat-hitam prismatik memanjang hadir cukup banyak, bisa rangkap kuat. Biotit dengan warna coklat tua tuk lineasi atau kesekisan) dan memiliki delapan macam mineral yaitu kuarsa, plagioklas, amfibol, epidot, garnet, kyanit, oksida besi, dan kalsit. Kuarsa dan plagioklas yang tampak membentuk tekstur poikiloblastik bersama-sama dengan relief tinggi kristal halus, sama amfibol. Amfibol ini kebanyakan dengan epidot yang reliefnya sangat tinggi. Mineral bijih seperti opak dan berkristal halus. Garnet kecoklatan, dengan relief tinggi dan isotropik prismatik memanjang dengan bias rangkap kuat dan beberapa bagian telah cenderung tergantikan menjadi klorit retrograde. Epidot (klinozoisit) tampak berkristal halus kurang berwarna kuning dan berkristal halus merata. Sampel ini dapat dinamakan batuan amfibolit, hal ini dilihat dari tidak merata, sama dengan garnet yang isotropik dengan relief sangat warnanya yang bening dengan tinggi. Kalsit berwarna abu-abu dan bercak bergaris kehijauan, bertekstur berkristal kasar hadir sebagai grano-lepidoblastik, struktur yang berlineasi atau berfoliasi dan pengisi rongga kekar fase deformasi terakhir, sedangkan oksida besi juga mineral utama penyusunnya amfibol mengisi kekar fase deformasi ((Na,Ca) 2 (Mg,Fe,Al) 3 (Si,Al) 8 O 22 (OH)) meskipun jumlah kehadiran mineral kuarsa dominan daripada amfibol namun batuan pada sampel tersebut tidak bisa dikatakan sebagai batuan kuarsit dikarenakan struktur sampel batuan berfoliasi sedangkan kuarsit sebelumnya. Kyanit berwarna kelabu dengan relief tinggi berkristal halus tidak merata. Sampel kedua ini mempunyai warna bening dengan bercak bergaris kehijauan dan hitam, bertekstur grano-lepidoblastik dan poikiloblastik, berstruktur lineasi atau memiliki struktur non-foliasi (Graha, foliasi dan mineral utama 1987). penyusunnya amfibol (38 %) Sampel kedua memiliki fase sehingga sampel ini dinamakan deformasi minimal tiga kali (terlihat batuan amfibolit. dari pola deformasi Jannah, R, yang Wianto, memben- T dan Sudarningsih, Studi Mikroskopis Batuan... 145 Tabel 1. Hasil uji petrografi sampel batuan

Sampel Warna Stuktur Tekstur Komposisi Mineral Penamaan 1 Bening dengan bercak bergaris kehijauan 2 Bening dengan bercak bergaris kehijauan dan hitam 3 Bening keruh kehijauan dengan bercak coklat hitam 4 Bening keruh kehijauan dengan beberapa bercak coklat dan hitam Lineasi (pengara han kristal) Lineasi (pengara han kristal) Lineasi (pengarahan kristal) Lineasi tidak sempurna Granolepidoblastik dengan kristal berukuran sedang (rata-rata 0,40 mm) Granolepidoblastik dan poi-kiloblastik dengan kristal berukuran sedang (rata-rata 0,80 mm) Lepidoblastik dan kadang-kadang poikiloblastik dengan kristal berukuran sedang (rata-rata 0,60 mm) Granolepidoblastik dan poikiloblastik dengan kristal sedang (rata-rata 0,60 mm) Kuarsa, SiO 2 = 44 % Plagioklas(Na,Ca)Al(Si,Al)Si 2O 8=14% Amfibol, (Na,Ca) 2 (Mg,Fe,Al) 3(Si,Al) 8O 22 (OH)=34% Biotit, K(Mg,Fe) 3(Al Si 3O 10)(OH) 2=1% Epidot, Ca 2(Al,Fe) 3 Si 3O 12(OH)=4% Garnet, Al 3B 2(SO 4) 3 = 2 % Oksida besi, Fe 2O 3 = 1 % Kuarsa = 30 % Plagioklas = 12 % Amfibol = 38 % Epidot = 8 % Garnet = 1 % Kyanit, Al 2SiO 5 = 6 % Oksida besi = 3 % Kalsit, CaCO 3 = 6 % Kuarsa = 22 % Plagioklas = 4 % Amfibol = 60 % Epidot = 8 % Garnet = 1 % Kyanit = 3 % Oksida besi = 2 % Kuarsa = 23 % Plagioklas = 4 % Amfibol = 58 % Epidot = 10 % Kyanit = 1 % Piroksen, (Ca,Mg,Fe,Na,Al,Ti)Si 2O 6) = 2 % Oksida besi = 2 % Amfibolit atau hornblende sekis Amfibolit atau hornblende sekis Amfibolit atau hornblende sekis Amfibolit atau hornblende sekis Sampel ketiga memiliki tujuh macam mineral yaitu kuarsa, plagioklas, amfibol, epidot, garnet, kyanit dan oksida besi; dan memiliki pola lineasi yang cukup baik, yang didukung oleh amfibol dengan kristal-kristal prismatik memanjang dalam jumlah banyak. Kuarsa dan jarang plagioklas tampak membentuk tekstur poikiloblastik. Mineral yang lain jarang hadir berupa epidot berkristal halus dengan relief tinggi, begitu pula dengan kyanit yang tersebar tidak merata. Sampel menunjukkan warna bening keruh kehijauan dengan bercak coklat hitam, bertekstur lepidoblastik dan poikiloblastik, strukturnya lineasi dan mineral utama penyusunnya amfibol (60 %) sehingga sampel ini juga dinamakan batuan amfibolit. Sedangkan sampel keempat mempunyai tujuh macam mineral yaitu kuarsa, plagioklas, amfibol, epidot, kyanit, piroksen dan oksida besi. Amfibol yang pada umumnya berbentuk prismatik memanjang yang kadang memperlihatkan pengarahan kristal. Pola deformasi

146 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No.2, Agustus 2010 (141 148) minimal dua kali tampak pada batuan ini. Kuarsa anhedral tampak memperlihatkan tekstur poikiloblastik, yang kadang bercampur dengan plagioklas dan piroksen berwarna hijau hitam. Epidot dengan kristal halus relief sangat tinggi tampak cukup merata terutama pada bidang-bidang deformasi. Sama halnya pada sampel-sampel sebelumnya, dilihat dari warnanya yang bening keruh kehijauan dengan beberapa bercak coklat dan hitam, bertekstur granolepidoblastik dan poikiloblastik, berstruktur lineasi dan mineral utama penyusunnya amfibol (58 %) maka dapat dikatakan bahwa batuan pada sampel ini adalah amfibolit. Mineral utama penyusun batuan amfibolit adalah amfibol. Amfibol terbentuk dari ubahan mineral olivin, dan olivin merupakan salah satu mineral utama pembentuk batuan beku. Batuan amfibolit merupakan hasil metamorfosa batuan basal atau gabro (Graha, 1987). Namun menurut Gaol et al. (2005) hadirnya batuan di anak sungai Riam Kanan di desa Aranio atau yang dinamakan dengan sungai Aranio kemungkinan hasil proses metamorfosa dari batuan peridotit. Jika dilihat dari peta geologi lembar Banjarmasin menunjukkan bahwa di sekitar anak sungai Riam Kanan dijumpai batuan gabro dan peridotit (Sikumbang dan Heryanto, 1994). Jadi batuan gabro dan peridotit kemungkinan keduanya merupakan batuan yang mengalami proses metamorfosa sehingga terbentuk batuan ini di sungai Aranio, dapat dikatakan demikian karena gabro dan peridotit memiliki kandungan mineral olivin. Gabro dan peridotit merupakan batuan dari klasifikasi batuan beku intrusif. Batuan beku intrusif terbentuk apabila magma mendingin dan membeku di bawah permukaan bumi (Sapiie et al., 2006). Kemudian terjadi proses metamorfosa pada batuan ini. Jenis metamorfosa yang pernah terjadi adalah metamorfosa regional, hal ini ditunjukkan oleh adanya foliasi (lembaran-lembaran mineral penyusun batuan yang memperlihatkan adanya penjajaran) pada sampel batuan. Pada peta geologi komplek akresi Bobaris-Meratus menunjukkan bahwa desa Aranio merupakan bagian dari komplek pegunungan Bobaris-Meratus (Sikumbang dan Heryanto, 1994). Deretan pegunungan Bobaris-Meratus terbentuk akibat

Jannah, R, Wianto, T dan Sudarningsih, Studi Mikroskopis Batuan... 147 subduksi atau tumbukan (collision) kerak benua. Saat satu segmen kerak mengalami stress, kompresi horizontal, batuan dalam kerak akan terlipat dan melengkung (buckling). Akibatnya kerak akan menebal pada satu tempat. Dasar kerak yang menebal akan terdorong lebih dalam ke arah selubung sehingga bagian dasar kerak tersebut mengalami peningkatan suhu dan tekanan. Sumber panasnya ini berasal dari magma yang dihasilkan pegunungan Bobaris-Meratus. Oleh karena terjadi peningkatan suhu dan tekanan itulah batuan beku intrusif (gabro & dalam klasifikasi batuan metamorf. Komposisi mineral batuan terdiri dari amfibol, kuarsa, plagioklas, biotit, epidot, garnet, kyanit, piroksen, oksida besi dan kalsit. Telah disebutkan sebelumnya bahwa mineral utama batuan amfibolit adalah amfibol. Unsur utama dari mineral amfibol adalah (Fe), magnesium (Mg), kalsium (Ca) dan natrium (Na). Oleh karena kehadiran unsur-unsur tersebut batuan ini dapat dimanfaatkan untuk membuat baja, pupuk, semen, keramik, kapur, gigi dan tulang atau rangka tiruan, sabun, tekstil, dan kaca. peridotit) perlahan-lahan berubah menjadi batuan metamorf (amfibolit). Berdasarkan hasil penelitian Gaol et al. (2005) menyebutkan bahwa proses metamorfosa yang menyertai pembentukan batuan di anak sungai Riam Kanan diiringi proses pengangkatan selama KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Sampel batuan berwarna bening hingga keruh kehijauan, berstruktur lineasi, dan pembentukan pegunungan Bobaris- bertekstur grano-lepidoblastik, Meratus, sesar normal dan sesar geser. Selain proses-proses tersebut kemungkinan ada satu proses lagi yang menyebabkan batuan amfibolit lepido-blastik dan poikiloblastik. 2. Komposisi mineral batuan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari amfibol, kuarsa, tersingkap di permukaan sungai plagioklas, biotit, epidot, garnet, Aranio yaitu karena adanya proses erosi. Batuan amfibolit atau sama dengan hornblende sekis termasuk 148 kyanit, Jurnal piroksen, Fisika FLUX, oksida Vol. 7 besi No.2, dan Agustus 2010 (141 148) kalsit. 3. Batuan yang terdapat di sungai Aranio adalah batuan amfibolit

(hornblende sekis) yang tergolong dalam batuan metamorf. DAFTAR PUSTAKA Gaol, K. L., H. Permana, A. Kadarusman, N. D. Hananto, D. D. Wardana, Y. Sudrajat. 2005. Model Gayaberat Pegunungan Bobaris-Meratus, Kalimantan Selatan, dan Implikasi Tektoniknya. Jurnal Geofisika. Graha, D.S. 1987. Batuan dan Mineral. Nova, Bandung. Sapiie, B., N. A. Magetsari, A. H. Harsolumakso, C. I. Abdullah. 2006. Geologi Fisik. ITB, Bandung. Sikumbang, N & R. Heryanto. 1994. Peta Geologi Lembar Banjarmasin, Kalimantan 1: 250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Sukandarrumidi. 2004. Bahan Galian Industri. Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta. Warmada, I.W & A. D. Titisari. 2004. Agromineralogi. Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta. Nandi. 2010. Batuan, Mineral dan Batubara. Fakultas Pendidikan IPS Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.