BAB I PENDAHULUAN. hlm M. Uzer Ustman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1995,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan Pendidikan, Rajawali Pres, Jakarta, 2011, hlm. 266.

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal. 1-2.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2009, hlm Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1997, hlm Engkoswara & Aan komariah, Administrasi Pendidikan, Alfabeta: Bandung, 2012, hlm. 92.

BAB 1 PENDAHULUAN. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.1. 2 Tatang S, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.14.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2013, hlm Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. CV.Pustaka Setia. Bandung, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta,2004, hlm Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. Anwar Hafid dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 56.

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293.

BAB I PENDAHULUAN. Arif Hadipranata, 2000, Peran psikologi di Indonesia,Yogyakarta, Fakultas Psikologi UGM,, hlm 75. 2

BAB I PENDAHULUAN. Zainy Chalish Hamdy dkk, Administrasi Pendidikan dan Supervisi Pendidikan, IAIN Press, Medan, 2005, hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 Moh.Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Pres, Yogyakarta, 2010, hlm

pembelajaran yang bersifat monoton, yakni selalu itu-itu saja atau tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2008, hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Roesdakarya,

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. Al-Hafidz Dzaqiyuddin Abdul Adzim Bin Abdul Qawi Al-Mundzir, Terjemah Ringkasan Shahih Muslim, Insane Kamil, Solo, 2012, hlm. 968.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran merupakan kata khusus dari kata umum pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, Jakarta, 2010, hlm Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tinta hitam tergantung yang menuliskannya. No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, Hlm: 28 2

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran dan pendidikan agama dari guru Pendidikan Agama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000, hlm Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sementara seseorang seperti kelelhahan atau disebabkan obatobatan,

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang serba modern dan canggih ini, dimana perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H Ba adillah Press, Jakarta, 2002, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Pustakarya, 2012, Hlm Faturrahman, Lif Khoiru Ahmadi, dan Sofan Amri, Pengantar Pendidikan, PT. Prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm. 54.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu direspon dengan

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Pendidikan

PENGEMBANGAN KARAKTER KEMANDIRIAN MELALUI PRORGAM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus Pada Siswa Di MTs Negeri Surakarta 1 Tahun Pelajaran 2013/2014)

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2003, Hlm.8 2 Zainal Asril, Micro teaching, Rajawali pers, Jakarta, 2013, Hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru,Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Abdurrahmabn Mas ud.et.al, Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. 1 Salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sesungguhnya.pendidikan dirancang untuk membentuk manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jogjakarta, 2013, hlm Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, Cv Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 168.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang mencetak tenaga kerja mempunyai tanggung jawab dalam

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan manusia yang cerdas dan berkarakter. Pendidikan sebagai proses

A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

PROFIL AISYIYAH BOARDING SCHOOL BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2013, hlm Barnawi & M. Arifin, Strategi & kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter,

I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, IKLIMSEKOLAH, DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zuhairi, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (solo: Ramadhani, 1993), hal. 9.

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun dan mengembangkan karakter manusia yang seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam sebuah pembelajaran terdapat berbagai macam persoalanpersoalan yang dihadapi oleh pendidik dan peserta didik. Salah satu persoalan penting yang dihadapi oleh peserta didik di Indonesia dimasa kini adalah pengelolaan kelas,kondisi perilaku siswa dan pemahaman siswa siswi,sebab pembelajaran yang efektif dan kondisi perilaku siswa yang baik adalah satu bentuk kunci kesuksesan dalam kelas. Pembelajaran dikatakan maju dan dapat bersaing dalam dunia pendidikan, apabila guru mampu menyesuaikan pola pikir dan kondisi perilakunya sesuai dengan tuntutan zaman. Untuk keperluan ini, pendidikan memegang peranan yang sangat penting,karena pendidikan adalah sebuah lembaga yang mencetak anak-anak bangsa dengan berpengetahuan dan berilmu sebagai bekal dalam hidup bersosial dimasyarakat. Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Proses pembelajaran juga merupakan proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa siswi atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam suasana edukatif untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. 1 Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah, menumbuh suburkan hubungan harmonis setiap pribadi dengan Allah SWT, manusia dan alam semesta. Dengan demikian, pendidikan islam itu beruapaya untuk mengembangkan individu sepenuhnya, maka sudah sewajarnyalah untuk dapat memahami hlm.13 1 M. Uzer Ustman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1995, 1

2 hakikat pendidikan Islam itu bertolak dari pemahaman terhadap konsep manusia menurut Islam. 2 Seorang guru selain harus mampu menyampaikan pembelajaran sesuai dengan buku pelajaran yang disampaikan kepada peserta didik juga harus mampu berbagai pengetahuan dan pengalaman sesuai dengan realitas sosial yang terjadi saat ini. Dalam konteks pendidikan Islam utamanya guru PAI harus mampu menyampaikan pendidikan Islam dengan luwes dan fleksibel sesuai dengan landasan Al-Qur an dan Hadits. Masalah saat ini yang masih dihadapi adalah masalah pengelolaan kelas dan kurangnya metode pembelajaran,banyak guru yang kurang mendalami proses pembelajaran dan kurangnya metode pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar ataupun kurangnya pendekatan-pendekatan yang diterapkan. Akibatnya siswa kesulitan dalam menangkap materi yang disampaikan oleh guru. Untuk meningkatkan kemampuan siswa-siswi, lembaga yang didalamnya terdapat kepala madrasah, guru dan para staf lainnya dituntut mampu memberikan pelayanan dengan baik. Hal ini perlu dilakukan agar para guru mampu melaksanakan proses pembelajaran efektif sesuai dengan standar kompetensi yang telah di tetapkan. Proses pembelajaran efektif dilakukan secara interaktif, memotivasi, menyenangkan dan mengasikkan untuk mendorong siswa-siswi berpartisipasi aktif, berinisiatif, kreatif perkembangan fisik serta kematangan psikologis. 3 dan mandiri, sesuai dengan bakat, minat dan Pembelajaran yang tepat dan sesuai akan memberikan wawasan yang banyak dan tepat juga terhadap siswa-siswi di madrasah. Sehingga guru dan siswa-siswinya akan dapat menjalankan proses pembelajaran dengan efektif. Dalam kaitannya dengan pendekatan demokratis yang bertumpu pada pandangan bahwa tiap orang memiliki hak untuk menyatakan pendapat, penulis mencoba menghubungkan dengan pembelajaran mata pelajaran Aqidah Akhlaq. Dengan menggunakan pendekatan demokratis guru dapat 2 M. Saekhan Muchith, Issu-Issu Kontemporer Dalam Pendidikan Islam, DIPA STAIN Kudus, Kudus, 2009, hlm. 3 Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik,Diva Press, Jogyakarta,2015,hal.15

3 menanamkan dasar mata pembelajaran aqidah aklaq kepada siswa-siswinya. Teramat penting pada proses pembelajaran yang berusaha untuk mengembangkan aspirasi siswa-siswi pada mata pelajaran Aqidakh akhlaq. Kaitannya dengan pembelajaran aqidah ahlak pada program boarding school sendiri adalah bagaimana cara seorang guru dapat memaksimalkan pembelajaran aqidah ahklaq dan menanamkan nilai- nilai budi pakerti serta pengawasan yang terus terjaga. Boarding school saat ini telah banyak sekali di Indonesia dan memiliki keberadaan dalam proses peningkatan pembelajaran yang tepat. Dengan program boarding school orang tua akan cukup tenang dan tidak perlu mengawasi anak-anaknya dengan ketat,karena di dalam boarding school sudah ada pengawasan yang baik dalam mengontrol tingkah laku anaknya. Keunggulan yang dimiliki program boarding school di Mts Negeri 1 Kudus sudah memeiliki keberhasilan dan keefektifan yang baik. Pada umumnya sekolah-sekolah regular terkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan akademis sehingga banyak aspek umumnya sekolah-sekolah regular terkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan akademis sehingga banyak aspek hidup anak yang tidak tersentuh. Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu yang ada dalam pengelolaan program pendidikan pada sekolah regular. Sebaliknya, sekolah berasrama dapat merancang program pendidikan yang komprehensifholistic dari program pendidikan keagamaan, academic development, lifeskill (soft skill dan hard skill) sampai membangun wawasan global. Bahkan pembelajaran tidak hanya sampai pada tataran teoritis, tapi juga implementasi baik dalam konteks belajar ilmu ataupun belajar hidup. Dalam membangun religius socity,maka semua elemen yang terlibat mengimplementasikan agama secara baik. Sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Makanya banyak sekolah asrama yang mengadopsi pola pendidikan militer,kedisiplinan untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Tata tertib dibuat sangat rigid lengkap dengan sangsi-sangsi bagi pelanggarnya. Daftar dosa dilist sedemikan rupa dari dosa kecil,menengah sampai berat. Jaminan keamanan diberikan sekolah

4 berasarama, mulai dari jaminan kesehatan(tidak terkena penyakit menular), tidak narkoba,terhindar dari pergaulan bebas dan jaminan keamanan fisik atau tauran jaminan pengaruh kejahatan dunia maya. 4 Program boarding school sangat baik diterapkan di MTs Negeri 1 Kudus karena dalam penarapannya dapat memebentuk karakter kepribadian siswa dengan cara murid-murid menghormati guru, menghargai sesama teman dan lingkungan masyarakat. Siswa yang sebelumnya akhlaqnya kurang baik lama-kelamaan akan berakhlaq dengan baik karena murid dimasukkan dalam lingkungan boarding school yang dalam pembinaannya dilakukan pengawasan yang baik dan pengontrolan terhadap anak-anak lebih baik. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini berjudul Implementasi Pendekatan Demokratis Dalam pembelajaran Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Progam Boarding School Kelas Unggulan Di MTs Negeri 1 Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016. B. Fokus Penelitian Dalam pandangan penelitian kualitatif, gejala yang terjadi bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah -pisahkan) sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti meliputi: aspek tempat (place), pelaku (actor) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.situasi sosial di dalam sekolah adalah sekolah, kepala sekolah, para guru, anak didik, sarana dan prasarana serta aktifitas yang ada di dalamnya. 5 Penelitian ini difokuskan pada penerapan pendekatan demokratis yang dilakukan oleh guru dalam pengelolaan kelas pada program boarding school dalam pembelajaran mata pelajaran Aqidah Akhlaq. Pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq difokuskan pada penerapan pendekatan dengan menggunakan 4 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,2001,hlm.36 5 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2006, hlm. 285.

5 pendekatan demokratis dalam pengelolaan pembelajaran kelas VII A,VIII A di MTs N 1 Kudus dan strategi yang digunakan oleh guru. C. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana implementasi pendekatan demokratis dalam pengelolaan kelas Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Program Boarding School kelas unggulan di MTs Negeri 1 Kudus? 2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendekatan demokratis pada pembelajaran Aqidah Akhlaq Progam Boarding School kelas unggulan di MTs Negeri 1 Kudus? D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi pendekatan demokratis padapembelajaran Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Progam Boarding School kelas unggulan di MTs Negeri 1 Kudus. 2. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendekatan demokratis pada pembelajaran Aqidah Akhlaq kelas unggulan di MTs Negeri 1 Kudus. E. Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian mengandung berbagai manfaat, baik secara teoritis dan praktis yang akan memberikan kontribusi dari penulisan skripsi ini: 1. Secara teoretis Dari hasil penelitian ini semoga dapat menambah khazanah keilmuan dalam bidang penelitian dan pendidikan agama Islam khususnya tentang Implementasi Pendekatan Demokratis dalam

6 pembelajaran Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Progam Boarding School Kelas Unggulan Di MTs Negeri 1 Kudus dan sebagai bahan informasi bagi semua pihak dalam memperdalam keilmuan serta melakukan penelitian lebih lanjut tentang pendekatan demokratis. 2. Secara praktis a. Bagi Madrasah dapat membantu pemahaman yang hendak di capai dalam pendekatan demokratis pada pembelajaran Aqidah Akhlaq. Murid-murid harus dipahamkan tentang pembelajaran Aqidah Akhlaq yang lebih luas, melalui implementasi pendekatan demokratis. b. Bagi guru, dapat membantu guru dalam menggunakan pendekatan demokratis pada pembelajaran Aqidah Akhlaq kelas VII Program boarding school kelas unggulan di Mts Negeri 1 Kudus. c. Bagi siswa, dapat membantu dalam proses berlangsungnya pembelajaran Aqidah Akhlaq.