BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. efektif dalam arti perlunya kecermatan penggunaan daya, usaha, pikiran, dana dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencukupi kehidupan dan/atau untuk aktualisasi diri. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas manusia sehingga kreativitas manusia adalah sumber ekonomi. pada produksi kreativitas dan inovasi manusia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

Factors Affecting The Occurrence of Carpal Tunnel Syndrome (CTS) in Cleaning Workers of Onion Bark at Trade Unit Bawang Lanang Iringmulyo Metro City

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara agraris, yang dimana. mayoritas penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani.

BAB I PENDAHULUAN. kimia, biologi, ergonomi, psikologis. 8 Salah satu jenis lingkungan kerja fisik.

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan suatu sistem kerja tetap bagi para pekerjanya, yaitu sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

I. PENDAHULUAN. nervus medianus tertekan di dalam Carpal Tunnel (terowongan karpal) di

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya di kantor, tetapi juga di rumah, sekolah, bahkan kafe-kafe. Dari

BAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. saraf yang terjadi ketika saraf medianus pada pergelangan tangan terjepit

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

Repository.unimus.ac.id

Unnes Journal of Public Health

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDHULUAN. Perkembangan industri percetakan di Indonesia berjalan pesat hingga

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

KELUHAN SUBJEKTIF CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEMERAH SUSU SAPI DI BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

ARTIKEL ILMIAH. Hubungan Umur, Masa Kerja, IMT dan Frekuensi Gerakan Repetitif dengan Kejadian Carpal Tunnel Syndrome

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

Kata kunci : Carpal Tunnel Syndrome (CTS), pengrajin, batu tatakan.

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

HUBUNGAN UMUR DAN MASA KERJA TERHADAP KEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) PADA PEKERJA PEMECAH BATU DI KELURAHAN CIBUNIGEULIS KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Upaya perlindungan terhadap bahaya yang timbul serta pencapaiaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan mengobati kecelakaan kerja dan penyakit sudah lama diketahui dan

BAB I PENDAHULUAN. permanen dalam bekerja. Pada tahun 2010 World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU DENGAN CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) PADA PEKERJA KONVEKSI

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2020 mendatang, di mana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan persyaratan yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi

Carpal tunnel syndrome

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB I PENDAHULUAN. tidak alamiah, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan pemakainya

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO TERJADINYA CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PERAJIN BATIK DI KELURAHAN PASIRSARI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan kerja, yang merupakan perlindungan tenaga kerja terhadap

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

Repository.unimus.ac.id

Jurnal Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup sehat bagi setiap penduduk akan mewujudkan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL. Pasien atas nama Ny.IA berumur 65 tahun yang mengeluh pergelangan

FAKTOR RISIKO ERGONOMI SAAT MENGETIK DAN HUBUNGANNYA DENGAN CARPAL TUNNEL SYNDROME

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan usaha mikro, kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labor Organization (ILO) dalam Nurhikmah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB I PENDAHULUAN. Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) teknologi. Seolah-olah hidup manusia sudah sangat tergantung pada

Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Wanita Pemetik Melati di Desa Karangcengis, Purbalingga

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

ABSTRAK. Deteksi Dini Sindrom Terowongan Karpal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas kerja akan tercapai jika semua komponen dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh ligamen-ligamen kuat yang mempersatukan tulang-tulang ini. Ulna distal

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang ada di sektor formal maupun informal. (1) Keselamatan kerja adalah upaya untuk mencegah timbulnya kecelakaan agar setiap karyawan dapat bekerja dengan aman dan nyaman serta terhindar dari kecelakaan kerja. (2) Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya kesehatan ini meliputi pekerja sektor formal dan informal. (3) Pekerja Indonesia tahun 2015 sesuai data dari Badan Statistik Pusat (BPS) yang bekerja pada sektor formal sebanyak 48,51 juta orang (42,25%) sedangkan sektor informal mencapai 55,31 juta jiwa (57,75%). (4) BPS Sumatera Barat pada tahun 2015 juga mencatat sebesar 777 ribu orang (35,58%) bekerja di sektor formal dan 1,4 juta orang (64,41%) bekerja di sektor informal. (5) Banyaknya sektor usaha informal saat ini tidak didukung dengan pelayanan dan promosi tentang K3. Selain itu tidak sesuainya rancangan tempat kerja, kurang baiknya prosedur atau pengorganisasian kerja, dan kurangnya peralatan pelindung bagi pekerja. Pekerja di Indonesipa dalam sektor informal dilaporkan menderita malnutrisi (salah / kurang gizi), penyakit akibat kerja (PAK), keracunan makanan, gangguan otot dan tulang, gangguan saluran pernapasan, penyakit penyakit kelenjar getah bening, penyakit darah, dan lain- lain. (6) 1

2 Menurut International Labour Organization (ILO) tahun 2007, 160 juta pekerja mengalami penyakit akibat kerja, setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan. Data tersebut juga menyebutkan bahwa terdapat 300.000 kematian yang terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat kerja. Selain PAK yang menyebabkan kematian, juga terdapat masalah kesehatan lain yang perlu mendapat perhatian antara lain ketulian, gangguan musculoskeletal, gangguan reproduksi, penyakit jiwa, sistem syaraf dan sebagainya. (7) Pada tahun 2003 World Health Organization (WHO) memperkirakan prevalensi gangguan musculoskeletal mencapai 60% dari semua penyakit akibat kerja. Gangguan muskuloskeletal menimbulkan rasa nyeri dan terbatasnya gerakan pada area yang terkena, terjadi akibat aktivitas fisik dari posisi kerja. (8) Penyakit akibat kerja yang banyak ditemukan akibat pekerjaan yang tidak ergonomis adalah muskuloskeletal disorders (MSDs). Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan bagian-bagian otot rangka (skeletal) yang merupakan kerusakan otot, tendon, ligamen, dan persendian dirasakan seseorang mulai dari keluhan yang ringan hingga keluhan yang sangat sakit. Salah satu jenis MSDs yaitu keluhan carpal tunnel syndrome yang gejalanya pada tangan dan pergelangan tangan yang diakibatkan iritasi pada nervus medianus. Keadaan ini disebabkan oleh aktivitas dalam bekerja yang menyebabkan penekanan pada nervus medianus. (9) Menurut data Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat (1994) menyebutkan bahwa tingkat kasus CTS adalah 4,8 kasus per 10.000 pekerja dengan 13% kasus disebabkan karena gerakan berulang-ulang dalam penggunaan sebuah alat, atau posisi menggenggam suatu alat. Berdasarkan laporan American Academy of

3 Orthopaedic Surgeons tahun 2007, kejadian CTS di Amerika Serikat diperkirakan 1-3 kasus per 1.000 subyek pada populasi umum. Pada tahun 2001 Biro Statistik Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat menyatakan pada periode 1996-1998 tercatat sampai 2.811.000 kasus, diantaranya adalah gangguan akibat faktor risiko (10, 11) ergonomi. Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI (2006), sekitar 40,5 % penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan pekerjaannya, gangguan kesehatan yang dialami pekerja menurut studi yang dilakukan tehadap 9.482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia, umumnya berupa penyakit musculoskeletal (16%), kardiovaskuler (8%), gangguan syaraf (6%),gangguan pernapasan (3%), dan gangguan THT (1,5%). Dapat disimpulkan penyakit akibat kerja yang banyak dialami pekerja di Indonesia adalah muskuloskeletal, salah satu diantaranya CTS. (12) Di Indonesia, urutan prevalensi CTS dalam masalah kerja belum diketahui karena sampai data terakhir tahun 2001 masih sangat sedikit diagnosis penyakit akibat kerja yang dilaporkan karena berbagai hal. Penelitian pada pekerjaan dengan risiko tinggi pada pergelangan tangan dan tangan melaporkan prevalensi CTS antara 5,6% sampai dengan 15%. Penelitian Harsono pada pekerja suatu perusahaan ban di Indonesia melaporkan prevalensi CTS pada pekerja sebesar 12,7%. (13) Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan salah satu jenis penyakit akibat kerja yang disebabkan gerakan berulang dan posisi yang menetap pada jangka waktu lama yang dapat mempengaruhi saraf, suplai darah ke tangan dan pergelangan tangan. (14) Gejala CTS berupa rasa kebas (mati rasa, baal atau kebal), kesemutan, rasa geli atau nyeri di daerah persarafan nervus medianus, dan kadang-kadang tangan terasa sembab. (13) CTS menjadi pusat perhatian peneliti karena termasuk gangguan yang paling cepat menimbulkan kelainan dan kecacatan pada pekerja. Selain

4 menimbulkan rasa nyeri, juga dapat membuat fungsi-fungsi pergelangan tangan dan tangan terbatas (disabilitas fungsional) sehingga berpengaruh terhadap pekerjaan sehari-hari. (15) Hasil penelitian Bur (2015) pada pekerja bagian produksi di PT. Sumatera Tropical Spices Berseri Kab. Padang Pariaman menunjukan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi CTS adalah faktor pekerjaan. (16) Faktor pekerjaan yang mempengaruhi CTS diantaranya adalah gerakan berulang, sikap kerja, lama kerja, dan masa kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2008) pada wanita pemetik melati di Purbalingga menunjukkan adanya hubungan antara gerakan berulang dengan kejadian carpal tunnel syndrome dengan p-value 0,013. Frekuensi gerakan berulang yang tinggi lebih dari 30 kali gerakan permenit dalam bekerja akan menyebabkan terjadinya CTS. Posisi tangan dan pergelangan tangan berisiko apabila dilakukan gerakan berulang/ frekuensi sebanyak 30 kali dalam satu menit. Semakin tinggi frekuensi gerakan berulang semakin tinggi risiko terjadinya CTS. (17) Sikap kerja yang tidak ergonomis dapat menyebabkan kelelahan dan cedera pada otot tangan. Sikap kerja yang tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah. Penelitian Agustin (2013) menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap kerja dengan kejadian sindrom terowongan karpal pada pembatik di CV. Pusaka Beruang Lasem dengan p-value 0,031. (18) Lama kerja juga merupakan salah satu faktor risiko yang mendukung munculnya gangguan CTS. Penelitian yang dilakukan oleh Suherman (2012) mengemukakan bahwa proporsi CTS lebih banyak ditemukan pada pekerja yang memiliki lama kerja 4-8 jam dibandingkan dengan pekerja yang memiliki lama kerja kurang/sama dari 4 jam perharinya. (19)

5 Begitu juga dengan masa kerja, masa kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung munculnya gangguan CTS yang disebabkan oleh pekerjaan. Proporsi CTS lebih banyak ditemukan pada responden yang mempunyai masa kerja lebih dari 4 tahun, dibandingkan dengan responden dengan masa kerja 1-4 tahun yang mengalami kejadian positif. Pekerja yang memiliki masa kerjanya >4 tahun mempunyai risiko mengalami kejadian CTS 18.096 kali lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang masa kerjanya 1-4 tahun. Hal ini terjadi karena semakin lama masa kerja, akan terjadi gerakan berulang pada finger (jari tangan) secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat menyebabkan stress pada jaringan disekitar terowongan karpal. (19) Pasar Raya Padang, Pasar Lubuk Buaya, Pasar Belimbing, Pasar Bandar Buat dan Pasar Siteba merupakan beberapa pasar tradisional yang ada di Kota Padang yang dikelola oleh Pemerintah Kota Padang. Penelitian dilakukan di lima pasar yang merupakan pasar terbesar yang memiliki jumlah pedagang kreatifitas lapangan (PKL) terbanyak di Kota Padang. Pekerja menggiling cabai secara manual menggunakan tangan dan batu giling. Dalam bekerja, pekerja banyak melakukan aktivitas statis/monoton dengan gerakan berulang. Pekerjaan menggiling cabai ini mayoritas dikerjakan oleh perempuan dengan kisaran usia 42-69 tahun. Lama kerja penggiling cabai beragam, tergantung pada banyaknya cabai yang digiling dalam satu hari. Masa kerja pekerja berkisar antara 1-20 tahun. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dalam menguatkan asumsi tentang adanya keluhan CTS pada pekerja penggiling cabai di Pasar Kota Padang, maka peneliti melakukan survei awal kepada 6 pekerja. Dari 6 pekerja didapatkan 3 orang pekerja (50%) mengalamai keluhan CTS. Persentase keluhan CTS yang dirasakan pekerja terdiri dari 50% (3 orang) merasakan nyeri,

6 50% (3 orang) merasakan kesemutan, dan 33,33 % (2 orang) merasakan kaku pada tangan. Dari tes phalen yang peneliti lakukan selama 60 detik, 50% (3 orang) pekerja merasakan nyeri dan kesemutan pada pergelangan dan jari tangan. Berdasarkan studi pendahuluan tersebut, maka peneliti berminat melakukan penelitian untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan keluhan subyektif pada pekerja penggiling cabai di pasar Kota Padang tahun 2016. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah faktor risiko yang berhubungan dengan keluhan subyektif Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja penggiling cabai di Pasar Kota Padang tahun 2016? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan keluhan subyektif Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja penggiling cabai di Pasar Kota Padang tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi keluhan subyektif Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja penggiling cabai di Pasar Kota Padang tahun 2016. 2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi gerakan berulang pada pekerja penggiling cabai di Pasar Kota Padang tahun 2016. 3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap kerja pada pekerja penggiling cabai di Pasar Kota Padang tahun 2016.

7 4. Untuk mengetahui distribusi frekuensi lama kerja pada pekerja penggiling cabai di Pasar Kota Padang tahun 2016. 5. Untuk mengetahui distribusi frekuensi masa kerja pada pekerja penggiling cabai di Pasar Kota Padang tahun 2016. 6. Untuk mengetahui hubungan antara gerakan berulang dengan keluhan subyektif Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja penggiling cabai di Pasar Kota Padang tahun 2016. 7. Untuk mengetahui hubungan antara sikap kerja dengan keluhan subyektif Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja penggiling cabai di Pasar Kota Padang tahun 2016. 8. Untuk mengetahui hubungan antara lama kerja dengan keluhan subyektif Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja penggiling cabai di Pasar Kota Padang tahun 2016. 9. Untuk mengetahui hubungan antara masa kerja dengan keluhan subyektif Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja penggiling cabai di Pasar Kota Padang tahun 2016. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Untuk kajian penelitian dan menyempurnakan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya serta sebagai rujukan atau sumber untuk penelitian selanjutnya dan menambah pengetahuan yang berhubungan dengan Kesehatan Masyarakat khususnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja. 2. Manfaat Praktis Memberikan informasi tentang faktor risiko yang berhubungan dengan keluhan subyektif Carpal Tunnel Syndrome bagi pekerja.

8 3. Untuk Peneliti Dapat memberikan informasi tentang faktor risiko yang berhubungan dengan keluhan subyektif Carpal Tunnel Syndrome 4. Untuk Masyarakat Menambah pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko yang berhubungan dengan keluhan subyektif Carpal Tunnel Syndrome. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Pasar Kota Padang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Pasar Raya Padang, Pasar Lubuk Buaya, Pasar Belimbing, Pasar Bandar Buat dan Pasar Siteba. Penelitian ini dilakukan menggunakan desain penelitian cross sectional dengan menggunakan alat ukur kuisioner dan lembar penilaian sikap kerja dengan menggunakan Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors (BRIEF) Survey.