II. VOLKANISME DAN BENTUKLAHAN BENTUKAN VOLKANIK

dokumen-dokumen yang mirip
BENTUKLAHAN ASAL VULKANIK

6.padang lava Merupakan wilayah endapan lava hasil aktivitas erupsi gunungapi. Biasanya terdapat pada lereng atas gunungapi.

AsaI Gejaia Volkanisme (Kegunungapian) Pada beberapa tempat di bumi sering tertihat suatu massa cair pijar yang dikenal dengan nama magma, keluar

Definisi Vulkanisme. Vulkanisme

1 AL A LUVI A FAN A S A l l uvi v a i l fan:

STANDAR KOMPETENSI. kehidupan manusia. 1.Mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan dan dampaknya terhadap kehidupan.

BAB II TATANAN GEOLOGI

01/04/2011 AL A F L ISO IS L L DAN DA ULT UL ISO IS L P L A P DA A DA VUL V K UL A K NIK A 3

BENTUK LAHAN (LANDFORM) MAYOR DAN MINOR

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

geografi Kelas X LITOSFER II KTSP & K-13 H. VULKANISME a. Pengertian Vulkanisme b. Gejala Vulkanisme

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.3. linier. effusif. sentral. areal. eksplosif

Tipe Gunungapi Komposit (Strato( Strato) Sifat Gunungapi Tipe Strato

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan

APLIK I AN LAN AN EKAP

BAB II. METODELOGI PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GARIS-GARIS BESAR ISI PROGRAM MEDIA (GBIM) : Pengembangan Fungsional Geologi : Pemahaman Magma dan Vulkanisme

KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI: Proses Pembentukan, dan Dampaknya Terhadap Kehidupan

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

BAB V ANALISIS DAN DISKUSI

BENTUK-BENTUK MUKA BUMI

Vulkanisme. Yuli Ifana Sari

BAB I BENTUK MUKA BUMI

Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

BENTANG ALAM KARST. By : Asri Oktaviani

ANALISA BENTANG ALAM

Grup Perbukitan (H), dan Pergunungan (M)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah a. Apa saja proses geomorfologi? b. Bagaimana hasil bentukan roman muka bumi yang terbentuk di permukaan bumi?

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36

Beda antara lava dan lahar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB II GEOLOGI REGIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB II GEOLOGI REGIONAL

FAKTOR PEMBENTUK TANAH

TENAGA EKSOGEN BENTUK MUKA BUMI. Dampak Terhadap Kehidupan TENAGA ENDOGEN ANEKA RAGAM BENTUK MUKA BUMI

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 2: GEOGRAFI LITHOSFER

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KLASIFIKASI BENTUKLAHAN

GERAKAN TANAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN. Proses Geologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BATUAN BATUAN BEKU, BATUAN SEDIMEN, DAN BATUAN MALIHAN/METAMORF

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. daratan. Salah satu kenampakan alam yang meliputi wilayah perairan ialah sungai.

BAB II KERANGKA GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berada di dalam wilayah Ring of Fire. Ring

1. Tenaga Endogen : Tektonisme, Vulkanisme, dan seisme 2. Tenaga Eksogen : Sinar matahari, udara, air, erosi, dan organisme

Hubungan Manusia dan Lingkungan Akibat Dinamika Litosfera

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

GEOLOGI DAERAH KLABANG

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS DISTRIBUSI FASIES GUNUNG MERAPI DI KECAMATAN SELO UNTUK IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA ERUPSI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Jenis Bahaya Geologi

BAB II GEOLOGI REGIONAL KOMPLEKS GUNUNG RAJABASA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

TUGAS TERSTRUKTUR M-2 MATA KULIAH ANALISIS LANSEKAP TERPADU Pembentukan Dataran Blitar-Kediri-Jombang-Malang

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).

Evaluasi Ringkas Geologi Waduk Penjalin

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

Transkripsi:

III. VOLKANISME DAN BENTUKLAHAN BENTUKAN VOLKANIK Volkanisme adalah proses keluamya magma ke permukaan bumi beserta gejalagejala yang menyertainya. Magma dalam perjalanan ke permukaan bumi akan mengalami perubahan sifat diferensiasi magma) dan dapat membeku di pawah permukaan membentuk batuan beku dalam batuan beku intrusit). Magma yang mencapai permukaan bumi disebut dengan lava dan rnembeku menjadi batuan beku luar (batuan beku ekstrusit). Secara umum magma dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu magma yang bersifat asam dan magma yang bersifat basa. Magma basa mempunyai kepekatan dan Ielehannya tidak terlalu luas sehingga menghasilkan gunungapi yang terjal. Volkanisme di Indonesia Indonesia termasuk negara yang banyak ditumbuhi gunungapi. Jumlah gunungapi yang ada di Indonesia mencapai 500 yang 177 di antaranya masih aktif (Bemmelen, 1970). Banyaknya gunungapi di Indonesia disebabkan karena Indonesia merupakan tempat pertemuan lempeng tektonik yang sating bertabrakan. Kaitan antara gejala tektonisme dan volkanisme d'uraikan di sub bahasan 2.1. Gunungapi di Indonesia sebagian besar mempunyai magma yang bersifat rendah, sehingga apabila keluar permu- andesitis/intermidiet. Magma intermediet kaan bumi akan mempunyai,angkauan yang luas dan membentuk gunungapi yang Iandai, sedangkan magma asam sangat pekat mempunyai kepekatan yang relaif pekat. Gunungapi dengan sifat lain juga pernah terbentuk dan saat ini sisa-sisanya dijumpai dengan umur Tersier atau lebih tua. Tipe-tipe Pluton Pluton merupakan masa batuan yang tersusun oleh batuan beku intrusif. Sebaran bentuklahan yang terbentuk oleh pluton di Indonesia tidaklah begitu luas. Bentuklahan plutonik terbentuk apabila tubuh pluton telah tersingkap ke permukaan karena batuan dan atau tanah yang menutupi telah tekikis. Pluton dapat terbentuk dengan ukuran beberapa meter hingga beberapa kilometer. Sill merupakan pluton yang berbentuk memipih (tabular) yang terbentuk karena magma

menerobos dan membeku di seta-seta antara perlapisan batuan. Sill dapat vertikal horizontal, maupun miring, yang penting adalah sill harus sejajar dengan perlapisan batuan, Ketebalan sill dapat bervariasi dari ukuran beberapa senti hingga ratusan meter, namun demikian ketebalan sill harus secara relatif tipis dibandingkan dengan batuan yang disisipi. Lakolit merupakan pluton yang terbentuk karena magma menerobos lapisan batuan dan menyebabkan batuan yang berada di atasnya melengkung ke atas. Billings (1982) menjelaskan bahwa ratio antara diameter dan tebal harus Iebih kecil dari 10, apabila rasionya lebih besar 10 dapat dikategorikan sebagai sill. Lapolit lapolit merupakan pluton yang berukuran Iebih besar dibandingkan dengan sill dan lakolit. Lapolit sebenarnya merupakan sill, tetapi berukuran lebih besar dan terbentuk di cekungan. Pakolit merupakan pluton yang terbentuk di bagian atas antiklin atau bagian dasar sinklinal. Dike merupakan pluton yang berbentuk pipih yang memotong perlapisan atau struktur batuan yang ada sebelumnya. Dike terbentuk karena magma mengintrusi bagian retakan atau celah batuan yang memanjang. Ukuran dike sangat bervariasi, tetapi rasio antara panjang dan tebal sangat besar. Vent/neck merupakan intrusi yang berbentuk kolom (prismatik) yang terbentuk pada umunya di lubang kepundan atau luabang-lubang lain dalam batuan. Batolit pluton yang mempunyai ukuran sangat besar dan diendapkan jauh di bawah permukaan bumi. Beberapa syarat disebut batolit menurut Billings (1982) adalah a) liputan/luar permukaan apabila tampak atas (dalam peta) lebih besar dari 100 km 2, b) semakin ke bawah diameternya semakin besar, c) tidak mempunyai dasar/kedalamanya tidak diketahui, d) bagian atas tidak teratur, e) tersusun oleh beberapa litologi.

Material yang keluar selama erupsi Bahan yang keluar pada saat proses letusan meliputi gas, piroklastik. dan lava. Karakteristik gas, piroklastik, dan lava menetukan bentuklahan yang akan terbentuk. Tekanan gas yang tinggi akan menghasilkan letusan yang dahsyat cicin menghasilkan material piroklastik dan menghasilkan cinder cone. Letusan yang didominasi oleh lava akan membentuk bentuklahan yang berasosiasi dengan leva. Tipe-tipe Erupsi Erupsi secara garis besar dapat dibedakan menjadi erupsi linier dan erupsi terpusat. Erupsi linier merupakan proses keluarnya magma melalui celah memanjang. Erupsi ini dicirikan oleh magma yang bersifat cair. Erupsi terpusat menghasilkan tiga macam gunungapi tergantung pada tipe letusannya. Erupsi terpusat dapat dibedakan lagi menjadi tiga, yaitu eksplosif, dan effusive. Erupsi sentral effusive terjadi apabila lava cair tanpa disertai adanya ledakan. Erupsi yang bersifat eksplosif ditandai dengan ledakan yang dahsyat menhasilkan bahan piroklastik.

Evolusi dan Perkembangan Tubuh Gunungapi Tubuh gunungapi sepanjang waktu geologi selalu mengalami evolusi sebagai akibat dari letusan yang periodik maupun karena proses-proses eksogen (pengikisan). Gunungapi yang baru mengalami letusan dahsyat meninggalkan tubuh gunungapi yang terpotong bagian atasnya membentuk kaldera. Kaldera lambat laun akan terisi oleh material letusan dan membentuk puncuk gunungapi baru.

Bentuklahan Bentukan Volkanik Sebagian besar gunungapi di Indonesia merupakan gunungapi tipe strato yang dibangun oleh material lepas ( piroklastik) daripada oleh oleh aliran lava. Aliran lava berperan kurang penting dalam pembentukan gunungapi strato di Indonesia. Material piroklastik tersebut tersusun oleh abu, pasir, dan material lebih kasar yang berasal dari pecahan-pecahan lava. Tubuh gunung api strato di Indonesia secara umum dapat dibedakan menjadi tiga yaitu lereng atas, lereng tengah, dan lereng bawah (Verstappen, 1963). Lereng pada umumnya berbentuk cekung, bagian atas, lurus dan terjal, bagian tengah jauh lebih landai, bagian bawah landai. Material penyusun gunungapi strato di Indonesia didominasi oleh material piroklastik daripada lava. Lereng atas terbentuk oleh perpindahan bahan piroklastik menuruni lereng secara gravitatif. Illatarial piroklastik (abu, lapili, bomb) di lereng atas merupakan material hasil ietusan dan tombakan aliran lava atau sumbat lava. Ciri lain dari material penyusun lereng atas adalah semakin jauh dari puncak mempunyai material semakin kasar, sehingga semakin menjauihi puncak mempunyai lereng semakin terjal hingga mencapai kemiringan maksimum 34. Hal ini disebabkan karena perpindahan material murni disebabkan oleh gaya gravitasi, tanpa ada tenaga pengangkut. Lereng tengah vulkan terbentuk oleh endapan aliran landai. Berbeda dengan perpindahan material lereng atas, lahar terangkut oleh baik karena gaya gravitasi dan tenaga air, sehingga material yang lebih halus terangkut lebih jauh. Kemiringan lereng semakin jauh berangsur landai dengan kemiringan 10-12. Selama dan setelah letusan pada umumnya, lahar menutupi semua lembah. Endapan lahar ini selanjutnya akan terkikis kembali apabila aktivitas vilkanisme berhenti. Di beberapa gunungapi seperti Gunungapi Merapi di DIY, aliran lahar telah dikendalikan dengan cara membangun bendung pada lembah-lembah yang sering dilalui lahar. Lahar yang tertangkap bendung dimanfaatkan sebagai bahan tambang pasir, sehingga proses alami seperti diuraikan di atas terganggu. Bagian lereng tengah volkan mempunyai porositas yang besar, sehingga di lereng bagian tengah pada umumnya digunakan sebagai lahan pertanian lahan kering. Lereng bawah merupakan endapan air permukaan hasil erosi material piroklastik yang ada di lereng tengah. Bila di bagian bawah tidak terdapat perbukitan atau pegunungan, lereng bagian bawah mempunyai kemiringan kurang dari 2. Penggunaan lahan pertanian di lereng bawah didominasi oleh persawahan dengan air irigasi berasal dari sungai dan mataair. Mataair niuncul melingkari tubuh gunungapi pada umumnya pada tekuk lereng antara lereng tengah dan lereng bagian bawah. Tekuk lereng yang menjadi tempt pemunculan mataair tersebut dikenal dengan istilah sabuk mataair. Selain bentuklahan yang didasarkan pada morfologi gunungapi strato seperti tersebut di atas, bentuklahan bentukan volkan dapat dikelompokkan menjadi bentukan yang terkait dengan batuan intrusi, bentukan terkait dengan lava, dan bentukan kompleks.

Bentuklahan yang terkait dengan intrusi Batuan beku intrusi (pluton) walapun secara genetik merupakan magma yang membeku di bawah permukaan, pluton di banyak tempat telah muncul ke permukaan akibat terkikisnya batuan penutupnya. Munculnya pluton ke permukaan telah membentuk roman bumi yang mempunyai karakteristik yang sangat spesifik berbeda dengan bentuklahan lahan. Singkapan pluton sangat mudah dikenali dari lerengnya yang terjal bahkan banyak pluton dijumpai dengan lereng yang tegak (90 0 ). Ciri lain adalah kekarkekar kolumnar sebagai ciri batuan beku dalam dan secara petrografis dicirikan oleh tekstur batuan yang kasar dan holokristalin. Penamaan bentuklahan plutonik sama dengan nama pluton. atas aliran lava. Apabila magma sangat pekat, maka aliran lava yang terbentuk sangat pendek membentuk tholoid. Lava yang sangat pekat yang membeku di ujung lubang keluarnya magma (kepundan) sebelum sempat mengalir akan membentuk sumbat lava. Sebaliknya lava yang cair dapat mengalir dengan jarak yang jauh hingga mencapai cekungan di lereng bagian bawah membentuk hamparan lava yang luas dan dikenal dengan medan lava. Bentuklahan yang terkait dengan lava Aliran lava merupakan bentuklahan yang banyak dijumpai pada tubuh gunungpai. Aliran lava ierbentuk pada saat letusan yang bersifat efusif. Aliran lava tampak atas terlihat seperti lidahlidah yang berawal dari lereng atas volkan dan meyebar ke lereng tengah. Aliran lava dicirikan oleh relief yang kasar dengan leren-lereng yang terjal. Air terjun di lereng volkan pada umumnya tenbentuk pada sungai-sungai yang mengalir di Lava cair yang keluar melaiui celah yang memanjang dan menyebar di sepanjang celah akan membentuk plato lava. Aliran lava menurut bentuk permukaannya juga dapat dibedakan

menjadi Aa dan Pahuhu. Aliran lava Aa mempunyai morfologi permukaan yang kasar dan tidak teratur, sedangkan aliran lava Pahuhu mempunyai kenampakan permukaan seperti anyaman tali. Permukaan aliran lava pahuhu sering membeku terlebih dahulu, sedangkan bagian bawahnya masih mengalir. Bagian yang mengalir tersebut meninggalkan bagian atasnya yang sudah membeku membentuk lorong lava. Lorong lava atau gua lava apabila i - untuh akan menhasilkan lembah-iembah memanjang dengan dinding yang terjal. Lorong-lorong lava terbentuk pada umumnya di bagian atas aliran lava. Fenomena aliran lava lain yang sering dijumpai adalah aliran lava yang memasuki perairan. Aliran lava memasuki perairan akan mempunyai sturktur bantal atau disebut dengan lava bantal. Bentuklahan volkanik dengan genetik kompleks Selain proses keluarnya magma ke permukaan bumi, volkanisme jupa sering diikuti atau disertai oleh peristiwa runtuhan (subsidence), longsongan, dan tektonik. Letusan yang dahsyat pada umumnya meniggalkan bagian dalam ruangan magma kosong. Ruangan yang berongga ini menyebabkan bagian kerucut volkan runtuh meninggalkan cekungan yang lebar dan dikelilingi oleh dinding terjal yang disebut dengan kaldera. Struktur geologi regional, terutama sesar, merupakan kontrol perkembangannya bentuklahan gunungapi di Indonesia. Sesarsesar di daerah gunungapi mengontrol terbentuknya ngarai (rift) di beberapa gunungapi seperti Tengger, Kelud, dan Ungaran. Aliran lahar merupakan proses turunnya material piroklastik yang terdapat lereng atas. Proses ini pada umumnya proses longsoran di lereng atas

gunungapi yang dipicu oleh hujan, Lahar turun ke lereng bawah melewati lembahlembah, seperti halnya aliran lava. Aliran lahar apabila mencapai lereng bawah gunungapi akan dapat melingkupi daerah yang luas membentuk medan lahar. Lahar tersusun oleh endapan piroklastik dari ukuran debu hingga bongkah tanpa ada pemilahan (sortasi jelek). Bentuklahan volkanik lainnya Baranko merupakan jurang-jurang dalam di lereng gunungapi. Baranko terbentuk karena proses pengikisan yang lebih intensif dibandingkan daerah di kanan kiri Intensif pengikisan disebakan karena materialnya piroklastik, sedangkan bagian di kanan kirinya yang tidak terkikis berupa aliran lava. Kerucut parasiter merupakan kerucut yang muncul di lereng gunungpai utama. Magma dapat keluar di lereng tengah gunungapi melalui celahcelah yang ada di gunungapi yang tinggi, sehingga magma renderung untuk meilih jalan yang pendek melalui celah di lereng tengah gunungapi. Kerucut parasiter tersusun baik oleh aliran lava maupun piroklastik, tergantung pada sifat letusannya.