Materi kuliah dapat didownload di www.fiktm.itb.ac.id/kk-geologi_terapan HIDROGEOLOGI UMUM (GL-3081) MINGGU KE-14 ANALISIS CEKUNGAN AIR TANAH Oleh: Prof.Dr.Ir.. Deny Juanda Puradimaja, DEA Asisten: Dr. D. Erwin Irawan 1 Couse note for ITB student. Permission for other uses to Prof. Deny Juanda Puradimaja 1 Tiga Sistem Hidrologi di Alam 2 Couse note for ITB student. Permission for other uses to Prof. Deny Juanda Puradimaja (Castany, 1982) 2
CEKUNGAN HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI O 3 Couse note for ITB student. Permission for other uses to Prof. Deny Juanda Puradimaja 3 KOTA BANDUNG (www bandung.go.id) Cekungan Bandung (www. Luas Wilayah : 16.729,50 Ha Jumlah penduduk : 2.510.982 jiwa (Maret 2004) Kepadatan penduduknya sebesar 155 jiwa/ha /Ha. KOTA CIMAHI (www.cimahikota.go.id) Luas wilayah : 40,2 km 2 Jumlah penduduk : 509.084 jiwa (2005) KAB. BANDUNG BANDUNG BARAT (Wikipedia.com) Luas Wilayah : 2.000,91 km² (termasuk Kabupaten Bandung Barat) Jumlah Penduduk d : 4.263.934 (BPS, 2002) www. bandung.go.id 4
Kebutuhan air Dengan Asumsi Jumlah penduduk 7 juta orang Kebutuhan per orang 125 liter/hari i 350 juta m 3 /tahun Keperluan sosial dan kantor 30 juta m 3 /tahun Kebutuhan Industri 132 juta m 3 /tahun Total Kebutuhan 512 juta m 3 /tahun 5 Djaendi (2007) dalam www.walhijabar CAT Bandung Luas CAT Bandung lebih kurang rang1974 1.974 km 2 Potensi AT bebas & Tertekan 1.159 juta m 3 /tahun Potensi Air Permukaan Normal : 2.143,6 juta m 3 /tahun Kering : 1.446,9 juta m 3 /tahun Danaryanto dkk (2005) dan TKKPKACB (1995) dalam Hamandi dkk (2006) 6
KOTA BANDUNG PP No 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN): Pusat Kegiatan Nasional Perda Propinsi Jawa a Barat No. 2 Tahun 2003 tentang RTRW Propinsi Jawa Barat: Pusat Pertumbuhan Wilayah Barat disamping DKI Jakarta. Kawasan Andalan Cekungan Bandung dengan sektor unggulan industri, pertanian tanaman pangan, pariwisata,dan perkebunan. (RKPD Kota Bandung 2006) 7 ISU SUMBERDAYA AIR KOTA BANDUNG Terbatasnya ketersediaan air baku sebagai akibat tekanan pertambahan penduduk dan penurunan debit sumber air karena tingginya run off air hujan yang tidak diimbangi upaya-upaya konservasi yang melibatkan peran serta segenap lapisan masyarakat. Pada saat ini cakupan pelayanan air bersih baru mencapai lk. 53 % dari total populasi dengan pelayanan 60 liter/orang/hari. Disamping itu masih ada tingkat kebocoran yang cukup tinggi. (RKPD Kota Bandung 2006) 8
PENGEMBANGAN KOTA BANDUNG RPJPD Kota Bandung, 2005 9 LUAS PENGGUNAAN LAHAN KOTA BANDUNG 10
PENGEMBANGAN PUSAT KAWASAN PRIMER GEDEBAGE Bisnis, sosial, rekreasi, dan olah raga. Luas: ± 526.27 27 ha Batas utara: Jalan Soekarno-Hatta Batas selatan: Jalan Tol Padaleunyi Batas barat: Jalan Gedebage Lama Batas timur: Jalan Cimencrang 11 ARAHAN TATA RUANG METROPOLITAN BANDUNG Djatmiko, 2004 12
Djatmiko, 2004 13 Tingkat Ekploitasi Airtanah di CAT Bandung Back to Main 14
Zona Tingkat Kekritisan Resapan Lahan CAT Bandung Narulita, et. Al. (2008) Back to Main 15 Peningkatan Run-Off dan debit Sungai Citarum Koef. Run-Off Aliran limpasan (Run-Off) Nov 2007 Jl. Pasteur - BTC, Debit extrim max. S. Citarum Wangsaatmaja, et. Al. (2006) Back to Main 16
Prioritas Rehabilitasi Daerah Potensi Imbuhan AT Di CAT Bandung Daerah hulu Majalaya. Daerah hulu Malabar yang merupakan hulu daerah Soreang. Daerah Lembang. Daerah Tanjungsari. Daerah Batujajar yang merupakan hulu daerah Cimahi. Daerah sekitar Gunung Halu. Narulita, et. Al. (2008) Back to Main 17 Pemanfaatan SDA alternatif melalui Teknologi Pengolahan Air Diagram Pengolahan Air Status Mutu Air Sungai Citarum & Waduk Saguling Back to Main 18
Potensi air permukaan Normal : 2.143,6 juta m 3 /tahun Kering : 1.446,9 juta m 3 /tahun Pemanfaatan : PDAM 80 juta m 3 /tahun Industri i 10 jutam 3 /tahun Pertanian 1.009 juta m 3 /tahun Tidak Termanfaatkan : Normal : 1.045 juta m 3 /tahun Kering : 348 juta m 3 /tahun 19 Hamandi dkk (2006) Penyediaan air PDAM Kota Bandung Melayani sekitar 65 % Debit air baku yang diolah 2.555 l/detik 80 juta m 3 /tahun PDAM Kab. Bandung Melayani sekitar 13,12 % Debit air baku yang diolah 613 l/detik 19 juta m 3 /tahun Pengambilan Air Tanah (2415 Smr Bor) 51,4 juta m 3 /tahun (2005) Total Kebutuhan 512 juta m 3 /tahun Djaendi (2007) dalam Walhijabar Defisit 361,6 juta m 3 /tahun 20
Gambar desentralisasi manajemen sumber daya air versus sifat air (Soetrisno S., 2002) 21 Bagan / lembaga yang tugasnya berkaitan dengan sumber daya air 22
23 24
Potensi air permukaan Fachrudin (1996) : Curah hujan rata-rata di CAT Bandung 2142 mm/tahun Limpasan permukaan : 668 mm/tahun Evapotranspirasi aktual : 993 mm/tahun Base flow sebesar 441 mm/tahun Imbuhan airtanah ke dalam CAT Bandung 481 mm/tahun (22 % curah hujan tahunan) LPPM ITB Eksfiltrasi (Base flow) 26.72 m 3 /det mengalir ke Sungai Citarum Menurut Muhammad (1995) air hujan masuk ke Cekungan bandung (14.88 m 3 /det) melalui : Aliran air permukaan (sungai) : ± 268 juta m 3 /thn (8.61 m 3 /det). Airtanah dangkal (0 - ± 30 m): ± 78 juta m 3 /thn (2.51 m 3 /det). Airtanah dalam (kedalaman 40 250 m) : ± 117 juta m 3 /thn (3.76 m 3 /det). 25 Kondisi Air Permukaan Sungai penting yang mengalir dari KBU diantaranya adalah: Cihujung, Cibeureum, Cikapundung, Cipamokolan, Cikeruh dan Citarik. Sungai penting yang mengalir dari KBS diantaranya adalah: Ciwedey, Cisangkuy dan Cirasiah. Semua sungai tersebut t mengalir ke Sungai Citarum Luas DAS Citarum sebesar 2283 Km 2, jika ditambah dengan luas waduk Saguling, maka luas DAS Citarum menjadi 2290 Km 2. (Luas DAS Citarum dianggap sama dengan luas Cekungan Bandung) 26
Debit Sungai Citarum yang masuk waduk Saguling tahun 1987 maksimum (bulan April) sekitar 140 m 3 /det dan minimum sekitar 35 m 3 /det. Sungai Citarum dibendung di beberapa daerah menjadi reservoir air di Saguling, Cirata dan Jatiluhur. Di daerah Timur dan Timurlaut Cekungan Bandung terjadi aliran permukaan masuk ke dalam Cekungan Bandung dari Cekungan Sumedang. Aliran dasar atau base flow sangat bervariasi terhadap ruang. DAS Cikapundung atas mempunyai aliran keluar hampir sebesar 1.7 mm/hari yang mengindikasikan kontribusi aliran airtanah ke dalam aliran air permukaan 27 DAS Baseflow sungai oleh IWACO & WASECO (1990) dapat dipandang sebagai bagian debit keluar dari storage airtanah. Debit minimum rata-rata tahunan untuk Cekungan Bandung bervariasi antara diantara 9.5 25 L/det/Km 2 Tabel Koefisien Imbuhan Minimum Beberapa DAS Sungai-sungai g di sekitar dan di dalam CAT Bandung (sumber: IWACO & WASECO, 1990) Luas (Km 2 ) Curah Hujan Rata 2 (mm/thn) Debit Minimum Litologi i Rata 2 Tahunan (mm/hari) Debit Minimum Rata 2 Tahunan (L/det/Km 2 ) Klasisifikasi Baseflow Koefisien Imbuhan (%) Cikapundung 75 2600 Qv 1.67 19.2 tinggi 23 Cigulung 34 2600 Qv 1.71 20.0 tinggi 24 Citarum hulu 65 2900 Qv 1.54 17.8 tinggi 22 Cisangkuy 34 2900 Qv 1.23 14.1 tinggi 17 Ciwidey id 1 0.4 3100 Qv 1.1717 13.5 tinggii 14 Ciwidey 2 10.8 3100 Qv 1.57 18.2 tinggi 19 Cipadaruum 30 3100 Qv 2.10 24.3 sngt tinggi 25 Cisarua 1 4.7 3100 Qv 0.82 9.5 sedang 10 Cisarua 2 2.4 3100 Qv 1.14 13.2 tinggi 13 Cidadap 85 2800 Qv & Tm 1.55 17.9 tinggi 20 Cimeta Couse 80note for ITB 2800 student. Permission Qv & Tfor other uses 0.86to Prof. Deny Juanda 10.0 Puradimaja sedang 11 28
Pemanfaatan Penggunaan air di CAT Bandung menurut Muhammad (1995) untuk beberbagai keperluan dapat diperkirakan sebagai berikut: PDAM Kodya Bandung : ± 2350 L/det (2.35 m 3 /det), PDAM Kabupaten Bandung : ± 500 L/det (0.50 m 3 /det), Industri (terutama textil) : ± 3000 L/det (3.00 m 3 /det). PDAM Kodya Bandung : 2000 L/det (2 m 3 /det) dipenuhi air permukaan Sungai Cisangkui : 1350 L/det (1.35 m 3 /det) Sungai Cikapundung sebanyak 650 L/det (0.65 m 3 /det) 350 L/det (0.35 m 3 /det) diambil dari airtanah 29 Pemanfaatan PSDA, 2008, data pemakaian air oleh industri dari 942 industri yang tercatat hanya 87 industri yang memakai air permukaan. Rata-rata pemakaian air permukaan 755.667,7 m3/bln air tanah 2.570.262 m3/bln. Sedangkan untuk hotel 68 hotel dan pemukiman yang tercatat yang menggunakan air tanah hanya 1 buah. Debit pengambilan air permukaan 19.440 m3/bln sedangkan air tanah 78.640 m3/bln. 30
Pemanfaatan Menurut Jayamurni (2006), sumber potensi pemenuhan air baku untuk rumah tangga, kota dan industri dan selanjutnya disingkat dengan RKI dalam Cekungan Bandung pada tahun 2006 total 10.15 m 3 /det yang didapat dari : Sungai Cisangkuy 5.4 m 3 /det dan Sungai Cikapundung 1.5 m 3 /det Airtanah sebesar 3.25 m 3 /det, Menurut Wirakusumah (2006), perkiraan kebutuhan air tahun 2005 adalah 512 juta m 3 /tahun (16 m 3 /det). Kebutuhan ini akan dipenuhi oleh PDAM Kodya Bandung sebesar 560 L/det (0.56 m 3 /det), dari PDAM Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cimahi sebesar 613 L/det (0.61 m 3 /det). PDAM umumnya mendapatkan sumber air dengan proporsi 40 % dari air permukaan dan 60 % dari air tanah 31 Pengembangan Muhammad (1995) juga mencatat bahwa kebutuhan air di Bandung pada tahun 70-an sekitar 10.5 juta m 3 /thn (0.34 m 3 /det), tahun 1990 sekitar 46.5 juta m 3 /thn (1.49 m 3 /det) dan pada tahun 1995 sekitar 77 juta m 3 /thn (2.48 m 3 /det). Menurut Jayamurni (2006), Proyeksi kebutuhan air total tahun untuk tahun 2015 adalah 13 m 3 /det dan tahun 2025 adalah 37 m 3 /det. Bila dianggap debit air hujan yang masuk ke Cekungan Bandung sebesar 14.88 m 3 /det dianggap tetap maka jumlah kebutuhan air tersebut tidak mungkin hanya dipenuhi dari air tanah Kemungkinan pengembangan berasal dari debit base flow sungai di Cekungan Bandung yang akumulasinya terukur di Sungai citarum sebesar maksimim 140 m 3 /det dan minimum sekitar 35 m 3 /det. Namun hal tersebut perlu ditingkatkan dulu kualitasnya mengingat selama ini sungai dijadikan sebagai tempat untuk membuang limbah. 32
Kesimpulan Prospek pengembangan air permukaan di Bandung sangat bagus sebagai upaya mengurangi penggunaan air tanah. Potensi pengembangan pemanfaatan air permukaan berasal dari Sungai sungai di cekungan Bandung, namun perlu ditingkatkan dulu kualitasnya mengingat selama ini sungai dijadikan sebagai tempat untuk membuang limbah. 33 Perkembangan Regulasi Air Tanah Periode Sebelum Kemerdekaan 1945 Staatblad 1871, No.19: Pemboran oleh Zeni Angkatan Darat. Staatblad 1873,No.337: Pemboran oleh Dinas Penyelidik Bumi. Tahun 1884: pemboran lebih dari 15m harus ada ijin dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Staatblad 1924,No.430, ijin kewenangan Dienst van Mijnwezen. Staatblad 1924,No.74, pemboran lebih dari 15m harus ada ijin dari Pemerintah Propinsi atas konsultasi dengan Biro Pertambangan. 34
Perkembangan Regulasi Air Tanah Periode 1945-1974 Kepres No.64/1972 tentang Pengaturan Penguasaan dan Pengurusan Uap Geothermal, Sumber Air Bawah Tanah dan Mata Air Panas. 35 Periode 1974-2000 Perkembangan Regulasi Air Tanah UU No. 11/1974 tentang Pengairan PP No.2 Tahun 1982, tentang Tata Pengaturan Air. Permentamben No.03/P/M/Per-tamben/1983 tentang Pengelolaan Air Bawah Tanah Permentamben e No.08.P/03/M.PE/1991 /, penggunaan air dan/atau sumber air untuk kegiatan usaha industri dan pertambangan, termasuk kegiatan usaha pertambangan minyak dan gas bumi diatur bersama oleh Menteri yang bersangkutan. 36
Perkembangan Regulasi Air Tanah Periode 1974-2000 Permentamben No.02.P/101/M.PE/1994 tentang Pengurusan Administasi Air Bawah Tanah Keputusan Direktur Jendral Geologi dan Sumber Daya Mineral No.005.K/10/DDJG/1995 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengurusan Administrasi Air Bawah ah Tanah. Kepmentamben No.1945.K/102/M.PE/1995 tentang pedoman pengelolaan air bawah tanah untuk Daerah Tingkat II. Kepmentamben No.1946.K/102/M.PE/1995 tentang perizinan pengeboran dan pengambilan air bawah tanah untuk kegiatan usaha pertambangan dan energi. 37 Periode Otonomi Daerah (sekarang ini) (UU No.22/1999 dan PP No.25/2000) Penyelenggaraan pengelolaan air tanah dilakukan oleh Pemerintah daerah (Kab/Kota dan Prop) dan Pusat (DESDM) Kepmen ESDM No.1451.K/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah Kepmen ESDM No. 716.K/40/MEM/2003 tentang Batas Horizontal Cekungan Air Tanah di P. Jawa dan P. Madura UU No.7/2004 tentang Sumber Daya Air (bersifat desetralistik) PP No. 43/2008 tentang Air Tanah Perda Jabar No. 5/2008 dan Pergub Jabar No. 41/2008 tentang Pengelolaan Air Tanah Lintas Batas Cekungan 38
IMPLEMENTASI DI JAWA BARAT (sumber : pertemuan pemangku kebijakan air tanah CAT Bandung, Januari 2006) Indikator Tahu n Efektivita s Penggunaan ijin 1974 N/A Zonasi wilayah dalam katagori: (1) Daerah Kritis, (2) Daerah Rawan, (3) Daerah Aman 1994 N/A Pentarifan pemakaian air tanah 1974 N/A Kekurangan Sumur liar (khususnya pd industri) masih banyak Penurunan muka air tanah di daerah kritis masih terjadi Pemakaian domestik tidak dikenakan Pengurangan pemakaian sumur air tanah oleh lhpdam 1990 N/A Air tanah masih menjadi sumber bagaipdam pada bb beberapa daerah Rencana relokasi industri 1990 Biaya terlalu mahal Persyaratan perijinan berdasarkan kriteria tekis berikut: (1) Kedalaman dan panjang saringan, (2) diameter pipa, pp (3) kekuatan pompa, p (4) 1995 efektif kedalaman sumur, (5) diameter pipa pizometer, (6) kedalaman akifer yg disadap 39 IMPLEMENTASI DI JAWA BARAT (sumber : pertemuan pemangku kebijakan air tanah CAT Bandung, Januari 2006) Indikator Tahu n Efektivita s Kekurangan Pengurangan g pemakaian air tanah 1995 Muka air tanah masih turun Pentarifan air tanah 1995 Efektif untuk industri tapi Keperluan domestik tidak ditarif tidak untuk domestik Pemasangan meteran 1995 80 % Tidak semua sumur bermeteran Desentralisasi (penyerahan kewenangan pengelolaan l air tanah dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah (provinsi dan kab/kota) 1999 Penghentian ijin pada daerah tertentu 2000 Penuruan muka air tanah masih terjadi Pengaturan tata guna lahan 2000 Kurangnya koordinasi rencana tata guna lahan antara pemerintah provinsi idan kb/k kab/kota 40
IMPLEMENTASI DI JAWA BARAT (sumber : pertemuan pemangku kebijakan air tanah CAT Bandung, Januari 2006) Indikator Pajak air tanah berdasarkan konsevasi dan harga air baku Tahu n 2001 Efektivita s Efektif untuk industri, tidak untuk domestik Kekurangan Domestik tidak ditarif Pembuatan sumur pantau Muka air tanah masih turun Pengengalan teknologi 3R 2000 Tidak efektif Pelaporan penggunaan air tanah Pengenalan sumur resapan buatan untuk domestik dan indusri kususnya di daerah konservasi Efektif mengetahi jumlah pemakaian industru 1995 N/A utk Tidak adanya insentif bagi industri yang melaksanakannya Hanya sekitar 5% dari domestik yang melaksanakannya Sistem informasi dan data base air tanah 2002 Tidak terbarui 41 IMPLEMENTASI DI JAWA BARAT (FAKTA LAPANGAN) Air tanah di Cekungan Bandung, sudah turun drastis akibat penyedotan air tanah yang kurang terkendali. (Pikiran Rakyat, Selasa 1 Februari 2005). Adanya sumur-sumur yang tidak tercatat. (Distamben Jabar, 2002). Adanya permasalahan dalam sisi pengendaliaan dan pengawasan oleh lhpemerintah. 42
ALTERNATIF SOLUSI Menetapkan kebijakan pengelolaan air tanah secara terpadu dengan SDA lainnya sebagai bagian dalam penataan ruang Menetapkan kebijakan pengakuan hak mendapatkan air, informasi, dan keterlibatan dalam pengelolaannya bagi setiap orang Menetapkan wewenang dan tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah dalam pengelolaan air tanah sesuai prinsip desentralisasi dan sifat pengaliran air tanah Membuat perencanaan pengelolaan yang terpadu, didasarkan atas data dan informasi i keairan 43 ALTERNATIF SOLUSI Menyelenggarakan konservasi dgn menetapkan kawasan lindung dan budidaya air tanah serta upaya2 konservasi dan pengawetannya. Menyelenggarakan pendayagunaan air tanah secara terpadu dan menyeluruh dengan menggunakan prinsip konservasi, keadilan, pemanfaatan akifer lintas batas, cunjuctive use, demand management, dan korporasi yang mencerminkan keseimbangan nilai nilai ekonomi, lingkungan, g sosial dan budaya dari air tanah. Menyelenggarakan pengendalian dan pemantauan pemanfaatan air tanah Menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat, swasta, pemerintah daerah dan pusat dengan melibatkan pada setiap proses pengolahan, pendidikan dan pelatihan 44
REGULASI PENGATURAN AIR TANAH Pengelolaan pada cekungan air tanah Secara utuh satu neraca air dari daerah imbuhan smp luahan Meliputi item: invetarisasi, perencanaan, pendayagunaan, konservasi, peruntukan pemanfaatan, perizinan, pembinaan dan pengendalian serta pengawasan Perizinan i Air Tanah Merupakan wujud legitimasi dan fungsi pengendalian dalam pendayagunaan air tanah Izin hanya berlaku masa tertentu, perpanjangan dan penghentian mempertimbang kondisi lingkungan air tanah Pengendalian a pengambilan a air tanah a Kebijakan terkait meliputi: pengaturan persyaratan teknis dlm pemberian izin pengeboran, penurapan mata air dan pengambilan serta pembatasan debit pengambilan Bertujuan menjaga lingkungan sumber daya air tanah dan kesinambungannya 45 PERBAIKAN REGULASI (TAKTIS) PENGATURAN AIR TANAH Mencontoh Dirjen Pajak UU No. 28/2007 yang memberikan semacam pengampunan pajak kepada wajib pajak tertentu. Kebijakan ini juga dikenal sebagai Sunset Policy. Perlu dibentuk Komisi Pemberantasan Sumur Liar Pembuatan sistem punishment dalam malapraktek sistem pengendalian air tanah 46
47