BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama yang bersifat rohmatan lil alamin, memberikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan. berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. telah dilakukan dalam selang waktu 2 hari, didapatkan hasil sebagai berikut : Pengamatan Hari ke Perlakuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat sekarang ini lahan pertanian semakin berkurang

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN. lemak. Selain itu jamur juga banyak membutuhkan peluang usaha yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

I. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merang (Volvariella volvacea) merupakan salah satu spesies jamur

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dalam mendukung perekonomian, sehingga bidang pertanian

STUDI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR KUPING (Auricularia auricula) PADA SUBSTRAT SERBUK GERGAJI KAYU DAN SERBUK SABUT KELAPA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus tanpa diikuti upaya pemulihan kesuburannya. Menurut Bekti

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan.

BAB I PENDAHULUAN. gram jamur kering juga mengandung protein 10,5-30,4%, lemak 1,7-2,2%, kalsium 314 mg, dan kalori 367 (Suwito, 2006).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake.

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN

JAMUR KAYU SUMBER PANGAN SEHAT DARI HUTAN. Sihati Suprapti dan Djarwanto

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog.

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan.

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG

Pengembangan Media Dasar Jerami untuk Pertumbuhan dan. Produktifitas Jamur Merang (Volvariella Volvaceae) dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Jamur Tiram. digunakan. Jenis dan komposisi media akan menentukan kecepatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Allah Subhanahu wa Ta ala menciptakan segala sesuatu tanpa sia-sia,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

TUGAS AKHIR SB091358

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang

BAB I PENDAHULUAN. gizi dalam jamur hampir mengimbangi nutrisi pada daging sapi dan daging ayam.

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

BAB I PENDAHULUAN. tidak ramah lingkungan dalam bidang industri (Falch, 1991).

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengamati waktu yang dibutuhkan sejak munculnya miselium sampai

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di

BAB I PENDAHULUAN. jamur kuping, jamur tiram, jamur merang, jamur shiitake dan sebagainya.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

I. PENDAHULUAN. fotosintesis. Oleh karena itu, didalam pertumbuhannya jamur memerlukan zat-zat

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guru Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi.

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan tetapi sebagian besar biasanya diperoleh dari karbohidrat dan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur

BAB I PENDAHULAN. Allah SWT menciptakan alam dan isinya antara lain hewan dan tumbuhtumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ternak, dan untuk keperluan industri (Harmida, 2010). produksi kedelai pada lahan masam di luar Jawa (Sumarno, 2005).

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. setiap unit penelitian (baglog). Berat segar tubuh buah dan jumlah tubuh buah

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

merang terutama selulosa (Subaryanto, 2011). Bersumber dari pernyataan tersebut, sangat mungkin sekali mengganti media tumbuh jamur merang yang

BAB I PENDAHULUAN. semua lapisan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada

BAB I PENDAHULUAN. bersifat sebagai katalisator yaitu zat-zat yang dapat mempercepat reaksi tetapi zat

BAB I PENDAHULUAN. mengenal berbagai jenis jamur seperti jamur kuping, jamur tiram, jamur

BAB I PENDAHULUAN. bumi. Karena dengan memahami ciptaan-nya, keimanan kita akan senantiasa

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN BISNIS JAMUR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. daerah Palangka Raya, yaitu laboratorium Balai POM (Balai Pengawas

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi.

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG TONGKOL JAGUNG PADA MEDIA TANAM TERHADAP BERAT BASAH JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) SEBAGAI BAHAN AJAR BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. terpakai dan mengandung bahan yang dapat menimbulkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan bahan persediaan bahan bakar fosil berkurang. Seiring menipisnya

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan dalam firman-nya dalam surat al-baqarah ayat 168 sebagai berikut:

PENGARUH KOMBINASI TAKARAN DEDAK DAN LAMA PENGOMPOSAN MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Islam sebagai agama yang bersifat rohmatan lil alamin, memberikan petunjuk bahwa setiap makhluk yang diciptakan Allah Subhanahu Wata ala memiliki manfaat bagi kelangsungan makhluk hidup yang lain, sebagaimana firman-nya dalam QS. Ali imron 190-191 : Artinya :Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Berdasarkan ayat di atas Allah Subhanahu Wata ala menegaskan bahwa setiap apa yang Dia ciptakan mengandung manfaat yang besar, tidak ada satupun yang cuma-cuma. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata ala dalam QS Asy Syu araa :7 : Artinya : dan Apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik? 1

2 Allah Subhanahu Wata ala menciptakan berbagai macam tumbuh tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme guna pemenuhan kebutuhan manusia. Satu diantara ciptaan Allah Subhanahu Wata ala adalah jamur. Menurut Widodo (2007), rata-rata jamur mengandung 14-15 % protein, sedangkan beras 7,38 dan gandum 13,2 %. Ini berarti jamur memiliki kadar protein yang lebih tinggi. Asam amino esensial yang terdapat dalam jamur ada 18 asam amino dari 20 jenis asam amino yang telah di temukan. Lemak yang terkandung dalam jamur 72 % tidak jenuh. Berdasarkan data ini maka jamur memiliki kandungan nutrisi yang sangat tinggi. Dari beberapa jenis jamur, ada salah satu jamur yang unik, dapat dikonsumsi dan berkhasiat sebagai obat yaitu jamur kuping (Auricularia). Jamur kuping memiliki tubuh buah mirip daun telinga manusia. Sebutan jamur kuping melekat pada jenis jamur yang memiliki tubuh buah (basidiocarp) mirip kuping (daun telinga). Berdasarkan penelitian yang ada menunjukkan manfaat yang besar bagi manusia, baik sebagai jamur konsumsi (edible mushroom) maupun sebagai jamur obat. Sebagaimana hadist Rosullulloh yang di riwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim : عن أبى هريرة رضى للا عنه عن النبى صلى للا عليه وسلم : ما أنزل للا داأ إل له شفاأ أنزل Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi bersabda Setiap kali Allah Subhanahu Wata ala menurunkan penyakit, pasti Allah Subhanahu Wata ala menurunkan (pula) obatnya. (HR. Bukhari-Muslim).

3 Salah satu khasiat jamur adalah sebagai obat penyakit mata, sebagai mana disabdakan Rosullullah : من المن الكمأة وماؤها شفاءللعين Artinya Cendawan (jamur) itu dari manna (sebangsa madu) termasuk anugrah, dan airnya dapat menyembuhkan sakit mata (Bukhori dan muslim) Berdasarkan hadist diatas menjelaskan bahwa Rusullullah mengisyaratkan bahwa jamur merupakan anugrah bagi manusia, yang dapat dijadiakan sebagai obat sakit mata. Salah satu obat lain yang bersumber dari jamur adalah penicillin, berasal dari jamur (Penicilium notatum) yang merupakan antibiotika yang penggunaanya untuk penyakit borok dan banyak penyakit lain, tidak hanya jamur penicilium yang dapat digunakan sebagai obat jamur kuping hitam juga dapat digunakan sebagai obat anti tumor dan menurunkan kolesterol (Bahreisj, 2009). Menurut Djarijah (2001) diantara 65 jenis spesies jamur kuping ada tiga jenis jamur kuping yang dapat dikonsumsi dan dapat dibudidayakan secara massal yaitu jamur kuping hitam (Auricularia polytricha) yang memiliki tekstur warna keunguan atau hitam berdiameter 6 cm- 10 cm. Jamur kuping merah (Auricularia auricular Judae) yang memiliki warna tubuh buah kemerahan. Jamur kuping putih (Tremella forciformis) yang berwarna putih dan ukurannya lebih kecil. Di antara beberapa jamur kuping yang ada, yang cukup populer adalah jamur kuping hitam (Auriculari polytricha) karena rasanya yang lebih kenyal dan kandungan nutrisi yang lebih tinggi dari pada jamur kuping yang lainnya.

4 Jamur kuping hitam (Auricularia polytricha) merupakan salah satu edible mushroom kelas heterobasidiomycetes yang memiliki kandungan gizi dan nilai ekonomi yang tinggi. Menurut Prihati (2011), kandungan gizi jamur kuping yaitu protein, lemak, karbohidrat, riboflavin, niacin, Ca, K, P, Na dan Fe. Jamur kuping dari segi organoleptik (rasa, aroma, dan penampilan) memang kurang menarik bila dibandingkan dengan jamur konsumsi yang lainnya, namun jamur kuping sudah dikenal sebagai bahan pengental makanan dan penetral racun. Lendir jamur kuping dipercaya berkhasiat menetralkan senyawa berbahaya (racun). Jamur kuping juga bermanfaat bagi pengobatan jantung koroner, menurunkan kekentalan darah dan menghindari penyumbatan pembulu darah,terutama di otak. Kekentalan darah ini dapat diatasi dengan mengkonsumsi jamur kuping setiap hari sebanyak 5-10 gram. Selain untuk konsumsi lokal, jamur kuping juga banyak diekspor baik dalam bentuk segar maupun kering. Djuariah (2008) menyatakan bahwa produktivitas jamur kuping di Indonesia masih tergolong rendah, yaitu 200-300 gram jamur kuping segar dari 1 baglog dengan berat 1 kg. Padahal potensi produksi jamur kuping 500-600 gram jamur kuping segar dari I baglog dengan bobot 1 kg. Rendahnya produktivitas ini disebabkan beberapa hal yaitu kurangnya pengetahuan secara komprehensif petani jamur terhadap pertumbuhan jamur kuping, kurangnya formula nutrisi pada baglog sebagai media tumbuh jamur kuping, kurang optimalnya faktor lingkungan (kumbung) seperti suhu, kelembaban, dan biaya produksi jamur kuping yang terus naik seperti bekatul, serbuk gergaji, dan perawatan (Sumiati, 2006). Pengetahuan petani jamur yang masih rendah mengenai formula nutrisi pada baglog merupakan

5 kendala dalam produksi jamur. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan cara membuat media tumbuh dengan komposisi nutrisi yang tepat. Nutrisi tersebut dapat diperoleh dari penambahan sampah organik yang berasal dari tumbuhan melalui proses pengomposan. Pengomposan merupakan proses menguraikan senyawa-senyawa kompleks yang terkandung pada setiap media tumbuh agar menjadi lebih sederhana sehingga mudah diserap dan dicerna jamur. Selulosa dan hemiselulosa yang terkandung dalam media tumbuh merupakan sumber karbon utama yang dapat digunakan untuk pertumbuhan miselium dan tubuh buah jamur kuping. Proses pengomposan yang baik dicirikan dengan penampilan sifat fisik kompos yang berwarna coklat kehitaman dan meningkatnya suhu pada media tumbuh tersebut. Peningkatan suhu dalam proses pengomposan ini adalah hasil samping penguraian senyawa-senyawa komplek menjadi senyawa yang lebih sederhana yang dilakukan oleh mikroba pendegradasi, selain itu peningkatan suhu juga berdampak positif dalam membunuh jamur-jamur liar yang dapat menghambat pertumbuhan jamur kuping. Lama pengomposan merupakan salah satu faktor yang diduga dapat mempengaruhi kualitas media tumbuh, karena pengomposan yang terlalu lama dapat mengakibatkan berkurangnya unsur hara yang terkandung dalam media tumbuh sedangkan kurangnya lama pengomposan dapat mengakibatkan tidak terurainya senyawa-senyawa kompleks pada media tumbuh menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana yang dapat diserap jamur. (Suhardiman, 1996).

6 Berdasarkan penelitian Sumarmi, (2009) menunjukkan bahwa lama waktu pengomposan 10 hari berpengaruh nyata terhadap berat basah dan berat kering jamur kuping dari pada pengomposan 20 dan 30 hari. Proses pengomposan media tumbuh jamur yang terlalu lama dapat menyebabkan keasaman pada media tumbuh yang terlalu tinggi dan menurunkan nutrisi kompos, karena metabolisme mikroba dekomposer menyebabkan ph dalam proses pengomposan menurun menjadi asam, penurunan ph menjadi asam ini akan mengganggu aktifitas bakteri yang mempunyai ph optimum 6-8 seperti Bacillus, Pseudomonas dan Aerococcus (Andayanie, 2013). Sedangkan penelitiaan yang dilakukan oleh Farid (2011) menunjukkan pengomposan berpengaruh nyata terhadap berat dan jumlah tubuh buah tiap kecepatan panen. Dengan perlakuan pengomposan selama 2 hari menunjukan hasil panen jamur merang lebih cepat satu hari dari pada dengan perlakuan tanpa pengomposan. Oleh karena itu dirasa perlu membandingkan antara lama pengomposan 2, 4 dan 6 hari terhadap hasil panen jamur kuping hitam. Pengomposan limbah organik tumbuhan memberikan dampak positif terhadap peningkatan nilai guna limbah tersebut, dengan terurainya senyawasenyawa kompleks yang terkandung didalamnya menjadi senyawa yang lebih sederhana dapat dimanfaatkan sebagai subtrat makanan bagi pertumbuhan jamur. Salah satu limbah organik hasil pertanian adalah tongkol jagung ( Zea mays ). Tongkol jagung merupakan limbah pertanian yang masih kurang variatif pemanfaatannya. Pada umumnya limbah tongkol jagung dimanfaatkan sebagai bahan bakar industri batu bata, genteng dan kayu bakar. Komponen utama

7 tongkol jagung adalah lignin, selulosa, dan monosakarida dengan lima atom karbon yang merupakan senyawa penting bagi pertumbuhan jamur. Tongkol jagung juga merupakan sumber unsur N, P, K, Ca, dan Mg yang dapat berfungsi sebagai penyuplai nutrisi bagi pertumbuhan jamur (Nurilla, 2012). Tongkol jagung memiliki kandungan karbohidrat 80,82 %, air 14,89 %, protein 2, 12%, dan lemak 0,03 % (Anggraini 2007). Berdasarkan penelitian Anggraeni (2007), limbah tongkol jagung dapat dimanfaatkan sebagai media pengganti tepung jagung pada media tumbuh jamur tiram putih dengan komposisi serbuk kayu : dedak : tepung tongkol jagung sebesar 20 : 4 : 2. Penambahan tepung tongkol jagung dengan volume 2 meningkatkan hasil panen 12% dibandingkan media tepung jagung. Sedangkan berdasarkan penelitian Yanuati (2007), konsentrasi media tumbuh jamur tiram putih dengan penambahan kombinasi 20,45 % tongkol jagung dan bekatul 4,5% berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan miselium dan berat segar daripada kombinasi penambahan tepung tongkol jagung dan bekatul masing-masing (7,25 % : 4%), (7 % : 7,75%), dan (6,7 %:11,2). Pada penelitian ini dilakukan pengujian dengan menggunakan tongkol jagung dengan kombinasi lama pengomposan 2, 4, 6 hari. Konsentarasi tepung tongkol jagung yang digunakan adalah 0%, 5%, 10% dan 15% dan 20%. Tujuan perlakuan konsentrasi tongkol jagung tersebut untuk mendapatkan media tumbuh dengan konsentrasi nutrisi yang optimum dan seimbang. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata ala QS.Al-Qomar 49 yang artinya : Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.

8 Berdasarkan penelitian yang ada, belum diketahui pengaruh pemberian tepung tongkol jagung dan lama pengomposan terhadap pertumbuhan dan hasil panen jamur kuping hitam. Kombinasi serbuk gergaji kayu, tongkol jagung dan waktu pengomposan yang tepat, diharapkan dapat meningkatkan produksi jamur kuping hitam dan dapat menurunkan biaya produksi. Hal inilah yang melandasi pentingnya melakukan penelitian ini, guna mengetahui Pengaruh penambahan tepung tongkol jagung dan lama pengomposan terhadap pertumbuhan miselium dan tubuh buah jamur kuping hitam (Auricularia polytricha). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada pengaruh konsentrasi tepung tongkol jagung pada media tumbuh terhadap pertumbuhan miselium dan tubuh buah jamur kuping hitam (Auricularia polytricha)? 2. Apakah ada pengaruh lama pengomposan media tumbuh terhadap pertumbuhan miselium dan tubuh buah jamur kuping hitam (Auricularia polytricha)? 3. Apakah ada pengaruh interaksi antara konsentrasi tepung tongkol jagung dan lama pengomposan media tumbuh terhadap pertumbuhan miselium dan tubuh buah jamur kuping hitam (Auricularia polytricha)?

9 1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung tongkol jagung pada media tumbuh terhadap pertumbuhan miselium dan tubuh buah jamur kuping hitam (Auricularia polytricha) 2. Untuk mengetahui pengaruh lama pengomposan media tumbuh terhadap pertumbuhan miselium dan tubuh buah jamur kuping hitam (Auricularia polytricha). 3. Untuk mengetahui interaksi antara penambahan tepung tongkol jagung dan lama pengomposan media tumbuh terhadap pertumbuhan miselium dan tubuh buah jamur kuping hitam (Auricularia polytricha) 1.4 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Ada pengaruh penambahan tepung tongkol jagung pada media tumbuh terhadap pertumbuhan miselium dan tubuh buah jamur kuping hitam (Auricularia polytricha). 2 Ada pengaruh lama pengomposan media tumbuh terhadap pertumbuhan miselium dan tubuh buah jamur kuping hitam (Auricularia polytricha). 3 Ada interaksi antara penambahan tepung tongkol jagung dan lama pengomposan media tumbuh terhadap pertumbuhan miselium dan tubuh buah jamur kuping hitam (Auricularia polytricha).

10 3.1 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai informasi kepada pihak industri tentang diversifikasi bahan dasar baglog yang paling optimal. 2. Memberikan informasi kepada petani jamur kuping, lama pengomposan media yang paling optimal. 3. Pemanfaatan tongkol jagung guna meningkatkan pertumbuhan miselium dan tubuh buah untuk menekan biaya produksi budidaya jamur kuping hitam (Auricularia polytricha) dan mengurangi masalah lingkungan yang timbul. 4. Sebagai modal awal untuk menekuni dunia usaha 3.2 Batasan Masalah Batasan masalah dari penelitiaan ini adalah: 1. Penelitiaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan komposisi tongkol jagung dan lama pengomposan pada media tumbuh terhadap pertumbuhan miselium dan tubuh buah jamur kuping hitam (Auricularia polytricha). 2. Jamur yang digunakan adalah jamur kuping hitam (Auricularia polytricha). 3. Bibit yang digunakan berasal dari kultur jamur yang dilakukan dilaboratorium Agronomi UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

11 4. Baglog merupakan sebutan media tumbuh F3 yang digunakan untuk pertumbuhan tubuh buah jamur, bahan yang terkandung dalam baglog terdiri dari serbuk gergaji, bekatul, air,kapur, dan gips. 5. Media dasar yang digunakan adalah media dengan campuran dari serbuk gergaji kayu sengon (77%), bekatul (20 %), kapur mati (2 %), gips (1 %). 6. Perlakuan pada media tumbuh F3 terdiri dari tepung tongkol jagung + media dasar (campuran serbuk gergaji, bekatul, kapur dan gips) + lama pengomposan 2, 4, dan 6 hari. 7. Perlakuan pada media tumbuh F3 terdiri dari : a. 0% tepung tongkol jagung + 100% Media dasar (serbuk gergaji kayu 77% + bekatul 20% + Kapur 2% + Gips 1%) b. 5% tepung tongkol jagung + 95% Media dasar (serbuk gergaji kayu 77% + bekatul 15% + Kapur 2% + Gips 1%) c. 10% tepung tongkol jagung + 90% Media dasar (serbuk gergaji kayu 77% + bekatul 10% + Kapur 2% + Gips 1%) d. 15% tepung tongkol jagung + 85% Media dasar (serbuk gergaji kayu 77% + bekatul 5% + Kapur 2% + Gips 1%) e. 20% tepung tongkol jagung + 80% Media dasar (serbuk gergaji kayu 77% + bekatul 0% + Kapur 2% + Gips 1%) 8. Parameter yang di ukur adalah Pertumbuhan jamur yang meliputi : Persentase pertumbuhan miselium (%), munculnya pinhead ( calon badan buah yang berupa tonjolan pentul yang berukuran ±0,5-1 cm (HST), rata-

12 rata bobot segar (gram), rata-rata bobot kering (gram), diameter tubuh buah (cm) dan interval waktu panen (hari).