II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kedelai pertama kali dibudidayakan oleh orang China dan pertama kali

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja,

II. TINJAUAN PUSTAKA. jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Kedelai Hitam

I. TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Polypetales, Famili:

I. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik,

II. TINJAUAN PUSTAKA. jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

TINJAUAN PUSTAKA. Sub-famili : Papilionoidae. Sub-genus : Soja

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Sifat Tanaman Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman kedelai adalah : Kingdom : Plantae, Divisio :

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan tanaman pangan yang. sedangkan produksi dalam negri belum mencukupi, untuk mengatasinya

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

I. PENDAHULUAN. Kedelai termasuk salah satu komoditas yang dibutuhkan, karena protein yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Steenis (2005) klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

PENDAHULUAN. krim, susu kedelai, tepung kedelai, minyak kedelai, pakan ternak,dan bahan baku

II. TINJAUAN PUSTAKA. green bean dan mung. Di Indonesia, kacang hijau juga memiliki beberapa nama

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

TINJAUAN PUSTAKA. Perakaran kedelai akar tunggangnya bercabang-cabang, panjangnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan.

Tanaman kedelai mempunyai akar yang terdiri dari akar lembaga, akar tunggang dan akar cabang berupa akar rambut yang dapat membentuk bintil akar dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pokok Bahasan: Pemuliaan untuk Tanaman Menyerbuk Sendiri. Arya Widura R., SP., MSI PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SELEKSI NOMOR- NOMOR HARAPAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merril) GENERASI F 5. HASIL PERSILANGAN WILIS x MLG 2521

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Kedelai

MORFOLOGI TANAMAN KEDELAI

II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fachrudin (2000) di dalam sistematika tumbuhan, tanaman kedelai

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kedelai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kedelai adalah sebagai berikut : : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

KERAGAMAN FENOTIPE, GENOTIPE, DAN HERITABILITAS KARAKTER AGRONOMI KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F 7 HASIL PERSILANGAN WILIS x MLG 2521

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

akan muncul di batang tanaman (Irwan, 2006).

PENAMPILAN BEBERAPA GENOTIPE KEDELAI (Glycine max L. Merrill) TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE VEGETATIF

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu

TINJAUAN PUSTAKA. kelas : Monocotyledoneae, ordo : poales, famili : poaceae, genus : Zea, dan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kacang hijau menurut Hartono dan Purwono (2005)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman kedelai 2.1.1 Sejarah singkat Tanaman Kedelai pertama kali dibudidayakan oleh orang China dan pertama kali ditemukan di daerah Manshukuo (China Utara) berupa semak yang tumbuh tegak. Kemudian mulai menyebar lebih lanjut ke seluruh China dan ke negara-negara lain di sekitarnya. Beberapa waktu setelah domestikasi tanaman kedelai, Eropa juga belajar tentang penggunaan kedelai. Di Indonesia, dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau (Yantama, 2012). Tanaman kedelai adalah sejenis tanaman kacang-kacangan yang dapat diklasifikasikan ke dalam famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara taksonomi kedelai memiliki kerajaan Plantae, famili Fabaceae, ordo Fabales, genus Glycine dan spesies Glycine max (L.) Merr. Acquaah (2008). Di Indonesia kedelai memiliki beragam nama umum yaitu kedelai, kedhele, dhele (Jawa), kacang kadele (Sunda). 2.1.2 Morfologi kedelai Tanaman kedelai memiliki dua jenis daun yaitu daun tunggal dan berdaun tiga (trifololiate). Menurut Adisarwanto (2005), daun kedelai juga memiliki dua

7 bentuk yaitu lancip dan oval dan perbedaan bentuk dipengaruhi faktor genetiknya. Daun kedelai memiliki bulu yang berwarna cerah dengan jumlah yang bervariasi. Bunga kedelai adalah bunga sempurna yaitu setiap bunga memiliki alat kelamin jantan dan kelamin betina. Rata-rata tanaman kedelai mulai berbunga pada umur 5 7 minggu setelah tanam. Perkawinan silang kemungkinan sangat kecil karena penyerbukan terjadi pada saat mahkota masih menutup. Besar bunga 3 7 mm dengan kelopak berbentuk bergerigi tidak rata dan pada bunga terdapat 3 5 bakal biji (Lamina, 1989). Bunga kedelai berbentuk kupu-kupu, mahkota bunga terdiri atas lima helai, yang menyelubungi bakal buah dan benang sarinya. Bunga jantan terdiri atas sembilan benang sari yang membentuk tabung dan terdapat satu benang sari lagi menyendiri. Saat masih kuncup, kedudukan kepala sari (antheridium) berada di bawah kepala putik (stigma). Pada saat kepala sari menjelang pecah, tangkai sari memanjang sehingga kepala sari menyentuh kepala putik, kemudian terjadi penyerbukan (Sumarno, 1999). Menurut Poehlman (1979), tanaman kedelai merupakan tanaman self pollinated. Bunga kedelai berwarna ungu, putih atau kombinasi dari keduanya. Kedelai mengalami kematangan pada umur 100-150 hari tergantung varietas, lokasi dan cuaca. Buah kedelai berupa polong dan setiap tanaman mampu menghasilkan antara 100 dan 250 polong. Biji pada tanaman kedelai adalah berkeping dua, serta terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan endosperma. Warna kulit biji hijau, kuning, coklat, dan hitam. Bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong tetapi ada pula yang bundar atau bulat pipih (Suprapto, 1993). Menurut Ginting dkk. (2009), apabila

8 biji kedelai memiliki bobot 8-10 gram/100 butir adalah tergolong kecil, sedang 10-13 gram/100 butir dan besar jika memiliki bobot lebih dari 13 gram/100 butir. Tanaman kedelai berbatang pendek (30 cm 100 cm) memiliki 3 6 percabangan dan berbentuk tanaman perdu. Pada pertanaman yang rapat seringkali tidak terbentuk percabangan atau hanya bercabang sedikit. Batang tanaman kedelai berkayu, biasanya kaku dan tahan rebah, kecuali tanaman yang dibudidayakan di musim hujan atau tanaman yang hidup di tempat yang ternaungi (Pitojo, 2003). Menurut Suprapto (1993), tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil-bintil akar. Bintil akar tersebut berupa koloni bakteri pengikat nitrogen yang bersimbiosis secara mutualis dengan kedelai. Bintil akar ini biasanya akan terbentuk 15 20 hari setelah tanam. Pada tanah yang belum pernah ditanami kedelai atau kacang-kacangan lainnya, bintil akar tidak akan tumbuh. Selain sebagai penyerap unsur hara dan penyangga tanaman, akar kedelai merupakan tempat terbentuknya bintil/nodul akar. Nodul tersebut adalah Rhizobium spp. berfungsi sebagai pabrik alami yang memfiksasi nitrogen udara 2.1.3 Syarat tumbuh Kedelai tumbuh baik pada dataran rendah dari 1 meter hingga 600 meter di atas permukaan laut dan dapat juga hidup sampai ketinggian 900 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini menghendaki penyinaran 10 jam/hari 12 jam/hari

9 dengan curah hujan 100 200 mm/bulan. Suhu 30 15 0 C pada berbagai jenis tanah yang drainasenya baik (Kasno dkk., 1992). Iklim kering lebih cocok untuk tanaman kedelai dibandingkan dengan iklim lembab. Tekstur tanahnya lempung berpasir dan liat, struktur gembur, ph 5,8 7,0 sedangkan ph optimal 6,8. (Direktorat Jendral Tanaman Pangan, 2011). Kedelai yang ditanam pada tanah Ultisol dan tanah yang mengandung pasir kuarsa yang tinggi dapat tumbuh dengan baik apabila ditambah pemberian pupuk dan bahan organik 2.2 Pemuliaan tanaman kedelai 2.2.1 Metode pemuliaan pada tanaman menyerbuk sendiri Kedelai merupakan tanaman yang menyerbuk sendiri (self polination). Pada tanaman yang menyerbuk sendiri akan terjadi penurunan heterozigot sebesar setengahnya dan akan terjadi peningkatan homozigot setengahnya pada setiap kali terjadi penyerbukan sendiri pada individu heterosigot. Apabila dilakukan penyerbukan sendiri secara terus-menerus maka lokus-lokus homozigot nya makin tinggi dan heterozogositasnya makin kecil. Pada generasi F 5 presentase homozigositasnya adalah 93,875%. Segregasi menyebabkan alel suatu tanaman dapat membentuk individu baru yang berbeda. Perbedaan genotipe tanaman akan mempengaruhi keragaman genetik dan heritabilitasnya. Nomor-nomor harapan akan diperoleh ketika nilai keragaman luas dan nilai heritabilitas tinggi (Yantama, 2012). Segregasi transgresif didefinisikan sebagai penampilan individu dalam populasi segregasi yang berbeda jauh dari kedua tetua mereka. Segregasi transgresif

10 adalah sebuah mekanisme yang sangat menarik dari perubahan yang besar dan cepat karena hibridisasi menghasilkan variasi pada banyak gen secara bersamaan (Rieseberg dkk., 2003). 2.2.2 Silsilah benih yang digunakan P : Wilis x Mlg 2521 F 1 : 80 genotipe = 1 80 F 2 : 12 genotipe = 7, 46, 72, 31, 62, 58, 23, 10, 13, 70, 74, dan 36 F 3 : genotipe nomor 7 = 300 Biji F 4 : 25 genotipe = 24, 52, 64, 44, 56, 199, 3, 21, 61, 9, 73, 141, 261, gggggggggggggggggggggggggg144, 104, 218, 82, 192, 176, 66, 22, 42, 57, 83, hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhdan 23 F 5 : 14 genotipe = 7.144.2, 7.64.1, 7.24.1, 7.61.4, 7.141.5, 7.261.1, dddddddddddddddddd83.5, 7.192.1, 7.61.1, 7.44.3, 7.90.27.23.37.199.4, sssssssssssssssssssssssdan 7.73.3 Silsilah benih kedelai yang digunakan ini merupakan hasil penelitian dari Maimun Barmawi, Hasriadi Mat Akin, Setyo Dwi Utomo yang dibantu oleh beberapa mahasiswa dari jurusan Hama Penyakit Tanaman dan Agronomi Fakultas Petanian, Universitas Lampung. Penelitian ini diawali dengan seleksi tetua yang tahan terhadap Cowpea Mild Mottle Virus (CPMMV) pada tahun 2001 (Fertani, 2001). Dari hasil penelitian tersebut diperoleh galur yang tahan yaitu galur Mlg 2521. Menurut Asadi (2005), Pudrayani (2005), dan Asadi (2010), galur Mlg 2521 memiliki ketahanan terhadap soybean stunt virus (SSV).

11 Pada tahun 2009 dilakukan persilangan antara varietas Wilis dan galur Mlg 2521 oleh Maimun Barmawi. Penanaman F 1 dilakukan oleh mahasiswa yang mengambil mata kuliah pemuliaan tanaman lanjutan pada semester genap tahun 2011 di lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Selanjutnya benih F 2 ditanam oleh Yantama dan Ardiansyah di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung bulan November 2011 Maret 2012 dan terdapat nomor harapan yaitu 12 nomor genotipe, nomor nomor genotipe tersebut adalah 7, 46, 72, 31, 62, 58, 23, 10, 13, 70, 74, 36. Bobot biji pertanaman pada penelitian ini berkisar 66,06 118,27 gram. Data lengkap dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Bobot biji per tanaman generasi F 2 hasil persilangan Wilis x Mlg 2521 dan tetua. Nomor Genotipe BBT (gram) 7 118,27 46 115,39 72 106 31 98,94 62 98 58 93,03 23 82,5 10 75,12 13 74,12 70 68,69 74 67,55 36 66,06 Wilis 33,25 Mlg 2521 33,13 Sumber: Yantama (2012) Pada penelitian ini menggunakan cara seleksi Pedigree, yaitu pencatatan dilakukan setiap anggota populasi bersegregasi dari hasil persilangan. Silsilah

12 (pedigree) diperlukan untuk menyatakan bahwa galur tersebut serupa dengan cara mengkaitkan terhadap individu tanaman generasi sebelumnya. Genotipe nomor 7 kemudian digunakan sebagai bahan penelitian oleh Sari dan Wulandari sebagai benih F 3. Penelitian tersebut dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Oktober 2012 Februari 2013. Dari hasil penanaman F 3 diperoleh 50 nomor genotipe yang unggul dibandingkan tetuanya dan nomor genotipe yang lainnya. Nomor nomor genotipe tersebut 199, 24, 23, 178, 61, 22, 287, 82, 218, 277, 83, 143, 3, 21, 64, 261, 74, 75, 141, 90, 104, 42, 160, 58,192, 123, 97, 144, 140, 176, 260, 44, 66, 73, 85, 52, 56, 62, 70, 57, 105, 31, 110, 28, 38, 162, 103, 213, 7, dan 207. Data lengkap dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Bobot biji per tanaman generasi F 3 hasil persilangan Wilis x Mlg 2521 dan tetua. No BBT No BBT No BBT No BBT Genotipe (gram) Genotipe (gram) Genotipe (gram) Genotipe (gram) 199 73 123 30,3 64 33 110 28,2 24 61,4 97 30,1 261 32,7 28 28 23 50 144 30,1 74 32,3 38 28 178 45,4 140 29,9 75 32,3 162 28 61 44,3 176 29,9 141 32,3 103 27,9 22 40,2 260 29,8 90 32,2 213 27,9 287 39,8 44 29,3 104 32,1 7 27,7 82 38,3 66 29,2 42 31,6 207 27,5 218 36,8 73 29,1 160 31,5 Wilis 14,18 277 36,7 85 29 58 31,3 Mlg 2521 25,47 83 33,6 52 28,9 192 31,1 143 33,6 56 28,9 57 28,6 3 33,3 62 28,8 105 28,5 21 33,3 70 28,8 31 28,4 Sumber: Sari (2013) Bobot biji per tanaman pada generasi F 3 yang dilakukan Sari memiliki bobot biji pertanaman berkisar 27,5 73 gram. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh

13 nomor harapan yang paling unggul yaitu genotipe nomor 199. Pada tahun 2013 penelitian dilanjutkan dengan kembali menggunakan 25 nomor genotipe sebagai benih F 4 yang ditanam di Politeknik Negeri Lampung oleh Maimun Barmawi Data lengkap dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Bobot biji per tanaman generasi F 4 hasil persilangan Wilis x Mlg 2521 dan tetua. Nomor Genotipe BBT (gram) 24 33,27 52 18,91667 64 28,39444 44 31,055 56 33,45833 199 24,02571 3 24,33299 21 25,59056 61 22,62726 9 30,12857 73 22,73389 141 31,63667 261 25,00429 144 30,16 104 28,898 218 26,1119 82 22,15333 192 25,465 176 21,89167 66 24,699 22 21,85 42 24,569 57 21,18188 83 31,90313 23 23,52597 Sumber: Barmawi (2013)

14 Pada hasil tanaman benih F 4 akan diperoleh 25 nomor genotipe kemudian di seleksi sebanyak 15 nomor genotipe yang akan digunakan sebagai bahan penelitian selanjutnya yaitu benih F 5. Lebih lanjut dapat dilihat pada tabel 21. Menurut Mugiono (2010), tujuan utama pemulian tanaman adalah memperbaiki varietas yang sudah ada untuk mendapatkan varietas yang lebih unggul. Galurgalur mutan yang telah diciptakan oleh pemulia tanaman dikatakan berhasil apabila tanaman tersebut dapat dilepas sebagai varietas unggul dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan petani. Pada dasarnya pemuliaan tanaman adalah usaha menciptakan keragaman genetik. Dengan keragaman genetik yang luas maka pemulia tanaman dapat melakukan seleksi sesuai dengan tujuan pemuliaan yang dilakukan. Meningkatkan keragaman genetik dilakukan dengan beberapa metode antara lain (1) introduksi, (2) hibridisasi, (3) poliploidisasi, (4) bioteknologi, (5) rekayasa gentika serta mutasi. Di perguruan tinggi, pemuliaan tanaman adalah salah satu cabang agronomi atau genetika terapan, karena sifat multidisiplinernya. 2.3 Uji Daya Hasil Kasno (1992) menyatakan bahwa pemuliaan tanaman kacang-kacangan secara umum dapat dilakukan dengan tiga cara,yaitu (1) penciptaan populasi beragam sebagai suatu koleksi plasma nutfah, dilakukan evaluasi, seleksi dan pelepasan varietas. (2) Penciptaan populasi beragam sebagai suatu koleksi plasma nutfah, evaluasi, uji daya hasil, dan pelepasan varietas. (3) Penciptaan populasi beragam sebagai salah satu koleksi plasma nutfah, evaluasi, persilangan, seleksi-seleksi, uji

15 daya hasil, dan pelepasan varietas. Cara pemuliaan yang ke-1 memerlukan waktu kurang dari 3 tahun, cara ke-2 memerlukan 3 tahun, sedangkan cara yang ke-3 memerlukan waktu sampai 3 tahun. Potensi hasil suatu galur harapan terpilih dapat dilakukan melalui suatu pengujian yaitu uji daya hasil. Pengujian galurgalur homozigot merupakan aspek penting dalam program perakitan varietas baru. Beberapa tahapan pengujian daya hasil yaitu uji daya hasil pendahuluan (UDHP), uji daya hasil lanjutan (UDHL) dan Uji Multilokasi (UML). Pengujian tahap awal (UDHP) diutamakan 50-60 galur homozigot di lokasi yang terbatas (1-2 lokasi). Pada musim berikutnya, pengujian daya hasil lanjutan diuji 10-20 galur di 4-5 lokasi. Selanjutnya, dalam uji multi lokasi, diuji 8-10 galur di 10-12 lokasi selama dua musim tanam (Arsyad et al., 2007). Dalam uji daya hasil lanjutan, jumlah galur yang diuji 10 20 galur, termasuk varietas unggul pembanding. Jumlah lokasi sekurang-kurangnya empat lokasi selama 2-4 musim. Rata-rata hasil produksi dari semua lokasi itulah yang akan menentukan suatu galur dapat diharapkan untuk dilepas sebagai varietas unggul baru. Pada tahap pengujian multi lokasi hanya 5-10 galur saja yang diuji, tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui daya adaptasi dari galur-galur harapan yang akan dilepas sebagai varietas-varietas unggul kedelai pada umumnya. 2.4 Uji Least Significant Increase Penelitian pemuliaan tanaman adalah harus membandingkan genotipe baru tersebut dengan genotipe pembanding dari varietas lokal atau varietas unggulan terbaik yang lama maupun yang baru. Membandingkan atau mengikutsertakan

16 pembanding dalam melakukan pemuliaan tanaman merupakan suatu ketentuan yang wajib. Untuk menguji perbedaan nilai tengah perlakuan yang dicoba antara lain menggunakan uji F. Apabila perlakuan berpengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjutan yaitu BNT. Uji BNT adalah salah satu uji pemisah nilai tengah yang digunakan untuk kurang dari lima perlakuan dan perlakuan yang akan dibandingkan sudah terencana sebelumnya. Dalam pemuliaan dikenal dengan nama uji LSI (Least Significance Increase), Uji LSI dapat dibandingkan dengan kontrol (varietas pembanding) dengan banyak perlakuan dan harus dilakukan uji F terdahulu (Peterson, 1994).