BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sumber kehidupan mahluk hidup termasuk manusia yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber kehidupan bagi manusia yang tidak dapat dielakan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ini manusia membutuhkan air baik untuk rumah tangga maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dapat dibiayai melalui

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Pengelolaan Sumberdaya Air Berdasarkan Kapasitas Produksi Instalasi

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan suatu entitas yang aktivitasnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. sebagai informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan, sehingga keberadaannya

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA. Anonim, 2007, Corporate Plan PDAM Kabupaten Cirebon. Cirebon: PDAM Kabupaten Cirebon

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transportasi merupakan hal yang tidak dapat di pungkiri

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar sesuai dengan kebutuhan, sehingga investasi yang dilakukan terhadap

Analisis Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Dan Pengaruh Terhadap Laba PT. United Tractors Tbk

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebagaimana telah dikemukakan di muka, bahwa pengaturan tata cara

BADAN PENINGKATAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K YAT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang semakin pesat dengan tingkat persaingan yang semakin

5.1.2 Simpulan Atas Penerapan Analisis Common size 1. Common Size neraca

BAB I PENDAHULUAN. seluruh mahluk hidup yang ada di bumi ini. Dalam pemenuhan air tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Bidang ekonomi merupakan salahsatu sektor kehidupan yang memegang

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Visi, Misi, Strategi dan Tujuan

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Gabungan (IHSG) turut mengalami peningkatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. sejenis. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk selalu memperbaiki kelemahan yang

Analisis Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Terhadap Laba Perusahaan PT. Hutama Trans Kencana

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi berbagai kebutuhan pokok. Salah satu kebutuhan pokok bagi makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan tentu pada dasarnya selalu berusaha untuk mencapai. tujuan didirikannya perusahaan tersebut. Untuk menunjang agar

Modul ke: AKUNTANSI BIAYA SISTEM BIAYA DAN AKUMULASI BIAYA. Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM. Program Studi AKUNTANSI.

BAB 1 MANAJEMEN KEUANGAN (Pengantar)

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab sosial dan lingkungan yang berlaku bagi perseroan yang mengelola atau

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan lain perusahaan. Untuk meningkatkan laba,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 7 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Perusahaan memperoleh modal dari luar perusahaan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Piutang..., Indah, Fakultas Ekonomi 2015

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi suatu negara. Hal ini dikarenakan pasar modal mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang meningkat, membuat perusahaan. bersaing dalam mengembangkan usahanya. Setiap perusahaan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam bidang perekonomian khususnya dalam bidang usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. jawabkan tersendiri. Pasal 2 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 menyatakan

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

AKUNTANSI BIAYA. Overhead Pabrik : Anggaran, Aktual, dan Pembebanan. VENY, SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Surakarta, pada saat ini perkembangan perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan

JUMLAH AKTIVA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. laba (profit). Selanjutnya laba tersebut digunakan untuk menjamin

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 7 TAHUN 2009

BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa

Studi Kehilangan Air Komersial (Studi Kasus: PDAM Kota Kendari Cabang Pohara)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

JUMLAH ASET LANCAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Soemarso S.R

BAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi apapun, yang terlihat dari kemampuannya dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB V PENUTUP. 1. Penilaian kinerja dengan menggunakan perspektif finansial yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya dapat terciptakan. Untuk menilai atau melihat keadaan keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kesempatan berkembangnya perusahaan sangat dipengaruhi oleh

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IMAS SITI NURHASANAH, 2015 PENGARUH AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP PENGENDALIAN BIAYA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. laba (profit). Selanjutnya laba tersebut digunakan untuk menjamin kesinambungan

PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil Statistik Keuangan Koperasi Karyawan Perum Peruri (KOPETRI)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah. Oleh karena itu ekonomi secara terus-menerus mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

Materi ke-2 ENTITAS BISNIS DAN LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. dan pangsa pasar yang besar. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus mampu

BAB II LANDASAN TEORI. adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang

BAB. I PENDAHULUAN. Rasio Profitabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin meningkat serta perusahaan-perusahaan yang semakin besar,

BAB II URAIAN TEORITIS. Kerja Terhadap Profitabilitas pada perusahaan rokok GO-Public di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin ketatnya persaingan di dunia bisnis menyebabkan setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan produksi yang kegiatan utamanya yaitu mengolah bahan mentah menjadi

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TEMUKAN PEMBOROSAN AIR BERSIH SENILAI Rp791 MILIAR

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyelenggaaraan pemerintah yang menjadi kewajiban aparatur. pemerintah. Berdasarkan PERMENPAN No. 38 Tahun 2012 pengertian

BAB 4 KINERJA PDAM KABUPATEN PONOROGO TAHUN

BAB III ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MELAWI

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijual kembali agar diperoleh laba atas penjualan tesebut. Dengan demikian

PENGAKUAN DALAM NERACA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

ANALISIS KOMPARATIF DAN ANALISIS COMMON SIZE ANDRI HELMI M, SE., MM.

PT SARASA NUGRAHA Tbk NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 21 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. terpaksa jatuh bangun, bahkan ada yang menutup perusahaan ditengah ketatnya

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas penerapan perencanaan pajak terhadap

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menuntut perusahaan untuk dapat bertindak secara efektif, efisien dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan membutuhkan dana yang relatif besar. Dana yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh masyarakat, selain karena untuk kebutuhan mobilitas jarak dekat,

KAJIAN KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MASYARAKAT KOTA LUBUK BASUNG DALAM MENDAPATKAN PELAYANAN AIR BERSIH

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Air adalah sumber kehidupan mahluk hidup termasuk manusia yang kebutuhannya tidak dapat terelakan lagi dan merupakan kebutuhan primer. Air bukan hanya dipergunakan untuk konsumsi masyarakat saja, tetapi juga dipergunakan dalam lingkungan industri. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung yang dibentuk dengan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Kota Bandung Nomor 7/PD/1974 tanggal 24 Mei 1974 didirikan dengan tujuan untuk mewujudkan serta meningkatkan pelayanan umum dalam kebutuhan air minum. Tujuan tersebut telah sejalan dengan tuntutan pemenuhan kebutuhan mayarakat rumah tangga, instansi pemerintahan, niaga, dan industri atas ketersediaan air. Kebutuhan terhadap air saat ini semakin bertambah dan terus meningkat dari tahun ke tahunnya seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi dikalangan masyarakat. Idealnya, seiring dengan bertambahnya kebutuhan masyarakat akan air baik dikalangan masyarakat rumah tangga maupun kalangan industri, bertambah pulalah laba yang dihasilkan oleh PDAM. Tetapi pada kenyataannya kondisi pentingnya air tersebut ternyata tidak sesuai dengan kondisi pengelolan air oleh PDAM itu sendiri. Air yang dikelola secara monopoli oleh PDAM yang seharusnya perusahaan yang bersifat monopoli dapat memperoleh laba di atas laba normal, karena perusahaan tersebut memiliki

2 kelebihan yang tidak dimiliki oleh perusahaan lain. Selain itu juga dengan tidak dapat masuknya perusahaan lain maka pasar sempurna dikuasai, sehingga tidak akan ada barang subtitusi yang sifatnya serupa. Ketika kebutuhan air semakin meningkat dan tidak ada pesaing, ternyata PDAM mengalami kecenderungan menderita kerugian dalam perkembangan usahanya. Berikut adalah kumulatif laba (rugi) selama sembilan tahun dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2005: Tabel 1.1 Kumulatif Laba (Rugi) Tahun Kumulatif Laba (Rugi) Naik/Turun 1997 (108.329.234.750,63) - 1998 (124.462.405.149,32) Naik 1999 (147.366.558.914,99) Naik 2000 (132.471.491.145,46) Turun 2001 (144.489.436.252,84) Naik 2002 (168.148.649.493,31) Naik 2003 (158.076.204.954,68) Turun 2004 (153.305.231.165,00) Turun 2005 (162.757.484.863,00) Naik Sumber: Laporan keuangan (Neraca) PDAM Kota Bandung tahun 1997 sampai dengan tahun 2005 Menurut catatan atas laporan keuangan 31 desember 2005 dan 2004, perusahaan telah mengalami kerugian berulangkali dari usahanya dengan akumulasi kerugian sampai dengan tahun 2005 mencapai Rp162.757.484.863,00 atau 308,09% dari modalnya sebesar Rp52.828.313.284,00, sehingga saldo equitas menunjukan nilai minus sebesar Rp107.084.474.774,00.

3 Daftar perbandingan laba usaha dan pendapatan usaha yang diperoleh PDAM selama sembilan tahun dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2005, menunjukan bahwa kenaikan pendapatan usaha tidak sejalan dengan kenaikan laba usaha. Artinya pendapatan usaha mengalami kecenderungan naik tetapi laba usaha mengalami kecenderungan menurun. Tahun Tabel 1.2 Daftar Pendapatan Usaha dan Laba Usaha Pendapatan Usaha Naik/Turun Laba Usaha Naik/Turun 1997 41.851.011.003,00 - (17.418.473.759,14) - 1998 39.647.391.881,00 Turun (24.826.993.748,71) Turun 1999 38.907.232.136,00 Turun (13.531.702.478,84) Naik 2000 40.503.990.188,06 Naik (13.728.503.028,04) Turun 2001 56.656.651.606,25 Naik 717.049.015,82 Naik 2002 90.304.574.784,00 Naik 12.570.459.614,07 Naik 2003 87.042.137.597,00 Turun 7.212.446.698,53 Turun 2004 87.214.625.130,00 Naik 6.584.077.204,00 Turun 2005 88.563.997.802,00 Naik 5.566.838.036,00 Turun Jumlah 570.691.612.127,31 (36.854.802.446,31) Sumber: Laporan keuangan (laporan laba rugi) PDAM Kota Bandung tahun 1997 sampai dengan tahun 2005 Melihat data perbandingan antara pendapatan usaha dan laba usaha di atas, diduga yang menyebabkan tidak sejalannya antara pendapatan usaha dan laba usaha yaitu selain karena faktor tarif dasar air dan jumlah air yang diproduksi, juga dipengaruhi oleh biaya usaha yang dikeluarkan. Biaya yang

4 diduga sangat berpengaruh terhadap pendapatan usaha dan laba usaha PDAM adalah biaya langsung. Biaya langsung adalah biaya-biaya yang pengorbanannya terkait langsung atau dimaksudkan untuk satu objek biaya. Di PDAM yang termasuk biaya langsung diantaranya biaya produksi air, biaya pemeliharaan jaringan transmisi dan distribusi air, dan biaya operasional air kotor. Walaupun PDAM merupakan sebuah perusahaan milik pemerintah daerah dan melayani kepentingan publik, tapi tentunya hal tersebut tidak menjadi suatu halangan untuk mendapatkan keuntungan, karena PDAM merupakan perusahaan yang selain bertujuan untuk melayani kepentingan masyarakat dalam hal kebutuhan air, tetapi juga bertujuan untuk mencari laba. Melihat data kerugian mulai tahun 1992 sampai dengan tahun 2000, saldo kumulatif laba (rugi) dari tahun 1992 sampai dengan tahun 2005 mengalami kerugian sebesar Rp162.757.484.863. Faktor yang dominan mempengaruhi kerugian tersebut adalah tingginya biaya usaha yang harus ditanggung lebih besar dibandingkan dengan pendapatan usaha yang diterima. Seperti yang terjadi pada tahun 1997 sampai dengan tahun 2000 PDAM mengalami kerugian karena biaya usaha yang dikeluarkan lebih besar dari pendapatan usaha yang diperoleh. Pada tahun 1997 pendapatan usaha yang diperoleh sebesar Rp41.851.011.003,00, sedangkan biaya usaha yang dikeluarkan sebesar Rp59.269.484.767,14, sehingga PDAM mengalami kerugian sebesar Rp17.418.473.759,14. Pada tahun 1998 pendapatan usaha yang diperoleh sebesar Rp39.647.391.881,00, sedangkan biaya usaha yang dikeluarkan sebesar Rp64.474.385.629,71, sehingga PDAM mengalami kerugian sebesar Rp24.826.993.748,71. Pada tahun 1999 pendapatan

5 usaha yang diperoleh sebesar Rp38.907.232.136,00, sedangkan biaya usaha yang dikeluarkan sebesar Rp52.438.934.614,84, sehingga PDAM mengalami kerugian sebesar Rp13.531.702.478,84. Pada tahun 2000 pendapatan usaha yang diperoleh sebesar Rp40.503.990.188,06, sedangkan biaya usaha yang dikeluarkan sebesar Rp54.232.493.216,04, sehingga PDAM mengalami kerugian sebesar Rp13.728.503.028,04. Faktor biaya langsung dalam hal ini diduga menjadi faktor penentu terhadap laba usaha. Suatu perusahaan baik yang berjenis pasar persaingan sempurna maupun pasar persaingan tidak sempurna, seperti monopoli bertujuan untuk memaksimumkan laba. Hal ini dapat diperoleh melalui dua sisi. Sisi pertama, melalui menaikan pendapatan total yakni dengan cara menaikan volume penjualan atau pengoptimuman air melalui tarif. Seperti yang terjadi pada tahun 2001, PDAM telah menaikan tarif dasar air, sehingga terjadi kenaikan pada pendapatan usahanya dan PDAM memperoleh laba usaha, dan sisi lain melalui penurunan total biaya usaha yakni melalui efisiensi-efisiensi biaya. Disamping itu, kehilangan air atau losses yang dalam hal ini bentuknya dapat berupa penyusutan air karena pipa bocor ataupun suatu pencurian air, mengakibatkan jumlah output (Q) yang dihasilkannya mengalami penurunan dan berpengaruh pula terhadap laba yang dihasilkan. Karena apabila Q yang dihasilkannya mengalami penurunan, tarif/harganya tetap, dan total biaya usaha yang dikeluarkan lebih besar, maka perusahaan akan mengalami kerugian. Seperti data kehilangan air/losses tahun 2005 rata-rata per bulannya adalah 2.980.408,89M 3 atau 46,86%. Padahal Menteri Dalam Negeri telah menetapkan

6 batas toleransi kebocoran air yang diperkenankan yaitu sebesar 20% dari volume air yang diproduksi, sehingga kebocoran masih ditolelir dan penjualan air masih dianggap efisien bila kebocoran masih dibawah batas toleransi kebocoran air tersebut. Jelas hal ini sedikit banyak menimbulkan inefisiensi bagi PDAM sendiri yang tentu berpengaruh juga terhadap laba usaha yang diperoleh. Untuk mengatasi masalah kehilangan air yang terjadi, faktor yang sangat berpengaruh terhadap masalah ini adalah biaya pemeliharaan jaringan transmisi dan distribusi air, yaitu berupa pemeliharaan dan perawatan terhadap aktiva tetap, seperti mesin-mesin dan peralatan seperti pipa reservoir, tangki, instalasi pompa, meter air, hydrant dan transmisi distribusi air lainnya perlu lebih diperhatikan. Dengan adanya kegiatan pemeliharaan dan perawatan (maintenance) ini, fasilitas atau peralatan pabrik dapat digunakan untuk mendistribusikan air dengan lancar dan kehilangan air akibat kebocoran pipa pun dapat dihilangkan atau dikurangi. Selain itu faktor lainnya yang mempengaruhi laba usaha adalah faktor biaya produksi air dan biaya operasional air kotor. Karena biaya produksi air dan biaya operasional air kotor ini merupakan biaya langsung yang akan mempengaruhi proses produksi dalam perusahaan, perubahan naik turunnya biaya produksi air dan biaya operasional air kotor yang dikeluarkan akan berpengaruh langsung pula tehadap naik turunnya laba usaha yang diterima. Data PDAM dari tahun 1997-2005 menunjukan bahwa biaya produksi air dan biaya operasional air kotor yang telah dikeluarkan semakin meningkat dari tahun ke tahunnya, namun persentase kenaikannya sangat kecil.

7 Salah satu informasi yang diperlukan oleh manajemen adalah informasi tentang biaya. Informasi biaya yang dihasilkan akuntansi manajemen tidak sekedar ditujukan kepada manajemen untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan (financial reporting) bagi pihak luar perusahaan, namun untuk memungkinkan manajemen melakukan pengelolaan aktivitas (activity management) berdasarkan informasi biaya. Tanpa informasi biaya, manajemen tidak memiliki ukuran apakah masukan yang dikorbankan memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah daripada nilai keluarannya, sehingga tidak memiliki informasi apakah kegiatan usahanya menghasilkan laba yang sangat diperlukan untuk mengembangkan dan mempertahankan eksistensi perusahaannya. Begitu juga tanpa informasi biaya, manajemen tidak memiliki dasar untuk mengalokasikan berbagai sumber ekonomi yang dikorbankan dalam menghasilkan sumber ekonomi lain. Dalam rangka memperoleh laba usaha unsur yang paling terkendali oleh manajemen adalah biaya, diantaranya adalah biaya produksi air, biaya pemeliharaan jaringan transmisi dan distribusi air, biaya operasional air kotor. Manajer produksi memerlukan informasi biaya produksi air untuk menetapkan tindakan-tindakan yang harus diambil dalam mendorong efisiensi produksi. Manajer bagian pemeliharaan jaringan transmisi dan distribusi air memerlukan informasi biaya pemeliharaan jaringan transmisi dan distribusi air untuk menetapkan tindakan yang harus diambil dalam mendorong efisiensi transmisi dan distribusi apalagi dewasa ini banyak terjadi kehilangan air yang cukup besar. Begitu pula manajer operasional air kotor memerlukan informasi biaya

8 operasional air kotor untuk menetapkan tindakan yang harus diambil dalam mendorong efisiensi operasional air kotor. Biaya produksi air merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi besar kecilnya laba usaha yang diperoleh perusahaan. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual, sehingga yang dimaksud dengan biaya produksi air disini adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh PDAM untuk mengolah air tanah, air baku, dan air permukaan menjadi air yang siap dijual kepada masyarakat sebagai konsumen. Biaya pemeliharaan jaringan transmisi dan distribusi air merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi besar kecilnya laba usaha yang diperoleh perusahaan. Biaya pemeliharaan jaringan transmisi dan distribusi air merupakan biaya operasi dan pemeliharaan yang berkaitan dengan kegiatan transmisi dan distribusi air yang sudah diolah. Biaya transmisi dan distribusi ini berpengaruh terhadap jumlah air yang akan didistribusikan kepada konsumen, sehingga apabila jumlah air yang disalurkan kepada konsumen tidak sama dengan jumlah air yang diproduksi, artinya terjadi ketidakefisienan dalam proses transmisi dan distribusi bentukanya berupa kehilangan air. Kehilangan air ini dapat terjadi akibat kebocoran pipa, kesalahan administrasi, ataupun kegiatan illegal berupa pencurian air. Selain itu biaya operasional air kotor juga merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi besar kecilnya laba usaha yang diperoleh

9 perusahaan. Biaya operasional air kotor merupakan biaya-biaya yang berkaitan dengan kegiatan operasi pengelolaan air kotor. Laba usaha merupakan suatu pos yang paling penting dari ikhtisar keuangan yang memiliki kegunaan dari berbagai konteks laba (penghasilan bersih), seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja, ukuran efisiensi, pedoman bagi berbagai kebijakan perusahaan atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan dari investasi (return on investment) dan penghasilan per saham. Jelas bahwa permasalahan yang saat ini dihadapi oleh PDAM adalah kecenderungan menurunnya laba usaha dari tahun 1997 sampai tahun 2005. Melihat data kerugian mulai tahun 1992 sampai dengan tahun 2000, saldo kumulatif laba (rugi) dari tahun 1992 sampai tahun 2005 mengalami kerugian. Apabila penurunan laba pada PDAM ini terus dibiarkan maka secara tidak langsung akan berdampak pada pengurangan kesejahteraan karyawannya dan akan mengurangi pendapatan dan panghasilan daerah. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menelitinya dan berdasarkan paparan di atas, penulis mengambil judul Pengaruh Biaya Produksi Air, Biaya Pemeliharaan Jaringan Transmisi dan Distribusi Air, dan Biaya Operasional Air Kotor terhadap Laba Usaha Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung Periode 1997-2005.

10 1.2 Rumusan Masalah Penurunan laba yang dialami PDAM Kota Bandung tersebut terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik eksternal maupun internal. Demikian pula penurunan laba yang terjadi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung, diantaranya: - Biaya produksi air - Meningkatnya tingkat kehilangan air, akibat kurangnya efesiensi penggunaan biaya pemeliharaan jaringan transmisi dan distribusi air - Biaya operasional air kotor - Jumlah pelanggan/volume penjualan - Tarif dasar air Dari beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan laba, faktor yang menurut penulis paling dominan mempengaruhi dilihat dari laporan keuangan laba rugi PDAM Kota Bandung, adalah biaya produksi air, biaya pemeliharaan jaringan transmisi dan distribusi air, dan biaya operasional air kotor. Adapun rumusan masalah yang dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan besarnya biaya produksi air, biaya pemeliharaan jaringan transmisi dan distribusi air, dan biaya operasional air kotor periode tahun 1997-2005 di PDAM Kota Bandung. 2. Bagaimana perkembangan besarnya laba usaha periode tahun 1997-2005 yang diperoleh PDAM Kota Bandung.

11 3. Bagaimana besarnya pengaruh biaya produksi air, biaya pemeliharaan jaringan transmisi dan distribusi air, dan biaya operasional air kotor terhadap laba usaha periode tahun 1997-2005 di PDAM Kota Bandung. 4. Bagaimana analisis keterkaitan pos-pos biaya dengan pendapatan usaha, laba usaha, dan total biaya usaha periode tahun 1997-2005 pada PDAM Kota Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh besarnya biaya produksi air, biaya pemeliharaan jaringan transmisi dan distribusi air, dan biaya operasional air kotor terhadap pendapatan usaha dan laba usaha. Di sini juga dianalisis mengenai keterkaitan pos-pos biaya dengan pendapatan usaha, laba usaha, dan total biaya usaha. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Untuk mengetahui perkembangan besarnya biaya produksi air, biaya pemeliharaan jaringan transmisi dan distribusi air, dan biaya operasional air kotor periode tahun 1997-2005 pada PDAM Kota Bandung. 2. Untuk mengetahui perkembangan besarnya laba usaha tahun 1997-2005 yang diperoleh pada PDAM Kota Bandung. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh biaya produksi air, biaya pemeliharaan jaringan transmisi dan distribusi air, dan biaya operasional air kotor terhadap laba usaha periode tahun 1997-2005 pada PDAM Kota Bandung.

12 4. Untuk Menganalisis keterkaitan pos-pos biaya dengan pendapatan usaha, laba usaha, dan total biaya usaha periode tahun 1997-2005 pada PDAM Kota Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berkaitan dengan laba usaha untuk memecahkan permasalahan yang dialami demi kemajuan dan perkembangannya. Selain itu penelitian ini diharapkan bermanfaat: Secara teoritis - Dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya khasanah ilmu Akuntansi. - Sebagai bahan informasi tambahan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laba/rugi usaha dalam pengembangan ilmu Akuntansi - Memberikan masukan kepada penulis khususnya dan kepada pihak-pihak terkait, sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan kebijakan di masa yang akan datang dalam hal pembiayaan dan laba usaha.