BAB I PENDAHULUAN. indikator pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan. Semakin tinggi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi secara internasional maupun domestik masing-masing Negara.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Bank selaku badan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan oleh bank ini membantu

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I. PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup orang banyak, serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. dengan obyek benda tetap berupa tanah dengan atau tanpa benda-benda yang

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah berikut atau tidak berikut benda- benda lain yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB V PENUTUP. polis asuransi jiwa di PT Asuransi Jiwasraya Cabang Yogyakarta ini

BAB I PENDAHULUAN. satu dari sepuluh kebutuhan pokok atau kebutuhan primer manusia.

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara

I. PENDAHULUAN. untuk menanggung pembayaran kembali suatu hutang, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin untuk dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. fungsi intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pengertian kredit menurutundang-undang

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. Bank. Kegiatan utama dari perbankan adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan transaksi dalam kehidupan sehari-hari. Pada awalnya manusia

BAB I PENDAHULUAN. faktor yaitu faktor sosial,pendidikan, dan ekonomi yang luar biasa pada

RINGKASAN SKRIPSI ABSTRAK

HJ-3 MACAM-MACAM JAMINAN. Oleh Herlindah, SH, M.Kn

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan kegiatan ekonomi regional dan internasional,

Hak Tanggungan. Oleh: Agus S. Primasta 2

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan Pasal 8 ayat (1) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

BAB 1 PENDAHULUAN. Kapal laut merupakan salah satu transportasi perairan yang sangat. Indonesia, baik dalam pengangkutan umum maupun

BAB I PENDAHULUAN. sudah berlangsung kurang lebih 45 tahun sejak dilahirkannya Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perekonomian. Bank

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang adalah di bidang ekonomi. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan modal sebagai salah satu sarana dalam pengembangan unit usaha oleh para

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan jumlah bank swasta nasional yang sangat cepat mulai

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum (rechtstaat) dimana

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan usahanya. Dana atau permodalan merupakan salah satu inti utama

BAB I PENDAHULUAN. kreditnya, sebab kredit adalah salah satu portofolio alokasi dana bank yang terbesar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan

Transkripsi:

x

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan rakyat suatu negara salah satunya dapat dilihat dari indikator pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara, kesejahteraan rakyatnya relatif meningkat. Ada pun pertumbuhan ekonomi tergantung pada banyak faktor antara lain kondisi perekonomian dan peningkatan modal. Modal merupakan hal yang cukup menentukan keberhasilan suatu usaha. Kebutuhan akan modal, khususnya modl kerja, acap kali membuat pelaku usaha terhambat dalam melakukan ekspansi usahanya atau bahkan untuk sekedar mempertahankan usahanya. Salah satu sumber modal yang diandalkan pelaku usaha adalah bank. Bank sebagai lembaga keuangan bertindak sebagai lembaga intermediasi dalam arti bank bertindak sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Oleh karena bank mempunyai fungsi utama sebagai penyalur dana dalam bentuk kredit maka bank selalu menjadi pilihan pertama bagi pelaku usaha untuk memperoleh modal. Bank dalam menyalurkan dana yang dihimpun dari masyarakat dalam bentuk kredit selalu menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential principle). Bentuk kehati-hatian bank dalam menyalurkan kredit muncul dalam bentuk

2 keyakinan bahwa kredit yang disalurkan akan kembali. Hal ini sesuai dengan ketentuan di dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (selanjutnya disebut Undang-Undang Perbankan) yang menyebutkan bahwa dalam menyalurkan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsp Syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Sementara itu di dalam Penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Perbankan disebutkan bahwa keyakinan bank atas kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur mengembalikan pinjamannya diwujudkan dalam bentuk adanya jaminan dan agunan. Adanya jaminan akan memberikan rasa percaya kreditur atas pengembalian pinjaman yang diberikan karena fungsi jaminan pada hakekatnya adalah untuk pelunasan utang debitur manakala debitur tidak dapat melunasi utangnya. Di dalam sistem hukum Indonesia, jaminan dibedakan antara jaminan umum dan jaminan khusus. Jaminan umum sebagaimana di atur di dalam Pasal 1131 KUHPerdata adaalah segala kebendaan milik debitur, baik bergerak maupun tetap, baik yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi pelunasan bagi semua utang debitur. Jaminan umum terjadi demi hukum dan mendudukkan krediturnya sebagaii kreditur konkurent (kreditur bersaing). Adapun jaminan khusus atau agunan adalah

3 semua jaminan yang diperjanjikan. Jaminan khusus akan mendudukkan kreditur sebagai kreditur preferent (kreditur yang didahulukan). Jaminan khusus dapat berupa jaminan perorangan maupun jaminan kebendaan. Salah satu jaminan kebendaan adalah Jaminan Fidusia. Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (selanjutnya disebut Undang-Undang Jaminan Fidusia) Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tangungan yang tetap berada dalam penguasaan Pemberi Fidusia sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap kreditur lainnya. Obyek jaminan Fidusia adalah benda bergerak dan benda tetap yang tidak dapat dibebani Hak Tanggungan, dimana benda tetap dalam penguasaan debitur. Adapu yang diserahkan kepada kreditur sebagai jaminan adalah hak milik atas kepercayaan. Oleh karena itu pada prinsipnya kedudukan kreditur relatif tidak aman walaupun berkedudukan sebagai kreditur preferent. Hal yang cukup menarik di dalam Undang-Undang Fidusia adalah ketentuan mengenai diperbolehkannya benda persediaan sebagai obyek Jaminan Fidusia. Benda Persediaan adalah benda milik debitur yang merupakan komoditas untuk ditransaksikan dalam usaha debitur. Oleh karena itu benda persediaan besar kemungkinannya untuk berpindah tangan atau

4 beralih kepada pihak lain yang dalam Jaminan Fidusia merupakan hal yang dilarang. Pasal 20 Undang-Undang Fidusia menyebutkan bahwa Jaminan Fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada, kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi obyek Jaminan Fidusia. Pelaku usaha yang membutuhkan modal seringkali tidak bisa mengakses perbankan karena ketiadaan jaminan. Ketentuan di dalam Undang- Undang Fidusia yang membolehkan benda persediaan sebagai jaminan, membuka peluang bagi pelaaku usaha untuk memperoleh kredit dengan jaminan benda persediaan. Namun demikian tidak semua bank bersedia menerima benda persediaan sebagai jaminan dengan alasan kurang memberikan rasa aman atas kredit yang diberikan. Walaupun diatur di dalam suatu undang-undang, dalam pelaksanaan akan sulit untuk mengambil pelunasan dari benda persediaan jika debitur tidak dapat membayar atau kreditnya macet. Bank BPD Bali Cabang Bangli merupakan salah satu bank yang bersedia menerima benda persediaan sebagai jaminan yang diikat dengan Jaminan Fidusia. Hal yang menarik, Bank BPD Bali Cabang Bali memberi kredit dengan jaminan benda persediaan sebagai satu-satunya agunan atau jaminan khusus dan pengikatannya tidak dilakukan secara sempurna. Jaminan berupa benda persediaan diikat dengan Akta Jaminan Fidusia yang dibuat secara notariil tetapi tidak didaftarkan ke Kantor Jaminan Fidusia. Secara yuridis, Akta Jaminan Fidusia yang tidak didaftarkan dan oleh karenanya tidak

5 terbit Sertifikat Jaminan Fidusia, belum melahirkan Jaminan Fidusia. Dengan demikian kredit yang diberikan kepada nasabah debitur hanya dijamin dengan jaminan umum yang menempatkan Bank BPD Bali Cabang Bangli sebagai kreditur konkurent. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang Perlindungan Hukum Kreditur Dalam Jaminan Fidusia Atas Benda Persediaan (Studi Kasus Bank BPD Bali Cabang Bangli). B. Rumusan Masalah Berdasarkan hal-hal sebagaimana tersebut di ataas, maka dalam penelitian ini diajukan permasalahan sebagai berikut : 1. Mengapa Bank BPD Bali Cabang Bangli bersedia menerima benda persediaan sebagai jaminan walaupun mengandung risiko relatif tinggi? 2. Bagaimana perlindungan hukum Bank BPD Bali Cabang Bangli dalam Jaminan Fidusia atas benda persediaan yang tidak dipasang secara sempurna? C. Tujuan Penelitian Penelitian tentang Perlindungan Hukum Kreditur Dalam Jaminan Fidusia Atas Benda Persediaan (Studi Kasus Bank BPD Bali Cabang Bangli) bertujuan untuk :

6 1. Mengetahui alasan Bank BPD Bali Cabang Bangli bersedia menerima benda persediaan sebagai jaminan walaupun mengandung risiko relatif tinggi. 2. Mengetahui perlindungan hukum Bank BPD Bali Cabang Bangli dalam Jaminan Fidusia atas benda persediaan yang tidak dipasang secara sempurna. D. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran di perpustakaan, terdapat beberapa penelitian tentang Jaminan Fidusia yang ditemukan. Berikut ini adalah penelitian tentang Jaminan Fidusia yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti : 1. RA. Karina Hany Amanda (2012) meneliti tentang Penyelesaian Kredit Macet dengan Jaminan Fidusia di Kantor Pusat BPD Sumsel Babel, Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan dengan permasalahan : a. Bagaimana cara penyelesaian kredit macet yang dijamin dengan Jaminan Fidusia yang tidak didaftarkan? b. Bagaimana cara eksekusi atas Jaminan Fidusia yang tidak didaftarkan? 2. Insan Premata Utama (2012) meneliti tentang Penyelesaian Kredit Macet Dengan Jaminan Fidusia di Bank BRI Cabang Katamso Yogyakarta dengan permasalahan :

7 a. Bagaimana cara penyelesaian kredit macet dengan jaminan fidusia pada Bank BRI Cabang Katamso Yogyakarta? b. Bagaimana upaya Bank BRI Cabang Katamso Yogyakarta terhadap terjadinya pelangggaran Undang-Undang Fidusia dalam hal debitur menjual benda jaminan kepada pihak lain? 3. Bimo Bayu Aji Kiswanto (2012) meneliti tentang Pembebanan Jaminan Fidusia yang Tidak Didaftarkan Pada Perjanjian Kredit di PT. BPR Dwi Artha Sagriya Secang dengan permasalahan : a. Apakah pembebanan jaminan fidusia yang tidak didaftarkan pada perjanjian kredit modal kerja dalam hal kredit mengalami kemacetan dapat memberikan perlindungan hukum bagi BPR Dwi Artha Sagriya Secang? b. Bagaimana proses eksekusi kredit macet pada perjanjian kredit modal kerja dengan pembebanan jaminan fidusia yang tidak didaftarkan di PT. BPR Dwi Artha Sagriya Secang? 4. Josua Dewa Gede Christian Hendra Putra (2013) meneliti tentang Penyelesaian Secara Yuridis Terhadap Benda Jaminan Fidusia yang Dijaminkan Ulang Oleh Debitur Kepada Pihak Lain di PD BPR Bank Bapas 69 Magelang dengan permasalahan : a. Mengapa PD BPR Bank Bapas 69 Magelang masih memberikan surat perinngatan perihal tindakan pihak pemberi fidusia yang telah menjaminkan ulang benda jaminan fidusia kepada pihak lain?

8 b. Apakah upaya yang ditempuh oleh PD BPR Bank Bapas 69 Magelang dalam menyikapi benda jaminan fidusia yang telah berpindah kepemilikan dari debitur kepada pihak lain? Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu maka peneliti menyatakan bahwa penelitian tentang Perlindungan Hukum Kreditur Dalam Jaminan Fidusia Atas Benda Persediaan (Studi Kasus Bank BPD Bali Cabang Bangli) adalah asli. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis, sebagai bahan masukan dan kontribusi pemikiran di bidang ilmu hukum untuk lebih memahami hukum jaminan, khususnya jaminan fidusia 2. Untuk kalangan praktisi, diharapkan hasil penelitian ini memberikan kontribusi dalam tataran praktis yang akan membuat para praktisi lebih hati-hati dan teliti dalam memasang jaminan fidusia, khususnya untuk obyek jaminan fidusia berupa benda persediaan. 3. Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih mendalam dan valid tentang jaminan fidusia, khususnya untuk obyek jaminan fidusia berupa benda persediaan.

9