TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glasersfeld dalam Sardiman ( 2007 ) konstruktivisme adalah salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Siklus belajar 5E (The 5E Learning Cycle Model) (Science Curriculum Improvement Study), suatu program pengembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

I. PENDAHULUAN. kinerja dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui konteks yang terbatas dan tidak sekoyong-koyong. Pengetahuan

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. jenis dan jenjang pendidikan. Belajar menjadi suatu kebutuhan bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran,

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi

THE ANALYZING ABILITY OF DRAWING CONCLUSIONS AND APPLYING CONCEPTS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual,

LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN SAINS YANG BERMAKNA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glasersfeld dalam Sardiman ( 2007 ) konstruktivisme adalah salah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devi Esti Anggraeni, 2013

I. PENDAHULUAN. tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman (Rusman, 2011). Berdasarkan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang pada awalnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Glasersfeld (Komalasari, 2010) konstruktivisme adalah salah satu filsafat

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

I. PENDAHULUAN. Bicara tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi. kualitasnya, dan mampu mandiri, dan pemberian dukungan bagi

BAB II LANDASAN TEORI. Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori kognitif adalah teori yang mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glaserfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001) konstruktivisme

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru kimia kelas X 1 SMA Tri

MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMA Al-Kautsar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buldan Abdul Rohman, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. dan sasarannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) efektivitas

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan di kelompokkan dalam teori pembel-ajaran

BAB II KAJIAN TEORI. Robert Karplus. Learning cycle merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman

THE ENHANCEMENT OF INFERRING SKILL AND CONCEPT MASTERY IN BASIC THERMOCHEMISTRY SUBJECT BY LEARNING CYCLE 5E MODEL

Komang Gde Suastika, Hj. Titik Utami, Meriana Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Palangka Raya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. arah (ceramah reflektif) dan sistem dua arah (penemuan terbimbing).

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 13 Bandarlampung, mulai 22 Oktober

II. TINJAUAN PUSTAKA

Seminar Pendidikan Serantau 2011

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakkan seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk diberi perlakuan

1. PENDAHULUAN. berdasarkan pada fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

1. PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan sesungguhnya membentuk karakter yang baik, berpikiran cerdas,

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun oleh: BIVIKA PURNAMI A

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

By Miterianifa. Miterianifa; Penerapan Model Pembelajaran Learning 185

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

I. PENDAHULUAN. SMA Gajah Mada Bandar Lampung yang berjumlah 35 orang siswa yang terdiri

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, yang sangat erat kaitannya

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SISWA DENGAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA SMP

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS LEARNING CYCLE-5E PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS XI SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran dapat lebih menarik jika menggunakan media pembelajaran.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR KKPI PADA SISWA SMKN 2 MALANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

I. PENDAHULUAN. konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pembelajaran media sangat diperlukan karena dapat membantu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Cakrawala Pendas, Volume I, No. 1 Januari 2015 ISSN:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran

Yudi Budianti Isma Safiyyah ABSTRAK. Kata Kunci : Keterampilan Proses, Model Siklus Belajar (Learning Cycle)

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik (Hirawan, 2009). LC merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan (phase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pembelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Model LC termasuk ke dalam pendekatan konstruktivisme karena siswa sendiri yang mengkonstruksi pemahamannya. Menurut Karplus dan Their (Fajaroh dan Dasna, 2007), LC pada mulanya terdiri dari 3 phase (3 tahap), yaitu eksplorasi (exploration), penjelasan konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep (concept application). Pada tahap eksplorasi siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum, menganalisis artikel, mendiskusikan fenomena alam, mengamati fenomena alam atau perilaku sosial, dan lain-lain. Dari kegiatan ini diharapkan timbul ketidakseimbangan dalam struktur mentalnya (cognitive disequilibrium) yang ditandai dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada

9 berkembangnya daya nalar tingkat tinggi (high level reasoning) yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana (Dasna, 2005). Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan indikator kesiapan siswa untuk menempuh tahap berikutnya, tahap pengenalan konsep (concept introduction). Pada tahap ini diharapkan terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep-konsep yang baru dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar seperti menelaah sumber pustaka dan berdiskusi. Pada tahap ini siswa mengenal istilahistilah yang berkaitan dengan konsep-konsep baru yang sedang dipelajari. Pada tahap terakhir, yakni aplikasi konsep (concept application), siswa diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui kegiatan-kegiatan seperti problem solving (menyelesaikan problem-problem nyata yang berkaitan) atau melakukan percobaan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar, karena siswa mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari (Karplus dan Their dalam Fajaroh dan Dasna, 2007) Terdapat istilah-istilah yang berbeda pada penamaan tahap-tahap pembelajaran dalam model LC 3 phase. Dahar (1998) menggunakan istilah eksplorasi, penjelasan konsep, dan penerapan konsep. 1. Exploration phase (Tahap eksplorasi) Pada tahap ini guru menyajikan fakta atau fenomena yang berkaitan dengan konsep yang akan diajarkan. Siswa menyelidiki fenomena tersebut dengan bimbingan minimal sehingga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan atas

10 masalah yang tidak dapat mereka pecahkan dengan pola penalaran yang biasa mereka lakukan. Tahap ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk menggunakan pengetahuan awalnya dalam mengobservasi, memahami, serta mengkomunikasikannya pada orang lain berdasarkan konsep-konsep yang telah mereka ketahui. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melibatkan siswa secara aktif dalam suatu aktivitas yang dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan motivasi belajar. Di samping itu kegiatan pada tahap ini memungkinkan siswa mengingat kembali konsep yang telah dimilikinya. 2. Explanation phase (Tahap penjelasan konsep) Pada tahap ini siswa mengemukakan gagasan-gagasan kemudian didiskusikan dalam konteks apa yang telah diamati selama tahap eksplorasi. Guru memberikan penguatan terhadap jawaban atau gagasan yang diungkapkan siswa. Selain itu, guru mengenalkan istilah-istilah, memberikan penjelasan, mengusulkan alternatif pemecahan, atau memperbaiki miskonsepsi siswa. Siswa dengan bimbingan guru mengorganisasikan datanya untuk menemukan keteraturan atau hubungan antar konsep. 3. Elaboration phase (Tahap penerapan konsep) Tahap ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk menggunakan konsepkonsep yang telah diperoleh pada tahap-tahap sebelumnya untuk menyelesaikan persoalan dalam konteks yang berbeda. Siswa menerapkan konsep yang telah mereka dapat pada situasi baru, baik untuk memahami sifat-sifat konsep lebih jauh (materi pengayaan) atau dalam konteks kehidupan seharihari. Guru membantu menginterpretasi dan menggeneralisasi hasil

11 pengalaman siswa. Siswa memperoleh penguatan dan pengembangan struktur mental yang baru. LC 3 phase saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan menjadi LC 5 phase, LC 6 phase, dan LC 7 phase. Pada LC 5 phase, ditambahkan engagement phase (persiapan) sebelum exploration phase dan ditambahkan pula evaluation phase (evaluasi) pada bagian akhir siklus. Sekarang ini LC 5 phase dikenal dengan istilah LC 5E (Engagement, Exploration, Explaination, Elaboration, dan Evaluation), Lorsbach (2002) dalam Fajaroh dan Dasna (2007). Tahapan dalam LC 5 phase adalah sebagai berikut: 1. Engagement phase (Tahap persiapan) Tahap ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa agar terkondisi dalam menempuh tahap berikutnya, dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya. Pada tahap ini minat dan keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan berusaha dibangkitkan. Pada tahap ini pula siswa diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi. 2. Exploration phase (Tahap eksplorasi) Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompokkelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur.

12 3. Explaination phase (Tahap penjelasan) Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini siswa menemukan istilah-istilah baru dari konsep yang dipelajari. 4. Elaboration phase (Tahap penerapan konsep) Pada tahap ini, siswa menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving. 5. Evaluation phase (Tahap evaluasi) Pada tahap akhir dilakukan evaluasi terhadap efektifitas tahap-tahap sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi siswa melalui problem solving dalam konteks baru yang kadangkadang mendorong siswa melakukan investigasi lebih lanjut. Menurut Fajaroh (Fajaroh dan Dasna, 2007), LC 5 phase memiliki kelebihan sebagai berikut: 1. Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. 2. Membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa. 3. Pembelajaran lebih jadi bermakna.

13 B. Penguasaan Konsep Menurut Dahar (1998) konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan berhubungan satu sama lain, oleh karena itu siswa dituntut tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep lainnya. Selanjutnya Syaiful dalam Ernawati (2009) menyatakan bahwa konsep diperoleh dari fakta-fakta, peristiwa, pengalaman generalisasi dan berpikir abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan meramalkan. Konsep merupakan abstraksi dan ciri-ciri dari sesuatu yang dapat mempermudah komunikasi untuk berpikir, dengan demikian tanpa adanya konsep belajar akan sangat terhambat. Kemampuan abstrak itu disebut pemikiran konseptual. Sebagian besar materi pembelajaran yang dipelajari di sekolah terdiri dari konsep-konsep. Semakin banyak konsep yang dimiliki seseorang, semakin banyak alternatif yang dapat dipilih dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Penguasaan konsep merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Setelah proses belajar dilakukan maka keberhasilan proses itu akan dapat dilihat dalam suatu tes penguasaan konsep. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2002). Setelah belajar seseorang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Hasil dari rangkaian kegiatan kompleks adalah kapabilitas. Timbulnya kapabilitas tersebut dari : (1) Stimulasi yang berasal dari lingkungan. (2) Proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar.

14 Penguasaan konsep dasar yang baik akan membantu dalam pembentukan konsep-- konsep yang lebih kompleks untuk menemukan suatu prinsip. Dengan memiliki penguasaan konsep, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pemikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sagala (2007). Penguasaan konsep adalah buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip hukum dari suatu teori, konsep tersebut diperoleh dari fakta, peristiwa, dan pengalaman melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Dengan adanya penguasaan konsep, siswa dapat memecahkan masalah dan memudahkan siswa untuk dapat mempelajari konsep-konsep yang lain, sehingga hasil belajar dapat optimal. C. Lembar Kerja Siswa (LKS) Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah media berupa lembar kerja siswa (LKS). Media pembelajaran adalah alat bantu untuk menyampaikan pesan kepada siswa yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Melalui penggunaan media pembelajaran akan memudahkan bagi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Menurut Sriyono (Sarinah, 2009) LKS adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

15 Menurut Prianto dan Harnoko (Sarinah, 2009) manfaat dan tujuan LKS antara lain: 1. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. 2. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep. 3. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar. 4. Membantu guru dalam menyusun pelajaran. 5. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. 6. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajarai melalui kegiatan belajar. 7. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis. Pada proses belajar mengajar, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa mendalami materi dari suatu materi pokok atau submateri pokok mata pelajaran yang telah atau sedang diajarkan. LKS digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. D. Validitas, Reliabilitas, Daya Beda Soal, dan Tingkat Kesukaran Soal 1. Validitas Data evaluasi yang baik sesuai dengan kenyataan disebut data valid. Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk mengevaluasinya harus valid. Untuk itu, sebelum instrumen digunakan untuk mengambil data penelitian, maka terlebih dahulu harus dilakukan uji validitas instrumen. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengambil data adalah instrumen tes, berupa soal pre test dan post test.

16 Tabel 1. Makna validitas butir soal Angka Korelasi Makna > 0,3 Valid (Diterima) 0,10 0,3 Tidak valid (Direvisi) < 0,10 Tidak valid (Ditolak) (Long,et al dalam Yulianti,2008) 2. Uji reliabilitas Reliabilitas atau taraf kepercayaan adalah syarat lain yang harus dimiliki oleh instrumen penelitian. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat menghasilkan hasil yang tetap, maka suatu instrumen harus diuji reliabilitasnya terlebih dahulu sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian. Tabel 2. Makna reliabilitas butir soal Angka korelasi Makna 0.900 0.999 Sempurna 0.700 0.899 Sangat Tinggi 0.400 0.699 Tinggi 0.200 0.399 Sedang < 0.199 Tidak ada korelasi (Subino dalam Yulianti, 2008) 3. Daya beda soal Daya beda soal (D) adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah.

17 Tabel 3. Kategori daya beda Nilai D Kategori D bernilai negatif Sangat jelek (dibuang) 0,00 D < 0,20 jelek 0,20 D < 0,40 cukup 0,40 D < 0,70 baik D > 0,70 Baik sekali (Arikunto,2009) 4. Tingkat kesukaran soal Soal yang baik (P) adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Tabel 4. Kategori tingkat kesukaran Nilai P Kategori P < 0,30 Sukar 0,30 p 0,70 Sedang p > 0,70 Mudah (Arikunto,2009) E. Kerangka Berpikir Upaya memperbaiki mutu pendidikan diprioritaskan dengan memperbaiki proses pembelajaran. Perbaikan proses pembelajaran tersebut salah satunya dengan melakukan penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan penguasaan konsep laju reaksi antara penerapan pembelajaran LC 5 phase dengan penerapan pembelajaran LC 3 phase. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah model pembelajaran LC 5 phase (X 1 ) dan LC 3 phase (X 2 ). Sedangkan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep laju reaksi oleh siswa (Y). LC 5 phase dan LC 3 phase merupakan model

18 pembelajaran yang dapat diterapkan pada pelajaran kimia, dan diharapkan mampu meningkatkan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep kimia siswa yang dilihat dari hasil belajar siswa ranah kognitif (melalui pemberian pre test dan post test). Dilihat dari tahap-tahap pembelajaran pada LC 5 phase dan LC 3 phase, secara teoritis tahap-tahap pembelajaran pada LC 5 phase lebih mendetail dibandingkan dengan LC 3 phase, sehingga diharapkan rata-rata penguasaan konsep laju reaksi siswa yang diberi pembelajaran LC 5 phase akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan LC 3 phase. Berdasarkan keterangan tersebut maka kerangka berpikir dalam penelitian ini terangkum dalam gambar berikut: LC 5 phase (X 1 ) LC 3 phase (X 2 ) 1. Engagement phase (persiapan) 2. Exploration phase (Eksplorasi) 3. Explaination phase (Penjelasan konsep) 4. Elaboration phase (Penerapan konsep) 5. Evaluation phase (Evaluasi) 1. Exploration phase (Eksplorasi) 2. Explaination phase (Penjelasan konsep) 3. Elaboration phase (Penerapan konsep) Penguasaan konsep (Y) Penguasaan konsep (Y) Perbandingan Gambar 1. Bagan kerangka berpikir

19 F. Anggapan Dasar Adapun anggapan dasar untuk penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Siswa kelas XI IPA semester ganjil SMAN 13 Bandar Lampung mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam penguasaan konsep kimia. 2. Perbedaan rata-rata penguasaan konsep Laju Reaksi oleh siswa kelas XI IPA semester ganjil SMAN 13 Bandar Lampung tahun ajaran 2011/2012 sematamata karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran. 3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi penguasaan konsep Laju Reaksi oleh siswa kelas XI IPA semester ganjil SMAN 13 Bandar Lampung tahun ajaran 2011/2012 diabaikan. G. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep laju reaksi antara penerapan pembelajaran LC 5 phase dengan pembelajaran LC 3 phase. 2. Rata-rata penguasaan konsep laju reaksi dengan penerapan pembelajaran LC 5 phase lebih tinggi daripada pembelajaran LC 3 phase.