PENYALURAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) BANK TABUNGAN NEGARA DI SURABAYA TAHUN Rina Anggraini. Nasution

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba yang

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DI PT BANK TABUNGAN NEGARA KANTOR CABANG SURABAYA

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. KPR BTN Sejahtera FLPP adalah kredit pemilikan rumah program

PELAKSANAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH PADA TABUNGAN NEGARA KANTOR CABANG PEMBANTU UNAIR SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian. 2

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan akan tempat tinggal semakin terasa mendesak dikarenakan

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 01/PERMEN/M/2005

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Berdasarkan kebutuhan, setiap masyarakat memiliki kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

PELAKSANAAN PEMBERIAN KPR BTN SEJAHTERA FLPP PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

: MARINA RUMONDANG P. TAMPUBOLON NPM :

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 13 /PERMEN/M/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak masyarakat yang masih belum mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. hancur akibat krisis multi dimensi yang berkepanjangan. Salah satu usaha

BAB I PENDAHULUAN. tolak ukur kemajuan negara tersebut. Menurut Kasmir (2014) bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Pembelian rumah bisa dilakukan dengan cara tunai ataupun kredit.

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR: 24/KPTS/M/2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis perumahan di masa sekarang telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran dan kesejahteraan manusia. Bukan hanya untuk golongan tertentu saja,

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara berkembang yang sekarang ini sedang. Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4 (empat) yaitu, melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. dan pangan adalah papan berupa rumah tempat tinggal. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang memiliki fungsi utama menghimpun dana

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

II. LANDASAN TEORI. atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2005 TENTANG

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 01/KPTS/1994 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KERANGKA TEORI

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu

BABI PENDAHULUAN. komponen di dalamnya yaitu industri perbankan menjadi salah satu bagian

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini perubahan laju pembangunan terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. apabila suatu negara memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil maka selain

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH TYPE 54 DAN TYPE 36 MELALUI BTN DI KOTA SURABAYA SKRIPSI

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 7/PERMEN/M/2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan menjadi Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998,

BAB I PENDAHULUAN. adalah bank, nasabah, pengembang atau developer, pemerintah, serta Bank

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini menjadi salah satu industri bisnis yang sangat

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 07/PERMEN/M/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan kredit perbankan sebelum krisis ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal: Jumlah Modal Inti Minimum Bank Umum

BAB I PENDAHULUAN. yang baik meskipun perekonomian global mengalami ketidakpastian dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi

BAB I PENDAHULUAN. peranan kredit dalan operasi bank sangat besar dan penting. Sebagian besar bank

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR: 20/KPTS/M/2004 TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH,

PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA SERTA DAYA BELI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI DKI JAKARTA

Ronny Kusnandar ISSN Nomor

BAB I PENDAHULUAN. telah menetapkan undang-undang mengenai Mortgage (Perumahan). Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan pemukiman, agar

BAB I PENDAHULUAN. sektor tersebut mempunyai andil dalam menambah devisa negara dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Oleh: Made Andri Rismayani I Gusti Ayu Puspawati Ida Bagus Putu Sutama. Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) BTN PLATINUM PADA PT BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) KANTOR CABANG SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. atau dikenal dengan kebutuhan primer, juga kebutuhan sekunder maupun

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DI BANK JATIM CABANG PEMBANTU WARU SIDOARJO RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang sedang dihadapi dan dijalankan pada saat

BAB I PENDAHULUAN. penting sebagai lembaga keuangan. Kegiatan-kegiatan dunia usaha, baik di sektor

BAB IV PENUTUP. ditujukan bagi MBR yang memenuhi kriteria, yaitu Untuk pembelian rumah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat dalam bentuk tabungan. Visi dan Misi Bank Tabungan Negara (Persero) Adapun Misi bank BTN adalah:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia merupakan salah satu sarana untuk

I. PENDAHULUAN. Kolektibilitas adalah tingkat atau ukuran kualitas suatu kredit. Penggolongan

MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR : 139/KPTS/M/2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Ramainya

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun

BAB I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Sektor perbankan seperti Bank Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia perbankan sangat pesat setelah terjadi deregulasi

BUPATI PAKPAK BHARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan akan rumah adalah kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala sektor diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA. A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba

BAB I PENDAHULUAN. jasa perbankan atau keuangan. Dalam hal ini, perbankan merupakan inti dari

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah. dalam bentuk kredit maupun bentuk lainnya (Kasmir, 2004).

Analisis Sistem Pengendalian Intern atas Pemberian Kredit Pemilikan Rumah. (Studi Kasus pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung) Oleh:

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

ANALISIS STRATEGI PROMOSI KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) SISTEM KONVENSIONAL DAN SYARIAH (Studi Kasus : BTN dan BTN Syariah Kantor Cabang Solo)

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk berkomunikasinya antar anggota keluarga dan juga. sebagai tempat berkumpulnya sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terus tumbuh, namundengan tetap memperhatikan prinsip kehatian-hatian

BAB I P E N D A H U L U A N. perusahaan atau badan usaha memerlukan sumber daya atau faktor faktor produksi

Transkripsi:

PENYALURAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) BANK TABUNGAN NEGARA DI SURABAYA TAHUN 14-1 Rina Anggraini Jrusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya E-mail: ina_kawashima@yahoo.com Nasution Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya ABSTRAK Bank Tabungan Negara merupakan salah satu bank yang sejak tahun 14 hingga saat ini memiliki peran dalam pemberian kredit pemilikan rumah kepada masyarakat telah mengalami berbagai peristiwa. Kebutuhan rumah oleh masyarakat dirasa penting karena rumah merupakan kebutuhan pokok selain sandang (pakaian) dan pangan (makanan). Kemudian dipandang perlu adanya sebuah lembaga atau organisasi yang mengkoordinir kebutuhan masyarakat akan rumah. Bank Tabungan Negara memiliki peran yang penting dalam rangka pembangunan nasional di bidang perumahan untuk masyarakat. Kredit Pemilikan Rumah yang di fasilitasi oleh Bank Tabungan Negara dalam perkembangannya mengalami peningkatan tiap tahunnya sejak 14 hingga 1. Dengan Kredit Pemilikan Rumah oleh Bank Tabungan Negara, masyarakat mampu memiliki hunian atau rumah dengan pembayaran secara angsuran dan dengan bunga tertentu tiap tahunnya. Kata Kunci : Bank Tabungan Negara, Kredit Pemilikan Rumah, Surabaya ABSTRACT State Savings Bank is one of the bank from 14 until today has a role in the granting of mortgages to people have experienced a variety of events. The perceived needs of the community is important because home is a basic requirement in addition to clothing (apparel) and food (food). Then it is necessary the existence of an agency or organization that coordinates the needs of the community. State Savings Bank has an important role in the context of national development in the field of housing for the community. Housing loans were facilitated by the development of the State Savings Bank has increased each year from 14 to 1. With mortgage loans by the State Savings Bank, the community is able to have a house with a residential or payment in installments and with interest each year. Keywords: State Savings Bank, Housing Credit, Surabaya 320

PENDAHULUAN Rumah merupakan kebutuhan utama setiap manusia disamping sandang dan pangan serta merupakan salah satu unsur pokok kesejahteraan penduduk. Rumah juga merupakan salah satu kebutuhan didalam kehidupan rumah tangga, bermasyarakat dan bernegara yang akan ikut dalam menentukan pembangunan social ekonomi manusia. Kebutuhan dasar ini bisa mecerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Indikator yang berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan akan rumah adalah tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Mewujudkan kesejahteraan yang merata terutama di bidang perumahan, sebagaimana tercantum dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN), maka wajar ketika pemerintah mengikutsertakan rakyat dalam mengusahakan kesejahteraan tersebut. Sejak tahun 160-an, pemerintah telah berupaya untuk menyediakan perumahan bagi orang-orang yang tegolong miskin atau golongan bawah dengan membangun rumah-rumah yang sesuai dengan kemampuan golongan bawah. 1 Rencana pembangunan rumah tersebut diharapkan mampu memperbaiki kehidupan demi terciptanya kemakmuran rakyat dan bangsa Indonesia. Menghadapi kondisi yang demikian, pemerintah memandang perlu mendirikan suatu badan usaha atau lembaga yang akan mengelola masalah perumahan bagi rakyat, hingga kemudian pemerintah membentuk Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perum Perumnas), yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 2 Tahun 14 tentang Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perum Perumnas) sekaligus menetapkan Bank Tabungan Negara (BTN) sebagai lembaga penyalur Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pertama di Indonesia. Pembentukan ini dimaksudkan agar penyelenggaraan pengadaan perumahan dapat dilakukan secara terarah dan berencana sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. BTN ditunjuk sebagai wadah pembiayaan pembangunan perumahan melalui Surat Menteri Keuangan Nomor B-2/MK/I/14 tanggal 2 Januari 14. Dan sejak saat itu BTN tetap memegang peranan menjadi bank yang fokus terhadap bidang perumahan, terutama sebagai bank penyalur KPR. Bank Tabungan Negara yang memfokuskan kegiatannya pada pembiayaan perumahan, memang sangat berperan dalam penyaluran KPR. Dalam perkembangannya, pada masa Hindia Belanda hingga masa pendudukan Jepang, Bank Tabungan Negara yang dinasionalisasikan tahun 150 telah melalui berbagai perubahan nama berkali-kali. Pada jaman pemerintahan Hindia Belanda dikenal dengan nama De Postpaarbank, didirikan tahun 1. Pendirian De Pospaarbank tersebut mempunyai tujuan awal yaitu untuk mendidik masyarakat pada saat itu agar gemar menabung. Melalui pendirian De Postpaarbank ini mulailah diperkenalkan lembaga perbankan secara luas, meskipun tentunya sistem perbankan yang ada pada saat itu tidaklah sama dan jauh dari sempurna bila dibandingkan dengan sistem perbankan saat ini. Kredit Pemilikan Rumah Bank Tabungan Negara 1-12 Pada 10 16, Bank Tabungan Negara merealisasikan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) untuk pertama kalinya di Indonesia. Sehingga setiap tanggal 10 diperingati sebagai hari KPR oleh BTN. Realisasi KPR BTN pertama tersebut terjadi di kota Semarang dengan (sembilan) unit rumah, kemudian Surabaya dengan (delapan) unit rumah, dan menyusul kota-kota lainnya. 2 Disinilah kemudian Bank Tabungan 1 I Wayan Suandra, 2000, Hukum Pertanahan Indonesia, Jakarta : PT. RINEKA CIPTA. Halaman 4. 2 Diakses melalui internet, KPR, Bisnis yang Menjadi Incaran Bank - Yahoo! News 321

Negara berperan untuk meningkatkan pembangunan nasional dibidang perumahan, jika sebelumnya tujuan dan fungsi dari Bank Tabungan Negara menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 16 adalah hanya untuk memperbaiki ekonomi rakyat dan ekonomi pembangunan nasional melalui usaha menghimpun dana masyarakat dalam bentuk tabungan, namun sekarang BTN diberi kepercayaan oleh pemerintah untuk menjadi wadah pemberian kredit perumahan kepada masyarakat. Di Surabaya, sejak Pelita II sampai semester I tahun 1 telah dibangun 100 rumah-rumah sederhana untuk para karyawan Pemda yang dimintakan kredit pemilikan dari BTN, di daerah Mojoarum, Jemur Andayani, Gayungan Selatan, Kendangsari, Gayungan, Menanggal, Jemur Wonosari, Tenggilis Mejoyo, Prapen Kali Rungkut, Mojoklanggru, Rungkut Kidul. 3 Pada lokasi Kalisari seluas 1 ha., menurut rencana akan diselesaikan pembangunan 00 rumah pada akhir tahun 10. 4 Di Indonesia, pada saat itu terdapat empat instansi yang bergerak di bidang penyediaan perumahan, yaitu : (1) Dinas Rumah dan Tanah Pemda; (2) Yayasan Kas Pembangunan (YKP); (3) Real Estate; (4) Perumnas. 5 Dinas tanah dan rumah, dalam kegiatan penyediaan perumahan, melanjutkan apa yang dilakukan oleh Grond en Woning Bedrijf Gemeente Soerabaja. 6 Hanya saja, Indonesia.htm, pada tanggal 1 Januari 2013 pukul 21.50. 3 Sub Bagian Humas dan Protokol Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya, 10, Surabaya Dalam Lintasan Pembangunan, Surabaya : Humas dan Protokol, halaman 104. 4 Ibid., halaman 10 5 Sub Bagian Humas dan Protokol Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya, Loc.Cit.. 6 Grond en Woning Bedrijf Gemeente Soerabaja merupakan perusahan tanah dan rumah yang telah ada sejak 123, dan pada saat itu, perusahaan tanah dan rumah tersebut turut berperan dalam pembangunan kampungkampung yang ada di Surabaya, karena memang kalau Grond en Woning Bedrijf Gemeente Soerabaja mengadakan perumahan untuk umum, sedangkan Dinas Tanah dan Rumah sekarang lebih banyak bergerak ke arah penyediaan rumah dinas maupun persewaan bagi para karyawan/ pejabat Pemda sendiri. Dalam perkembangannya, pada tahun 10, telah dikeluarkan beberapa ketentuan dan peraturan mengenai pelaksanaan peminjaman dalam pembelian rumah dengan menggunakan Kredit Pemilikan Rumah melalui Bank Tabungan Negara oleh golongan pegawai rendah dan menengah. Pinjaman dengan kredit tersebut diberikan dengan syarat dan ketentuan yang ringan. Sehingga pada tahun 10an tingkat permintaan Kredit Pemilikan Rumah meningkat. Hal tersebut bisa dilihat melalui table 1 di bawah. Dalam merealisasikan pembangunan perumahan tersebut, BTN menggunakan dana pinjaman yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dibangun oleh Perusahaan Umum Pembangunan Nasional (Perumnas). Kredit Pemilikan Rumah dengan dana APBN tersebut disediakan untuk pegawai negeri golongan I, II, III dan dengan jangka waktu 5-20 tahun. Suku bunga yang diberikan yaitu 5% pertahun untuk pegawai negeri golongan I dan II, sedangkan untuk pegawai negeri golongan III diberikan suku bunga sebesar % pertahun. Untuk pegawai negeri golongan IV, pada saat itu dikenakan suku bunga %, untuk peminjaman dalam jangka waktu 5-15 tahun. Selain memberikan kredit rumah kepada pegawai negeri, Bank Tabungan Negara juga memberikan kredit pemilikan rumah sederhana untuk golongan pada saat itu beberapa kampung yang dihuni masyarakat primbumi di Surabaya kondisinya sangat memprihatinkan, bisa dikatakan kumuh dan menjadi sumber penyakit. Pembangunan kampung tersebut ditanggung oleh pemerintah pusat. Biro Kredit-Bank Indonesia, 2001, Sejarah Peranan Bank Indonesia dalam Pengembangan Usaha Kecil, Op.Cit., halaman 3. 322

masyarakat yang berpenghasilan tetap seperti ABRI. Pada saat itu ABRI memang menjadi prioritas dalam suku bunga yang sama dengan pegawai negeri yakni 5% pertahun dengan jangka waktu 5-20 tahun. Bank Tabungan Negara memberikan kredit kepada masyarakat, kemudian Bank Tabungan Negara bekerjasama dengan beberapa developer (pembangun rumah) untuk membangun rumah untuk masyarakat dan BTN membayar secara tunai, sehingga masyarakat hanya membayarkan uangnya kepada Bank Tabungan Negara melalui Kredit Pemilikan Rumah tersebut. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan KPR-BTN dapat dilihat melalui tabel berikut. Tabel 1 Kredit Pemilikan Rumah (KPR-BTN) (Nasabah: Ribuan; Kredit: Miliar Rupiah) 1 Akhir Tahun 3 1 1 11 1 15 10 1 11 23 12 2 Realisasi Kredit Nasabah Kredit 4 0,6 5 1,14 2 4,61 12 10 16 2 20 1 24 136 13 22,2 1 1 1,0 5 21 16, 53 25 30, 6 Baki Debet 6 1,13 10 4,55 14 21,6 1 6,3 22 14, 4 26 353, 5 mampu merealisasikan mencapai target yang ditentukan oleh Bank Tabungan Negara, yakni sebesar 10.000 nasabah pada tahun 1. Peningkatan terhadap permintaan kredit pada tahun 1-1, hal tersebut juga disebabkan mudahnya persyaratan untuk mengajukan Kredit Pemilikan Rumah oleh Bank Tabungan Negara pada saat itu, namun kemudian, ketika masyarakat sudah mengkredit rumah melalui Bank Tabungan Negara, banyak masyarakat yang kesulitan untuk membayar kredit seiring berjalannya waktu, sehingga pada tahun 13, Bank Tabungan Negara memberikan syarat tambahan untuk kredit rumah untuk rakyat. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya kredit macet, namun itu terjadi pada tahun 13. Kredit Pemilikan Rumah Bank Tabungan Negara 13-10 Penyaluran KPR oleh BTN adalah sesuai dengan ketetapan yang ada di dalam GBHN, bahwa pembangunan perlu ditingkatkan terutama perumahan dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat golongan berpenghasilan rendah guna meningkatkan mutu kehidupan masyarakat itu sendiri. Melalui Bank Tabungan Negara, pembangunan perumahan rakyat akan membangun kurang lebih 30.000 rumah. Perkembangan Bank Tabungan Negara dalam memberikan Kredit Pemilikan Rumah dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Sumber : BTN, Laporan Kredit Pemilikan Rumah Dari tabel tersebut, dapat dijelaskan bahwa terjadi kenaikan dalam permintaan kredit pemilikan rumah melalui Bank Tabungan Negara. Peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 1-1, dari 10.000 menjadi 2.000 nasabah di seluruh Indonesia dengan perbandingan sebesar 1:5. Peningkatan akan kebutuhan untuk memiliki rumah sendiri terlihat naik. Kredit Pemilikan Rumah Bank Tabungan Negara (KPR-BTN) Tabel 2 Marwati Djoened Poesponegoro, 12, Sejarah Nasional Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, halaman 453. 323

2 Akhir Tahun 32 13 36 14 40 15 44 16 4 1 52 1 56 1 60 10 Kredit Pemilikan Rumah (KPR-BTN) (Nasabah: Ribuan; Kredit: Miliar Rupiah) 2 Realisasi Kredit 30 31 Na Kredi sabah 33 1 3 22 41 2 1 45 34 4 40 53 4 5 62 0 61 6 2 t 34 5. 5 3 0.1 42 1,106.6 46 1,463.6 50 1,2.62 54 2,12.20 5 2,66.53 62 2,41.51 2 Baki Debet 35 541.31 3 2.2 43 1,02.20 4 1,344.2 51 1,556.2 55 1,64.60 5 2,264. 63 2,25.1 Sumber : BTN, Laporan Kredit Pemilikan Rumah Sepanjang tahun 13 hingga tahun 10, peningkatan terhadap permintaan Kredit Pemilikan Rumah oleh Bank Tabungan Negara tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Untuk mengetahui perkembangan nasabah tiap tahun, dapat diperoleh melalui hitungan misalnya nilai selisih dari tahun 13 dengan tahun 14, kemudian dibagi dengan jumlah nasabah tahun sebelumnya, dan dikalikan 100%. Sebagai contoh, tahun 14 dengan tahun 15, yang diperoleh 23%. Peningkatan tiap tahunnya paling kecil terjadi pada tahun 13 sebayak %, dan paling tinggi sebanyak 24% terjadi pada tahun 16 dan 1. Hal ini disebabkan karena pada tahun 13, ditetapkan peraturan baru yang menyatakan bahwa calon KPR harus memiliki Tabungan terlebih dahulu di Bank Tabungan Negara minimal sebesar Rp 300.000,00 yang mengendap minimal tiga bulan. Hal tersebut dimaksudkan agar para calon yang akan mendapatkan KPR itu, berpartisipasi dalam masalah tabungan. Di samping itu juga untuk memperingan para calon pemilik rumah dan untuk menghindari kredit macet, dimana masyarakat dalam perjalanannya pembangunan rumah merasa kesulitan untuk membayar cicilan kredit, sehingga dapat diambil melaui tabungan tersebut. Meskipun Bank Tabungan Negara diberikan wewenang tambahan dalam penyaluran kredit rumah, namun hal tersebut tidak sedikitpun mengurangi tujuan awal terbentuknya Bank Tabungan Negara, yakni mengajak masyarakat agar gemar menabung seperti yang ada pada surat edaran pemerintah pada tahun 150 yang pada saat itu masih bernama Bank Tabungan Pos. Keinginan Bank Tabungan Negara sangat besar untuk mengajak masyarakat untuk gemar menabung, mengingat, menabung tersebut juga sangat bermanfaat untuk kita di masa yang akan datang. Pada awal tahun 13, banyak ketetapan yang diberikan Bank Tabungan Negara selain diharuskannya calon kredit untuk memiliki tabungan minimal sebesar Rp 300.000,00 yang telah mengendap selama tiga bulan, dengan harapan apabila mereka lalai dalam pembayaran cicilan kredit rumah, dapat diambilkan dari Tabanasnya. Ketentuan baru juga diberikan pemohon KPR, antara lain pemohon harus pegawai yang berstatus tetap minimal 5 tahun pada sebuah perusahaan (termasuk pegawai negeri dan ABRI) 10. Bank Tabungan Negara juga menetapkan bahwa pendapatan pemohon KPR minimal tiap bulannya harus tiga kali lipat besar angsuran bulanan atas KPR tersebut. Ketetapan-ketetapan itulah yang kemudian cukup membuat permintaan Kredit Pemilikan Surabaya Post, 13, Februari, KPR BTN Kini 20 Tahun, halaman 1. 10 Surabaya Post, 13, 1 Februari, Ketentuan Baru Pembangunan Rumah dengan KPR, halaman 2. 324

Rumah tidak meningkat secara signifikan dibandingkan sebelum tahun 13. Bank Tabungan Negara memiliki alasan yang cukup kuat untuk kemudian mengeluarkan ketetapan atau peraturan tersebut. Hal tersebut dimaksudkan untuk meminimalisir kredit macet oleh masyarakat. Pemberian suatu kredit atau pinjaman mengandung tingkat resiko yang tinggi yaitu adanya resiko kemacetan. Akibatnya, kredit tidak dapat ditagih, sehingga menimbulkan kerugian yang besar bagi bank. 11 Kesulitan masyarakat dalam membayar cicilan seiring berjalannya waktu tiap bulannya dapat mengakibatkan kredit macet. Pada tahun 13, beberapa bank swasta pun turut berpartisipasi aktif dalam program penyaluran Kredit Pemilikan Rumah, namun hal tersebut terbatas kepada masyarakat yang memiliki penghasilan menengah ke atas. Sementara pada saat itu, bank milik pemerintah yang menyelenggarakan Kredit Pemilikan Rumah dan memang memfokuskan untuk pengkreditan rumah untuk masyarakat golongan berpenghasilan menengah ke bawah hanya diselenggarakan oleh Bank Tabungan Negara. Namun, pada tahun 10, dengan maksud untuk mensukseskan program Kredit Pemilikan Rumah Sederhana, pemerintah kemudian menunjuk tujuh bank swasta nasional (BUSN) dan enam Bank Pembangunan Daerah sebagai bank yang turut menyalurkan Kredit Pemilikan Rumah selain Bank Tabungan Negara. Beberapa bank yang ditunjuk tersebut lebih banyak yang melakukan Kredit Pemilikan Rumah ukuran s.d T- 21 dan rumah susun (Rusun). Sehingga hal tersebut tidak membuat Bank Tabungan Negara merasa ciut ketika kemudian pemerintah menunjuk beberapa bank yang juga akan menyalurkan Kredit Pemilikan Rumah. Kredit Pemilikan Rumah Bank Tabungan Negara 11-1 11 Kasmir, 2002, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, 6th Ed. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. halaman 12. Akhir Tahun Bank Tabungan Negara yang merupakan wadah penyaluran Kredit Pemilikan Rumah pada saat itu tidak begitu khawatir dengan adanya Paket Kebijakan tersebut, hanya saja pada tahun-tahun tersebut sering terjadi keterlambatan pembayaran cicilan kredit oleh para calon pemilik rumah atau yang biasa disebut dengan kredit macet. Hal tersebut terjadi karena semakin banyaknya kebutuhan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah oleh Bank Tabungan Negara adalah sesuai dengan ketetapan yang ada di dalam GBHN, bahwa pembangunan perlu ditingkatkan terutama perumahan dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat golongan berpenghasilan rendah guna meningkatkan mutu kehidupan masyarakat itu sendiri. Perkembangan Bank Tabungan Negara dalam memberikan Kredit Pemilikan Rumah dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 3 Kredit Pemilikan Rumah (KPR-BTN) (Nasabah: Ribuan; Kredit: Miliar Rupiah) 11 20 3,15.36 2,34.1 64 65 Realisasi Kredit Baki 66 6 Nasabah Kredit Debet 12 3 3,665.63 2,521.21 13 63 4,40. 2,6.0 14 6 5,32. 3,3.10 15 1,112 6,612.40 4,143.30 16 1,2,14.1 5,162.32 1 1,4 10,035.0 6,40.40 1 1,60 11,111.40 6,53.0 Sumber : BTN, Laporan Kredit Pemilikan Rumah Dalam tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa sepanjang tahun 11-1, dengan penghitungan yang sebelumnya, diperoleh jumlah nasabah meningkat sebanyak 15%, terjadi pada tahun 16 dan 1. Peningkatan jumlah nasabah 325

terkecil adalah sebanyak %, yakni terjadi pada tahun 1. Pada tahun 16, saat Pelita VI, perekonomian Indonesia mengalami booming economy dengan sektor properti sebagai pilihan utama, dan keadaan itu pulalah yang menjadi daya tarik investor asing. Hal ini mulanya menyebabkan para developer (pengemban), lebih tertarik untuk membangun rumah kelas menengah ke atas. Namun, seiring berjalannya waktu, terjadi kelesuan pasar properti, maka developer (pengemban) kemudian mulai memperhatikan pembangunan Rumah Sederhana yang pasarnya masih potensial. 12 Antara tahun 11-1, kenaikan suku bunga tersebut tidak begitu besar, hanya terjadi kenaikan sebesar 1% tiap tahunnya. Namun pada tahun 1-1 terjadi peningkatan suku bunga dalam pemberian Kredit Pemilikan Rumah, yakni sebesar 24,00%. Hal ini terjadi karena krisis moneter yang menyebabkan banyaknya rupiah yang beredar di pasaran, akibat dollar yang bernilai tinggi. Sehingga bank-bank berusaha menarik uang yang terlalu banyak di pasaran dengan menaikkan suku bunga bank. Bank Tabungan Negara yang merupakan agent of development, dipercaya pemerintah untuk memfokuskan diri dalam KPR memungkinkan setiap orang mudah untuk memperoleh pinjaman guna membeli rumah dengan jaminan rumah tersebut dan mengembalikannya untuk jangka waktu yang panjang. Untuk memiliki/ membeli rumah sederhana, dapat dilakukan dengan cara mengangsur. Pemohon KPR-BTN tidak bisa menentukan keinginan pemilikan rumah berdasarkan selera pribadinya, melainkan harus dipertimbangkan menurut persyaratan atau prosedur yang telah ditetapkan oleh Bank Tabungan Negara. Misalnya, dalam memilih rumah boleh diambil berdasarkan penghasilan yang dimiliki oleh calon debitur. Demikian pula dalam penentuan uang muka, tingkat suku bunga 12 Biro Kredit-Bank Indonesia, Op. Cit., halaman 135. serta angsuran perumahannya. Pembiayaan kredit perbankan untuk membangun rumah bergantung pada kemampuan untuk membayar serta pendapatan masyarakat. Penutup Demikianlah, dengan adanya Bank Tabungan Negara, pembangunan nasional yang telah direncanakan sesuai GBHN pada saat itu terlaksana dengan baik, dan mengalami perkembangan serta peningkatan di tiap tahunnya. Beberapa sumber akurat dan memiliki tingkat validitas yang dapat dipertanggungjawabkan disajikan secara hati-hati dengan penuh kecermatan. Namun demikian, hasil penelitian ini masih terbuka sifatnya, dan menerima masukan yang konstruktif. Daftar Pustaka Buku-buku : Biro Kredit-Bank Indonesia. 2001. Sejarah Peranan Bank Indonesia dalam Pengembangan Usaha Kecil. I Wayan Suandra. 2000. Hukum Pertanahan Indonesia. Jakarta : PT. RINEKA CIPTA. Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. 6th Ed. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Marwati Djoened Poesponegoro. 12. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Sub Bagian Humas dan Protokol Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya. 10. Surabaya Dalam Lintasan Pembangunan. Surabaya : Humas dan Protokol Marwati Djoened Poesponegoro. Sejarah Nasional Indonesia Surat Kabar : Surabaya Post. 13. Februari Surabaya Post. 13. 1 Februar 326