Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :14-22 (2013) ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. yang sudah dikenal luas dan termasuk komoditas ekspor. Kelebihan ikan guppy

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AROMATASE INHIBITOR DAN MADU TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GAPI ( Poecilia reticulata Peters ) Oleh: Budi Utomo C

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 4. No. 3, September 2013 : ISSN :

EFEKTIFITAS MADU LEBAH TERHADAP JANTANISASI (SEX REVERSAL) LARVA IKAN CUPANG (Betta splendens, Blkr)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%)

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN SUHU DAN DOSIS PROPOLIS YANG BERBEDA TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GUPPY (Poecilia reticulata)

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

Pengaruh perendaman dosis hormon methyl testosteron berbeda terhadap sintasan hidup dan pertumbuhan larva ikan nila, Oreochromis niloticus

EFEKTIVITAS MADU TERHADAP PENGARAHAN KELAMIN IKAN GAPI (Poecilia reticulata Peters)

I. PENDAHULUAN. Budidaya monoseks sudah umum dilakukan pada budidaya ikan. (Beardmore et al, 2001; Devlin and Nagahama, 2002; Gomelsky, 2003), dan

I. PENDAHULUAN. Ikan guppy adalah salah satu sumber devisa bagi Indonesia. Berdasarkan data

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

The effect of different acriflavine doses and immersion times on male sex reversal of bagrid catfish (Hemibagrus nemurus)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

I. PENDAHULUAN. banyak diminati oleh semua kalangan masyarakat. Dapat dikatakan lebih lanjut

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksananakan pada bulan Juli September 2013 di

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju pertumbuhan rata rata panjang dan berat mutlak lele sangkuriang

Alih kelamin jantan ikan nila menggunakan 17α-metiltestosteron melalui pakan dan peningkatan suhu

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Rata rata Pertambahan Jumlah Moina sp. (Ind/200ml) Rata rata pertambahan jumlah populasi Moina sp.

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

BAB III BAHAN DAN METODE

II. TINJAUAN PUSTAKA. perkawinan. Proses perkawinan biasanya terjadi pada malam hari atau menjelang

Briefing Gender Male Guppy Fish (Poecilia reticulata) Through Immersion Parent in Coconut Water Solution with Different Doses and Time.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan biokimia madu dan respons ikan terhadap perendaman madu, chrysin dan kalium

PENGGUNAAN MADU DALAM PRODUKSI IKAN GUPPY JANTAN (Poecillia reticulata)

M. Zairin Jr., A. Yunianti, R.R.S.P.S. Dewi, dan K. Sumantadinata

BAB III BAHAN DAN METODE

The Effect of Sex Reversal Using 17 α-metiltestosteron Hormones Toward The Color Intensity of Male XX and Male XY of Figting Fish (Betta sp.

BAB III BAHAN DAN METODE

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Mei sampai Bulan Juli 2013

PENGARUH UMUR PADA WAKTU PERENDAMAN MADU TERHADAP KEBERHASILAN MASKULINISASI LARVA IKAN NILA GIFT (Genetic Inprovement of Farmed Tilapias)

S. Mulyati, M. Zairin Jr., dan M. M. Raswin

TINJAUAN PUSTAKA Ikan nila

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

II. BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i

TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso

PENGARUH LAMA PERENDAMAN INDUK BETINA DALAM EKSTRAK PURWOCENG (Pimpinela alpina) TERHADAP MASKULINISASI IKAN GUPPY (Poecilia reticulata)

III. BAHAN DAN METODE


III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember

Kampus Indralaya Jl. Raya Palembang Prabumulih KM 32 Ogan Ilir Telp ABSTRACT

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

PENGARUH DOSIS AKRIFLAVIN YANG DIBERIKAN SECARA ORAL KEPADA LARVA IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp.) TERHADAP NISBAH KELAMINNYA

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp.

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012, di Balai

MASKULINISASI IKAN GUPPY

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(2) : (2016) ISSN :

III. BAHAN DAN METODE

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

The aplications of honey for sex reversal of tilapia (Oreochromis niloticus)

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

III. METODE PENELITIAN

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) : (2013) ISSN :

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU

BREEDING PROGRAM PRODUKSI NILA KELAMIN JANTAN. Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi 2004

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(1) :1-8 (2016) ISSN :

Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2014 bertempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai denganseptember 2011

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekuler Jurusan

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas

Maskulinisasi pada ikan nila merah (Oreochromis sp.) menggunakan bahan alami resin lebah melalui pakan buatan

Tingkat Kelangsungan Hidup

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

DIFERENSIASI KELAMIN DAN PERFORMANSI TIGA GENOTIPE IKAN NILA YANG DIBERI BAHAN AROMATASE INHIBITOR HINGGA TAHAP PEMBESARAN DIDIK ARIYANTO

II. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

3 METODOLOGI PENELITIAN

Yunus Ayer*, Joppy Mudeng**, Hengky Sinjal**

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Komoditas ikan-ikan air tawar sejak beberapa waktu lalu sedang naik daun

II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Rancangan penelitian 2.2 Persiapan wadah 2.3 Penyediaan larva ikan patin

Angki Ismayadi, Rosmawati, Mulyana Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AROMATASE INHIBITOR DAN MADU TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GAPI ( Poecilia reticulata Peters ) Oleh: Budi Utomo C

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.)

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas

Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1 April 2010 ISSN :

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada 15 Juni 15 Juli 2013 di Laboratorium

Transkripsi:

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :14-22 (2013) ISSN : 2303-2960 MASKULINISASI IKAN GAPI (Poecilia reticulata) MELALUI PERENDAMAN INDUK BUNTING DALAM LARUTAN MADU DENGAN LAMA PERENDAMAN BERBEDA Masculinitation of guppy (Poecilia reticulata) by dipping pregnant guppy in honey solution with different dipping time Eko Priyono 1, Muslim 2, Yulisman 3 1 Mahasiswa Peneliti, 2 Dosen Pembimbing I, 3 Dosen Pembimbing II Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Indralaya, Ogan Ilir 30662 ABSTRACT The purpose of this research was to know the influence of dipping time of pregnant guppy in 5 ml.l -1 of honey solution to masculinitation of guppy. The research was conducted on July until October 2012 at Fish Breeding Unit of Batanghari Sembilan Foundation, Indralaya, Ogan Ilir. Research conducted using completely randomized design with four treatments of dipping namely P 0 (0 hours), P 1 (12 hours), P 2 (14 hours), and P 3 (16 hours) with three replications. The parameters observed were male percentage, survival rate, and water quality. The result of the current research showed that the dipping time of pregnant guppy in 5 ml.l -1 honey solution gave significant influence on male percentage of guppy larva. The percentages of male guppy from highest to lowest were P 0 (69,26%), P 1 (76,66%), P 2 (52,23%), and P 3 (40%). The dipping time of pregnant guppy in 5 ml.l -1 honey solution gave not significant influence on survival rate of guppy larva. Water quality is still in range appropriate to survival rate of guppy. Keywords : Honey, masculinitation, dipping time, male percentage PENDAHULUAN Ikan gapi (Poecilia reticulata) merupakan salah satu jenis ikan hias yang hidup di air tawar. Ikan gapi jantan memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan banyak diminati masyarakat karena memiliki variasi warna yang menarik dengan corak sirip yang beragam di bagian ekornya (Sukmara, 2007). Salah satu cara untuk meningkatkan produksi ikan jantan adalah melalui pengarahan kelamin. (Huwoyon et.al., 2008). Keturunan monoseks secara massal, dapat diperoleh dengan teknologi membalikkan arah perkembangan kelamin yaitu dengan sex reversal. ikan yang seharusnya berkelamin jantan diarahkan gonadnya menjadi betina dan sebaliknya (Zairin, 2002). Pada umumnya untuk memproduksi benih monoseks jantan atau maskulinisasi dapat digunakan bahan sintetik seperti 17αmethyltestosterone (17α-MT). Penggunaan 14 1

bahan sintetik terdapat beberapa kelemahan yaitu harga yang relatif mahal serta mempunyai dampak negatif bagi kelestarian lingkungan. Oleh karena itu perlu dicari bahan alternatif yang lebih efisien, hemat, dan dampak negatif terhadap lingkungan lebih rendah dibandingkan dengan bahan sintetik yang biasa digunakan. Salah satu bahan alternatif yang berpotensi sebagai pengganti hormon sintetik adalah madu (Sukmara, 2007). Penggunaan larutan madu sebagai media perendaman telah dilakukan oleh beberapa peneliti seperti penelitian Soelistyowati, et.al (2007) dengan metode perendaman induk selama 10 jam dengan dosis 60 ml.l -1 memperoleh persentase anakan jantan ikan guppy sebesar 59,5%. Pada penelitian Utomo (2008) dengan metode perendaman induk selama 10 jam dengan dosis 60 mg.l -1 memperoleh persentase anakan jantan ikan guppy sebesar 58,97%. Pada penelitian Sukmara (2007) dengan metode perendaman larva dengan dosis 5 ml.l -1 selama 10 jam menghasilkan anakan jantan ikan guppy sebesar 46,99%. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang telah dilakukan, perendaman induk gapi bunting dalam larutan madu 60 ml.l -1 selama 10 jam, seluruh ikan mengalami kematian dalam waktu kurang dari 2 jam. Kemudian dilakukan penelitian pendahuluan mengacu pada Sukmara (2007) dengan perendaman induk gapi bunting dalam larutan madu 5 ml.l -1 dengan lama perendaman terbaik 10 jam. Setelah diuji, waktu lethal perendaman induk gapi bunting adalah 20 jam. Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan dosis sebesar 5 ml.l -1 dengan perbandingan waktu perendaman 12 jam, 14 jam dan 16 jam. Hasil uji yang berbeda ini diduga disebabkan oleh perbedaan karakteristik madu yang digunakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama perendaman induk ikan guppy bunting dalam larutan madu 5 ml/l terhadap maskulinisasi anakan ikan guppy. METODE PENELITIAN Pelaksanaan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 36 induk ikan gapi yang terdiri dari 24 induk jantan dan 12 induk betina yang berumur kurang lebih 3 bulan dengan panjang induk betina berkisar 4-4,5 cm cm dan induk jantan berkisar 3-3,5 cm, 360 ml madu hutan, air tawar, serta Daphnia sp, Moina sp, pelet komersil, cacing sutera dan jentik nyamuk sebagai pakan. Alat-alat yang digunakan 15

dalam penelitian ini antara lain akuarium ukuran 25x25x25 cm 3 12 buah, perlengkapan aerasi, baskom volume 5 liter, alat pengukur kualitas air (thermometer dan kertas ph), serok, kaca pembesar dan spuit suntik. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat taraf perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah lama perendaman yang berbeda pada induk gapi bunting dalam larutan madu 5 ml.l -1. P 0 = tanpa perendaman (kontrol) P 1 = perendaman induk bunting selama 12 jam P 2 = perendaman induk bunting selama 14 jam P 3 = perendaman induk bunting selama 16 jam Cara Kerja Persiapan Induk Induk jantan dan betina sebelum digunakan terlebih dahulu dipelihara secara terpisah didalam 2 buah akuarium ukuran 25x25x25 cm 3 selama 1 minggu. Perkawinan Induk Induk ikan gapi dikawinkan secara massal dengan perbandingan jantan dan betina 1 : 2 dalam 2 buah akuarium ukuran 25x25x25 cm 3 dengan kepadatan tiap akuarium 18 ekor (6 ekor induk jantan dan 12 ekor induk betina). Pencampuran induk jantan dan betina dilakukan selama 4 hari. Perendaman Induk Perendaman induk bunting dalam larutan madu dilakukan 12 hari setelah masa perkawinan dengan ciri-ciri perut yang membuncit dan tanda hitam di sekitar sirip anal. Wadah perendaman induk menggunakan baskom volume 5 liter sebanyak 3 buah masing-masing diisi 3 liter air untuk 6 ekor induk betina. Selama perendaman induk diberi pakan pelet. Pemeliharaan Induk dan anakan Setelah proses perendaman, induk gapi dipelihara di dalam akuarium sampai melahirkan anakan (larva). Selama pemeliharaan induk diberi pakan Moina sp, Daphnia sp, dan pelet yang telah dihaluskan. Pakan alami diberikan secara ad libitum sedangkan pelet diberikan tiga kali sehari yaitu pukul 09.00, 12.00, dan 15.00. Setelah melahirkan, induk dipisahkan dari larva. Larva yang digunakan untuk penelitian adalah 10 ekor setiap akuarium. Selama pemeliharaan larva diberi pakan Moina sp. Setelah berumur satu bulan, larva diberi pakan bervariasi yaitu Moina sp, Daphnia sp, cacing sutera, jentik nyamuk dan pelet 16

yang telah dihaluskan. Pemeliharaan berlangsung sampai jenis kelamin anak ikan gapi dapat diidentifikasi yaitu pada umur 2 bulan yang terlihat dari warna tubuh, bentuk ekor, dan alat kelamin. Selama pemeliharaan dilakukan penyiponan. Penyiponan dilakukan bila air sudah terlihat keruh atau kotor. Parameter yang Diamati Parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi persentase kelamin jantan, persentase kelangsungan hidup anakan ikan gapi, dan kualitas air. Persentase Kelamin Jantan Persentase jantan anakan ikan gapi dihitung dengan rumus menurut Zairin (2002) adalah : Persentase ikan guppy jantan = Jumlah ikan jantan x 100% Jumlah ikan total akhir Persentase Kelangsungan Hidup Persentase kelangsungan hidup anakan ikan gapi dihitung menggunakan rumus : Kelangsungan hidup = Nt No x 100% Kualitas Air Parameter kualitas air yang diukur adalah suhu dan ph. Pengukuran dilakukan di awal dan akhir pemeliharaan. Analisa Data Data persentase jantan disajikan dalam bentuk tabel, selanjutnya di analisa menggunakan analisis sidik ragam, dilakukan berdasarkan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL). Jika didapatkan nilai F hitung lebih besar dari F tabel (5%) maka dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT). Data kelangsungan hidup dan kualitas air dianalisa secara deskriptif mengacu pada kualitas air yang optimal bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan guppy. HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Ikan Jantan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap anakan ikan gapi berumur dua bulan, persentase jantan yang dihasilkan dari perendaman induk ikan gapi bunting dalam larutan madu selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. 17

Tabel 1. Persentase jantan anakan ikan gapi (%) Ulangan Rata-rata Perlakuan 1 2 3 (%) P 0 70 77,80 60 69,26 b P 1 60 70 100 76,66 b P 2 40 66,70 50 52,23 ab P 3 40 40 40 40 a Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (BNT) Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa lama perendaman induk gapi bunting dalam larutan madu berpengaruh nyata terhadap persentase jantan anakan ikan gapi yang dihasilkan. Hasil dari uji BNT menunjukkan bahwa perlakuan P 0, P 1, dan P 2 tidak berbeda nyata. Perlakuan P 0 dan P 1 berbeda nyata dengan perlakuan P 3. Perlakuan P 2 tidak berbeda nyata dengan perlakuan P 3 (Lampiran 2). Kualitas Air Kualitas air pemeliharaan anakan ikan gapi selama penelitian ini masih dalam batas toleransi kehidupan ikan. Kualitas air selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Kelangsungan Hidup Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata kelangsungan hidup anakan ikan gapi tertinggi didapat dari perlakuan perendaman selama 16 jam (100%) dan terendah didapat dari perlakuan perendaman selama 14 jam (73,70%). Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan lama waktu perendaman berpengaruh tidak nyata terhadap kelangsungan hidup anakan ikan gapi. Nilai kelangsungan hidup selama penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 2. Kualitas air pemeliharaan anakan ikan gapi Parameter Satuan Kisaran Toleransi Suhu o C 26-29 25,6-33,4 1) ph Unit 6-7 3-11 2) Sumber: 1) Nair (1983) : 2) Chervinski (1982) dalam Sukmara (2008) 18

Tabel 3. Nilai kelangsungan hidup anakan ikan gapi (%) Ulangan Rata-rata Perlakuan 1 2 3 (%) P 0 100 90 100 96,67 P 1 100 100 90 96,67 P 2 100 60 60 73,33 P 3 100 100 100 100 PEMBAHASAN Pada kondisi normal atau tanpa adanya gangguan, perkembangan gonad akan berlangsung secara normal. Individu dengan genotipe XX akan berkembang menjadi betina, sedangkan individu dengan genotip XY akan berkembang menjadi jantan (Zairin, 2002). Dalam masa diferensiasi sex, apabila terdapat banyak hormon androgen yang menghasilkan testosterone dalam tubuh ikan maka akan mengarahkan pembentukan sel kelamin jantan (Utomo, 2008). Salah satu kandungan madu yang diduga dapat berpengaruh terhadap maskulinisasi adalah chrysin yang berfungsi sebagai aromatase inhibitor. Aromatase merupakan enzim yang mengkatalis konversi testosteron (androgen) menjadi estradiol (estrogen). Sehingga dalam proses steroidogenesis dalam sel, pembentukan estradiol dari konversi testosteron akibat adanya enzim aromatase akan terhambat karena adanya chrysin yang berperan sebagai aromatase inhibitor dan pada akhirnya proses steroidogenesis berakhir pada pembentukan testosteron yang akan merangsang pertumbuhan organ kelamin jantan dan menimbulkan sifat-sifat kelamin sekunder jantan (Utomo, 2008). Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa lama perendaman induk gapi bunting dalam larutan madu 5 ml.l -1 berpengaruh nyata terhadap persentase anakan ikan gapi yang dihasilkan (Lampiran 2). Rata-rata persentase jantan dari tinggi ke rendah yaitu P 1 (12 jam) sebesar 76,66%, P 0 (kontrol) sebesar 69,26%, P 2 (14 jam) sebesar 52,23%, dan P 3 (16 jam) sebesar 40%. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan lama perendaman induk bunting dalam larutan madu 5 ml.l -1 pada penelitian ini tidak efektif dan efisien karena tanpa perlakuan perendaman induk dalam larutan madu 5 ml.l -1, persentase jantan anakan ikan gapi yang dihasilkan 19

tidak berbeda nyata dengan perlakuan lama perendaman selama 12 jam (P 1 ) dan 14 jam (P 2 ). Hal ini diduga karena sedikitnya kandungan chrysin yang terdapat dalam madu. Menurut Yuwanny (2000), hormon yang dilarutkan dalam media perendaman masuk bersamaan dengan masuknya cairan ke dalam tubuh, kemudian dilanjutkan ke peredaran darah dan mencapai target akhir pada gonad. Menurut Zairin (2002), kelemahan metode perendaman adalah hormon terlalu jauh untuk mencapai organ target. Pada perendaman larva, bila dosis hormon dinaikkan, larva ikan bisa mengalami stress dan mati. Namun bila dosis terlalu rendah maka kemampuan hormon untuk sex reversal akan berkurang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kelangsungan hidup ikan gapi tertinggi didapat pada perlakuan lama perendaman selama 16 jam yaitu 100%. Kelangsungan hidup ikan gapi terendah pada perlakuan lama perendaman induk selama 14 jam yaitu 73,3 %. Menurut Karayûcel et al., (2006) dalam Istuanto (2009) menyatakan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan gapi yang dipelihara selama 50 hari di akuarium adalah 70-98%. Kematian banyak terjadi pada masa larva yang diduga pada masa ini ikan sangat rentan terhadap kematian akibat penurunan kualitas air dan penyakit sehingga pada beberapa ulangan mengakibatkan larva terserang jamur yang mempunyai ciri seperti kapas. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa lama perendaman induk dalam larutan madu 5 ml.l -1 berpengaruh tidak nyata terhadap kelangsungan hidup anakan gapi Kualitas air yang diukur selama penelitian adalah suhu dan ph. Suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan biota air. Secara umum laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dan apabila peningkatan suhu terjadi secara drastis maka akan menyebabkan kematian. Secara tidak langsung, suhu mempengaruhi kelarutan oksigen dalam air. Semakin tinggi suhu air, semakin rendah daya larut oksigen dalam air, dan sebaliknya (Kordi dan Tancung, 2007). Kisaran suhu pada saat pemeliharaan adalah 26-29 o C. Kisaran suhu tersebut masih dalam kisaran toleransi hidup ikan gapi. Menurut Nair (1983) dalam Sukmara (2008) kisaran toleransi suhu untuk kehidupan ikan gapi adalah 25,6-33,4 o C dan menurut Kordi dan Tancung (2007) kisaran suhu optimal bagi ikan yang hidup di perairan tropis berkisar 28-32 o C. Pada penelitian Mariam (2000) indukkan gapi yang dipelihara pada suhu 20

33 o C mengalami abnormalitas morfologis dan tidak dapat bereproduksi. Pada penelitian ini bisa disimpulkan suhu pada pemeliharaan ikan gapi masih dalam kisaran toleransi hidup ikan gapi. Air Murni (H 2 O) memiliki kandungan ph 7 (netral). Perairan yang memiliki nilai ph < 7 bersifat asam dan perairan yang memiliki nilai ph > 7 bersifat basa (alkali). Menurut Chervinski (1982) dalam Sukmara (2008) kisaran ph yang masih dapat ditoleransi oleh ikan adalah 3-11. Jika kandungan ph diluar dari kisaran tersebut ikan dapat mengalami kematian. Dari hasil penelitian didapat kisaran ph 6-7. Hasil ini menunjukkan bahwa ph air selama penelitian masih dalam kisaran toleransi bagi ikan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lama perendaman induk gapi bunting dalam larutan madu 5 ml.l -1 berpengaruh nyata terhadap persentase jantan anakan ikan gapi. Namun tanpa perlakuan perendaman induk dalam larutan madu 5 ml.l -1, persentase jantan anakan ikan gapi yang dihasilkan tidak berbeda nyata dengan perlakuan lama perendaman selama 12 jam (P 1 ) dan 14 jam (P 2 ). Rata-rata persentase jantan dari tinggi ke rendah yaitu P 1 (12 jam) sebesar 76,66%, P 0 (kontrol) sebesar 69,26%, P 2 (14 jam) sebesar 52,23%, dan P 3 (16 jam) sebesar 40%. Perlakuan lama perendaman induk gapi bunting dalam larutan madu 5 ml.l -1 berpengaruh tidak nyata terhadap kelangsungan hidup anakan ikan gapi. Kualitas air pada saat penelitian masih dalam kisaran toleransi hidup ikan gapi. DAFTAR PUSTAKA Adhy, S.W.M. 2008. Pengaruh Perendaman Induk Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Dalam Larutan Hormon 17αmethyltestosterone Terhadap Nisbah Kelamin Anak yang Dihasilkan. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Indralaya. (Tidak Dipublikasikan). Kordi, M.G.H.K. dan A.B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya perairan. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Mariam, S. 2000. Pengaruh Suhu Terhadap Produksi dan Nisbah Kelamin Ikan Guppy (Poecillia reticulata). Program Studi 21

Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sipayung, D.A., D.A. Setiawibowo dan G. Edriani. 2009. Potensi Madu Sebagai Pengganti Hormon Sintetik Untuk Sex Reversal Dalam Akuakultur. PKMGT. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sukmara. 2007. Sex Reversal Pada Ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters) Secara Perendaman Larva Dalam larutan Madu 5 ml/l. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor Utomo, B. 2008. Efektivitas Penggunaan Aromatase Inhibitor Dan Madu Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters). Skripsi. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Yuwanny. 2000. Pengaruh Lama Perendaman induk Ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters) dalam Akriflavin Terhadap Nisbah Kelamin Keturunannya. Skripsi. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.. Zairin, M.Jr. 2002. Sex Reversal : Memproduksi Benih Ikan Jantan Atau Betina. Penebar Swadaya, Jakarta. 22