BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi

Rt Xt ...(2) ...(3) Untuk durasi 0 t 1jam

BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI

BAB V ANALISA DATA. Analisa Data

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI DAN PERHITUNGANNYA

Vol.14 No.1. Februari 2013 Jurnal Momentum ISSN : X

ANALISA HIDROLOGI dan REDESAIN SALURAN PEMBUANG CILUTUNG HULU KECAMATAN CIKIJING KABUPATEN MAJALENGKA

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PADA RENCANA KAWASAN INDUSTRI DELI SERDANG DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS M. HARRY YUSUF

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

Demikian semoga tulisan ini dapat bermanfaat, bagi kami pada khususnya dan pada para pembaca pada umumnya.

PERHITUNGAN DEBIT DAN LUAS GENANGAN BANJIR SUNGAI BABURA

STUDI KELAYAKAN SALURAN DRAINASE JALAN SULTAN KAHARUDDIN KM. 02 KABUPATEN SUMBAWA. Oleh : Ady Purnama, Dini Eka Saputri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penelitian tentang Analisis Kapasitas Drainase Dengan Metode Rasional di

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BONAI KABUPATEN ROKAN HULU MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIDROGRAF SATUAN NAKAYASU. S.H Hasibuan. Abstrak

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.

PENELUSURAN BANJIR MENGGUNAKAN METODE LEVEL POOL ROUTING PADA WADUK KOTA LHOKSEUMAWE

BAB IV ANALISA. membahas langkah untuk menentukan debit banjir rencana. Langkahlangkah

BAB IV PEMBAHASAN. muka air di tempat tersebut turun atau berkurang sampai batas yang diinginkan.

ANALISIS VOLUME TAMPUNGAN KOLAM RETENSI DAS DELI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENGENDALIAN BANJIR KOTA MEDAN

BAB IV ANALISA Kriteria Perencanaan Hidrolika Kriteria perencanaan hidrolika ditentukan sebagai berikut;

BAB II LANDASAN TEORI

METODOLOGI Tinjauan Umum 3. BAB 3

KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HUJAN PADA STASIUN HUJAN DALAM DAS BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT

aintis Volume 13 Nomor 2, Oktober 2013,

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

PERENCANAAN SALURAN PENANGGULANGAN BANJIR MUARA SUNGAI TILAMUTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana.

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

TUGAS AKHIR ANALISIS ROUTING ALIRAN MELALUI RESERVOIR STUDI KASUS WADUK KEDUNG OMBO

SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai pada Semester A tahun ajaran dan

ANALISIS EFEKTIFITAS KAPASITAS SALURAN DRAINASE DAN SODETAN DALAM MENGURANGI DEBIT BANJIR DI TUKAD TEBA HULU DAN TENGAH

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT

BAB III METODA ANALISIS. Wilayah Sungai Dodokan memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) Dodokan seluas

REKAYASA HIDROLOGI. Kuliah 2 PRESIPITASI (HUJAN) Universitas Indo Global Mandiri. Pengertian

ANALISIS DAN EVALUASI KAPASITAS PENAMPANG SUNGAI SAMPEAN BONDOWOSO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM HEC-RAS 4.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR Analisis Saluran Drainase Primer pada Sistem Pembuangan Sungai/Tukad Mati

PERENCANAAN EMBUNG MEMANJANG DESA NGAWU KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA. Oleh : USFI ULA KALWA NPM :

Kata kunci : banjir, kapasitas saluran, pola aliran, dimensi saluran

TINJAUAN PERENCANAAN DRAINASE KALI GAJAH PUTIH KODIA SURAKARTA

PENDAMPINGAN PERENCANAAN BANGUNANAN DRAINASE DI AREA PEMUKIMAN WARGA DESA TIRTOMOYO KABUPATEN MALANG

BAB V ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu :

BAB V ANALISIS HIDROLOGI

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Menurut Dr.Ir. Suripin, M.Eng. (2004;7) drainase mempunyai arti

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan. Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kawasan perkotaan yang terjadi seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk pada

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Hidrologi

REKAYASA HIDROLOGI II

PILIHAN TEKNOLOGI SALURAN SIMPANG BESI TUA PANGLIMA KAOM PADA SISTEM DRAINASE WILAYAH IV KOTA LHOKSEUMAWE

BAB I PENDAHULUAN. dan mencari nafkah di Jakarta. Namun, hampir di setiap awal tahun, ada saja

ANALISIS CURAH HUJAN UNTUK MEMBUAT KURVA INTENSITY-DURATION-FREQUENCY (IDF) DI KAWASAN KOTA LHOKSEUMAWE

HUJAN (PRECIPITATION)

I. PENDAHULUAN. Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses

STUDI ANALISIS PENGENDALIAN BANJIR BATANG KAPAU DI KOTA PARIAMAN

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA

ABSTRAK. Kata Kunci: debit banjir, pola aliran, saluran drainase sekunder, Mangupura. iii

BAB III METODE PENELITIAN

PERENCANAAN DRAINASE KELURAHAN KAMPUNG PONDOK KECAMATAN PARIAMAN TENGAH KOTA PARIAMAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

TUGAS AKHIR ELGINA FEBRIS MANALU. Dosen Pembimbing: IR. TERUNA JAYA, M.Sc

EVALUASI SALURAN DRAINASE PADA JALAN PASAR I DI KELURAHAN TANJUNG SARI KECAMATAN MEDAN SELAYANG (STUDI KASUS)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. adalah merupakan ibu kota dari Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Dalam RTRW

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN SALURAN DRAINASE DI GAYUNGSARI BARAT SURABAYA DENGAN BOX CULVERT

BAB I PENDAHULUAN. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan

EVALUASI DAN ANALISA DESAIN KAPASITAS SALURAN DRAINASE KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS DARMA AGUNG MEDAN TUGAS AKHIR

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2,GRESIK

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERUMAHAN GRAND CITY BALIKPAPAN

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk lahan perumahan, industri sehingga terjadi. penyimpangan guna lahan yang mengakibatkan meluapnya aliran aliran

BAB IV ANALISA HIDROLOGI. dalam perancangan bangunan-bangunan pengairan. Untuk maksud tersebut

BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING)

PENERAPAN SISTEM SEMI POLDER SEBAGAI UPAYA MANAJEMEN LIMPASAN PERMUKAAN DI KOTA BANDUNG

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan Di Kabupaten Gresik

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN

KAJIAN PENATAAN SALURAN DRAINASE BERDASARKAN RENCANA TATA GUNA LAHAN KOTA KEPANJEN KABUPATEN MALANG

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014)

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pengertian Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh penulis, adalah sebagai berikut :. Hujan adalah butiran yang jatuh dari gumpalan awan ke permukaan bumi setelah melalui beberapa proses, yang juga merupakan siklus hidrologi.. Limpasan adalah air yang mencapai sungai tanpa mencapai permukaan air tanah. 3. Genangan adalah sejumlah air yang tidak mengalir yang diakibatkan tidak lancarnya aliran air kedalam saluran. 4. Luapan adalah sejumlah air yang tidak mengalir yang diakibatkan oleh kurangnya kapasitas pengaliran saluran maupun sungai. 5. Banjir adalah aliran yang relatif tinggi, dan tidak tertampung lagi oleh sungai atau saluran. 6. Debit adalah volume air yang mengalir melalui suatu penampang melintang persatuan waktu. 7. Debit banjir maksimum adalah debit aliran sesaat dengan puncak hidrograf tertinggi selama satu tahun pencatatan. 8. Banjir rata-rata tahunan adalah besar debit banjir dari jumlah rangkaian banjir maksimum tahunan dibagi tahun kejadian. 9. Kala ulang ( Tr ) adalah selang waktu pengulangan suatu kejadian pada kurun waktu tertentu. 0. Debit banjir rencana adalah debit maksimum dari suatu sungai dengan kapasitas debit aliran yang besarnya berdasarkan kala ulang tertentu. SNI, Departemen Pekerjaan Umum, 989

. Daerah Aliran Sungai ( DAS ) adalah suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah terutama dibatasi oleh punggung-punggung bukit, dimana air meresap dan atau mengalir dalam suatu sistem pengaliran melalui lahan, anak sungai dan induknya.. Konsep Daerah Aliran Sungai Suatu daerah aliran sungai (DAS) dipisahkan dari DAS lainnya oleh pemisah alam topografi seperti punggung perbukitan dan pegunungan. DAS mengandung sumber daya alam seperti hutan, tanah, air, meneral dan satwa sehingga DAS memiliki karakteristik sendiri. Salah satu karakteristik DAS adalah adanya keterkaitan yang kuat atau hubungan sebab akibat antara daerah hulu dan hilir yang diikat oleh sistim tata air yaitu sungai. Misalnya penebangan hutan di daerah hulu akan menyebabkan sedimentasi dan banjir di daerah hilir. Selain karena tingginya curah hujan, banjir terutama terjadi karena berkurangnya kemampuan daya resap tanah. Hal ini disebabkan karena rusaknya berbagai kawasan konservasi dan kawasan lindung serta berubahnya struktur kawasan DAS oleh berbagai kegiatan pembangunan yang tidak dilandasi oleh perencanaan yang mendukung fungsi hidrologis DAS. Oleh karena itu perencanaan pembangunan harus memperhitungkan kelestarian DAS sebagai suatu kesatuan utuh yang saling terkait. Konsep ini yang lebih dikenal dengan One River, One Plan, One Management ( Departemen PU : 004 ) Departemen Pekerjaan Umum, 004

.3 Topografi 3 Peta Topografi akan digunakan dalam menentukan beda tinggi (kontur), karakteristik dan panjang pengaliran pada suatu DAS serta pendekatan untuk penentuan luas DAS yang akan digunakan untuk analisis selanjutnya. Batasan daerah aliran sungai ditetapkan berdasarkan peta topografi, jika luas aliran relatif kecil cukup dengan peta berskala besar..4 Koefisien Pengaliran 4 Koefisien ini mencerminkan keadaan permukaan daerah aliran. Harga koefisien pengaliran (C) di dapat dari hasil perbandingan antara volume air yang berhasil mencapai sungai dengan curah hujan yang jatuh di DAS. Tabel. Koefisien Pengaliran Penggunaan Tanah Koefisien Pengaliran ( C ) Perkantoran dan fasilitas umum 0.5 Perdagangan 0.7 Perindustrian : Ringan 0.5 Berat 0.6 Perumahan : Padat 0.6 Sedang 0.4 Jarang 0.3 Tanah dan Kebun 0. Daerah tidak terbangun 0. Jalan tidak beraspal 0.35 Jalan beraspal 0.75.5 Uji Konsistensi 5 Sebelum data hujan dari masing-masing stasiun dipergunakan, terlebih dahulu diadakan uji konsistensi. Metode yang digunakan adalah DOUBLE MASS CURVE TEST, yaitu membagi data yang ada menjadi atau lebih kelompok data untuk mendapatkan persamaan garis regresi dari masing masing kelompok data tersebut. 3 C.D. Soemarto,Hidrologi Teknik,99 4 C.D. Soemarto,Hidrologi Teknik,99 5 Statistik, Jilid II

Tujuan diadakan uji ini adalah untuk mengetahui apabila terdapat data hujan yang tidak konsisten, misalnya akibat perubahan atau terganggunya lingkungan di sekitar tempat stasiun penakar hujan dipasang, pergantian alat ukur, dan sebagainya. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan hujan rata-rata kumulatif dari stasiun yang dimaksud dengan rata-rata kumulatif stasiun-stasiun disekitarnya.. Persamaan Garis Regresi : Y = a + bx...( ) Dimana : Y = Variabel tergantung ( Dependent ), nilai Y tergantung daripada nilai Variabel bebas ( X ) x = Variabel bebas ( Independent ) b = a = Kemiringan Garis Regresi Perpotongan nilai Y dengan garis regresi Parameter yang digunakan untuk menentukan kuat tidaknya hubungan antara variabel Y dengan variabel X adalah R. Nilai R berkisar antara 0 sampai dengan, apabila nilai R semakin mendekati maka semakin kuat hubungan antara variabel Y dengan X, apabila nilai R =, maka semua titik jatuh pada garis regresi..6 Menghitung Curah Hujan Daerah 6 Curah hujan daerah ini harus diperkirakan dari beberapa titik pengamatan curah hujan. Dalam hal ini cara yang digunakan adalah cara rata-rata aljabar di dalam dan di luar daerah yang bersangkutan. R = /n (R + R +.. + R n )...( ) dimana : R = curah hujan daerah (mm) n = Jumlah stasiun pengamatan 6 Bangunan Air, Departemen Pekerjaan Umum

R, R,., R n = Curah hujan di tiap stasiun pengamatan.7 Perhitungan Curah Hujan Rencana 7 Karena banjir rencana ditentukan berdasarkan curah hujan, maka dengan sendirinya perlu ditetapkan curah hujan rencana. Curah hujan rencana adalah curah hujan terbesar tahunan dengan sesuatu kemungkinan tertentu, atau hujan dengan periode ulang tertentu. Metode perhitungan curah hujan rencana yang akan digunakan adalah Log Pearson tipe III, dengan rumus dasar : Log X T = log x + K x S ( - 3) Dimana : Log X T = nilai logaritma dari data curah hujan log x K S = nilai rata-rata dari data curah hujan = faktor frekuensi = standar deviasi Garis besar cara tersebut :. Mengubah data curah hujan sebanyak n buah X, X, X 3,.X n menjadi log X, logx, logx 3 logx n ( - 4). Mencari rata-rata log X log x = log x n ( - 5) 3. Mencari standar deviasi S = n i= ( log x log x) n ( - 6) 7 C.D. Soemarto,Hidrologi Teknik,99

4. Mencari koefisien kemencengan Cs = n i= ( LogXi LogXi) ( n )( n ) S 3 ( - 7) 5. Mencari harga K dari tabel hubungan antara koefisien kemencengan (Cs) dan kala ulang (Tr) 6. Menghitung harga curah hujan rencana Log X T = log x + K x S ( - 8) Harga curah hujan rencana didapat dari anti log X T.8 Perhitungan Debit Banjir Rencana 8 Dalam menentukan Debit Banjir Rencana (Design Flood), perlu didapatkan harga sesuatu Intensitas Curah Hujan terutama bila dipergunakan metoda Ratio. A. Analisa Intensitas Curah Hujan Intensitas Curah Hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu dimana air tersebut berkonsentrasi. Analisa Intensitas Curah Hujan ini dapat diproses dari data curah hujan yang telah terjadi pada masa lampau. Intensitas Curah Hujan dinotasikan dengan huruf I dengan satuan (mm/jam), yang artinya tinggi curah hujan yang terjadi sekian mm dalam waktu perjam. Intensitas curah hujan umumnya dihubungkan dengan kejadian dan lamanya (duration) hujan turun, yang disebut Intensitas Duration Frequency (IDF). Oleh karena itu diperlukan data curah hujan jangka pendek, misalnya 5 menit, 30 menit, 60 menit dan jam-jaman. Data curah hujan jangka pendek ini hanya didapatkan dari data 8 SNI, Departemen Pekerjaan Umum, 989

pengamatan curah hujan otomatic dari kertas diagram yang terdapat pada peralatan tersebut. Seandainya data curah hujan yang ada hanya curah hujan harian, maka oleh Dr. Menonobe dirumuskan Intensitas Curah Hujannya sebagai berikut : I = R 4 ( 4 ) /3 4 t ( 9 ) Dimana I = Intensitas Curah Hujan ( mm/jam ) t = Lamanya Curah Hujan ( jam ) R 4 = Curah Hujan maksimum dalam 4 jam ( mm ) B. Perkiraan Puncak banjir Secara Rasio Dalam perencanaan bangunan air pada suatu daerah pengairan sungai dimana ada menyangkut masalah hidrologi didalamnya, sering dijumpai dalam perkiraan puncak banjirnya dihitung dengan metoda yang sederhana dan praktis. Pada keadaan tertentu tidak dibutuhkan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan. Namun demikian metoda perhitungan ini dalam teknik penyajiannya memasukkan factor curah hujan, keadaan fisik dan sifat hidrolika daerah aliran, sehingga dikenal sebagai metoda rational. Q = 0,78 C I A ( 0 ) Dimana C = Koefisien pengairan I = Intensitas maksimum selama waktu konsentrasi ( mm/jam) A = Luas daerah aliran ( Km ) Q = Debit maksimum ( m 3 /dt ) Untuk besarnya harga C dapat dilihat pada tabel.. (Sumber : Departemen PU )

.9 Perhitungan Kehilangan Tenaga (Head Loss) 9 Dalam perencanaan saluran dan tampungan sementara akan terjadi kehilangan tenaga (head loss) yang harus diperhitungkan dalam aplikasi persamaan Bernoulii. Kehilangan tenaga dapat terjadi karena adanya gesekan antara fluida dan dinding batas (hf) atau adanya perubahan tampang lintang aliran secara mendadak (he). Kehilangan tenaga biasanya dinyatakan dalam tinggi fluida. Dengan memperhitungkan kedua kehilangan tenaga tersebut, maka persamaan Bernoulii antara dua tampang aliran menjadi: V V Z + = Z + + hf + he ( - ) g g Tinggi kehilangan tekan akibat gesek ( hf ): hf = Sf ΔL ( - ) Kemiringan gesek ( Sf ) : n V Sf = ( - 3) Tinggi tekanan total pada kedua ujung penampang adalah : H R 4 3 V = Z ( 4) g + dan H V = Z (-5) g + Maka, Persamaan ( - ) menjadi H = H + hf + he (-6) Dimana : Z = Tinggi muka air penampang pertama ( m ) 9 Ven Te Chow CV. Nensi Rosalina : Hidrolika Saluran Terbuka

Z = Tinggi muka air penampang kedua ( m ) hf = Tinggi kehilangan tekan akibat gesekan ( m ) he = Tinggi kehilangan tekan akibat pusaran ( 0 ) Sf = Kemiringan gesek g = Percepatan grafitasi ( 9,8 m /det ) H = Tinggi tekanan total penampang pertama (m) H = Tinggi tekanan total penampang kedua (m).0 Menentukan Penampang Saluran 0 Saluran terbuka menurut adalah saluran yang mengalirkan air dengan permukaan bebas. Menurut asalnya saluran terbuka dapat terbagi menjadi golongan, yaitu :. Saluran alam ( Natural ) Saluran alam ini meliputi semua alur air yang terdapat secara alamiah mulai dari anak selokan kecil di pegunungan, selokan kecil, kali, sungai kecil dan sungai besar sampai ke muara sungai. Aliran air di bawah tanah dengan permukaan bebas juga dianggap saluran terbuka.. Saluran buatan ( Artificial ) Saluran ini dibuat oleh manusia, seperti saluran pembangkit listrik, saluran pelayaran, saluran irigasi, parit pembuangan, pelimpah tekanan, banjir kanal, dan lain sebagainya. Di bawah ini adalah beberapa istilah yang berhubungan dengan perhitungan saluran terbuka :. Luas basah (water area) A adalah luas penampang melintang aliran yang tegak lurus arah aliran. 0 C.D. Soemarto,Hidrologi Teknik,99

. Keliling basah (wetted perimeter) P adalah panjang garis perpotongan dari permukaan basah saluran dengan bidang penampang melintang yang tegak lurus arah aliran. 3. Jari-jari hidrolik (hidraulic radius) R adalah rasio luas basah dengan keliling basah, atau R = P A ( - 7) Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung besarnya debit adalah : Q = V x A ( - 8) Harga kecepatan aliran ( V ) dapat digunakan persamaan Manning : V = n x R /3 x S / ( - 9) Maka nilai Q menjadi : Q = n x R /3 x S / x A ( - 0) Dan selengkapnya dapat ditulis : Dimana : Q = Debit aliran ( m 3 /det ) V = Kecepatan rata-rata aliran ( m/det ) R = Jari-jari hidrolik ( m ) P = Keliling basah ( m ) A = Luas Penampang Basah ( m ) S = Kemiringan dasar saluran n = Koefisien kekasaran Manning A 3 Q = x x S / x A ( - ) n P

Harga koefisien kekasaran Manning menunjukan kekasaran dasar sungai yang besarnya tergantung dari berbagai faktor. Tabel. Koefisien kekasaran Manning