BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi. penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan.

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN. merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Dibutuhkan tenaga kerja yang sehat, berkualitas dan produktif untuk bersiap

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting. dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris),

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang menerangkan derajat kesehatan didalam suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. hamil. Anemia pada ibu hamil yang disebut Potensial danger of mother and. intra partum maupun post partum (Manuaba, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Berdasarkan Riskesdas (2013), dilaporkan bahwa angka

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi suplemen secara teratur 2. Sementara itu, lebih dari setengah

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumber daya manusia adalah gizi seimbang. Kekurangan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia merupakan keadaan berkurangnya kemampuan darah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam memilih jenis makanan yang di konsumsi. Kecukupan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL


BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dalam tujuan pembangunan Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia adalah berkurangnya jumlah kadar Hb (sel darah merah) hingga dibawah nilai normal, kuantitas hemoglobin dan volume packed red blood cells ( hematokrit) per 100 ml darah. Dengan demikian anemia bukan suatu diagnosis melainkan suatu cerminan perubahan patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, yaitu diukur melalui pemeriksaan fisik dan konfirmasi laboratorium (Price, 2006). Anemia defisiensi besi merupakan penyebab paling banyak anemia gizi di seluruh dunia, terutama di negara berkembang. Diperkirakan 4 sampai 5 milyar anak mengalami anemia defisiensi besi dan 90 % terjadi di negara sedang berkembang yang menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas. Anemia defisiensi besi merupakan kasus anemia yang paling sering dijumpai pada anak. Berdasarkan dari data Asian Development Bank menyatakan sekitar 22 juta anak Indonesia terkena anemia, yang menyebabkan hilangnya angka IQ, 5 sampai 15 poin ( Dimyati, 2011 ). Kasus anemia di Indonesia terdapat 19,7% perempuan, 13,1% laki-laki dan 9,8% anak yang mengalami anemia. Sebanyak 60,2% dari anemia tersebut adalah anemia mikrositik hipokrom (sel yang kecil jumlah hemoglobin yang sedikit dalam sel), yang paling banyak disebabkan oleh anemia defisiensi besi ( Riskesdas 2007). Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2010 yaitu sementara lebih dari 10 % anak usia sekolah di Indonesia mengalami anemia (Riskesdas, 2010). Anemia defisiensi besi paling sering dijumpai pada bayi, anak dan remaja karena pertumbuhan yang cepat membutuhkan banyak besi dan diet yang mengandung besi. Anemia di Indonesia masih merupakan salah satu masalah gizi utama disamping kekurangan kalori protein ( KKP), defisiensi vitamin dan yodium. Sekitar 40 % anak Indonesia usia 1-14 tahun menderita anemia. Sedangkan dari hasil penelitian oleh Dinas kesehatan Jawa Tengah tahun

2 2007, prevalensi penderita anemia anak usia sekolah di provinsi Jawa Tengah menunjukan sekitar 55,6 % anak usia sekolah yang mengalami anemia defisiensi besi (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2007 ). Berdasarkan hasil survei pelacakan anemia pada anak sekolah tingkat dasar oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2011 menunjukan bahwa dari 37 Kecamatan di Kota Semarang terdapat angka kejadian anemia terbesar yaitu di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang sampel sebanyak 1468 responden yang tersebar di 31 Sekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang, dari hasil pemeriksaan menunjukan bahwa sampel sebanyak 1468 responden terdapat 33 anak usia sekolah yang menderita anemia karena kadar Hb kurang dari 12g/dl. Hal ini menunjukan bahwa penderita anemia anak usia sekolah masih menjadi masalah kesehatan masyarakat saat ini ( Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2011). Anak usia sekolah menderita anemia disebabkan oleh banyak hal yaitu terdapat beberapa faktor yang menyebabkan anemia antara lain dikarenakan oleh faktor langsung oleh penghancuran sel darah merah yang berlebihan, kehilangan darah, penurunan produksi sel darah merah akibat mengidap penyakit infeksi malaria dan kecacingan. Kemudian terdapat faktor tidak langsung antara lain seperti faktor pengetahuan seperti status pendidikan, selanjutnya disebabkan oleh keadaan lingkungan, kurangnya asupan kebutuhan zat besi yang dikarenakan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat (Price, 2006). Selain itu anak usia sekolah menderita anemia disebabkan oleh berbagai faktor antara lain karena status gizi yang dipengaruhi oleh pola makanan yang berhubungan keadaan sosial ekonomi rendah meliputi pendidikan orang tua dan penghasilan yang rendah serta kesehatan pribadi di lingkungan yang buruk. Selain itu penyebab anemia gizi besi dipengaruhi oleh kebutuhan tubuh yang meningkat, akibat mengidap penyakit kronis kehilangan darah karena menstruasi dan infeksi parasit (cacing) dan malaria (Masrizal 2007). Kelompok anak usia sekolah adalah kelompok usia yang sedang mengalami proses pertumbuhan kembang fisik dan psikososial yang sangat pesat, dan

3 bila berlangsung secara optimal, sangat diharapkan akan terjadi penigkatan prestasi akademik produktifitas kerja prestasi dan prestasi olah raga dimasa kini dan masa yang akan datang (Depkes, 2003 ). Akibat kekurangan gizi sekitar 35 % anak usia tersebut, mengalami pertumbuhan fisik yang tidak sesuai ( pendek ) anak seusianya (Riskesdas, 2010). Kandungan zat besi pada makanan banyak terdapat pada daging merah, sayuran hijau, kacang-kacangan serta makanan yang difortifikasi (diberi tambahan vitamin dan mineral). Sedangkan zink dapat diperoleh mengkonsumsi daging, keju, telur, unggas, sayuran hijau dan makanan yang difortifikasi ( Saptawati, 2011). Berdasarkan survei ahli gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, konsumsi daging dan ikan pada anak-anak sekolah hanya 10-16 % dari porsi makan sehari-hari. Sementara berdasarkan Riset Kesehatan Dasar disebutkan sekitar 94 % penduduk Indonesia, termasuk anak-anak kurang mengkonsumsi sayur dan buah- buahan (Rikesdas, 2007). Anak usia pertumbuhan antara 6-12 tahun harus dibiasakan mengkonsumsi makanan gizi seimbang. Karena kekurangan gizi dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan fisik, daya tahan tubuh dan kemampuan otak yang lemah ( Saptawati, 2011 ). Unit Pelayanan Teknik Dasar (UPTD) Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang berada di kecamatan Tembalang dan Puskesmas Kedungmundu mencakup 31 sekolah dasar. Berdasarkan hasil kegiatan penjaringan berkala yang dilakukan UPTD Puskesmas Kedungmundu di institusi pendidikan tingkat SD / MI pada tahun 2010 / 2011 dari hasil penjaringan data terbanyak terdapat di SD kedungmundu 01, SD Tandang 02, SD Tandang 03 dan SD Tandang 04. Dari pemeriksaan yang dilakukan di SD Kedungmundu 01 dari 35 siswa terdapat 4 anak usia sekolah yang dinyatakan anemia karena kadar Hbnya kurang dari 12g/dl, kemudian di SD Tandang 2 dari 55 anak terdapat 4 anak usia sekolah

4 yang dinyatakan anemia, lalu pada SD Tandang 3 dari 80 anak terdapat 15 anak usia sekolah yang menderita anemia serta di SD Tandang 4 dari 60 anak terdapat 8 anak usia sekolah yang mengalami anemia defisiensi besi dikarenakan asupan zat besi oleh tubuh yang kurang dari kebutuhan. Dari data penjaringan yang dilakukan oleh petugas Puskesmas Kedungmundu tersebut, penderita anemia anak usia sekolah terbanyak adalah di Sekolah Dasar Tandang 03. Kekurangan zat bezi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak. Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, lelah dan cepat lupa. Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar, olah raga dan produktifitas kerja. Selain itu anemia gizi besi akan menurunkan daya tahan tubuh dan mengakibatkan mudah terkena infeksi (Wiwik, 2008). Mengacu pada hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan analisis faktor faktor yang berhubungan anemia pada anak usia sekolah di SD Tandang 3 Wilayah Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari kegiatan penjaringan yang dilakukan oleh UPTD Puskesmas Kedungmundu bahwa penderita anemia anak usia sekolah terbanyak adalah di Sekolah Dasar Tandang 03 Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Maka dapat disimpulkan jika penderita anemia pada anak usia sekolah masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masih terjadi pada status kesehatan anak kota Semarang. Masalah Anemia membutuhkan penanggulangan yang tepat maka tindakan yang dilakukan akan tepat bila diketahui prioritas masalah dari berbagai faktor faktor yang menyebabkan anemia khususnya pada anak usia sekolah. Oleh karena itu penulis akan melakukan penelitian untuk menganalisis faktor faktor apakah yang berhubungan anemia anak usia sekolah di SD Wilayah Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang

5 C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor faktor yang berhubungan anemia anak usia sekolah di SD Wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan faktor pengetahuan tentang anemia pada anak usia sekolah di SD Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. b. Mendiskripsikan faktor pendapatan perkapita orang tua anak usia sekolah di SD Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. c. Mendiskripsikan faktor asupan protein pada anak usia sekolah di SD Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. d. Mendiskripsikan faktor penyakit infeksi cacingan pada anak usia sekolah di SD Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. e. Mendiskripsikan kejadian anemia pada anak usia sekolah di SD Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. f. Menganalisis hubungan faktor pengetahuan tentang anemia anemia pada anak usia sekolah di SD Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. g. Menganalisis hubungan faktor pendapatan perkapita orang tua anak kejadian anemia pada anak usia sekolah di SD Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. h. Menganalisis hubungan faktor Asupan protein kejadian anemia pada anak usia sekolah di SD Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. i. Menganalisis hubungan faktor penyakit infeksi kecacingan kejadian anemia pada anak usia sekolah di SD Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu kota Semarang.

6 D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah : 1. Manfaat Keilmuan a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu keperawatan khususnya tentang anemia. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang faktor yang berhubungan anemia anak usia sekolah. c. Peneliti akan memperoleh tambahan pengetahuan dan hasil ini, dimungkinkan untuk dapat lebih didalami lagi dan sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti - penelitian selanjutnya tentang anemia. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat untuk Puskesmas Sebagai salah satu acuan untuk menentukan langkah langkah strategis dalam upaya promotif dan preventif khususnya dalam pelaksanaan program pada anak tentang penanggulangan anemia pada anak usia sekolah. b. Manfaat untuk Sekolah Memberikan gambaran tentang efek kejadian anemia terhadap proses belajar mengajar dan prestasi belajar anak didiknya. c. Manfaat untuk profesi keperawatan Sebagai bahan pustaka dalam rangka menambah informasi tentang ilmu keperawatan, khususnya mengenai anemia pada anak usia sekolah. d. Manfaat untuk Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya kepada orang tua anak tentang pentingnya zat besi bagi pertumbuhan, kecerdasan anak anak dan pemenuhan zat besi khususnya pada anak usia sekolah.

7 E. Bidang Ilmu Bidang ilmu yang diambil dalam penelitian ini adalah bidang ilmu keperawatan komunitas. F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Peneliti Judul (Tahun) Christien Asupan energi isdaryanti (2007 ) protein, status gizi, dan Prestasi belajar anak sekolah dasar Arjowinangun I Pacitan Desain Penelitian observasional pendekatan kuantitatif, sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah croos sectional Sample Sampel sebayak 63 responden metode Proportional Random sampling Hasil 1. ada hubungan antara asupan energi dan status gizi di Sekolah Dasar Arjowinangun I Pacitan. (p value 0,000) 2. ada hubungan antara asupan energi dan status gizi di Bimomartani Sleman ( p value 0,000) 3. ada hubungan antara status gizi prestasi belajar di Sekolah Dasar Arjowinangun I Pacitan. ( P value 0,000) Agustaria ginting ( 2009) Faktor-faktor yang berhubungan kejadian Kecacingan pada anak sekolah dasar di desa Tertinggal kecamatan pangururan Kabupaten samosir Tahun 2008 jenis penelitian observasional analitik desain cross sectional. Sampel sebanyak 202 responden metode total sampling 1. Tidak ada antara umur responden kejadian Kecacingan pada anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. 40 ( p value 0,05 ) 2. Tidak ada antara jenis kelamin kejadian Kecacingan pada anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. 41 ( P value 0,05 ) 3. Tidak ada antara faktor kepemilikan jamban Kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar

8 Veni Indrawati ( 2004) Pengaruh anemia terhadap konsentrasi belajar Anak sekolah dasar Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experimental Menggunakan bentuk design Non equivalen Pretest-Posttest Control Group Design dan Dilakukan secara Double Blind.. Sampel sebanyak 30 responden teknik pengambilan sampel dilakukan metode simple random sampling di desa tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. ( P value 0,05) 4. Tidak ada antara faktor tempat biasa pembuangan Tinja kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. ( P value 0,05 ) 5. Ada antara faktor personal higiene Kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. 44 ( P Value 0,05 ) 6. Ada antara faktor frekuensi makan obat cacing Dengan kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. 45 ( P Value 0.05 ) 1 tidak ada perbedaan konsentrasi belajar sesudah suplementasi ( P Value 0,05 )

9 Perbedaan penelitian ini penelitian terdahulu pada tabel keaslian di atas adalah : 1. Penelitian Christien isdaryanti ( 2007 ) menggunakan variabel Asupan energi protein, status gizi, dan Prestasi belajar anak. Sedangkan penelitian ini mengguanakan variabel pengetahuan, faktor pengetahuan faktor pendapatan, faktor asupan protein, faktor penyakit infeksi dan kejadian anemia. 2. Penelitian Agustaria ginting ( 2009) menggunakan jenis penelitian observasional analitik desain cross sectional. Sedangkan penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kolerasi metode survei. 3. Penelitian Veni Indrawati ( 2004) menggunakan variabel Pengaruh anemia terhadap konsentrasi belajar Anak sekolah dasar. Sedangkan Sedangkan penelitian ini mengguanakan variabel pengetahuan, faktor pengetahuan faktor pendapatan, faktor asupan protein, faktor penyakit infeksi dan kejadian anemia.