Konvensi Munisi Tandan (CCM) tahun 2008

dokumen-dokumen yang mirip
PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

VIENNA CONVENTION ON THE LAW OF TREATIES 1969

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Sarana utama memulai & mengembangkan hubungan internasional. Bentuk semua perbuatan hukum dan transaksi masyarakat internasional

PROTOKOL OPSIONAL PERTAMA PADA KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Konvensi Internasional menentang Perekrutan, Penggunaan, Pembiayaan, dan Pelatihan Tentara Bayaran (1989) Pasal 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

KONVENSI ROMA 1961 KONVENSI INTERNASIONAL UNTUK PERLINDUNGAN PELAKU, PRODUSER REKAMAN DAN BADAN-BADAN PENYIARAN

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

PROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI TENTANG HAK ANAK TENTANG KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA

Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 (Hamburg, 27 April 1979)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177)

Orang-Orang Tanpa Kewarganegaraan. Melindungi Hak-Hak

KONVENSI MENGENAI PENERAPAN PRINSIP PRINSIP HAK UNTUK BERORGANISASI DAN BERUNDING BERSAMA

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

LEGALITAS PENGGUNAAN BOM CURAH (CLUSTER BOMB) PADA AGRESI MILITER ISRAEL KE PALESTINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

KONVENSI KETENAKERJAAN INTERNASIONAL KONVENSI 182 MENGENAI PELARANGAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

KEPPRES 74/2004, PENGESAHAN WIPO PERFORMANCES AND PHONOGRAMS TREATY, 1996 (TRAKTAT; WIPO MENGENAI PERTUNJUKAN DAN REKAMAN SUARA, 1996)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

3. Menurut Psl 38 ayat I Statuta Mahkamah Internasional: Perjanjian internasional adalah sumber utama dari sumber hukum internasional lainnya.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K131. Konvensi Penetapan Upah Minimum, 1970

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K45 KERJA WANITA DALAM SEGALA MACAM TAMBANG DIBAWAH TANAH

Pasal 38 Statuta MI, sumber-sumber HI:

K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

Heni Susila Wardoyo, S.H., M.H

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MULAI BERLAKU : 3 September 1981, sesuai dengan Pasal 27 (1)

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan: 1. Otoritas Nasional Senjata Kimia, yang selanjutnya di

Mencegah dan Mengurangi KEADAAN TANPA KEWARGANEGARAAN. Konvensi 1961 tentang Pengurangan Keadaan Tanpa Kewarganegaraan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL

KONVENSI MENGENAI DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

KONVENSI NOMOR 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

CONVENTION INTERNATIONALE

K144 KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR-STANDAR KETENAGAKERJAAN INTERNASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman di dalam masyarakat terhadap trafficking masih sangat. atau terendah di dalam merespon isu ini. 2

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA

KONFERENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA MENGENAI ARBITRASE KOMERSIAL INTERNASIONAL KONVENSI MENGENAI PENGAKUAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE ASING

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PROTOKOL MENGENAI KERANGKA HUKUM UNTUK MELAKSANAKAN ASEAN SINGLE WINDOW

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

K102. Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA. Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI)

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

Indonesian translation of the 2005 Choice of Court Convention

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Konvensi Munisi Tandan (CCM) tahun 2008 Perangkat Ratifikasi International Committee of the Red Cross 19 Avenue de la Paix, 1202 Geneva, Switzerland T +41 22 734 6001 F+41 22 733 2057 www.icrc.org

KETAATAN NEGARA SERTA PELAKSANAAN KONVENSI MUNISI TANDAN (CCM) Konvensi Munisi Tandan (CCM) menyediakan kerangka kerja yang komprehensif untuk menangani isu-isu kemanusiaan yang sudah berjalan lama terkait dengan senjata-senjata ini. Untuk memastikan bahwa Konvensi memenuhi janji-janjinya dibutuhkan ketaatan seluas mungkin dan pelaksanaan di antara negara-negara. Dokumen ini menjelaskan prosedur yang harus diikuti negara-negara dalam rangka meratifikasi atau menyetujui perjanjian ini. Dokumen ini juga berisi contoh instrumen kepatuhan yang diajukan dengan penyimpanan. Instrumen ini telah dipersiapkan dan dikonsultasikan dengan Bagian Perjanjian Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa Urusan Hukum di New York. 1. TANDA TANGAN Konvensi dibuka untuk ditandatangani pada tanggal 3 Desember 2008 dalam sebuah upacara di Oslo, Norwegia. Setelah itu, dan sampai diberlakukan, Konvensi dapat ditandatangani di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York (hubungi: Bagian Perjanjian, Kantor Urusan Hukum). Setelah Konvensi diberlakukan, periode penandatanganan akan ditutup. Dengan menandatangani Konvensi, sebuah Negara mempunyai maksud untuk menjadi bagian dari instrumen di masa yang akan datang. Setelah menandatangani Konvensi, sebuah Negara tidak boleh mengambil tindakan apapun yang akan merusak maksud dan tujuan Konvensi (lihat Pasal 18, Vienna Convention on the Law of Treaties, 1969) Dengan menandatangani Konvensi tidak membuat suatu Negara menjadi satu bagian dalam perjanjian, mengikat secara hukum atau memaksanya untuk mulai menerapkan semua ketetapan Konvensi. Untuk menjadi terikat secara formal dengan ketetapan Konvensi, Negara penanda tangan harus kemudian meratifikasi instrumen. Negara yang tidak menandatangani instrumen mungkin juga setuju untuk terikat dengan Konvensi melalui tindakan aksesi. 2. PENGESAHAN (RATIFIKASI) DAN PENCAPAIAN Untuk menjadi bagian dalam Konvensi Munisi Tandan, suatu Negara harus secara resmi menyatakan persetujuannya utnuk terikat dengan perjanjian. Hal ini biasanya melibatkan dua langkah utama: tindakan oleh pemerintah nasional dan pemberitahuan untuk penyimpanan. a. Tindakan oleh pemerintah nasional Pada tingkat nasional, suatu Negara harus setuju untuk mematuhi Konvensi sesuai dengan prosedur Dalam negeri untuk menjadi bagian dari perjanjian internasional. Hal ini biasanya memerlukan pembicaraan dalam negeri dan tindakan oleh parlemen dan/atau para eksekutif. b. Pemberitahuan untuk penyimpanan 2

Setelah prosedur dalam negeri diikuti dan keputusan untuk terikat dengan Konvensi diambil, Negara perlu menyiapkan instrumen/dokumen ratifikasi atau aksesi. Suatu Negara yang telah menandatangani Konvensi biasanya akan menyatakan dengan persetujuannya untuk terikat dengan mempersiapkan instrumen ratifikasi. Suatu Negara yang belum menandatangani Konvensi umumnya menyatakan dengan persetujuan untuk terikat dengan mempersiapkan instrumen aksesi. Untuk alasan konstitusional, beberapa Negara menggunakan istilah 'penerimaan' atau 'persetujuan' untuk menggambarkan ketaatan mereka pada perjanjian internasional. Istilah ini mempunyai efek hukum yang sama sebagai ratifikasi dan akibatnya mengekspresikan persetujuan Negara untuk terikat dengan sebuah perjanjian. Instrumen ratifikasi (penerimaan, persetujuan atau aksesi) harus disimpan dengan perjanjian penyimpanan, dalam hal ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (hubungi: Treaty Section, Office of Legal Affairs, United Nations, New York, NY 10017). Pengarsipan instrumen ini dengan penyimpanan adalah tindakan yang mengaktifkan sebuah komitmen Negara di bawah Konvensi dan memberi mereka kekuatan hukum internasional. Setelah Konvensi ini diberlakukan, penyimpanan instrumen dengan Sekretaris Jenderal PBB juga menciptakan hubungan perjanjian, termasuk hak dan kewajiban, sehubungan dengan Negara-Negara lain yang menandatangani Konvensi. Konvensi tidak memperkenankan adanya reservasi. Konvensi mulai diberlakukan enam bulan setelah 30 Negara menyimpan instrumen ratifikasi mereka (penerimaan, persetujuan atau aksesi). Tanggal di mana Konvensi menjadi pengikat bagi Negara ditentukan sebagai berikut: a) Untuk 30 Negara pertama yang memberikan instrumennya kepada Sekretaris Jenderal PBB, Konvensi akan mulai diberlakukan pada hari pertama bulan keenam setelah instrumen ratifikasi ke-30 (penerimaan, persetujuan atau aksesi) diterima. b) Untuk semua Negara yang lain, Konvensi akan mulai diberlakukan pada hari pertama bulan keenam setelah tanggal saat Negara memberikan dengan instrumen ratifikasi (penerimaan, persetujuan atau aksesi) kepada Sekretaris Jenderal PBB. Dalam rangka memperkuat norma-norma dasar yang ditetapkan dalam Konvensi, Pasal 18 mengajak Negara-negara yang meratifikasi (penerimaan, persetujuan atau aksesi) untuk menyatakan bahwa mereka bermaksud untuk sementara waktu menerapkan kewajiban umum (yang terkandung dalam Pasal 1) menunggu pemberlakuan Konvensi. ICRC mendorong Negara-negara untuk membuat deklarasi semacam itu. 3. PELAKSANAAN NASIOAL Konvensi (Pasal 9) mensyaratkan bahwa Negara-negara mengambil tindakan hukum, administratif dan langkah-langkah lain yang tepat untuk menerapkan ketentuanketentuannya. Hal ini termasuk pengenaan sanksi pidana untuk mencegah dan menghukum setiap kegiatan terlarang yang dilakukan oleh orang atau di wilayah di bawah yurisdiksi atau kontrol mereka. Tergantung pada hukum dalam negeri maupun prosedur, 3

undang-undang pidana khusus untuk menjatuhkan sanksi hukum mungkin diperlukan. Disediakan delegasi ICRC dan Divisi Hukum di Jenewa yang untuk memandu dalam mempersiapkan perundang-undangan tersebut. Tindakan administratif - termasuk perubahan dalam doktrin militer dan prosedur operasi dan pemberitahuan dari perusahaan dan entitas yang terlibat dalam pengembangan, produksi dan pemindahan senjata - mungkin juga diperlukan untuk memastikan bahwa pelanggaran tidak terjadi. Selain pencegahan dan hukuman terhadap pelanggaran, Negara-negara perlu mempertimbangkan sejumlah langkah positif untuk memastikan pelaksanaan Konvensi. Hal ini mungkin termasuk: a. Pengembangan dan pelaksanaan rencana penghancuran simpanan munisi tandan b. Pengembangan dan pelaksanaan rencana pembersihan sisa-sisa munisi tandan c. Pengembangan dan pelaksanaan rencana pendidikan risiko dan program bantuan bagi para korban d. Pengembangan dan pelaksanaan program bantuan dii poin a, b, dan c di atas untuk mendukung Negara lain yang telah menandatangani Konvensi (Pasal 6) e. Persiapan dan pengiriman ke tempat penyimpanan laporan tahunan mengenai pelaksanaan dan langkah pembangunan kepercayaan lain (Pasal 7), yang pertama diperlukan 180 hari setelah diberlakukannya Konvensi bagi Negara yang bersangkutan 4. CONTOH INSTRUMEN RATIFIKASI, PENERIMAAN, PERSETUJUAN ATAU AKSESI Contoh instrumen yang akan diajukan dengan penyimpanan terlampir. Juga dilampirkan sebuah contoh pernyataan dari ICRC mengenai aplikasi sementara, yang mendorong Negara-negara untuk pertimbangkan penyimpanan pada saat ratifikasi (penerimaan, persetujuan atau aksesi). Para delegasi ICRC di seluruh dunia dan Divisi Hukum di Jenewa bersedia memberikan informasi lebih lanjut atau penjelasan yang mungkin diperlukan. Desember 2008 4

LAMPIRAN MODEL A Untuk Negara Penanda tangan INSTRUMEN RATIFIKASI (PENERIMAAN ATAU PERSETUJUAN) KONVENSI MUNISI TANDAN MENGINGAT Konvensi Munisi Tandan diadopsi di Dublin pada tanggal 30 Mei 2008 dan dibuka untuk ditandatangani di Oslo pada tanggal 3 Desember 2008, MENGINGAT Konvensi tersebut telah ditandatangani atas nama Pemerintah pada tanggal, OLEH SEBAB ITU Saya, (nama dan jabatan Kepala Negara, Kepala Pemerintahan atau Menteri Luar Negeri), menyatakan bahwa Pemerintah, setelah mempertimbangkan Konvensi tersebut di atas, meratifikasi (menerima, menyetujui) Konvensi yang sama dengan penuh kesetiaan akan melakukan dan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang terkandung di dalamnya. DENGAN DEMIKIAN Saya telah menandatangani instrumen ini (ratifikasi, penerimaan, persetujuan) di pada tanggal. [tanda tangan] + [cap] Dokumen ini harus ditandatangani oleh Kepala Negara, Kepala Pemerintahan atau Menteri Luar Negeri. 5

MODEL B Bagi Negara bukan penanda tangan INSTRUMEN UNTUK AKSESI KONVENSI MUNISI TANDAN MENGINGAT Konvensi Munisi Tandan diadopsi di Dublin pada tanggal 30 Mei 2008, OLEH SEBAB ITU Saya, (nama dan jabatan Kepala Negara, Kepala Pemerintahan atau Menteri Luar Negeri), menyatakan bahwa Pemerintah, setelah mempertimbangkan Konvensi tersebut di atas, menyetujui Konvensi yang sama dan dengan penu kesetiaan akan melakukan dan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang terkandung di dalamnya. DENGAN DEMIKIAN Saya telah menandatangani instrument aksesi ini di pada tanggal. [tanda tangan] +[cap] Dokumen ini harus ditandatangani oleh Kepala Negara, Kepala Pemerintahan atau Menteri Luar Negeri MODEL C Untuk Negara penanda tangan dan bukan penanda tangan Pernyataan dengan Maksud Menerapkan Konvensi untuk Sementara Pernyataan Pilihan Saya [nama dan jabatan Kepala Negara, Kepala Pemerintahan atau Menteri Luar Negeri] dengan ini menyatakan bahwa Pemerintah akan menerapkan untuk sementara waktu Pasal 1 Konvensi Munisi Tandan menunggu keputusan pemberlakuan Konvensi [tanda tangan] + [cap] Pernyataan ini akan diajukan untuk disimpan pada waktu yang sama dengan dokumen ratifikasi atau aksesi untuk Konvensi termaksud Pernyataan ini harus ditandatangani oleh Kepala Negara, Kepala Pemerintahan atau Menteri Luar Negeri 6