BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. daya pendidik dan peserta didik. Usaha peningkatan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN. menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang. berkualitas, dengan begitu perkembangan yang ada dapat dikuasai,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI Nomor 20 Tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan globalisasi sekarang ini sangat sekali diperlukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB I PENDAHULUAN. jenjang SD sampai SMP. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

FISIKA SEKOLAH 1 FI SKS

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seorang atau. kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD) Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkualitas. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting pada kehidupan setiap orang. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PNDAHULUAN. mencapai pendidikan yang baik tersebut diperlukan beberapa aspek diantaranya kurikulum yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu Sistem Pendidikan Nasional. Dan sebagai pedoman yuridisnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Esa, berakhlak mulia, sehat Jasmani dan Rohani, berilmu, cakap, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya tujuan nasional tersebut harus ada perhatian dari. pemerintah dan masyarakat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN. inovatif oleh pihak-pihak terkait, mulai dari tingkat pusat, daerah, maupun

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angga Triadi Efendi, 2013

S, 2014 KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP MELALUI PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) PADA SUB-KONSEP PENCEMARAN AIR

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orangorang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya, antara lain melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. UU RI No. 20 Tahun 2003 SISDIKNAS Bab II Pasal 3 yaitu :Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang. SD Negeri 2 Tambakboyo mempunyai visi sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Salah satu upaya membina dan membangun Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KREATIVITAS DALAM BELAJAR EKONOMI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

Transkripsi:

15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan tujuan nasional. Hal tersebut telah tercantum dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor. 20 tahun 2003. Dalam UU Sisdiknas tersebut dikemukakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, dan mandiri. Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut, pendidikan perlu dikelola secara profesional. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut pada penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mancari tahu dan berbuat,

16 sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dipicu oleh temuan di bidang fisika. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Dengan fisika manusia akan mampu mengatasi masalah yang berhubungan dengan alam. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan lancar secara optimal tanpa pemahaman yang baik tentang fisika. Mata pelajaran fisika di SMA/MA merupakan pengkhususan IPA di SMP/MTs yang menekankan pada fenomena alam dan pengukurannya dengan perluasan pada konsep abstrak. Pada tingkat SMA/MA, fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan pertimbangan; pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran fisika diharapkan menjadi wahana menumbuhkan kemampuan berpikir menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran fisika dianjurkan untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Proses belajar mengajar merupakan inti dari poses pendidikan formal. Terdapat tiga komponen utama yang berinteraksi dan menentukan keberhasilan

17 proses belajar mengajar. Ketiga komponen tersebut yaitu guru, isi atau materi pelajaran dan siswa. Interaksi ketiga komponen tersebut melibatkan sarana dan prasarana, metode, media dan penataan lingkungan belajar yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Berdasarkan UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 39 ayat 2 tersebut di atas ada tiga tugas utama yang mesti dilakukan guru yakni: merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. Perencanaan merupakan perkiraan apa yang akan dilakukan, hingga tercipta situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar-mengajar. Pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada perencanaan yang telah ditentukan. Dalam melaksanakan pembelajaran perlu diupayakan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Guru dapat menggunakan sarana dan prasarana yang ada seperti media dan penataan lingkungan belajar. Evaluasi berfungsi membantu siswa memelihara minat dan antusias siswa dalam melaksanakan tugas belajar. Faktor yang menyebabkan kurang berhasilnya pembelajaran fisika adalah motivasi dan minat siswa. Metode yang banyak dijumpai dalam pembelajaran mengakibatkan siswa pasif karena sebagian besar proses pembelajaran didominasi oleh guru, siswa hanya mendengarkan dan mencatat pokok dari penyampaian guru sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran kurang yang mengakibatkan motivasi dan minat siswa menurun. Dalam pengajaran fisika diharapkan siswa benar-benar aktif, sehingga akan berdampak pada ingatan siswa tentang yang dipelajari akan lebih lama bertahan. Suatu konsep mudah dipahami dan

18 diingat oleh siswa bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkahlangkah yang tepat, jelas dan menarik. Keaktifan siswa dalam belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Salah satu kegiatan pembelajaran yang menekankan berbagai kegiatan tindakan adalah menggunakan pendekatan tertentu dalam pembelajaran, karena suatu pendekatan dalam pembelajaran pada hakikatnya merupakan cara yang teratur dan terpikir secara sempurna untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam kenyataannya keaktifan siswa masih rendah. Masalah lain yang ditemukan 1) siswa cenderung kurang aktif dalam pembelajaran fisika, karena guru kurang melibatkan siswa untuk berpartisipasi aktif 2) kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah atau soal masih kurang, karena guru dalam tahap penyampaian materi maupun dalam tahap pelatihan kurang membimbing sehingga pemecahan masalah dalam pembelajaran fisika kurang optimal 3) siswa kurang aktif bertanya kepada guru tentang materi yang disampaikan. Dengan demikian untuk meningkatkan pemahaman konsep dan matematis pada materi elastisitas serta meningkatkan kemampuan siswa dalam mengaplikasikan konsep pada kehidupan sehari-hari maka diperlukan pengembangan modul yang memuat tentang konsep, besaran-besaran elastisitas secara metematis serta aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan modul tersebut diharapkan dapat membantu proses belajar siswa menjadi terorganisir sehingga siswa lebih mudah memahami konsep yang diberikan melalui pengembangan modul, dan akan diperoleh modul pembelajaran yang mampu menjawab permasalahan yang dihadapi siswa. Pengembangan berbeda dengan penelitian pendidikan karena tujuan penelitian

19 pengembangan adalah menghasilkan produk berdasarkan temuan-temuan uji di sekolah kemudian revisi dan seterusnya. Media pembelajaran mempunyai peran yang sama penting dengan faktorfaktor pendidikan yang lain, tetapi terkadang kurang mendapat perhatian dari guru. Padahal pemilihan media yang tepat juga dapat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Modul merupakan salah satu media pembelajaran yang memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Dengan adanya modul, siswa dapat lebih belajar terarah di rumah walaupun tidak ada guru. Modul yang disertai gambar dan contoh dalam kehidupan sehari-hari diharapkan akan lebih menambah motivasi siswa untuk belajar. Modul merupakan bahan ajar yang memiliki struktur khas dan berbeda dengan bahan ajar lainnya, seperti buku teks. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan sistem modul pada dasarnya menggunakan sistem belajar secara individual, namun dapat pula digunakan pada sistem pembelajaran klasik. Pemilihan metode yang tepat dalam pengembangan modul menjadi salah satu hal yang penting. Pemilihan metode yang salah hanya akan membuat fisika menjadi sulit dan membosankan bagi siswa. Dalam pembelajaran fisika, salah satu metode yang dianggap cukup efektif adalah metode problem solving. Problem solving merupakan metode pemecahan masalah atau suatu cara menyajikan pelajaran dengan mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan suatu masalah atau persoalan dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Metode ini diciptakan oleh seorang

20 berkebangsaan Amerika yang bernama John Dewey. Metode ini dinamakan problem method. Problem solving merupakan inti dari pembelajaran berbasis masalah yang melatih siswa memecahkan masalah untuk diterapkan dalam kehidupan. Problem solving dapat digunakan sebagai alternatif pendekatan pembelajaran yang inovatif karena mampu mengoptimalkan keterampilan proses dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Arends (2008:42) pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah, mempelajari peran orang-orang dewasa dan menjadi pelajar yang mandiri. Dengan pendekatan problem solving diharapkan siswa mampu menyelesaikan masalah sehingga dapat menyusun, mengembangkan kemandirian, membentuk pengetahuan yang lebih bermakna, dan percaya diri. Staton dalam Syaiful Sagala (2010:12) seharusnya keberhasilan suatu program pengajaran diukur berdasarkan tingkat perbedaan cara berpikir, merasa dan berbuat para pelajar sebelum dan sesudah menerima pengalaman-pengalaman belajar dalam menghadapi situasi yang serupa. Siswa yang telah berhasil dalam belajarnya memiliki pola pikir dan perubahan tingkah laku yang lebih baik. Siswa menjadi lebih mandiri dalam menyelesaikan masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan. Berdasarkan uraian tersebut, maka telah dilakukan penelitian mengenai Pengembangan Modul Fisika Berbasis Problem Solving Materi Elastisitas untuk Siswa Kelas X SMA/MA B. Identifikasi Masalah

21 1. Siswa kurang mengintegrasikan konsep-konsep ke dalam penerapannya dikehidupan sehari-hari. 2. Pembelajaran IPA di sekolah masih sulit diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Apabila siswa diajarkan secara teori, minat siswa terhadap fisika sangat kurang sehingga berdampak pada pemahaman konsep yang disampaikan dan ingatan siswa tentang apa yang dipelajari. 4. Pembelajaran masih berorientasi pada guru. 5. Motivasi, sikap ilmiah dan minat siswa untuk belajar fisika masih kurang. 6. Pengembangan modul yang berorientasi problem solving masih sedikit. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih fokus perlu pembatasan masalah yang dirumuskan sebagai berikut: 1. Pengembangan modul pembelajaran fisika berbasis problem solving pada materi Elastisitas. 2. Penelitian ini memfokuskan pada pembuatan modul pembelajaran fisika berbasis Problem Solving. 3. Modul pembelajaran fisika berbasis problem solving yang dikembangkan diimplementasikan di SMAN 3 Jombang kelas X semester genap. D. Rumusan masalah Dari latar belakang dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

22 1. Bagaimana langkah-langkah penelitian pengembangan modul fisika berbasis problem solving pada materi elastisitas untuk siswa SMA/MA kelas X? 2. Bagaimana kelayakan modul fisika berbasis problem solving untuk siswa SMA/MA kelas X pada materi elastisitas? 3. Bagaimana efektivitas modul fisika berbasis problem solving pada materi elastisitas terhadap hasil belajar di SMAN 3 Jombang? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: 1. Mengetahui prosedur pengembangan modul fisika berbasis problem solving untuk siswa SMA/MA pada materi elastisitas. 2. Mengetahui kelayakan modul fisika berbasis problem solving pada materi elastisitas. 3. Mengetahui efektivitas modul fisika berbasis problem solving pada materi elastisitas terhadap hasil belajar di SMAN 3 Jombang. F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan Produk yang diharapkan berupa 1. Modul pembelajaran fisika berbasis problem solving berbentuk media cetak. 2. Modul pembelajaran fisika berbasis problem solving pada pokok bahasan elastisitas. 3. Modul pembelajaran fisika berbasis problem solving untuk SMA/MA disusun sesuai dengan komponen isi/materi, penyajian materi, keterbacaan, bahasa, gambar dan grafika. 4. Tujuan yang akan dicapai setelah mempelajari modul hasil pengembangan.

23 5. Prosedur penggunaan modul yang akan menjadi acuan siswa dalam mempelajari modul. 6. Apersepsi berupa pengantar materi dan pertanyaan untuk menguji pengetahuan awal siswa terhadap materi yang akan dibahas. 7. Lembar kerja siswa, yang berisi praktikum atau percobaan sederhana dalam penyelesaian masalah pada pembelajaran. 8. Uraian materi, contoh soal dan uji pemahaman. 9. Evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi pada modul. 10. Pustaka, berisi buku atau sumber rujukan yang digunakan untuk pengembangan modul pembelajaran. 11. Glosarium G. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain sebagai berikut: 1. Bagi guru a. Untuk memudahkan guru dalam menanamkan konsep sains dan aplikasinya sehingga dapat memberi perbaikan dari sistem pembelajaran. b. Memacu guru untuk selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran, serta mengikuti perkembangan sains. 2. Bagi siswa a. Siswa diharapkan lebih memahami konsep elastisitas serta aplikasinya dalam kehidupan.

24 b. Menambah pengalaman siswa dalam pembelajaran fisika dan mendapatkan suasana belajar yang berbeda, serta mampu memecahkan masalah baik dalam pembelajaran maupun dalam kehidupan sesuai konsep yang dipelajari. H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan 1. Asumsi Pengembangan Beberapa asumsi yang mendasari pengembangan ini adalah: a. Pengembangan menghasilkan luaran berupa modul cetak problem solving untuk pembelajaran fisika. b. Sekolah uji coba belum menggunakan modul berbasis problem solving untuk pembelajaran fisika. c. Pengembangan modul berbasis problem solving ini dapat digunakan di SMA Negeri 3 Jombang. 2. Keterbatasan Pengembangan Pengembangan modul berbasis problem solving ini masih mempunyai banyak keterbatasan, yaitu: waktu, biaya dan kemampuan peneliti. Dengan keterbatasan tersebut, pengembangan modul berbasis problem solving ini hanya terbatas pada pembuatan modul pembelajaran fisika pada materi Elastisitas pada SMA kelas X dan diujicobakan pada satu sekolah. I. Definisi Istilah

25 1. Problem solving merupakan metode pemecahan masalah atau suatu cara menyajikan pelajaran dengan mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan suatu masalah atau persoalan dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. 2. Modul fisika berbasis problem solving merupakan buku pegangan suatu konsep yang berisi ringkasan materi/ konsep pembelajaran, penyelesaian besaranbesaran elastisitas secara matematis, lembar kerja siswa serta problem solving untuk membantu siswa memahami konsep yang diberikan. 3. Prestasi belajar siswa merupakan hasil belajar siswa tingkat pencapaian nilai minimal siswa terhadap materi yang disajikan.