JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji

III. METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahan bakar minyak disebabkan oleh terjadinya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya jumlah kendaraan bermotor merupakan konsumsi terbesar pemakaian

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

I. PENDAHULUAN. produksi minyak per tahunnya 358,890 juta barel. (

I. PENDAHULUAN. mengimpor minyak dari Timur Tengah (Antara News, 2011). Hal ini. mengakibatkan krisis energi yang sangat hebat.

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc. mesin uji yang digunakan adalah sebagai berikut. : 4 langkah, SOHC, 4 klep

1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 110 cc. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah sepeda motor

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 2, April 2014

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi di dunia terus berjalan seiring dengan

METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia memproduksi minyak sekitar barel per hari.

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4-langkah

I. PENDAHULUAN. tahun 2010 hanya naik pada kisaran bph. Artinya terdapat angka

Pengaruh Variasi Normalitas NaOH pada Aktivasi Basa-Fisik Zeolit Pelet Perekat terhadap Prestasi Sepeda Motor Bensin 4-Langkah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan minyak bumi terus-menerus sebagai bahan bakar dalam dunia

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 2, April 2014

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

I. PENDAHULUAN. dengan laju penemuan cadangan minyak bumi baru. Menurut jenis energinya,

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. ditegaskan oleh BP Plc. Saat ini cadangan minyak berada di level 1,258 triliun barrel

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam memlakukan penelitian ini, mesin yang digunakan adalah sepeda

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder

pemanfaatan fly ash dalam banyak terapan, seperti sebagai adsorben udara pembakaran.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah

KEMAMPUAN BENTONIT PELET TEKAN TERAKTIVASI FISIK SEBAGAI PENGGANTI ZEOLIT DALAM MENGHEMAT KONSUMSI BAHAN BAKAR MOTOR DIESEL 4-LANGKAH

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 2, April 2013

Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4-

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 100 cc. uji yang digunakan adalah sebagai berikut :

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K

III. METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini meliputi : mesin

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Pembangunan infrastruktur di tiap-tiap wilayah semakin meningkat, seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. beracun dan berbahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. kendaraan bermotor dan konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak).

III. METODE PENELITIAN. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 125 cc

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. : Motor Diesel, 1 silinder

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah membuat program untuk membangun pembangkit listrik dengan total

PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan sepeda motor di Indonesia mencapai 1 juta unit per tahun, jumlah

Efisiensi PLTU batubara

III. METODE PENELITIAN

Pengaruh Variasi Jenis Aktivator Asam dan Nilai Normalitas Pada Aktivasi Zeolit Pelet Perekat Terhadap Prestasi Mesin Motor Diesel 4-Langkah

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 1, Januari 2013 PENGARUH PENAMBAHAN ZAT ADITIF ALAMI PADA BENSIN TERHADAP PRESTASI SEPEDA MOTOR 4-LANGKAH

MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG. Oleh : Hari Budianto

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM)

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

III. METODE PENELITIAN. ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

I. PENDAHULUAN. untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi, komposit

PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pembangunan. Dengan meningkatnya pembangunan akan. dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan adanya pencemaran.

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

l. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL B KARAKTERISASI LIMBAH FLY ASH BATUBARA SEBAGAI MATERIAL KONVERSI ADSORBEN DAN UJI KETAHANAN PANAS STRUKTURPADATAN

Sukolilo Surabaya, Telp , ABSTRAK

Latar belakang Meningkatnya harga minyak mentah dunia secara langsung mempengaruhi harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Masyarakat selalu r

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia nesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk

BAB II LANDASAN TEORI. didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari

BAB I PENDAHULUAN.

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

III. METODE PENELITIAN. : Motor Bensin 4 langkah, 1 silinder Volume Langkah Torak : 199,6 cm3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISA PENGARUH CAMPURAN PREMIUM DENGAN KAPUR BARUS (NAPTHALEN) TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN SUPRA X 125 CC

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT SISA PEMBAKARAN BATU BARA MENJADI ZEOLIT SINTESIS

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET Suriansyah Sabaruddin 1)

MANFAAT LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA Alisastromijoyo, ST, MT

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli Pengaruh Penggunaan Tabung Induksi Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Sepeda Motor Bensin 4 Langkah

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Wardani, 2008). Pada pembakaran batubara dalam PLTU, terdapat limbah

METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014 PENGARUH VARIASI JENIS AIR DAN TEMPERATUR AKTIVASI DALAM CAMPURAN FLY ASH BENTUK PELET TERHADAP PRESTASI MESIN DAN EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH Bagus Rachmad Akbar 1), Herry Wardono 2) dan M. Dyan Susila 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Lampung 2) Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Lampung Jln. Prof.Sumantri Brojonegoro No. 1 Gedung H FT Lt. 2 Bandar Lampung Telp. (0721) 3555519, Fax. (0721) 704947 email : rachmad_b@yahoo.co.id Abstrak Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang masih menggunakan bahan bakar fosil sebagai bahan bakar utama, menyebabkan cadangan bahan bakar fosil semakin menipis. Dengan kondisi seperti ini pemerintah telah mengurangi subsidi bahan bakar dan berencana menerapkan pembatasan pemakaian bahan bakar pada kendaraan bermotor. Fly ash batu bara dapat dimanfaatkan untuk menagtasi hal di atas. Pengujian fly ash ini dilakukan dengan beberapa variasi yaitu pengujian konsumsi bahan bakar, akselerasi, dan emisi gas buang. Konsumsi bahan bakar dilakukan dengan road test (pada kecepatan rata-rata 50 km/jam menempuh jarak 5 km) dan stasioner (pada putaran mesin 8500). Pengujian akselerasi dilakukan pada0-120 km/jam, serta pengujian emisi gas buang pada putaran 1500 dan 8500 rpm. Pelet fly ash yang dibentuk menjadi pelet berdiameter 10 mm dan tebal 3 mm dengan beragam variasi air(air mineral, aquadesh, dan air sumur bor), juga variasi temperatur dan waktu aktivasi fisik (200 0 C, 150 0 C selama 1 jam dan 200 0 C, 150 0 C selama 2 jam). Pelet fly ashtersebut dikemas dalam suatu frame dan diletakkan di dalam saringan udara kendaraan uji sepeda motor yamaha vixion 150 cc. Sehingga sebelum udara masuk ke dalam ruang pembakaran, udara terlebih dahulu terhambat dengan pellet fly ash.dalam penelitian ini, terbukti pelet fly ash mampu menghemat konsumsi bahan bakar hingga 28,8% pada road test, dan sebesar 25,5% pada pengujian stasioner. Akselerasi meningkat sebesar 7,3%.Disamping itu, filter pelet fly ashbatubara mampu mengurangi kadar CO hingga sebesar 26,7% pada putaran 1500 rpm dan 45,5% pada putaran 8500 rpm, mengurangi kadar HC hingga sebesar 34,8% pada putaran 1500 rpm dan 30,4% pada putaran 8500 rpm. Kata kunci : Prestasi motor bensin 4 langkah, fly ash batubara, adsorben pelet fly ash. PENDAHULUAN Kendaraan bermotor merupakan salah satu alat yang memerlukan mesin sebagai penggerak mulanya, mesin ini sendiri pada umumnya merupakan suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi mekanik. Kemajuan teknologi membuat penggunaan mesin semakin bertambah, seiring semakin banyaknya kegiatan yang dilakukan manusia. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan dan masalah meningkatnya penggunaan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi. Minyak bumi merupakan sumber energi utama bagi mesin yang diciptakan manusia. Minyak bumi berasal dari bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui dan jumlahnya semakin menyusut. Kondisi udara pembakaran yang masuk keruang bakar sangat berpengaruh dalam menghasilkan prestasi mesin yang tinggi. Udara lingkungan yang dihisap masuk untuk proses pembakaran terdiri dari bermacammacam gas, seperti nitrogen, oksigen, uap air, karbon monoksida, karbon dioksida, dan gasgas lain. Sementara gas yang dibutuhkan pada proses pembakaran adalah oksigen untuk membakar bahan bakar yang mengandung 15

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014 molekul karbon dan hidrogen (Wardono, 2004). Abu terbang dapat dimanfaatkan sebagai adsorben untuk penyisihan polutan pada gas buang proses pembakaran yang berpotensi untuk merusak lingkungan seperti gas sulfur oksida yang menyebabkan hujam asam, gas nitrogen oksida yang menyebabkan pemanasan global, dan merkuri (Hg) yang berbahaya bagi makhluk hidup. Beberapa investigasi menyimpulkan bahwa abu terbang memiliki kapasitas adsorpsi yang baik untuk menyerap gas organik, ion logam berat, gas polutan. Komponen utama dari fly ash adalah silika (SiO 2, alumina (Al 2 O 3 ) dan besi oksida (Fe 2 O 3 ) sisanya adalah karbon, kalsium, magnesium, dan belerang. Oleh sebab itu, fly ash batubara memiliki potensi disetarakan dengan zeolit karena memiliki kandungan alumina-silika yang cukup tinggi dan kandungan karbon yang rendah. Untuk itu, perlu dilakukam modifikasi sifat fisik dan kimia untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi. Peningkatan kapasitas adsorpsi dapat membuat adsorben dari abu terbang batubara kompetitif bila dibandingkan dengan karbon aktif dan zeolit (Marinda, P. 2008). Fly Ash batu bara merupakan limbah padat yang dihasilkan dari pembangkit listrik yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar dan dihasilkan dalam jumlah besar (Mazari, 2009 dalam Zakaria, 2012). Saat ini jumlah fly ash batubara yang dihasilkan dari proses pembakaran batubara di Pembangkit Listik Tenaga Uap (PLTU) sangat besar, termasuk di Indonesia. Produksi fly ash di dunia pada tahun 2000 berjumlah 349 milyar ton dan untuk jumlah fly ash dari sektor pembangkit listrik di Indonesia terus meningkat, pada tahun 2000 jumlahnya mencapai 1,66 milyar ton dan mencapai 2 milyar ton pada tahun 2006 (Ngurah Ardha, 2010). Fly ash yang memiliki ukuran butiran yang halus, berwarna keabu-abuan dan diperoleh dari hasil pembakaran batubara. Fly ash mempunyai sifat pozzolanic, yaitu sifat untuk meningkatkan strength, durabilitas dari beton dan juga mempunyai sifat self-cementing (kemampuan untuk mengeras dan menambah strength apabila bereaksi dengan air) dan sifat ini timbul tanpa penambahan kapur (Wardani, 2008). Dalam penelitian lain yang telah dilakukan Rilham (2012), menunjukkan bahwa massa fly ash setelah dilakukan aktivasi dan didiamkan dalam udara bebas mengalami kenaikan massa yang signifikan dari hari ke hari. Dalam percobaan tersebut menunjukkan bahwa komposisi kimia yang terkandung dalam fly ash dapat mengikat molekul dalam udara bebas terutama uap air. METODE PENELITIAN Pembuatan Fly Ash Fly ash dan tepung tapioka ditimbang dengan menggunakantimbangan digital sesuai komposisi dari konsentrasi yang diinginkan untuk tiap spesimen pelet. Untuk pencetakan fly ashpelet inimengunakan campuran komposisi 80 gram fly ash dengan variasi 16 air dan tapioka 4 gram. Pertama-tama campuran air mineral dengan tapioka dimasak kurang lebih 5 menit hingga campuran tersebut berbentuk seperti lem. Lalu campuran tersebut diaduk dengan fly ash hingga merata. Setelah merata bisa dilakukan pencetakanfly ash pelet dengan ukuran diameter lebar 10 mm dan tebal 3 mm. Hasil cetakan fly ash pelet tersebut didiamkan pada pada temperatur ruangan (secara alami) hingga fly ash kering setelah itu baru dilakukan aktivasi fisik dengan oven pada temperatur 150 0 C dan 200 0 C selama 1 jam. Setelah diaktivasi fisik fly ash pelet tersebut kemudian diletakkan didalam saringan udara kendaraan bermotor dengan alat tambahan berupa kawat strimin untuk mengemas fly ashtersebut supaya letak fly ashpelet merata pada saringan udara. Gambar 1. Filter udara dan fly ash yang terpasang 16

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014 Persiapan Pengujian Sepeda motor yang digunakan pada pengujian di servis rutin/tune up terlebih dahulu sebelumnya agar mempunyai kondisi yang prima. Sebelum dilakukan pengujian berikut pengambilan data,mesin dipanaskan beberapa menit lalu pengujian dilakukan. Dalam pengujian ini menggunakan tangki bahan bakar motor, tanpa menggunakan tangki buatan, sehingga pengukuran konsumsi bahan bakar dihitung dari sisa bahan bakar yang tersisa di dalam tangki. Selama dilakukannya proses pengujian, sepeda motor diservis rutin dalam rentang waktu tertentu untuk menjaga kondisinya agar selalu prima pada setiap pengujian. Prosedur Pengujian 1. Pengujian prestasi mesin dengan kondisi motor tanpa menggunakan fly ash. 2. Pengujian konsumsi bahan bakar (road test) dengan kondisi motor menggunakan fly ash pelet dengan tebal 0,3 cm dan diameter 1 cm campuran tepung tapioka yang teraktifasi fisik. Pengujian Prestasi Mesin 1. Konsumsi bahan bakar a. Kecepatan rata-rata 50 km/jam Sejauh 5 km Pengujian dilakukan dengan kecepatan berkisar 40 km/jam sampai dengan 60 km/jam. Kemudian bensin yang berada di dalam tangki kemudian dikeluarkan dan diukur menggunakan gelas ukur, maka didapatkan jumlah bensin yang terpakai. b. Pengujian stasioner Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan putaran mesin 1500 rpm dan 8500 rpm dengan waktu pengujian 5 menit. Pengukuran bahan bakar yang terpakai sama dengan pengukuran pada pengujian konsumsi bahan bakar. 2. Pengujian Akselerasi Akselerasi dilakukan pada 0 120 km/jam. Setelah semua persiapan dilakukan, motor yang telah dinyalakan harus dalam keadaan berhenti (0 km/jam). Ketika gas mulai ditekan, stopwatch mulai diaktifkan. Setelah sampai pada kecepatan yang diinginkan (120 km/jam), stopwatch dinon-aktifkan kemudian dicatat waktu tempuhnya. 3. Pengujian Emisi Pengujian emisi dilakukan pada putaran 1500 rpm dan 8500 rpm. Pada pengujian ini fly ash yang digunakan adalah fly ash yang memiliki konsumsi bahan bakar terbaik dan akselerasi terbaik. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan penelitian fly ash yang dibentuk pelet terhadap sepeda motor 4 langkah pada saringan udara (filter) motor bensin uji Vixion 150 CC, diperoleh data-data prestasinya yaitu konsumsi bahan bakar dan akselerasi serta didapat data-data emisi gas buang. Pada pengujian ini, penggunaan fly ash divariasikan ke dalam tiga variasi yaitu variasi penggunaan air, variasi temperatur dan waktu aktivasi fisik, dan variasi jumlah perekat. Pada setiap variasi diambil data yang terbaik dan kemudian divariasikan dengan variasi yang lain. Pengujian Dengan menggunakan Variasi Air a. Pengujian Berjalan (road test) sejauh 5 km dengan kecepatan rata-rata 50 km/jam. Gambar 2. Konsumsi bahan bakar kondisi berjalan Dari gambar2,diperoleh hasil bahwa penggunaan fly ash pelet aktivasi fisik dengan menggunakan variasi air memberikan penghematan konsumsi bahan bakar yang sama. Penurunan konsumsi bahan bakar dengan menggunakan variasi air aquadesh sebesar 22 ml atau mengalami penurunan sebesar 17,3%, untuk variasi menggunakan air mineral sebesar 22,1 ml atau mengalami 17

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014 penurunan sebesar 17,1% dan 22 ml untuk variasi menggunakan air sumur bor dan mengalami penurunan sebesar 17,3%. b. Pengujian Stasioner 8500 rpm Gambar 3. Konsumsi bahan bakar kondisi stasioner Pada gambar 3terlihat penggunaan fly ash secara keseluruhan dapat menghemat bahan bakar pada kondisi stasioner. Hal ini juga terjadi pada pengujian berjalan yang ditunjukkan pada gambar 2. Pada penggunaan fly ash pelet dengan menggunakan air aquadesh mampu menurunkan konsumsi bahan bakar sebesar 21,9 ml, atau mengalami penurunan sebesar 18,6%, sedangkan menggunakan fly ash dengan menggunakan air mineral mampu menurunkan konsumsi bahan bakar sebesar 21,7 ml, atau mengalami penurunan sebesar 18,5% dan untuk fly ash pelet dengan menggunakan air sumur bor dapat menurunkan konsumsi bahan bakar sebesar 21,7 ml, atau mengalami penurunan sebesar 18,5%. Pada ketiga variasi yang telah diuji penurunan konsumsi bahan bakar relatif sama. saringan udara dapat meningkatkan performa mesin. Peningkatan prestasi mesin yang terbaik terjadi pada fly ash pelet aktivasi fisik dengan menggunakan air aquadesh sebesar 4,1 detik atau mengalami penurunan sebesar 13,2%. Sedangkan untuk variasi menggunakan air mineral terjadi peningkatan akselerasi sebesar 3,3 detik atau mengalami penurunan sebesar 10,5% sedangkan fly ash pelet teraktivasi fisik dengan menggunakan air sumur bor mengalami peningkatan akselerasi sebesar 3,5 detik atau mengalami penurunan sebesar 11,2%. Berdasarkan pengujian konsumsi bahan bakar dan akselerasi yang telah dilakukan. Penggunaan variasi jenis air pada fly ash tidak mempengaruhi konsumsi bahan bakar, hal ini dikarenakan air hanya digunakan pada saat awal pembuatan fly ash dan pada proses selanjutnya akan diaktivasi fisik. Oleh karena itu, pada penelitian berikutnya digunakan air sumur bor, karena air sumur bor lebih ekonomis dan mudah didapat bila dibandingkan dengan air aquadesh dan air mineral. Air sumur bor digunakan untuk campuran fly ash pelet yang kemudian akan divariasikan temperatur dan waktu aktivasi fisik. Temperatur yang digunakan adalah 150 0 C dan 200 0 C dan dengan waktu 1 jam dan 2 jam. Dengan variasi ini diharapkan penurunan konsumsi bahan bakar bisa lebih baik. Pengujian Dengan Variasi Temperatur Aktivasi a. Pengujian Berjalan (road test) dengan jarak 5 km dengan kecepatan rata-rata 50 km/jam. c. Akselerasi 0-120 km/jam Gambar 4.Pengujian akselerasi Dari gambar 4 yang ditampilkan dapat dilihat bahwa, penggunaan fly ash pada Gambar 5. Pengujian berjalan menggunakan variasi temperatur aktivasi Pada gambar 5, terlihat bahwa besar temperatur dan waktu aktivasi fisik yang digunakan mempengaruhi konsumsi bahan 18

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014 bakar. Dari grafik didapat bahwa penggunaan fly ash pelet dengan variasi temperatur dan waktu aktivasi dapat menghemat konsumsi bahan bakar. Penggunaan fly ash pelet dengan temperatur aktivasi fisik 150 0 C lebih baik bila dibandingkan dengan fly ash dengan temperatur aktivasi fisik sebesar 200 0 C. Dan waktu aktivasi fisik selama 2 jam lebih baik bila dibandingkan dengan waktu aktivasi fisik selama 1 jam. Penghematan konsumsi bahan bakar yang tertinggi adalah fly ash pelet dengan temperatur 150 0 C dengan waktu aktivasi fisik 2 jam yaitu sebesar 36,7 ml, atau mengalami penurunan sebesar 28,8% bila dibandingkan dengan kondisi normal tanpa fly ash sebesar 271 ml. Sedangkan penurunan konsumsi bahan bakar terkecil diperoleh pada penggunaan fly ash dengan aktivasi fisik 200 0 C dengan waktu 1 jam, diperoleh penurunan sebesar 22 ml, atau mengalami penurunan sebesar 17,3%. b. Pengujian Stasioner 8500 rpm Gambar 6. Pengujian stasioner menggunakan variasi temperatur Seperti pada pengujian berjalan yang ditunjukkan pada gambar 5, data yang diperoleh pada gambar 6 terlihat bahwa penggunaan fly ash secara keseluruhan dapat menghemat bahan bakar pada kondisi stasioner. Prestasi mesin yang terbaik pada putaran 8500 rpm adalah fly ash dengan temperatur aktivasi 150 0 C dengan waktu 2 jam, mampu menurunkan konsumsi bahan bakar sebesar 30 ml, atau mengalami penrunan seesar 25,5%. Penurunan konsumsi bahan bakar terkecil pada putaran 8500 rpm adalah fly ash dengan temperatur aktivasi 200 0 C dengan waktu 1 jam, hanya mampu menurunkan konsumsi bahan bakar sebesar 21,7 ml atau mengalami penurunan sebesar 18,5%. Sedangkan untuk fly ash pelet temperatur aktivasi 150 0 C dengan waktu aktivasi 1 jam mampu menurunkan konsumsi bahan bakar sebesar 24,5 ml (20,9%). Dan untuk fly ash pelet menggunakan temperatur aktivasi 200 0 C selama 2 jam mampu menurunkan konsumsi bahan bakar sebesar 27,7 ml, atau mengalami penurunan sebesar 23%. c. Akselerasi 0-120 km/jam Gambar 7. Pengujian akselerasi menggunkan variasi temperatur aktivasi Dari gambar 7yang ditampilkan dapat dilihat bahwa, penggunaan fly ash pada saringan udara dapat meningkatkan performa mesin.peningkatan prestasi mesin yang terbaik terjadi pada fly ash pelet aktivasi fisik dengan menggunakan variasi temperatur 200 0 C dengan waktu aktivasi 2 jam sebesar 4,1 detik atau mengalami penurunan sebesar 13,22%, sedangkan untuk peningkatan prestasi mesin terkecil terjadi pada fly ash pelet dengan temperatur aktivasi 150 0 C dengan waktu aktivasi 2 jam dengan waktu peningkatan sebesar 2,3 detik. Emisi Gas Buang Penggunaan fly ash pelet teraktivasi fisik pada saringan udara menghasilkan peningkatan prestasi mesin sepeda motor bensin serta dapat menganalisa perubahan nilai emisi gas buang pada kandungan HC, CO, dan CO 2. Pengujian emisi ini dilakukan dengan putaran mesin 1500 dan 8500 rpm dengan komposisi fly ash pelet temperatur 150 0 C dengan waktu aktivasi 2 jam dan fly ash pelet temperatur 200 0 C dengan waktu aktivasi 1 jam. Disamping itu dilakukan pengujian emisi dalam kondisi normal tanpa menggunakan fly ash. Pengujian emisi ini 19

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014 dapat juga mereduksi emisi gas buang yang telah dihasilkan pada proses pembakaran. b. Gas HC a. Gas CO Gambar 9. Pengaruh fly ash terhadap emisi gas HC pada 1500 rpm Gambar 8. Pengaruh fly ash terhadap gas buang CO Terlihat pada gambar 8, penurunan kadar CO pada fly ash pelet aktivasi fisik terbesar terjadi pada fly ash dengan temperatur aktivasi 200 0 C dengan waktu aktivasi 2 jam. Penurunan kadar CO didapat sebesar 0,87% bila dibandingkan dengan kondisi normal tanpa fly ash (3,07%), atau mengalami penurunan sebesar 28,3%. Sedangkan pada penggunaan fly ash dengan temperatur aktivasi 150 0 C dengan waktu aktivasi 2 jam, penurunan kadar CO didapat sebesar 0,82% atau mengalami penurunan 26,7%. Begitu pula dengan fly ash teraktivasi fisik yang dihasilkan pada putaran 8500 rpm, semuanya dapat mereduksi kadar CO. Terlihat dari grafik, penurunan kadar CO pada fly ash pelet aktivasi fisik terbesar untuk temperatur aktivasi 150 0 C dengan waktu aktivasi 2 jam. Penurunan kadar CO didapatkan sebesar 0,31 % bila dibandingkan kondisi tanpa fly ash (0,68%), atau mengalami penurunan sebesar 45,5%. Sedangkan pada penggunaan fly ash dengan temperatur 200 0 C dengan waktu aktivasi 2 jam penurunann kadar CO didapat sebesar 0,24% atau mengalami penurunan sebesar 35,2%. Jadi berdasarkan penjelasan tersebut, prestasi mesin terbaik dari pengambilan data terhadap kadar CO adalah fly ash pelet dengan temperatur aktivasi 200 0 C untuk putaran 1500 rpm. Untuk putaran 8500 rpm didapatkan kadar CO terbaik adalah fly ash dengan temperatur aktivasi 150 0 C. Seperti yang terlihat pada gambar 9, bahwa fly ash pelet aktivasi fisik dapat mereduksi gas HC pada putaran 1500 rpm. Dalam pengujian kadar HC tanpa fly ash pada putaran 1500 rppm dihasilkan kadar HC sebesar 281,5 ppm. Penurunan kadar HC terbesar terjadi pada fly ash dengan temperatur aktivasi 150 0 C. Penurunan kadar HC didapat sebesar 98 ppm atau mengalami penurunan kadar HC sebesar 34,8%. Sedangkan pada penggunaan fly ash dengan temperatur aktivasi 200 0 C hanya mampu menurukan kadar HC sebesar 53 ppm atau mengalami penurunan sebesar 18,8%. Gambar 10. Pengaruh fly ash terhadap gas HC pada 8500 rpm Pada putaran 8500 rpm seperti yang terlihat pada gambar 30 diperoleh penurunan kadar HC terbesar pada fly ash pellet dengan temperatur aktivasi 150 0 C, diperoleh penurunan sebesar 10,5 ppm atau mengalami penurunan sebesar 30,4%. Bila dibandingkan dengan kondisi normal tanpa fly ash (34,5), sedangkan fly ash pellet dengan temperatur aktivasi 200 0 C dapat menurunkan kadar HC sebesar 5 ppm, atau mengalami penurunan 20

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014 sebesar 14,4 %. c. Kadar CO 2 Gambar 11. Pengaruh fly ash terhadap emisi gas CO 2 Pada gambar 11,terlihat bahwa fly ash pelet aktivasi fisik dengan temperatur 150 0 C dan 200 0 C dapat meningkatkan kadar CO 2 dalam proses pembakarannya, baik pada putaran 1500 rpm maupun putaran 8500 rpm. Pada putaran 1500 rpm, kenaikan kadar CO 2 terbesar diperoleh pada fly ash dengan teperatur aktivasi 200 0 C yaitu naik sebesar 1,5 %, atau mengalami kenaikan sebesar 18,5%, bila dibandingkan kondisi tanpa fly ash (8,1%), sedangkan pada fly ash pelet teraktivasi dengan temperatur 150 0 C diperoleh kenaikan sebesar 1,3% atau mengalami kenaikan sebesar 16%. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, dapat diketahui hasil terbaik dari pengujian road test 5 km dengan kecepatan 50 km/jam 28,8%. Pada pengujian kondisi stasioner 8500 rpm diperoleh prestasi mesin terbaik sebesar 25,5%. Apabila dibandingkan dengan penelitian fly ash yang sebelumnya hasil terbaik pada pengujian road test 5 km adalah sebesar 22,3%, dan untuk pengujian pada kondisi stasioner 5000 rpm diperoleh data terbaik sebesar 19,5%. Perbedaan kondisi pengujian yang dilakukan pada mesin uji vixion dengan mesin uji pada penelitian yang sebelumnya adalah pada luas filter udara pada mesin uji vixion lebih besar bila dibandingkan dengan mesin uji yang sebelumnya, sehingga membuat prestasi mesin yang diperoleh menjadi lebih baik, namun mesin uji vixion memiliki volume silinder yang lebih besar bila dibandingkan dengan mesin uji yang sebelumnya. KESIMPULAN 1. Pada pengujian road test dan stasioner menggunakan fly ash pelet aktivasi fisik secara keseluruhan dapat menghemat konsumsi bahan bakar. 2. Pada pengujian konsumsi bahan bakar dan akselerasi menggunakan variasi air tidak mempengaruhi konsumsi bahan bakar, karena air hanya digunakan pada proses awal pembuatan fly ash yang nantinya juga akan diaktivasi fisik. 3. Pada pengujian road test saat cuaca cerah bersuhu 30-31 0 C peningkatan prestasi mesin paling baik diperoleh saat menggunakan fly ash pelet aktivasi fisik dengan temperatur aktivasi 150 0 C dengan waktu aktivasi 2 jam mencapai 28,8%, sedangkan pada penelitian fly ash yang sebelumnya prestasi mesin diperoleh sebesar 15,95%. 4. Pada pengujian emisi gas buang fly ash pelet dengan temperatur aktivasi 150 0 C dengan waktu aktivasi 2 jam mampu mereduksi emisi gas HC dan CO paling baik yaitu sebesar 30,4% dan 45,5%, sedangkan fly ash pelet dengan temperatur aktivasi 200 0 C dengan waktu aktivasi 2 jam mampu meningkatkan kadar CO 2 paling baik yaitu sebesar 25%. 5. Secara umum, fly ash pelet dengan temperatur aktivasi 150 0 C dengan waktu aktivasi 2 jam mampu menurunkan konsumsi bahan bakar paling baikyaitu sebesar 25,5%, sedangkan fly ash pelet dengan temperatur aktivasi 200 0 C dengan waktu aktivasi 2 jam meningkatkan akselerasi paling baik yaitu sebesar 15,2%. DAFTAR PUSTAKA [1] Marinda, P. abu-terbang-batubarasebagai-absorben http://majarimagazine.com/2008/06abuterbang-batubara-sebagai-adsorben.html diakses 23 September 2012 [2] Ngurah Ardha Pemanfaatan Abu Layang PLTU Suralaya http://www.tekmira.esdm.go.id/kp/pengol ahanmineral/pemanfaatanabuterbang.asp diakses pada 23 September 2012 [3] Rilham, Dimas. 2012. Pengaruh Aplikasi 21

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014 Fly Ash Bentuk Pelet Perekat yang Diaktivasi Fisik terhadap prestasi Mesin Dan Emisi Gas Buang Sepeda Motor Bensin 4-Langkah. (Skripsi). Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung [4] Wardono, H. 2004. Modul Pembelajaran Motor Bakar 4-Langkah. Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Bandar Lampung. [5] Wardani, SRP. 2008. Pemanfaatan Limbah Batubara (Fly Ash) untuk Stabilisasi Tanah Maupun Keperluan Teknik Sipil Lainnya Dalam Mengurangi Pencemaran Lingkungan. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang. [6] Zakaria, Ahmad. 2012. Adsorption Of Cu(Ii) Using Synthetic Zeolite From Coal Fly Ash. Institut Pertanian Bogor. 22