PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA SMP PADA TEMA ENERGI DALAM TUBUH MENGGUNAKAN METODE 4S TMD

dokumen-dokumen yang mirip
Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 8 (2), 2016,

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU PADA TEMA UDARA BERBASIS NILAI RELIGIUS MENGGUNAKAN 4 STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT

Standards for Science Teacher Preparation

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

Melihat Lebih Jauh Manfaat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Desain. Produk. Revisi Produk. Produksi Massal

MODEL CONNECTED (MODEL 2: HOW TO INTEGRATE THE CURRICULA) Muktar Panjaitan Universitas HKBP Nommensen

Mochammad Maulana Trianggono, M.Pd. Prodi PG PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Jember 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tsani Fathani, 2013

KONSEP IPS TERPADU KONSEP PEMBELAJARAN TERPADU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Hayyah Fauziah, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

MODEL KETERPADUAN PEMBELAJARAN SAINS DALAM KURIKULUM 2013

PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK MENGEMBANGKAN KECAKAPAN HIDUP DI ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

A. PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH C. TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

PELATIHAN SEBUAH SOLUSI DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU BAGI DOSEN IPA DI LINGKUNGAN PRODI PGMI. Budiyono Saputro

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU TEMA LAUT UNTUK SISWA SMP MELALUI FOUR STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT

Pembelajaran IPA Terintegrasi di SMP A. Pendahuluan

BAB II KAJIAN TEORI. yang dituangkan ke dalam kertas atau buku dapat digolongkan ke media

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013)

Hakikat Belajar dan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deni Ahmad Munawar, 2013 :

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

2016 PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE CONNECTED BERBASIS GUIDED INQUIRY

Gambar 1 Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meldalina Agustina Mare-Mare, 2013

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda tergantung pada usia

BAB III METODE PENELITIAN

MODEL PENGEMBANGAN MODUL IPA 1 TERPADU BERDASARKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF SISWA 1) Abstrak

PEMBELAJARAN TERPADU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia dapat dilakukan secara formal,

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

Pengumpulan data. Produk: Bahan Ajar IPA Terpadu bertema Cuaca

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu tahap perkembangan saja

BAB I PENDAHULUAN. menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat kemampuan dasar berbahasa

PEMBELAJARAN TERPADU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MODEL TERPADU DALAM PEMBELAJARAN IPS DAN REKONSTRUKSI STANDAR ISI. Oleh: Tim Pengembang IPS

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN IPA TERPAD U TIPE INTEGRATED TERHAD AP PENGUASAAN KONSEP D AN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PAD A TOPIK TEKANAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum 2013 dimana pembelajaran ini dikemas

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau the study of the group behavior of human beings (Calhoun dalam

ISSN: Inovasi Kurikulum, Februari 2009, Thn.4 Vol. 1 No: 4

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dimana objeknya adalah benda benda alam. Ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN TERPADU OLEH NOVI RESMINI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. A. Pendahuluan

BAB III STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efi Irawati, 2015

Jurnal Pembelajaran Prospektif 1 (2) (2016) 1-8 J P P. Journal of Prospective Learning

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abdul Latip, 2015

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sikap dan keterampilan peserta didik. Pelaksanaannya bukanlah usaha mudah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ifah Silfianah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I TUJUAN UMUM MODEL PEMBELAJARAN A. MODEL PEMBELAJARAN

TUJUAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2006

Pembelajaran IPA Terpadu Melalui Keterampilan Kerja Ilmiah Untuk Mengembangkan Nilai Karakter. Henry Januar Saputra

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB III METODE PENELITIAN

ISSN : X UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X 2 SMA NEGERI 4 MAKASSAR MELALUI MODEL UNIT LEARNING TIPE INTEGRATED. Samad, A.

Materi Pembelajaran (Pengembangan Materi)

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF DI SEKOLAH DASAR. Nurul Hidayah IAIN RADEN INTAN LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Ruang lingkup IPA meliputi alam semesta secara keseluruhan baik

BAB I PENDAHULUAN. mengintegrasikan disiplin ilmu-ilmu sosial ke dalam satu bidang studi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lembaran Ilmu Kependidikan

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di dalam proses belajar mengajar terdapat tiga komponen utama yang terlibat di dalamnya, yaitu pengajar (guru), pembelajar (siswa), dan bahan ajar. Pada proses tersebut terjadi transformasi ilmu (bahan ajar) dari pengajar (guru) kepada pembelajar (siswa), dan dari hasil transformasi tersebut siswa memperoleh pengalaman belajar (Anwar : 2014). Dengan bahan ajar tersebut memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh/ terpadu (Hernawan: 2010). Bahan ajar seperti yang terdapat dalam website Dikmenjur (dalam Prastowo: 2014), merupakan seperangkat materi atau substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dalam Herry (2010), bahan ajar dalam konteks pembelajaran merupakan salah satu komponen yang harus ada, karena bahan ajar merupakan suatu komponen yang harus dikaji, dicermati, dipelajari, dan dijadikan bahan materi yang akan dikuasai oleh siswa dan sekaligus dapat memberikan pedoman untuk mempelajarinya. Tanpa bahan ajar, maka pembelajaran tidak akan menghasilkan apa-apa. Tujuan utama proses pembelajaran adalah bagaimana guru menyampaikan bahan ajar sehingga siswa mudah memahaminya (Anwar : 2014). Di sisi lain, kurikulum SMP menuntut pembelajaran IPA disampaikan secara terpadu (Depdiknas : 2007). Melalui pembelajaran IPA terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan

2 demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, autentik dan aktif (Depdiknas: 2013). Hal ini ditegaskan kembali melalui pernyataan Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas (2007) : Banyak ahli yang menyatakan pembelajaran IPA yang disajikan secara disiplin keilmuan dianggap terlalu dini bagi anak usia 7-14 tahun, karena anak pada usia ini masih dalam transisi dari tingkat berpikir operasional konkret ke berpikir abstrak. Selain itu, peserta didik melihat dunia sekitarnya masih secara holistik. Atas dasar itu, pembelajaran IPA hendaknya disajikan dalam bentuk yang utuh dan tidak parsial. Di samping itu pembelajaran yang disajikan terpisah-pisah dalam energi dan perubahannya, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, dan bumi-alam semesta memungkinkan adanya tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang lebih banyak, serta membosankan bagi peserta didik. Bila konsep yang tumpang tindih dan pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efisien dan efektif. Menurut Depdiknas (2007), pembelajaran terpadu dalam IPA dapat dikemas dengan TEMA atau TOPIK tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik. Itu artinya, seharusnya bahan ajar yang ada pun menyajikan materi pembelajaran yang dikemas secara TEMA atau TOPIK pula. Hal ini agar guru lebih mudah mentrasformasi ilmu (bahan ajar) kepada siswa. Berdasarkan Depdiknas (2013), dalam perancangan pembelajaran terpadu ada beberapa prinsip-prinsip yang harus diperhatikan yaitu, Pertama, substansi materi yang akan diramu ke dalam pembelajaran terpadu diangkat dari konsepkonsep kunci yang terkandung dalam aspek-aspek perkembangan terkait.ke dua,antar konsep kunci yang dimaksud memiliki keterkaitan makna dan fungsi,

3 yang apabila diramu ke dalam satu konteks tertentu (peristiwa, isu, masalah, atau tema) masih memiliki makna asal, selain memiliki makna yang berkembang dalam konteks yang dimaksud.ke tiga,aktivitas belajar yang hendak dirancang dalam pembelajaran terpadu mencakup aspek perkembangan anak. Dalam Depdiknas (2007), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan topik/tema pada pembelajaran IPA terpadu antara lain meliputi hal-hal berikut; (1) Tema, dalam pembelajaran IPA terpadu, merupakan perekat antarkompetensi Dasar yang terdapat dalam bidang kajian IPA. (2) Tema yang ditentukan selain relevan dengan Kompetensi-kompetensi Dasar yang terdapat dalam satu tingkatan kelas, juga sebaiknya relevan dengan pengalaman pribadi peserta didik, dalam arti sesuai dengan keadaan lingkungan setempat. (3) Dalam menentukan topik, isu sentral yang sedang berkembang saat ini, dapat menjadi prioritas yang dipilih dengan tidak mengabaikan keterkaitan antarkompetensi Dasar pada bidang kajian yang telah dipetakan. Menurut Fogarty (1991), pembelajaran terpadu secara luas meliputi pembelajaran terpadu dalam satu disiplin ilmu, pembelajaran terpadu antar disiplin ilmu, serta pembelajaran terpadu dalam dan lintas peserta didik. Lebih jauh, Fogarty juga membagi pembelajaran terpadu ke dalam 10 model pembelajaran terpadu, yang meliputi fragmented, connected, nested, sequenced, shared, webbed, threaded, integrated, immersed, dan networked. Jika dikelompokkan, maka fragmented, connected, dan nested masuk ke dalam kelompok keterpaduan dalam satu disiplin ilmu. Sementara sequenced, shared, webbed, threaded, dan integrated masuk ke dalam kelompok keterpaduan antar disiplin ilmu. Terakhir, immersed, dan networked masuk ke dalam kelompok keterpaduan dalam diri peserta didik. Dalam Depdiknas (2007), dari sejumlah model pembelajaran terpadu menurut Fogorty (1991) tiga diantaranya sesuai untuk dikembangkan dalam pembelajaran IPA ditingkat pendidikan di Indonesia. Ketiga model yang dimaksud adalah model keterhubungan (connected), model jaring laba-laba

4 (webbed), dan model keterpaduan (integrated). Menurut Fogarty (1991), model keterhubungan (connected) merupakan model keterpaduan dimana dalamsetiapbidangstudi, konten materidihubungkandari topikketopik, konsepkekonsep, pekerjaan satu tahunke tahun selanjutnya, danmenghubungkan ide-ide secaraeksplisit. Sedangkan model jaring laba-laba (webbed) merupakan model keterpaduan di mana sebuah tema yang terencana dijaring ke dalam konten kurikulum dan disiplin ilmu. Konsep-konsep, topik-topik, dan ide-ide dari beberapa bidang studi yang cocok dengan tema kemudian diambil dan digunakan sebagai bagian dari tema. Dengan kata lain, model ini menggunakan pendekatan tematik. Sementara itu, model keterpaduan (integrated) merupakan pendekatan interdisiplin yang mencocokkan beberapa mata pelajaran agar tumpang tindih dalam topik-topik dan konsep-konsep dengan beberapa tim pengajaran dalam sebuah model terintegrasi yang autentik. Berdasarkan Standar Isi, bahan kajian IPA untuk SMP/MTs merupakan kelanjutan bahan kajian IPA SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut : makhluk hidup dan proses kehidupan; materi dan sifatnya; energi dan perubahannya; serta bumi dan alam semesta. Materi energi merupakan materi yang lebih kental dalam aspek fisikanya. Banyak bahan ajar yang menyajikan materi energi hanya sebagai bahan dalam pembelajaran fisika saja. Padahal materi energi ini justru sangat menarik jika dikaji secara integral, yaitu materi energi sebagai tema dalam pembelajaran IPA terpadu. Energi dapat pula dijadikan sebagai materi dalam kimia, juga biologi. Dengan menjadikan tema energi sebagai tema dalam pembelajaran IPA terpadu, dapat mengajak siswa untuk berpikir lebih holistik terhadap dunia sekitarnya, seperti yang diinginkan oleh kurikulum. Menurut Standar Isi IPA SMP/ MTS, mata pelajaran IPA di SMP/MTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuansebagai berikut. 1. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-nya

5 2. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat Berpatokan pada Standar Isi tersebut, maka tujuan pengembangan bahan ajar pun harus dapat memacu siswa untuk meningkatkan terutama aspek kognitif dan afektif. Oleh karena itu bahan ajar yang dikembangkan tidak hanya memuat aspek konten materi saja, tapi juga memuat aspek nilai. Hal ini mempertegas keyakinan akan teori yang menyatakan bahwa ilmu itu tidak bebas nilai (value bond), seperti yang disampaikan oleh salah satu filosof Jurgen Habermas yang berpendapat bahwa ilmu, sekalipun ilmu alam tidak mungkin bebas nilai, karena setiap ilmu selalu ada kepentingan-kepentingan. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk memasukkan unsur nilai dalam bahan ajar yang dikembangkannya. Sebagai penguat pentingnya aspek nilai ini, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013), menyatakan bahwa visi pendidikan Indonesia tahun 2025 yaitu menciptakan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Cerdas yang dimaksud disini adalah cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual dan cerdas sosial/emosional dalam ranah sikap, cerdas intelektual dalam ranah pengetahuan, serta cerdas kinestetis dalam ranah keterampilan. Dalam hal ini, cerdas spiritual dan cerdas sosial/ emosional tertuang dalam aspek nilai yang diintegrasikan dengan konsep yang disajikan di bahan ajar. Menurut Anwar (2014), di dalam proses pengembangan bahan ajar, ada empat tahap yang harus ditempuh sebelum bahan ajar itu layak disampaikan kepada siswa. Empat tahap pengembangan bahan ajar tersebut adalah proses Seleksi, Strukturisasi, Karakterisasi, dan Reduksi Didaktik. Empat tahap ini disebut sebagai 4S TMD (Four Steps Teaching Material Development). Pada tahap seleksi dilakukan proses memilah dan memilih informasi yang diperlukan

6 dalam penyusunan bahan ajar. Informasi yang diseleksi yaitu terkait seleksi konten atau materi bahan ajar dari buku teks umum ataupun dasar yang kemudian disesuaikan dengan kurikulum. Selain itu juga dilakukan seleksi aspek nilai yang disesuaikan dengan konsep yang disajikan. Pada tahap strukturisasi, dilakukan pembuatan peta konsep, struktur makro, dan multipel representasi dari materi bahan ajar yang telah diseleksi sebelumnya. Kemudian pada tahap karakterisasi, materi bahan ajar diujicobakan kepada sejumlah siswa untuk mengetahui tingkat kesulitan teks yang disajikan. Teks yang dianggap sulit kemudian masuk pada tahap berikutnya, yaitu reduksi didaktik. Pada tahap ini, dilakukan pengurangan tingkat kesulitan bahan ajar dengan cara-cara tetentu dan mempertimbangkan aspek psikologis dan keilmuan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis perlu melakukan penelitian dengan judul Pengembangan Bahan Ajar IPA SMP pada Tema Energi dalam Tubuh dengan Menggunakan Metode 4S TMD. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang diteliti adalah: Bagaimana mengembangkan bahan ajar IPA SMP pada tema energi dalam tubuh dengan menggunakan metode 4S TMD? Agar penelitian lebih terfokus, maka disusunlah pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana pengembangan bahan ajar tema energi dalam tubuh menggunakan metode 4S TMD? 2. Bagaimana aspek keterbacaan (keterpahaman) bahan ajar tema energi dalam tubuh yang dihasilkan berdasarkan metode 4S TMD?

7 3. Bagaimana aspek kelayakan (penyajian, kebahasaan, dan kegrafikan)bahan ajar tema energi dalam tubuh yang dikembangkan melalui metode 4S TMD? C. Batasan Masalah Agar penelitian yang dilakukan lebih terfokus dan terarah, maka penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal, yaitu : 1. Bahan ajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahan ajar untuk IPA SMP pada Kurikulum 2013. 2. Materi pada bahan ajar yang disampaikan memiliki tema energi dalam tubuh, sehingga yang akan dibahas dalam bahan ajar hanya konten energi yang berkaitan dengan sistem tubuh. Sistem tubuh yang disoroti di sini adalah sistem pencernaan pada manusia. 3. Bahan ajar yang telah disusun diujicobakan kepada sejumlah siswa SMP untuk mengukur tingkat keterbacaan bahan ajar. D. Tujuan Penelitian Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan bahan ajar yang layak dipakai dalam pembelajaran IPA SMP pada tema energi dalam tubuh dengan menggunakan metode 4S TMD. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh guru dan siswa sebagai alternatif bahan ajar IPA SMP yang menyajikan materi IPA secara terpadu (mencakup biologi, kimia, dan fisika), sehingga mempermudah proses belajar mengajar. Selain itu diharapkan hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu dasar dalam penelitian serupa. F. Struktur Organisasi Tesis Tesis ini dibuat dengan struktur organisasi sebagai berikut:

8 1. Bab I. Pendahuluan berisi antara lain latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis. 2. Bab II. Landasan Teori yang dipaparkan berisi kajian teoritis terhadap bahan ajar, kurikulum IPA SMP, metode 4S TMD, konsep IPA terpadu, dan materi tema energi dalam tubuh. 3. Bab III. Metode penelitian berisi uraian mengenai desain penelitian dan alur penelitian, partisipan dan tempat penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan teknik pengolahan data. 4. Bab IV. Temuan dan pembahasan yang dipaparkan merupakan jawaban atas rumusan masalah yang diajukan. 5. Bab V. Kesimpulan dan rekomendasi