Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak Tunarungu melalui Metode SAS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Membaca adalah salah satu prasyarat agar anak dapat mempelajari atau

Penggunaan Multimedia Interaktif Cerdas Belajar Baca dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak Tunagrahita Ringan

Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana Pada Siswa Tunarungu

THE EFFECT OF ROLE PLAYING METHOD TOWARD THE ABILITY OF FICTION READING COMPREHENSION OF HEARING IMPAIRMENT STUDENT

BAB I PENDAHULUAN. menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dalam hal ini membaca merupakan

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

Kelas Tema Materi Waktu P1 Diri sendiri Mendengarkan

SEKOLAH DASAR (SD) / MADRASAH IBTIDAIYAH (MI)

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B)

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

MENINGKATKAN KETAHANAN DUDUK BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS I MELALUI PLANNED HUMOR MENGGUNAKAN BONEKA TANGAN (SSR di SLB Negeri 1 Padang)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

Kemampuan Persepsi Visualmotorik dalam Mengurus

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

BAB III METODE PENELITIAN

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

Khusnul Khotimah* 1 Wiwik Dwi Hastuti* 2

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berhitung selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratih Dwi Lestari,2013

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 2, Desember 2016

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER 2

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 2, Desember 2017

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB III METODE PENELITIAN

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

MENINGKATKAN PEMAHAMAN TANDA BACA DALAM MENULIS MELALUI MEDIA CD INTERAKTIF BAGI ANAK KESULITAN BELAJAR (SSR Kelas IV SD N 01 Alang Lawas Padang)

ABSTRAK. Oleh : Muhamad Saepuloh Universitas Pendidikan Indonesia

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB III METODE PENELITIAN

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

BAB III METODE PENELITIAN. terikat yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Variabel (dalam Sunanto, J.,

Peningkatan Kemampuan Menyusun Kalimat pada Anak Tunarungu Dengan Media I-Chat (I Can Hear And Talk)

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa salah satu pembelajaran yang diterapkan di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan bagian terpenting dari pelajaran bahasa Indonesia di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SILABUS PEMBELAJARAN

Pengaruh Latihan Identifikasi Objek terhadap Peningkatan Konsentrasi Anak Tunagrahita Ringan di SPLB - C YPLB Cipaganti

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

Pemahaman Tema Keluarga pada Anak Tunarungu

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. lancar. Keterampilan membaca memiliki peranan yang sangat penting. Dalam

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BIG BOOKS TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR I DI SLB WIDYA MULIA PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu : 1. Media Animasi Komputer MANTAP

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

PENGARUH MEDIA PERMAINAN PUZZLE TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL HURUF VOKAL PADA ANAK TUNA GRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III SLB N SLEMAN ARTIKEL JURNAL

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

Pengembangan Komunikasi Verbal pada Anak Tunarungu

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF VOKAL MELALUI MEDIA HURUF KERTAS AMPELAS BAGI ANAK DWON SYNDROME DI SLB SABILUNA PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel bebas dan Variabel terikat ( target behavior )

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MEMBACA NYARING DI KELAS II SDN 11 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO

Penggunaan Media Flashcard dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca AnakTunarungu pada Bidang

BAB III METODE PENELITIAN

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 2

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. disajikan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa sebelum

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen, karena penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk melihat

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

PENGARUH METODE KUBACA DENGAN GAMBAR TERHADAP PENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNARUNGU KELAS I SDLB

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pelajaran 9

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

Silabus. 30 Silabus. Kompetensi Dasar. makna imbuhan. Unsur cerita (tokoh dan latar) Pembelajaran. Materi Pokok/ ter- Menuliskan kalimat

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR. Fahrurrozi

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. dan prosedur penelitian yang meliputi; (1) Lokasi Penelitian; (2) metode

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BANGUN

BAB III METODE PENELITIAN

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

THE EFFECT OF THE USE OF PICTURE DOMINO CARDS MEDIA TOWARD HEARING IMPAIRMENT STUDENT S COMPETENCE IN WRITING SIMPLE SENTENCES FOR STUDENT

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dibagi menjadi 2 bagian yaitu komunikasi primer dan

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 2

d. Siswa menunjukan 20 suku kata [(bu-ku), (ca-be), (da-du), (gu-la), (ja-ri),

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB III METODE PENELITIAN

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pelajaran 7

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan salah satu di antara empat keterampilan berbahasa

STUDI TENTANG KETERAMPILAN BELAJAR PENYETELAN KARBURATOR BAGI SISWA TUNA RUNGU

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL

Transkripsi:

. Riset Peningkatan Kemampuan Membaca* Permanarian, Anastasia Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak Tunarungu melalui Metode SAS dengan Animasi Permanarian S. dan Anastasia F. R. Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi empirik lapangan bahvva banyak anak-anak tunarungu yang mcngalami kesulitan dalam membaca permulaan Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah penggunaan metode SAS dalam bentuk animasi dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa tunarungu kelas V dan VI SDLB. Penelitian ini dilaksanakan di SLB-B menggunakan metode eksperimcn melalui rancangan Single Subject Research desain A-B-A. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode SAS dalam bentuk animasi dapat meningkatkan kemampuan membaca permulan pada anak tunarungu. Kata kimci: membaca permulaan, metode SAS, tunarungu PENDAHULUAN Membaca adalah salah satu prasyarat agar anak dapat mempelajari atau memahami sesuatu. Membaca juga merupakan pintu gerbang pengetahuan. Dengan kemampuan membaca yang baik, serta teknik membaca yang efektif individu akan mendapat berbagai informasi yang diperlukan. Informasi yang didapatkan dari proses dan kegiatan membaca membuat individu memiliki tambahan wawasan atau pengetahuan yang tidak dimiliki sebelumnya. Sebaliknya, apabila seseorang tidak rajin membaca atau tidak memiliki kemampuan membaca yang baik, ia akan miskin informasi dan ketinggalan pengetahuan. Walaupun saat ini media non cetak seperti televisi lebih banyak menggantikan posisi media cetak seperti buku, tetapi kemampuan membaca tetap memegang peranan penting dalam kehidupan. Juga dalam proses akademik, setiap siswa harus memiliki kemampuan membaca yang baik. Dalam membaca terdapat tahapan-tahapan tertentu, salah satunya adalah tahap membaca permulaaan yang dipelajari oleh anak yang duduk di sekolah dasar kelas rendah. Tahap membaca permulaaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Oleh karena itu tahap membaca permulaan perlu mendapatkan perhatian khusus dari guru. Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada siswa sekolah dasar kelas lima dan enam didapatkan dua kasus kekurangmampuan dua siswa tunarungu dalam membaca. Kasus yang pertama (ND), ia seorang siswi tunarungu kelas lima SDLB, setelah dilakukan asesmen kemampuan membaca, penulis mendapat hasil bahwa kemampuan membacanya baru sampai pada kemampuan membaca huruf, ia mampu membaca dan melafalkan huruf vokal dengan baik tetapi pada beberapa huruf konsonan (d, 1, n, s, t, v, x, z) anak terlihat bingung saat membacanya. Dalam membaca suku kata, terkadang ia mengucapkan bunyi yang tidak berarti. j\ffl_anakku» Volume 9: Nomor 2 Tahun 2010 \ 115

Riset # Peningkatan Kemampuan Membaca* Permanarian, Anastasia Kekurangmampuan membaca ini berakibat pada pemahaman membacanya. Sehingga ia belum dapat menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan bacaan yang telah dibacanya. Pada kasus yang kedua (WT), saat ini ia duduk di kelas enam SD. Ia sudah mampu mengeja kata, huruf per huruf, walaupun masih kesulitan untuk menggabungkannya menjadi sebuah kata yang utuh. WT mampu membaca huruf vokal dengan baik, tetapi pada huaif konsonan d, g, j, n, s, p, ia kesulitan untuk membacanya. Kemampuan membaca pemahamannya pun masih kurang. Ia mengalami kesulitan saat menjawab pertanyaan dari teks yang dibacanya. Berikut diuraikan kemampuan membaca yang hams dimiliki oleh setiap siswa kelas lima dan enam berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran Bahasa Indonesia SDLB bagian B (tunarungu): Pada kelas lima Sekolah Dasar (SD) seorang siswa seharusnya memiliki kemampuan membaca teks percakapan dengan lafal dan intonasi yang tepat, menceritakan kembali isi percakapan dalam beberapa kalimat dengan kata-kata sendiri, membaca bacaaan, menjawab pertanyaan, membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat serta menjelaskan isinya. Selain itu, juga membaca teks, membandingkan isi dua teks, membaca memindai secara tepat dari berbagai teks khusus (buku petunjuk, jadwal pelajaran, daftar susunan acara, daftar menu, dan Iain-lain. Membaca cerita anak dan menjawab pertanyaan tentang cerita yang dibaca. Pada kelas enam Sekolah Dasar (SD) seorang siswa seharusnya memiliki kemampuan menganalisis laporan dan teks dalam kolom khusus, membaca intensif laporan hasil pengamatan/kunjungan, membahas inti dan penyajiannya, membaca sekilas informasi dalam kolom/rublik khusus (majalah anak, koran dll). memberikan tanggapan dalam bentuk pertanyaan atau saran, membaca intensif suatu teks, menemukan makna yang tersirat dalam teks, membaca teks drama anak-anak, mempercakapkan berbagai unsur teks drama (tokoh, sifat, latar, tema, jalan cerita, atau amanat). Ditinjau dari kemampuan membacanya saat ini, ND dan WT bam mencapai tahap membaca permulaan seperti kemampuan membaca anak kelas satu SD yaitu membaca beberapa kata dan kalimat sederhana, itu pun dilakukan dengan bantuan gum. Padahal sehamsnya sudah mencapai kemampuan membaca lanjut, yaitu memahami percakapan, puisi, dan cerita anak untuk kelas lima dan kemampuan membaca lanjut menganalisis laporan, teks kolom khusus dan memahami teks drama untuk kelas 6. Kedua kasus yang terjadi di atas merupakan dampak yang ditimbulkan oleh ketunarunguan. Pada anak tunarungu, mereka akan mengalami hambatan dalam perkembangan, khususnya bahasa dan komunikasi. Hal ini akan berdampak kepada aspek perkembangan lainnya, seperti akademik dan sosial. Kemampuan membaca sangat berkaitan dengan kemampuan berbahasa. Pada anak tunarungu perkembangan bahasanya terhenti pada tahap meraban, anak yang telah mampu mengucapkan bunyi-bunyian tidak termotivasi untuk berbicara karena ia tidak dapat mendengarkan suara yang dikeluarkannya. Agar seorang individu dapat berbahasa, ia terlebih dahulu hams dapat mendengar kerena dari proses mendengar ia akan mengingat suara yang didengamya, menim untuk mengucapkannya dan mempersepsikan suara tersebut. Akibat dari tidak adanya masukan bunyi suara atau pesan yang diterima oleh anak tunamngu perkembangan bahasanya tidak berkembang secara optimal dan mempengaruhi perkembangan anak tunarungu. Salah satunya terhadap 116 JA/fi_Anakku»Volume 9:Nomor 2 Tahun 2010

Rise!» Peningkatan Kemampuan Membaca Permanarian, Anastasia kemampuan membaca, oleh karenanya memerlukan penanganan yang tepat. Melalui penelitian ini penulis ingin membantu untuk mengatasi dampak dari ketertinggalan kemampuan membaca permulaan tersebut dengan menggunakan Metode SAS (Struktur Analisis Sintesis). Metode SAS dipilih karena metode ini dapat mengakomodasi kebutuhan kasus, karena kedua siswa tersebut masih berada pada tahap membaca permulaan, yaitu pengenalan huruf. Metode SAS yang dibuat dalam bentuk animasi belum pernah digunakan dalam pengajaran membaca pada kedua kasus ini pun memiliki keunggulan, yakni karena dibuat sendiri berdasarkan kesulitan yang dialami oleh anak maka akan sesuai dengan kebutuhan anak. Pada kesempatan kali ini penulis akan meneliti kemampuan membaca hurufn, d dan s yang merupakan huruf-huruf yang sama dan belum dikuasai oleh kedua kasus. Dalam metode SAS, kata diuraikan menjadi suku kata, kemudian ke dalam huruf-huruf, kemudian diubah menjadi kata utuh kembali. Agar lebih menarik, metode SAS (Stmktur Analisis Sintesis) ini dikemas dalam bentuk animasi berupa CD Interaktif yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran, karena pada anak tunarungu, mereka belajar secara visual, maka sangat penting menjadikan materi pembelajaran dalam bentuk kongkrit. Penggunaan gambar akan membuat materi pembelajaran lebih mudah dipahami karena bersifat kongkrit, sehingga lebih mudah untuk diamati. Selain itu juga menarik karena menggunakan gambar animasi yang bergerak. Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk mengetahui seberapa besar pengamh penerapan metode SAS (Struktur Analisis Sintesis) dalam bentuk animasi dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunamngu. Karakteristik Membaca Permulaan Siswa yang sulit membaca sering memperlihatkan kebiasaan dan tingkah laku yang tidak wajar. Gejala-gejala gerakannya penuh ketegangan seperti: 1) Mengernyitkan kening, 2) Gelisah, 3) Irama suara meninggi, 4) Menggigit bibir, 5) Adanya perasaan tidak aman yang ditandai dengan perilaku menolak untuk membaca, menangis, atau mencoba melawan guru. Gejala-gejala tersebut muncul akibat dari kesulitan siswa dalam membaca. Indikator kesulitan siswa dalam membaca permulaan, antara lain: 1) siswa tidak mengenali huruf, 2) siswa sulit membedakan huruf, 3) siswa kurang yakin dengan huruf yang dibacanya itu benar, 4) siswa tidak mengetahui makna kata atau kalimat yang dibacanya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa identifikasi kesulitan siswa dalam membaca permulaan dapat terlihat dari gejala-gejala perilaku dan gerakan-gerakan dalam menghadapi teks bacaan. Oleh karena itu untuk mengidentifikasikan kesulitan siswa ini, perlu suatu upaya dari guru kelas agar gejala-gejala tersebut dapat segera teratasi. Adapun tujuan membaca permulaan seperti yang dikemukakan oleh Hafni (1981:19) adalah sebagai berikut: a. Mengembangkan kesiapan (readiness) murid agar mampu dan bersedia belajar membaca. b. Meningkatkan perhatian dan minat secara kontinyu terhadap membaca. c Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memvokalisasikan bacaan. d. Dapat mengenal huruf, kelompok kata, dan kalimat dasar, serta tandatanda baca umum. e. Meningkatkan kemampuan mengenal arti kata dan kalimat dasar serta tanda-tanda baca utama. JAffl_Anakku» Volume 9:Nomor 2 Tahun 2010 \ 117

Riset * Peningkatan Kemampuan Membaca* Permanarian, Anastasia f. Meningkatkan kemampuan murid dalam membaca sampai pada tingkat kemampuan masing-masing, mencegah atau menghambat keinginan untuk membaca melebihi taraf kemampuannya. Berdasarkan tujuan tersebut bahan pengajaran membaca untuk kelas 1 dan 2 SD adalah sebagai berikut: a. Mengenalkan huruf dan tanda baca pokok seperti titik (.), tanda koma (,), tanda tanya (?), dan tanda seru (!). b. Menggunakan volume suara tepat dan wajar (tidak terlalu keras atau lembut). c. Menggunakan intonasi suara yang wajar, sehingga dengan mudah dapat mendukung makna. d. Keterampilan memegang buku secara tepat dan sikap badan yang wajar. e. Dalam membaca pemahaman, mulai ditanamkan kebiasaan membaca tanpa gerakan kepala dan gerakan bibir. f. Memahami makna kata secara tepat. g. Menggerakkan mata secara tepat (dari kiri ke kanan). Dampak Ketunarunguan Effendi (2006:72) menjelaskan bahwa ada dua bagian penting yang mengikuti dampak ketunarunguan. Dampak ketunarunguan adalah, pertama, konsekuensi akibat gangguan pendengaran anak tunamngu tersebut bahwa penderita ketunarunguan akan mengalami kesulitan dalam menerima segala macam rangsang atau peristiwa bunyi yang ada di sekitarnya. Kedua, akibat kesulitan menerima rangsang bunyi tersebut konsekuensinya penderita tunamngu akan mengalami kesulitan pula dalam memproduksi suara atau bunyi bahasa yang terdapat di dalamnya. Berangkat dari dua kesulitan tersebut maka kehilangan fungsi pendengaran bagi seseorang sama halnya mereka telah kehilangan sesuatu yang berarti, sebab pendengaran merupakan kunci utama dalam meniti tugas perkembangan secara optimal, terutama dalam aspek bahasa. Pada anak tunarungu perkembangan bahasa dan bicaranya terhenti pada tahap meraban (usia 6-9 bulan). Pada anak yang tidak memiliki gangguan fungsi pendengaran, pada fase meraban ini mereka memiliki keinginan pada diri sendiri untuk menyatakan suaranya, terutama apabila merasa puas atau senang melalui variasi suara yang berbeda. Terhambatnya perkembangan bahasa dan bicara pada anak tunamngu yang terhenti pada awal masa meraban ini disebabkan tidak adanya umpan balik atas suaranya sendiri dan bunyi-bunyi lain di sekitarnya. Oleh karena itu pada fase meraban perkembangan bahasa dan bicara anak tunamngu tidak berkembang pada fase berikutnya. Pada anak tunarungu, segala sesuatu yang terekam oleh otaknya secara visual dipersepsikan sebagai rangkaian film bisu, sebab anak tunarungu hanya menangkap peritiwa itu melalui indera visualnya. Atas dasar itulah rata-rata anak tunarungu memiliki masalah dari aspek kebahasaannnya pada: (1) miskin kosakata, (2) sulit mengartikan ungkapan bahasa yang mengandung arti kiasan atau sindiran, (3) kesulitan dalam mengartikan kata-kata yang bersifat abstrak, (4) kesulitan menguasai irama dan gaya bahasa (Sastrawinata, 1979:77). Metode SAS sebagai Metode Pembelajaran Membaca Permulaan Metode SAS dilandasi oleh landasanlandasan psikologis, pedagogis dan linguistik. Landasan psikologis Metode SAS berlandaskan pada ilmu jiwa totalitas yang menyatakan bahwa keseluruhan itu merupakan suatu kesatuan (totalitas), dan bukan sekedar jumlah unsur- 118 }MIl_Anakku» Volume 9:Nomor 2 Tahun 2010

Rise/ * Peningkatan Kemampuan Membaca* Permanarian, Anastasia unsur yang membentuknya. Yang kita mulai hayati adalah keseluruhan, setelah itu barulah timbul analisa keseluruhan menjadi bagian-bagian terjadi proses pengembalian dari bagian-bagian itu menjadi keseluruhan seperti semula. Hal ini disebut dengan sintesa. Dengan landasan ini membaca permulaan di Sekolah Dasar berlangsung secara struktural, analisa dan sintesa. Landasan pedagogis adalah: Prinsip-prinsip landasan pedagogis a. Anak diperlakukan sebagai pribadi. Tiap anak memiliki kepribadian yang unik, oleh karena itu sebagai pendidik perlu membantu anak didik dalam perkembangan dan pertumbuhan sesuai kepribadian tiap anak sampai anak didiknya dapat berdiri sendiri. b. Eksplorasi Tiap anak memiliki daya untuk bereksplorasi menemukan lingkungan dan dunianya. Sebab itu dalam membaca permulaan guru merupakan pembimbing ke arah penemuan sendiri bagi anak. Pemberian pelajaran dititik beratkan pada aktivitas anak untuk menemukan sendiri. Oleh karenanya pembelajaran lebih berorientasi pada potensi siswa daripada guru sebagai sumber belajar c. Rasa aman Suasana pembelajaran hams diciptakan sebagai suasana belajar yang memberikan rasa aman bagi siswa, hal ini menjadi penting untuk mengembangkan potensi siswa. Salah satu caranya dengan cara bermain. d. Bahan yang logis dan bermakna Bahan yang disampaikan haruslah bahan yang logis yang penting untuk perkembangan daya pikir anak di masa mendatang. Tetapi hams juga disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan anak e. Bahan pelajaran yang sesuai dengan kemampuan Anak akan lebih tekun belajar bila bahan pelajaran yang diberikan sesuai dengan kemampuannya. Landasan linguistik Landasan linguistik ini berdasarkan pengalaman bahasa anak, seperti dialek dan bahasa ibu. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen dengan menggunakan rancangan Single Subject Research (SSR), yaitu "Penelitian yang dilakukan pada satu subjek dengan tujuan untuk mengetahui besarnya pengamh dari perlakuan pada satu subjek secara berulang-ulang dengan periode waktu tertentu" (Sunanto, 2006:41). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5 dan 6 SDLB Sumbersari Bandung yang mengalami ketunarunguan dan memiliki kesulitan dalam membaca permulaan. Kasus pertama dengan nama ND, usia 12 tahun, dengan karakteristik tunamngu berat dan mengalami kesulitan dalam membaca. ND bam mampu membaca huruf vokal. Ia mengalami kesulitan dalam membaca beberapa huruf konsonan (d, j, 1, n, s, t, v, x, z), oleh karenanya ia belum mampu membaca kata. Kasus yang kedua dengan nama WT, usia 13 tahun dengan karakteristik Tunamngu berat dan mengalami kesulitan dalam membaca. Ia mampu membaca huruf vokal dengan baik, tetapi mengalami kesulitan dalam membaca beberapa humf konsonan d, g, j, n, d, s, p. WT sudah mampu mengeja kata humf per huruf walaupun belum mampu untuk menggabungkannya menjadi satu kata yang utuh. Lokasi penelitian dilakukan di SLB B Sumbersari. Sekolah tersebut berlokasi di }Affl_Anakku» Volume 9: Nomor 2 Tahun 2010 119

Riset * Peningkatan Kemampuan Membaca* Permanarian, Anastasia jalan Majalaya Kecamatan Antapani Kota Bandung. Untuk menenuikan persentase kemampuan membaca, hasilnya dinilai dengan menggunakan kriteria penilaian besarnya persentase dihitung dengan rumus: P-t-xl00% N Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes, yaitu tes kemampuan membaca. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bagaimana pengaruh penggunaan metode SAS terhadap kemampuan membaca permulaan anak tunarungu, hal ini dapat diketahui dengan cara membandingkan bagaimana kemampuan awal anak tunarungu dalam membaca permulaan sebelum dan setelah mendapatkan intervensi berupa penggunaan Metode SAS dalam bentuk animasi sebagai metode pembelajaran membaca, setelah melakukan tes kemampuan awal siswa tunarungu didapatkan hasil bahwa, kedua siswa mengalami kesulitan dalam menyebutkan huruf n, d, dan s. Kesulitan dalam melafalkan humfn, d, dan s juga kesulitan dalam memahami kata yang memiliki unsur huruf n, ddan s. Saat dilakukan pengetesan baseline 1 dilakukan pengetesan membaca kata yang memiliki unsur huruf n, d, dan s pada posisi awal, tengah dan akhir kata. Dari hasil pengetesan tersebut didapatkan hasil bahwa kedua siswa kurang memiliki 3 komponen kemampuan membaca permulan seperti yang telah disebutkan di atas. Hal ini berdampak pada kemampuan akademik secara keseluruhan karena proses pembelajaran banyak mengandalkan kemampuan membaca. Kemampuan membaca yang dimiliki anak adalah anak belum mampu menyebutkan beberapa humf konsonan, diantaranya huruf n, d dan s. karena anak kesulitan dalam menyebutkan huruf maka berdampak pada kemampuan melafalkan dan memahami kata. Padahal seharusnya pada tingkatan kelas 5 dan 6 SD sudah mencapai tahap membaca lanjut, dimana seharusnya siswa sudah mampu membaca yang berhubungan dengan pemahaman. Selanjutnya bagaimanakah Metode SAS dapat membantu meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tunarungu? Dalam hal ini Metode SAS yang digunakan sebagai metode pembelajaran membaca dimodifikasi dengan cara dibuat dalam bentuk animasi dengan menggunakan program Macromedia Flash. Metode SAS yang memperkenalkan terlebih dahulu suatu unit bahasa secara global menuju yang terkecil, yaitu kata-kata dirinci menjadi suku kata, kemudian dipecah lagi menjadi huruf-huruf. Pemilihan Metode SAS sebagai metode pembelajaran asumsinya adalah karena dapat memperlancar kemampuan membaca permulaan dan pengenalan variasi rangkaian huruf, dimana untuk membaca sebuah kata tems dilakukan pengulangan cara membacanya, dimulai dari membaca humf, suku kata kemudian kata. Dilakukan pengulangan dapat membuat anak lebih memahami kata yang diajarkan. Terlebih lagi kata yang diberikan adalah berdasarkan huruf-huruf yang belum dikuasai siswa, sehingga hasilnya lebih efektif. Setelah mengetahui kemampuan siswa, kemudian dilakukan intervensi. Hasilnya dapat dibandingkan antara fase baseline 1 dengan fase baseline seperti pada grafik 4.7 dan 4.8, hal ini membuktikan bahwa kemampuan membaca permulaan pada anak tunamngu meningkat setelah diberikannya intervensi dengan 120 JAfJl_Anakku»Volume 9: Nomor 2 Tahun 2010

Riset * Peningkatan Kemampuan Membaca*Permanarian, Anastasia mengunakan Metode dalam bentuk animasi. SAS yang dibuat Hal ini dikarenakan tampilnya lambang-lambang visual dapat memperjelas lambang verbal yang memungkinkan para siswa lebih mudah memahami makna pesan yang disampaikan, adapun penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang sempa yaitu penelitian yang dilakukan oleh Anyaswati pada tahun 1999 dengan judul "Efektivitas Metode Pengenalan Humf dan Metode SAS dalam Membaca Permulaan Humf Braille pada Anak Tunanetra di Kelas DI dan D2 SLB A Negeri Bandung". Peningkatan kemampuan membaca permulaan dapat dilihat dari kemampuan membaca permulaan setelah diberi intervensi. Pada subjek pertama perbedaan yang terlihat setelah diberikan intervensi,yaitu siswa mampu menyebutkan huruf n, d dan s. Siswa pun mampu menggabungkan huruf-huruf menjadi suku kata atau kata yang benar, sehingga dapat memahami kata yang diajarkan kepadanya. Pada subjek kedua pun terjadi perubahan kemampuan membaca permulaan setelah diberikan intervensi, yaitu siswa mampu menyebutkan humf n, d dan s. Selain membaca huruf siswa pun mampu membaca suku kata dengan baik, kemampuan ini membuat siswa dapat memahami kata yang diajarkan kepadanya. Sebagaimana telah diuraikan bagaimana peran Metode SAS dalam bentuk animasi untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tunamngu, tetapi ini pun memiliki kekurangan sebagai berikut: 1) Bahwa proses pembuatan media animasi yang digunakan untuk penelitian membutuhkan waktu yang cukup lama. 2) Pilihan kata yang dapat digunakan untuk penelitian, yaitu kata yang terdiri dari dua suku kata, yang terdiri dari dua humf konsonan dan dua humf vokal terbatas. 3) pada penelitian ini penulis memulai pembelajaran dari kata, bukan dari kalimat seperti penerapan Metode SAS pada umumnya. Hal ini dikarenakan penulis bemsaha mengakomodasi kebutuhan kedua siswa yang bam mencapai kemampuan membaca kata. Namun kelemahan cara ini dapat ditanggulangi dengan pembuatan media jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan penelitian. Sedangkan terbatasnya pilihan kata yang dapat digunakan dapat dibatasi pada kata yang memiiki unsur humf n, d dan s pada posisi awal, tengah dan akhir masing-masing satu pada setiap fase. Sehingga pada grafik baseline 1 (A) maupun baseline 2 (A') data kecenderungan stabilitasnya menunjukan variabel atau rentang data yang besar, dapat dilihat pada grafik mean level antara baseline 1 (A) dengan baseline 2 (A') menunjukan peningkatan yang signifikan, sehingga tidak mengurangi validitas dari penelitian ini. Grafik 1 Grafik Perkembangan Membaca Permulaan Subjek 1 JAJfl_Anakku» Volume 9: Nomor 2 Tahun 2010 121

V n i Riset * Peningkatan KemampHJm Membqea* PermamnKm, Anastasia > * re u re.a S «c <S t re aj 3 k- a. a re E at 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 12 3 1 2 3 4 5 6 Sessi 12 3 Grafik 2 Grafik Perkembangan Membaca Permulaan Subjek 2 KESIMPULAN Berdasarkan seluruh hasil analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan metode SAS dalam bentuk animasi dapat meningkatkan kemampuan membaca permulan anak tunarungu kelas 5 dan 6 SDLB. Pada subjek pertama perbedaan yang terlihat setelah diberikan intervensi yaitu siswa mampu menyebutkan huruf n, d dan s. Siswa pun mampu menggabungkan huruf-huruf menjadi suku kata atau kata yang benar, sehingga dapat memahami kata yang diajarkan. Pada subjek yang ke dua, yaitu siswa mampu menyebutkan huruf n, d dan s. Selain membaca humf siswa juga mampu membaca suku kata dengan baik, kemampuan ini membuat siswa dapat memahami kata yang diajarkan. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa metode SAS yang dibuat dalam bentuk gambar animasi, efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa tunamngu. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. (1996). Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Anyaswati. (1991). Efektivitas Metode Pengenalan Huruf M etode SAS dalam Membaca Permulaan Huruf Braillepada Anak Tunanetra di Kelas DI dan D2 di SLB A Negeri Bandung. Bandung: PLB FIP UPI (tidak diterbitkan). Aridi, Jasin. Anwar. (1979). Membaca dan Menulis Permulaan Metode Struktur Analitik Sintetik. Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. Benson, Siregar. (1995). Beberapa Aspek Psikologi Anak Tunarungu. Jakarta: Depdikbud Depdiknas (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Effendi, Mohammad. (2008). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara. Purwanto, N. Alim. (1997). Metoclologi Pengajaran Bahasa di SD. Bandung: Rosda Karya. Sadirman, Raharjo. (2003). Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 122 }AtIi_Anakku» Volume 9: Nomor 2 Tahun 2010

' - Riset * Peningkatan Kemampuan Membaca* Permanarian, Anastasia Sastrawinata. (1979). Pendidikan Anak Sunanto, Juang. dkk. (2006). Penelitian Tunarungu. Jakatra: Depdikbud. dengan Subjek Tunggal. Bandung: UPI Press. Sugiono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R dan D. Somad, P. dan Hemawati, T (1996) Bandung: Alfabeta. Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung: Depdikbud, Dikjen Dikti, Suherman, Yuyus. (2005). Aclaptasi Proyek Pendidikan Tenaga Guru Pembelajaran Siswa Berkesulitan Belajar. Bandung: Rizki Press. JAffl_Anakku» Volume 9:Nomor 2 Tahun 2010 123