BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit. Demam Berdarah Dangue (DBD) yaitu Aedes aegypti dan Aedes

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Aedes sp. ,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. 2.1 Tanaman Bunga Pagoda (Clerodendrum squamatum Vahl) Deskripsi Morfologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi sirih (Piper bettle L.) adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Spesies : Allium fistulosum L. (Plantamor, 2011; USDA, 2006) banyak dibudidayakan di negara-negara Asia Timur, seperti Jepang,

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSAKA. Mahoni merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah?

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005).

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius, Roxb.) : Monocotyledonae. : Pandanus

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Anatomi dan Morfologi Nyamuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia

Nyamuk sebagai vektor

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

I. PENDAHULUAN. Nyamuk Aedes Agypti merupakan vektor virus dengue penyebab penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

TINJAUAN PUSTAKA. : Dicotyledoneae. perdu yang memiliki batang pohon besar dan berkayu keras. Cengkeh

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kedudukan Taksonomi dan Morfologi Cabai Rawit (Capsicum frutescen)

I. PENDAHULUAN. Aedes aegypti L. merupakan jenis nyamuk pembawa virus dengue,

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

II. TINJAUAN PUSTAKA. memburuk setelah dua hari pertama (Hendrawanto dkk., 2009). Penyebab demam

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di. Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Bandar Lampung Januari hingga 14

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sunarjono (2005) taksonomi tanaman srikaya diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I. Pendahuluan UKDW. data dari World Health Organization (WHO) bahwa dalam 50 tahun terakhir ini

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan. tahun 1953 di Fillipina. Selama tiga dekade berikutnya,

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD), merupakan penyakit yang masih sering

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I. Infeksi virus dengue merupakan vector borne disease. Nyamuk Aedes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia UKDW

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK TEMU LAWAK (Curcuma xanthorrhiza) TERHADAP JUMLAH NYAMUK Aedes aegypti YANG HINGGAP PADA TANGAN MANUSIA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat Internasional serta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MOJO (Aegle marmelos L.) TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kaktus adalah nama yang diberikan untuk anggota tumbuhan berbunga family

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hari berikutnya hujan lagi. Kondisi tersebut sangat potensial untuk

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO)

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes Sp 1.Pengertian Aedes Sp Nyamuk Spesies Aedes merupakan vector penyebar virus dengue penyebab penyakit. Demam Berdarah Dangue (DBD) yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus, namun dalam penuluran virus dangue nyamuk Aedes aegypti lebih berperan dari pada nyamuk Aedes albopictus karena habitat Aedes aegypti lebih dekat dengan lingkungan hidup manusia daripada habitat nyamuk Aedes albopictus yang berada di kebun-kebun dan rawa-rawa (Umi, 2011). a. Pengertian nyamuk Aedes albopictus. Nyamuk Aedes albopictus mempunyai habitat di kebun-kebun atau di kawasan pinggir hutan sehingga sering disebut dengan nyamuk kebun. Nyamuk Aedes albopictus dapat berkembang biak pada lubang pohon yang berair dan meletakkan telurnya di atas permukaan air di lubang pohon tersebut (Rahmaniar, 2011 ).

b. KlasifikasinyamukAedes albopictus. Kedudukan nyamuk Aedes albopictus dalam klasifikasi hewan menurut (Womack, 1993 ). Kerajaan Filum Kelas Ordo Sub Ordo : Animalia : Arthropoda : Insekta : Diptera : Nematocera Infra Ordo : Culicomorpha Seperfamili : Culicoidae Famili Sub famili Genus Spesies : Culicidae : Culicinae : Aedes : Aedesalbopictus c. Morfologi nyamuk Aedes albopictus. a. Stadium telur dan larva Aedes albopictus. Telur nyamuk Aedes albopictus di letakan satu-satu di atas perumkaan air di dalam batang pohon mempunyai bentuk tidak berpelampung dan lonjong. Setelah 2 hari telur rmenjadi larva dengan panjang sekitar 1 mm dan akan terus betambah panjang sesuai dengan tingkatan instar hingga 5 mm pada instar 3 pada harike 4 dan mempunyai sifon berambut dan akan terlihat pada larva instar III (Budidarma, 2011 )

b. Stadium pupa Aedes albopictus. Pada stadium pupa sebagian kecil tubuh pupa melakukan kontak dengan permukaan air untuk mengambil oksigen melalui corong pernapasan berbentuk segitiga dan pada stadium pupa tidak melakukan aktivitas makan apapun hingga waktu 1-2 hari sampai menjadi nyamuk dewasa (Rahmaniar, 2011 ). c. Stadium nyamukaedesalbopictus. Nyamuk Aedes albopictus jantan mempunyai ukuran lebih kecil daripada nyamuk Aedes albopictus betina. Nyamuk Aedes albopictus akan berkopulasi di dekat inang nyamuk Aedes albopictus betina untuk memudahkan nyamuk Aedes albopictus betina memperoleh darah sebagai bahan nutrisi untuk perkembang biakan telur nyamuk, untuk membedakan nyamuk Aedes albopictus jantan dan betina dapat diamati pada bulu yang terletak pada dadanya. Nyamuk Aedes albopictus betina mempunyai sedikit bulu pada dadanya yang di sebut dengan pilose,sedangkan pada nyamuk Aedes albopictus jantan mempunyai banyak bulu yang disebut dengan plumose.(rahmaniar, 2011). d. Habitat hidupnyamukaedesalbopictus. Nyamuk Aedes albopictusmempunyai habitat hidup di luar rumah yaitu pada kebun-kebun atau hutan dan pinggir hutandi manadekat dengan area perindukan telur dan tempat mendapatkan makanan, sedangkan pada masa stadium telur, larva dan pupa habitat hidupnya berada pada air yang jernih atau sedikit keruh dan tidak terkena sinar matahari ( Rahmaniar, 2011),

d. Pengertian Aedes aegypti. Nyamuk Aedes aegypti dikenal dengan sebutan black white mosquito atau tiger mosquito karena nyamuk ini mempunyai ciri khas yang berupa adanya garis-garis dan bercak-bercak putih keperakan di atas dasar warna hitam yang terdapat pada kaki dan tubuhnya (Wati,2010). Nyamuk Aedes aegyptimerupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus demam kuning(yellow fever),chikungunya dan demam zika. Penyebaran nyamuk Aedes aegypti tersebar luas khususnya tersebar pada daerah tropis dan subtropis(martina,2015). Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor utama dalam penyebaran penyakit Demam Berdarah Dangue.Populasi nyamuk Aedes aegypti meningkat antara bulan September hingga November dengan puncaknya antara bulan Maret hingga Mei.Peningkatan populasi nyamuk akan menyebabkan meningkatnya jumlah penderita penyakit Demam Berdarah Dengue,nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang hidup di pemukiman penduduk,stadium dewasa mempunyai habitat perkembangbiakan di tempat penampungan air yang jernih(eka,2013). Nyamuk Aedes aegypti bersifat diurnal yaitu melakukan aktivitas secara aktif pada pagi hingga siang hari.penularan virus dengue dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang menghisap darah sebagai asupan protein untuk memproduksi telur.nyamuk Aedes aegypti jantan menghisap sari bunga sebagai asupan energi (Rahma,2016)

e.klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti. Kedudukan nyamuk Aedes aegypti dalam klasifikasi hewan menurut (Wati,2010) adalah: Filum Kelas Ordo Sub Ordo Infra Ordo Seperfamili Famili Sub famili Genus Spesies : Arthropoda : Insekta : Diptera : Nematocera : Culicomorpha : Culicoidea : Culicidae : Culicinae : Aedes : Aedes aegypti f.morfologiaedes aegypti. a. Stadium telur Aedes aegypti. Nyamuk Aedes aegypti betina dapat bertelur 10-100 kali dalam jangka waktu 4-5 hari dan dapat menghasilkan telur antara 300-700 butir telur.telur nyamuk Aedes aegypti menetas 1-2 hari setelah telur di keluarkan oleh induk telur nyamuk Aedes aegypti.telur Aedes aegypti berbentuk oval dan berwarna coklat kehitaman di letakan memisah satu persatu di permukaan air dan menempel pada tempat perindukannya.telur Aedes aegypti di letakan di tempat yang lembab dan tidak terkena paparan sinar matahari langsung dan sedikit mengandung air(winarti,2016).telur di tempat yang kering tanpa air dapat bertahan sampai 6

bulan pada suhu minus 2 (dua) derajat Celcius hingga 42 (empat puluh dua) derajat Celcius dan apabila tergenang air maka telur dapat menetas(eka,2013). b. Stadium Larva Aedes aegypti. Pada stadium larva mempunyai empat tingkatan hidup yang berbeda yang disebut dengan instar.larva instar I mempunyai ukuran paling kecil yaitu berkisar 1-2 mm atau satu sampai dua hari setelah telur menetas,belum terlihat jelas duri duri pada dada (spinae) dan corong pernapasan (siphon) belum menghitam.larva nyamuk Aedes aegypti instar II mempunyai ukuran berkisar antara 2,5 sampai 3,5 mm dan berumur dua sampai tiga hari setelah telur menetas,duri duri (spinae) pada dada masih belum jelas dan corong pernapasan(siphon) sudah mulai menghitam.larva nyamuk Aedes aegypti instar III berukuran antara 4-5 mm berumur tiga sampai empat hari setelah telur menetas, duri-duri (spinae) pada dada sudah mulai terlihat jelas dan corong pernapasan berwarna coklat kehitaman. Larva nyamuk Aedes aegypti instar IV mempunyai bentuk dan ukuranyang lebih mudah di amati karena sudah mempunyai susunan tubuh yang lengkap (Wati, 2010). Pertumbuhan dan perkembang biakan larva di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu temperatur,tempat perindukan,keadaan air dan kandungan zat makanan yang terdapat pada tempat perindukan (Wati,2010). Larva nyamuk Aedes aegypti sangat membutuhkan air dan mengambil makanan melalui mulut dan kulit tubuhnya sebagai sumber nutrisi untuk berkembang biak (Wati, 2010).

Ciri-ciri larva Aedes aegypti menurut (Eka,2013) antara lain : 1. Berenang bebas di air tidak melekat pada akar tanaman air 2. Mempunyai siphon yang besar namun pendek 3.Pada waktu istirahat membentuk sudut dengan permukaan air 4. Banyak di jumpai pada genangan air dengan tempat tertentu semisal pada Drum dan bak mandi. c. Pupa nyamuk Aedes aegypti. Pada stadium pupa tidak melakukan aktivitas makan apapun,namun membutuhkan oksigen dan mengambil oksigen melalui corong pernapasan dan akan menjadi nyamuk setelah 1-2 hari setelah melewati stadium pupa dan akan menjadi nyamuk dewasa jantan atau betina dan terbang meninggalkan air (Wisnutanaya,2013). Ciri ciri pupa Aedes aegypti: 1. Memiliki tabung pernapasan yang berbentuk segitiga 2.Jumlah seluruh tabung untuk pernapasan berbentuk segitiga 3. Bentuk sepeti tanda koma 4. Berukuran lebih besar dan lebih ramping daripada ukuran larva Aedes aegypti 5. Gerakan pupa Aedes aegypti lambat dan sering berada di permukaan air 6. Masa stadium pupa Aedes aegypti normalnya berlangsung 2 hari d. Stadium Nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes aegyptiberukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata rata nyamuk lain dan berwarna hitam dengan bintik bintik putih pada bagian

badan dan kaki.pada saat hinggap di suatu tempat tubuh nyamuk Aedes aegyptimembentuk sudut yang sejajar dengan tempat yang dihinggapinya, untuk membedakan jenis kelamin nyamuk Aedes aegypti jantan dan betina dapat diamati dari antenaaedes aegypti betina mempunyai bulu yang tidak lebat yang disebut dengan pilose,sedangkan Aedes aegypti jantan mempunyai bulu pada antena yang lebat yang disebut dengan plumose.nyamuk Aedes aegypti betina menghisap darah manusia yang bertujuan sebagai sumber protein untuk mematangkan telur(eka,2013). e. Habitat Hidup nyamuk Aedes aegypti Nyamuk Aedes aegypti suka hidup di habitat yang gelap dan lembab terutama berada di dalam rumah (Amalia, 2015) dimana dekat dengan area perindukan telur dan tempat mendapatkan makanan. Sedangkan pada masa stadium telur, larva dan pupa habitat hidupnya berada pada air yang jernih atau sedikit keruh dan tidak terkena sinar matahari secara langsung dan jauh dari tanah. g. Siklus Hidup nyamuk Spesies Aedes Nyamuk Spesies Aedes mempunyai siklus hidup sempurna yaitu mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) yang terdiri dari 4 (empat) stadium yaitu telur, larva, pupa, nyamuk dewasa. Stadium telur hingga pupa hidup di dalam air sedangkan stadium nyamuk hidup di lingkungan udara, darat dan sesekali di air untuk membasahi sayapnya dan untuk meletakan telurnya bagi nyamuk Spesies Aedes betina (Eka, 2013).

Kondisi lingkungan optimum siklus hidup nyamuk Spesies Aedes di tempuh dalam waktu sekitar 7 hingga 9 hari dengan perincian 1 hingga 2 hari stadium telur,3 hingga 4 hari stadium larva dan 2 hari merupakan stadium pupa. Siklus hidup stadium telur larva dan pupa terjadi di lingkunganair sedangkan stadium nyamuk dewasa terjadi di udara dan darat.dalam kondisi temperatur yang rendah siklus hidup nyamuk dapat berlangsung lebih lama (Amalia,2015). h. Pengendalian Vektor Nyamuk Spesies Aedes. Menurut Palgunadi (2011) secara garis besar terdapat 4 cara pengendalian vektor nyamuk Spesies Aedes yaitu secara kimiawi,radiasi,mekanik,pengelolaan lingkungan dan biologik. 1. Pengendalian vektor secara kimia dengan menggunakan insektisida yang dapat di lakukan terhadap nyamuk dewasa maupun larva.insektisida untuk nyamuk dewasa dapat diaplikasikan dalam bentuk spray sedangkan insektisida untuk larva dapat diaplikasikan dengan kegiatan abatisasi yaitu pelarutan golongan organophosphor(temephos) dalam bentuk sand granules kedalam air. 2. Pengendalian vektor secara radiasi dengan menggunakan bahan radioaktif dosis tertentu terhadap nyamuk Spesies Aedes jantan yang dapat menyebabkan kemandulan walaupun pada akhirnya nyamuk Spesies Aedesberkopulasi namun telur yang dihasilkan tidak fertil. 3. Pengendalian secara biologi dengan menggunakan predator alami seperti ikan cupang yang di taruh di tempat tempat penampungan air yang dapat menjadi tempat pertumbuhan larva.

4.Pengendalian secara mekanik yaitu dengan memasang kasa dan penggunaan pendingin ruangan dalam membantu mengurangi nyamuk Spesies Aedes yang hidup di lingkungan rumah. 5. Pengendalian vektor secara lingkungan yaitu dengan melakukan cara pencegahan agar nyamuk maupun larva Spesies Aedes tidak kontak dengan manusia misalnya dengan memasang kawat kasa pada lubang ventilasi rumah serta melakukan gerakan 3 M yaitu menguras tempat-tempat penampungan air paling sedikit seminggu sekali.menutup tempat tempat penampungan air sehingga tidak dapat di gunakan sebagai tempat bertelur dan berkembang biak nyamuk Spesies Aedes.Mengubur barang barang yang dapat menimbun air hujan yang dikhawatirkan dapat di gunakan sebagai tempat bertelur dan berkembang biak nyamuk i.faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan larva Aedes sp 1. Suhu Suhu air, suhu optimal tumbuh kembang larva Aedes sp pada suhu 20ºC-30ºC, sehingga suhu juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang larva Aedes sp(gunawan,2011) 2. ph Derajat keasaman (ph) air perindukan merupakan faktor yang sangat menentukan kelangsungan dan pertumbuhanlarva Aedes sp. Larva akan mati pada ph 3 dan 12 (Gunawan, 2011)

B.Tanaman Alpukat. 1. Taksonomi Tanaman Alpukat. Taksonomi Tanaman Alpukat adalah sebagai berikut Kingdom Subkingdom Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae. : Tracheobionta. : Magnoliophyta. : Magnoliopsida. : Magnoliidae. : Laurales. : Lauraceae. : Persea. Spesies : Persea americana Mill (Martina, 2015). 2.Definisi Tanaman Alpukat. Tanaman alpukat banyak di temukan di Indonesia walaupun tanaman alpukat bukan merupakan tanaman asli dari Indonesia namun tanaman alpukat dapat tumbuh dengan baik di Indonesia karena di Indonesia mempunyai iklim tropis dan subtropis sesuai dengan iklim dari daerah tanaman alpukat yaitu daerah Amerika tengah (Hasbi, 2012). Tanaman alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon dengan nama alpuket (Jawa Barat), alpokat(jawa Tengah/Jawa Timur),boah pokat,jamboo pokat(batak),advokat,jamboo mentega,jamboo pooan,pookat(lampung) dan lain lain (Hasbi, 2012).

3.Ciri ciri Tanaman Alpukatmenurut (Martina, 2015) a Daun memiliki ukuran antara 20 hingga 25 cm b.letak bunga alpukat tersembunyi dan berwarna hijau kekuningan dengan ukuran 5 hingga 10 mm c.pohon Alpukat dapat tumbuh hingga 20 meter d.kulit buah alpukat berwarna hijau tua hingga ungu kehitaman dengan tekstur kulit lembut e.daging buah umunya berwarna kuning pada bagian dekat biji. f.daging buah bertekstur gurih dan lembut g.daun alpukat berasa pahit 4.Manfaat tanaman alpukat. Tanaman alpukat banyak dijumpai di Indonesia dan tanaman ini juga telah banyak di budidayakan karena tanaman ini mempunyai banyak manfaat dan dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidupan seperti bidang industri kecantikan,kesehatan dan pangan (Martina, 2015). Tanaman alpukat banyak mengandung serat dan juga kandungan potassium 30% lebih banyak dibandingkan nanas oleh sebab itu tanaman alpukat dapat digunakan untuk mengurangi resiko penyakit tekanan darah tinggi,serangan jantung dan kanker (Martina,2015). Daun alpukat dimanfaatkan untuk mengobati kencing batu,darah tinggi,sakit kepala,nyeri saraf,nyeri lambung,saluran napas membengkak dan menstruasi tidak teratur (Hasbi,2012).

5.Kandungan Kimia daun Alpukat. Tanaman alpukat mempunyai beberapa kandungan zat kimia di antaranya saponin,tanin,flavanoid,terpenan,safrol dan tanin (Martina,2015) yang mempunyai fungsi yang diduga dapat membunuh larva nyamuk Spesies Aedes di antaranya sebagai berikut : a. Saponin. Mempunyai fungsi hampir sama seperti deterjen yang dapat merusak membran tubuh larva dan dapat menyebakan kematian pada larva tersebut (Wati,2010). Pengaruh saponin dapat menyebabkan gangguan pada bagian luar tubuh larva(kutikula) yaitu dapat menyebakan merusak lapisan lilin yang melindungi larva dan menyebabkan larva kehilangan banyak cairan,saponin juga dapat merusak larva melalui organ pernapasan dan menyebabkan membran sel rusak dan menghambat proses metabolisme dalam tubuh larva (Amalia,2015). b. Flavanoid. Flavanoid merupakan senyawa kimia yang bersifat racun karena dapat menghambat proses makan serangga (Amalia,2015). Flavanoid juga dapat menyebabkanpenggumpalan protein sehinga dapat menyebabkan permeabilitas dinding sel larva menurun dan menyebabkan transport nutrisi terganggu sehingga pertumbuhan larva terhambat dan dapat menyebakan larva mati (Wati,2010). c. Tanin Tanin merupakan salah satu senyawa kimia dalam daun alpukat.mekanisme kerja tanin dapat menurunkan aktivitas enzim pencernaan dan penyerapan

makanan sehingga menyebabakan pertumbuhan larva terganggu dan menyebakan larva mati (Wati,2010). 6.Cara kerja Larvasida (Amalia,2015). a. Racun kontak (Contact poisons). Larvasida masuk kedalam tubuh larva melalui dinding tubuh larva pada saat larva beristirahat di permukaan air dan terkena residu larvasida. b. Racun perut (stomach poisons). Larvasida masuk kedalam tubuh larva melalui mulut larva dan kemudian diserap oleh tubuh larva dan dapat menurunkan aktivitas enzim pencernaan dan penyerapan makanan sehingga dapat menghambat pertumbuhan larva dan berakhir dengan kematian bagi larva. c. Racun pernapasan (fumigants). Larvasida masuk melalui saluran pernapasan atau permukaan tubuh larva dan dapat menghambat proses pertumbuhan serangga dan dapat menyebabkan larva mati.

C. Kerangka Teori. Air perasan daun alpukat (Persea americana mill) Saponin Tanin Flavanoid Merusak membran kutikula Mengendapkan protein Denaturasi Protein Meningkatkan penetrasi senyawa toksik Mengganggu aktivitas dan penyerapan makanan Mengganggu penyerapan makanan Ph air perasan daun alpukat. Menyebabkan Larva Spesies Aedes Instar III mati. Gambar 1. Gambar kerangka Teori.

22 D.Kerangka Konsep. Perasan daun alpukat (Persea americana mill) Konsentrasi 25%,50%, 100% Menyebabkan Kematian larva Aedes Sp. Gambar 2. Gambar Kerangka Konsep. E.Hipotesis. Terdapat perbedaan jumlah kematian larva nyamuk Aedes Sp pada pelakuan kontak dengan larutan daun alpukat (Persea Americana mill) dalam berbagai macam konsentrasi bertingkat 25 %, 50 % dan 1.