BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam arti tidak terlalu tergantung pada pinjaman luar negeri. Upaya ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Menurut Waluyo

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan. Dalam era globalisasi atau era persaingan bebas inilah cepat atau lambat

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Undang-Undang Negara. kewajiban perpajakannya (John Hutagaol, 2007:275).

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang adil dan sejahtera, aman, tenteram, dan tertib, serta menjamin

BAB I PENDAHULUAN. merupakan usaha mengadakan perubahan-perubahan menuju keadaan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak adalah pembayaran yang bersifat paksaan kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I 1.PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

BAB I PENDAHULUAN. membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan (Dina dan Putu,

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM), Pajak Lain, dan Surat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari official assessment system menjadi self assessment system.

EVALUASI ATAS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tentunya akan terus-menerus

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia bertujuan mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara dengan penduduk mencapai 250 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi maupun sumber daya alam, namun sebagai Negara berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber dana luar negeri, misalnya pinjaman luar negeri dan hibah ( grant),

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin besar untuk masa yang akan datang karena tujuan utama dari penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era globalisasi, perubahan ekonomi suatu negara akan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan pendapatan Negara yang cukup potensial untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung

PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK

Abstrak. Abstract. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Negara pada dasarnya adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan. Pembangunan tersebut untuk mensejahterakan rakyat indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang

EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KPP PRATAMA BEKASI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penerimaan dari sektor perpajakan merupakan penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama negara, yang

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia saat ini dihuni oleh hampir 255,5 juta jiwa penduduk pada

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. menerus dan berkesinambungan. Pembangunan tersebut bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaaan yang tidak sedikit dan salah satunya bersumber dari pajak.

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novi Norma Melya Nugraha, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi perkembangan negara dalam satu dekade terakhir ini menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas utama pemerintah. Berdasarkan data APBN tahun pajak

BAB I PENDAHULUAN. dan bangsa yang adil, sejahtera, aman, dan tertib. Dalam rangka mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masalah pembiayaan pembangunan. perpajakan yang memberikan jaminan kepastian hukum dan

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. non migas serta pajak. Namun pemerintah lebih mengoptimalkan

BAB I PENDAHULUAN. internal adalah pajak, sedangkan sumber penerimaan eksternal misalnya pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang potensial bagi negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kebudayaan manusia dalam era globalisasi menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam melaksanakan pembangunan ini pemerintah mengandalkan dana dari dua sumber pokok yaitu sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. Agar bisa menjadi bangsa yang mandiri, pemerintah harus berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan sumber pendanaan dalam negerinya yaitu dengan meningkatkan penerimaan pajaknya. Menurut Mardiasmo (2011:1) pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (dapat dipaksakan) serta tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) secara langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1 UU No. 28 tahun 2007). Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan suatu bentuk kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak orang pribadi maupun badan. Sedangkan penerimaan pajak adalah penghasilan yang diperoleh oleh pemerintah 1

2 yang bersumber dari pajak yang diberikan oleh wajib pajak orang pribadi maupun badan. Peningkatan penerimaan pajak tidak terlepas dari peran pemerintah dan wajib pajak yang ada, karena tanpa adanya kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya mustahil penerimaan pajak akan meningkat. Untuk itu agar penerimaan pajak meningkat, diharapkan kepatuhan wajib pajak juga meningkat. Karena penerimaan pajak merupakan sumber Anggaran Pembelanjaan Negara (APBN) utama terbesar yang diterima, khususnya berasal dari Pajak Penghasilan Badan. Mengingat adanya fungsi pajak, maka dalam pemungutan pajak bukan hanya ditunjukan untuk menjaga dan meningkatkan momentum pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menggenjot penerimaan negara. Oleh karena itu setiap tahun, Dirjen Pajak dituntut untuk selalu meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sejalan dengan meningkatnya penerimaan dari sektor pajak, sejalan dengan meningkatnya kebutuhan dana untuk pembangunan (Rahayu, 2007 dalam Erwin Harinudin, 2009). Pada saat sekarang ini, di Indonesia tercatat 22,6 juta badan usaha baik skala besar, menengah, dan kecil (tanpa usaha mikro). Sejumlah 12,9 juta diantaranya, tercatat memiliki domisili tetap sehingga mudah diakses petugas pajak. Tetapi dari 12,9 juta badan usaha tersebut, hanya 0,466 juta wajib pajak badan, atau hanya 3,60 % dari wajib pajak badan yang menyerahkan SPT pada tahun 2010 (http://www.ortax.org). Namun pada tahun 2014 terjadi kenaikan dalam menyerahkan Surat Pemberitahuan (SPT) dibandingkan tahun sebelumnya. Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat Ditjen Pajak, Mekar Satria Utama

3 mengungkapkan, jumlah tersebut berdasarkan up date per tanggal 31 Maret 2014. Data tersebut didapat berdasarkan perhitungan pada aplikasi quick count di 323 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan juga hasil aplikasi e-filling. Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan mengungkapkan, rekapitulasi hasil penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) 2014 mencapai 9,09 juta wajib pajak. Jumlah tersebut mengalami peningkatan 17 persen jika dibanding dengan tahun sebelumnya. Perhitungan wajib pajak orang pribadi, total SPT yang dilaporkan pada 2015 mencapai 9,92 juta wajib pajak. Jumlah tersebut naik 17,58 persen jika dibanding dengan periode yang sama tahun lalu. Angka tersebut tergolong kecil. Pasalnya, dari 27 juta Wajib Pajak terdaftar tidak seluruhnya menyerahkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) setiap tahun. Padahal penyampaian SPT sangat penting bagi Negara, terkait kepatuhan Wajib Pajak dalam pelaporan pembayaran pajak (http;//www.pajak.go.id). Oleh karena itu diperlukan peningkatan target penerimaan pajak yang tepat dan optimal dengan menerapkan kepatuhan pajak pada masyarakat. Berikut ini adalah Laporan Penerimaan Pajak Penghasilan Badan pada KPP Pratama Bandung Karees tahun 2011-2015 yang dijelaskan pada tabel di bawah ini:

4 Tabel 1.1 Laporan Penerimaan Pajak Pada KPP Pratama Bandung Karees Periode Tahun 2011-2015 Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) % 2011 777.712.352.401 635.794.253.981 81,8 2012 686.841.119.193 727.744.577.797 106,0 2013 791.660.142.611 736.394.120.262 93,0 2014 920.127.926.709 898.137.620.166 97,6 2015 1.389.064.863.036 1.248.120.675.907 89,9 Sumber : KPP Pratama Bandung Karees (Data diolah Kembali) Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa rata-rata realisasi penerimaan pajak penghasilan masih kurang optimal. Kendala yang dihadapi disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal, diantaranya adalah masih rendahnya kepatuhan wajib pajak badan yang melaksanakan kewajiban perpajakannya. Dan pada kenyataan yang dikemukakan di atas, target penerimaan pajak yang besar tersebut seharusnya tidak sulit dicapai, jika masyarakat mempunyai kemauan untuk membayar pajak. Kepatuhan pajak merupakan pelaksanaan atas kewajiban untuk menyetor dan melaporkan pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan. Kepatuhan yang diharapkan adalah kepatuhan yang sukarela bukan kepatuhan yang dipaksakan (Irwansyah Lubis, 2011). Jadi tidak akan tercapai kepatuhan sukarela karena tidak ada wajib pajak yang sukarela sadar membayar pajak. Dengan pengawasan dari aparat pajak, maka kepatuhan wajib pajak akan terwujud, hingga penerimaan pajak bisa tercapai.

5 Seperti data pada laporan tahunan Direktorat Jenderal Pajak (DJP), menunjukkan ketidakpatuhan wajib pajak terdaftar dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan PPh yang akan berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 1.2 Rasio Kepatuhan Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama Bandung Karees Periode Tahun 2011-2015 Tahun Jumlah Wajib Pajak Wajib Pajak Wajib SPT Badan SPT Masuk % 2011 11.085 5.327 2.308 43,3 2012 12.889 5.392 4.493 83,3 2013 13.732 5.356 3.285 61,3 2014 14.576 5.787 3.653 63,1 2015 15.227 5.906 3.230 54,7 Sumber : KPP Pratama Bandung Karees (Data diolah Kembali) Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa total wajib pajak terdaftar dan penyampaian SPT jauh berbeda, di sini dapat terlihat kalau kepatuhan wajib pajak sendiri masih rendah walaupun tiap tahun pemerintah mampu dalam meningkatkan jumlah wajib pajak yang terdaftar. Melihat fenomena ini, sudah sepantasnya tingkat pengawasan atau penegakan hukum dilakukan, agar dapat berjalan secara efektif dan penerimaan pajak dapat meningkat. Dengan adanya kepercayaan yang sangat besar dari pemerintah kepada wajib pajak untuk menghitung sendiri pajak yang harus dibayar, maka sudah selayaknya kepercayaan itu diimbangi dengan upaya penegakan hukum dan pengawasan yang ketat atas kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

6 Penegakan hukum ini dapat dilakukan dengan adanya pemeriksaan dan penagihan pajak. Hasil dari pemeriksaan pajak berupa Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang menunjukkan apakah wajib pajak yang sudah diperiksa memiliki kurang bayar (SKPKB), lebih bayar (SKPLB) atau nihil (SKPN). Jika wajib pajak yang bersangkutan ternyata masih memiliki kurang bayar, maka wajib pajak tersebut harus membayar kekurangan pajaknya. Jika wajib pajak tersebut hasih belum memenuhi kewajibannya untuk melunasi hutang pajak yang seharusnya dibayar, maka wajib pajak tersebut akan diberikan Surat Tagihan Pajak (STP) yang merupakan peringatan kepada wajib pajak untuk segera melunasi hutang pajaknya. Berikut adalah laporan jumlah lembar serta nominal penerbitan dan pencairan/pelunasan surat paksa di KPP Pratama Bandung Karees: Tabel 1.3 Laporan Jumlah Lembar Penerbitan Surat Paksa dan Pelunasan Surat Paksa Pada KPP Pratama Bandung Karees Periode Tahun 2011-2015 Surat Paksa Tahun Penerbitan Pencairan % Lembar Rupiah Lembar Rupiah 2011 164 6.382.109.512 69 2.412.055.707 37,8 2012 183 13.496.343.863 115 8.475.375.014 62,8 2013 749 18.361.913.704 299 9.341.020.857 50,9 2014 806 23.153.046.436 146 14.184.241.383 61,3 2015 2.043 33.740.387.275 428 17.069.537.873 50,6 Sumber : KPP Pratama Bandung Karees (Data diolah Kembali) Dilihat dari tabel di atas, hutang pajak yang belum dilunasi sering kali dihadapi, karena meningkatnya jumlah tunggakan pajak masih belum bisa diimbangi oleh kegiatan pencairan. Berbagai tindakan penagihan pajak telah dilakukan oleh fiskus terhadap wajib pajak dan/atau penanggung pajak dengan

7 penagihan pasif maupun aktif. Penagihan pasif dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo melalui himbauan, baik dengan surat maupun dengan telepon atau media lainnya. Penagihan aktif dilakukan setelah tanggal jatuh tempo dengan diterbitkannya Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan hingga pelaksanaan penjualan barang yang disita melalui lelang barang milik Penanggung Pajak. (Velayati et al., 2013:2) Penagihan pajak yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan merupakan wujud law enforcement untuk meningkatkan kepatuhan yang menimbulkan aspek psikologi bagi wajib pajak (Diaz priantara, 2012:110). Orang yang membayar pajak karena didorong oleh suatu ketakutan akan mendapat hukuman bila dia tidak membayar pajak, pada tingkatan compliance, orang membayar pajak bukan dikarenakan adanya kesadaraan bahwa membayar pajak itu perlu bagi meningkatkan penghasilan negara, pada tingkatan ini orang membayar semata-mata didorong oleh rasa takut mendapat hukuman bila menghindari pembayaran pajak (Ancok, 2004). Salah satu media perpajakan yang memiliki kekuatan hukum memaksa untuk penagihan tunggakan pajak kepada wajib pajak adalah Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (PPSP). Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa menurut UU RI.No.19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa pasal 1 ayat (12) adalah surat perintah membayar hutang pajak dan biaya penagihan pajak. Jumlah tagihan pajak yang tidak atau kurang bayar sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran yang sesuai tercantum pada STP (Surat Tagihan Pajak),

8 SKPKB (Surat Keputusan Pajak Kurang Bayar), SKPKBT (Surat Keputusan Pajak Kurang Bayar Tambahan) ditagih dengan menggunakan surat paksa. Penagihan pajak dengan surat paksa dilakukan apabila wajib pajak atau penanggung pajak lalai melaksanakan kewajiban membayar pajak dalam waktu yang telah ditentukan dalam pemberitahuan sebelumnya yaitu dengan surat teguran, maka penagihan selanjutnya dilakukan oleh Jurusita Pajak dengan menggunakan Surat Paksa yang diberitahukan oleh Jurusita Pajak dengan pernyataan dan penyerahan kepada Penanggung Pajak. (Dwiriyani et al., 2013:2). Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan, memberikan motivasi untuk dilakukannya penelitian dan analisis dalam bentuk skripsi dengan judul Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan dan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak (Studi Kasus Terhadap Wajib Pajak Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees Periode Tahun 2011-2015). 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalah dari penelitian ini adalah : 1. Apakah terdapat pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees. 2. Apakah terdapat pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees.

9 3. Apakah terdapat pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan dan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees. 2. Mengetahui pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees. 3. Mengetahui pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan dan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees. 1.4. Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian yang dilakukan penulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut: 1. Sebagai informasi untuk memperluas pengetahuan dan wawasan peneliti tentang bagaimana pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan dan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees.

10 2. Sebagai informasi bagi Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees, untuk dijadikan masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees dalam halhal yang menyangkut kepatuhan Wajib Pajak dan para Wajib Pajak lainnya dalam memenuhi kewajiban perpajakannya untuk meningkatkan penerimaan Negara dari sektor pajak. 3. Sebagai informasi yang perlu diperhatikan bagi Direktorat Jenderal Pajak dalam melakukan sosialisasi tentang hak dan kewajiban Wajib Pajak sehingga membuat wajib pajak Badan untuk lebih patuh dalam membayar pajak. 4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar untuk penelitian yang lebih luas dan juga dapat memberikan pengetahuan tambahan terutama yang menyangkut penelitian mengenai pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan dan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan Badan sejenis pada pihak-pihak yang membutuhkan informasi mengenai topik penelitian. 1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Bandung Karees, Kota Bandung Propinsi Jawa Barat yang beralamat di Jl. Ibrahim Adjie No. 372, Dan waktu pelaksanaannya dimulai pada bulan Oktober 2015 sampai dengan Maret 2016.