, 2015 HUBUNGAN PERILAKU ASOSIATIF DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah melalui pendidikan. Hal ini identik dengan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat. Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 tentang System Pendidikan Nasional bahwa: Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

I PENDAHULUAN. pendidikan. Bahkan sistem pendidikan di Indonesia saat ini juga telah banyak. mengubah pola pikir terutama dalam dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan tanggung jawab setiap siswa dan kualitas hasil

belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, simbol maupun kalimat yang berlangsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan negara. Karena hal yang paling mendasar yang harus dihadapi

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah-sekolah atau di lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendidikan manusia bisa menyikapi keadaan perkembangan zaman

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pandu Fauzi Fahmi, 2014 Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik secara konstruktif. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORITIS. Para ahli psikologi banyak mengemukakan tentang pengertian belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, bahkan pendidikan telah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah ; (1) menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) menyatakan bahwa. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan pada Pasal 3, disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan dalam Undang-undang (UU) No.12 tahun 2012 Bab I pasal I ayat 1,

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan pembelajaran baik secara formal

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu modal pembangunan karena sasarannya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Halimatusa diah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dapat dikatakan berdiri sendiri-sendiri, melainkan saling berhubungan erat satu sama lain. Menurut Susanto (2013: 4) Belajar adalah suatu aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilaksanakan, sebab dengan proses pendidikan manusia akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Menurut UU No. 20 Pasal 1 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Antara Minat Baca Dengan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Produktif Di Smk

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang

BAB I PENDAHULUAN. nasional, pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa :

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

2015 PEMBELAJARAN GITAR DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP AL-AZHAR SYIFA BUDI PARAHYANGAN PADALARANG

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 89

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan tergantung pada proses kegiatan belajar. belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2016 MOTIVASI KETERLIBATAN SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. memahami pengertian dasar tentang IPA yang saling berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian dan definisi operasional variabel dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menempati tempat yang penting dalam pembangunan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. A. Latar Belakang Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk yang memiliki dua fungsi, yakni sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai individu manusia memiliki potensi dan keunikan masing-masing, sedangkan sebagai makhluk sosial manusia memiliki kemampuan untuk bersosialiasi atau hidup bersama orang lain. Semua kemampuan yang dimiliki manusia, baik kemampuan intelektual maupun kemampuan bersosialisasi, perlu dikembangkan melalui proses belajar agar dapat berperan sesuai dengan fungsinya (Effendy dan Malihah, 2011). Kemampuan intelektual maupun kemampuan bersosialisasi ini dapat dikembangkan melalui proses pendidikan. Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003, pendidikan dimaknai sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga tinggi yang berperan dalam pencapaian upaya pendidikan. Satu wujud pencapaian pendidikan adalah prestasi belajar mahasiswa. Prestasi belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan pengajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:895). Sejalan dengan pendapat di atas, Winkel (2009) menyatakan prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Dalam penyelenggaraan pendidikan tentunya hasil yang ingin dicapai adalah predikat baik, namun

2 kenyataannya dalam setiap proses belajar mengajar menunjukkan tidak semua peserta didik memperoleh prestasi belajar yang memuaskan. Menurut Slameto (2004: 51), pada prinsipnya faktor yang memengaruhi hasil belajar peserta didik berasal dari internal maupun eksternal. Faktor internal mencakup keadaan fisiologis dan psikologis, sedangkan faktor eksternal meliputi faktor sosial dan non sosial. Salah satu faktor lingkungan sosial yang turut berperan dalam proses belajar peserta didik adalah lingkungan institusi pendidikan. Syah (2005:152-153) menyatakan bahwa lingkungan institusi pendidikan adalah lingkungan yang banyak memengaruhi kegiatan belajar peserta didik. Dikatakan oleh Sukmadinata (2003:28), lingkungan institusi pendidikan adalah faktor utama yang memengaruhi pendidikan, sehingga faktor lingkungan institusi pendidikan yang mencakup interaksi sosial, memiliki peranan yang cukup penting terhadap tingkat pencapaian belajar. Relasi peserta didik dalam lingkungan institusi pendidikan dapat terjadi antara peserta didik dengan peserta didik yang lainnya, dengan pengajar atau dengan karyawan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Slameto (2003:68) yaitu relasi peserta didik dengan peserta didik yang lainnya merupakan salah satu yang memengaruhi proses pembelajaran. Relasi tersebut terjadi dalam kegiatan intrakurikuler, kegiatan ekstrakurikuler maupun hubungan percintaan. Peserta didik di lingkungan institusi pendidikan perguruan tinggi adalah mahasiswa. Bonner (dalam Gerungan, 2004) mengatakan perilaku dalam relasi atau hubungan terdapat perilaku asosiatif. Perilaku asosiatif adalah perilaku individu dengan individu lain dalam hubungan yang positif seperti kerjasama, akomodasi dan asimilasi. S. J. Karau & Williams (2013) berpendapat bahwa kerjasama dalam kelompok belajar dapat meningkatkan motivasi individu dan meningkatkan kekompakan untuk menyelesaikan masalah yang ada. Selain itu menurut Bonner (dalam Gerungan,2004) mahasiswa juga akan menghadapi situasi ketika temantemannya sedang berkonflik di lingkungan pendidikannya, situasi tersebut memungkinkan mahasiswa melakukan akomodasi atau perilaku meredakan konflik yang terjadi dalam sebuah hubungan. Perilaku meredakan konflik yang

3 terjadi ini muncul pada saat melerai teman yang sedang debat kusir dalam kelas maupun menjadi penggagas musyawarah dalam kegiatan berorganisasi saat terjadi konflik. Schwarz dan Bless (2007) menyatakan bahwa asimilasi merupakan salah satu bentuk perilaku yang dilakukan dalam membantu beradaptasi di lingkungan. Perilaku asimilasi yaitu perilaku membaur dengan individu dari suku budaya lain. Pada lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia terdapat mahasiswa dari suku budaya yang berbeda, tentu memerlukan perilaku membaur dengan individu dari budaya lain agar dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Mahasiswa yang berperilaku asosiatif diprediksi sering melakukan kerja sama dan membaur dengan individu dari budaya lain dalam kegiatan di lingkungan institusi pendidikannya. Terdapat penelitian yang pernah dilakukan oleh Mulyana dan Rohmat (2010) dengan judul Mengembangkan Perilaku Asosiatif Siswa SD Melalui Penerapan Pendekatan Bermain dalam Konteks Pembelajaran Penjas. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa mengembangkan perilaku asosiatif dapat memengaruhi perkembangan afektif siswa SD. Perkembangan afektif adalah perkembangan sikap sebagai salah satu aspek penilaian dalam prestasi belajar mata pelajaran Penjas. Penelitian yang dilakukan oleh Bankston (1998) menunjukkan kerjasama antara mahasiswa keturunan Vietnam dengan saudara kandungnya berpengaruh terhadap meningkatnya prestasi belajar mereka. Selain itu terdapat pula penelitian Gevrek& Guvek (2015) di Jerman yang menyatakan bahwa kemampuan asimilasi yang tinggi meningkatkan prestasi belajar siswa imigran asal amerika pada mata pelajaran ekonomi. Berdasarkan observasi dan wawancara pendahuluan terhadap beberapa mahasiswa jurusan Psikologi UPI pada bulan Juni 2015, diketahui bahwa mahasiswa yang senang melakukan kerjasama dalam bentuk belajar berkelompok dan senang membaur dengan teman dari suku budaya lain dalam kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan mahasiswa yang tidak senang melakukan kerjasama dan membaur dengan teman dari suku budaya lain.

4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian sebelumnya, masalah yang berusaha dipecahkan melalui penelitian ini adalah Apakah terdapat hubungan antara perilaku asosiatif dengan prestasi belajar mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian, maka terdapat tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi apakah terdapat hubungan antara perilaku asosiatif dengan prestasi belajar mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia? D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang bersifat teoritis dan manfaat yang bersifat praktis. 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang dapat diberikan oleh penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Memperkaya teori mengenai perilaku asosiatif dan prestasi belajar. b. Memperkaya pengetahuan mengenai hubungan antara perilaku asosiatif dengan prestasi belajar mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia. 2. Manfaat praktis Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa. Secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Bagi mahasiswa Sebagai bahan pertimbangan untuk berperilaku asosiatif agar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan. b. Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan perilaku asosiatif dan prestasi belajar.

5 E. Struktur Organisasi Skripsi Gambaran mengenai isi keseluruhan skripsi ini, dijelaskan dalam struktur organisasi skripsi yang susunannya sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan, terdiri atas latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. 2. Bab II Tinjauan Pustaka, terdiri atas kajian pustaka yang meliputi pengertian perilaku asosiatif, faktor-faktor yang memengaruhi perilaku asosiatif, syaratsyarat perilaku asosiatif, bentuk-bentuk perilaku asosiatif, pengertian prestasi belajar, faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar, fungsi prestasi belajar, pengertian mahasiswa, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian. 3. Bab III Metodologi Penelitian, terdiri atas lokasi dan subyek penelitian, desain penelitian, variabel dan definisi operasional penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. 4. Bab IV Temuan dan Pembahasan penelitian, berisi uraian tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan serta pembahasannya. 5. Bab V Kesimpulan, Implikasi, dan Rekomendasi, menyajikan kesimpulan peneliti terhadap hasil analisis temuan peneliti beserta saran berdasarkan hasil penelitian.