8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar benar akan diterima dalam bentuk dividen (Sartono, 2010). Rasio profitabilitas (Profitability Ratio). Rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi (Sartono, 2000). 2.1.2 Kebijakan Utang Utang adalah kewajiaban perusahaan untuk membayar sejumlah uang/jasa/barang dimasa mendatang kepada pihak lain akibat transaksi yang dilakukan dimasa lalu ( Rudianto, 2009 ) dalam Dithi. Sedangkan kebijakan utang merupakan bagian dari pertimbangan jumlah utang jangka pendek, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa dan perusahaan akan berusaha mencapai tingkat struktut modal yang optimal ( Yuli, 2008). 8
9 Menurut Sartono 2010, penggunaan utang itu sendiri bagi perusahaan mengandung tiga dimensi: 1. Pemberi kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan 2. Dengan menggunakan utang maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat 3. Dengan menggunakan utang maka pemilik memperoleh dana dan tidak kehilangan pengendalian perusahaan. 2.1.3 Kebijakan Dividen Dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang. Tetapi perlu diingat bahwa pembayaran dividen yang semakin besar akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk investasi sehingga akan menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan dan selanjutnya akan menurunkan harga saham (Sartono, 2010). Faktor faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen (Sartono, 2000) adalah: 1. Posisi kas atau likuuiditas perusahaan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Bagi perusahaan yang memiliki laba ditahan yang cukup, tetapi manajemen memutuskan untuk
10 menginvestasikan ke dalam aktiva riil, maka perusahaan tidak dapat membayar dividen dalam bentuk kas. 2. Kebutuhan pembayaran kembali utang perusahaan juga berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Adanya batasan dalam perjanjian pinjaman kepada kreditur, seperti misalnya pembayaran dividen hanya dapat dilakukan setelah laba yang tersedia bagi pemegang saham dikurangi dengan angsuran pinjaman atau apabila modal kerja mencapai tingkat tertentu. 3. Tingkat ekspansi yang tinggi memerlukan dana yang besar, sehingga laba yang diperoleh lebih baik ditahan. Stabilitas earning memungkinkan perusahaan untuk mempertahankan payout ratio yang tinggi. 4. Akses perusahaan di pasar modal juga berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Aksesbilitas perusahaan ini dipengaruhi oleh usia dan skala perusahaan, bagi perusahaan yang sudah mapan lebih mudah mempertahankan payot ratio yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. 5. Posisi pemegang saham dalam kelompok pajak juga berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Kepemilikan perusahaan oleh investor yang kecil cenderung untuk memiliki payout yang tinggi. Sedangkan kepemilikan perusahaan oleh pemegang saham yang termasuk dalam kelompok pembayar pajak besar akan lebih menyukai untuk mempertahankan payout
11 yang rendah. Lebih lanjut posisi pembayaran pajak perusahaan berpengaruh pula terhadap kebijakan dividen. Jenis Jenis Dividen Pembagian dividen kepada para pemegang saham tidak selamanya dalam bentuk tunai melainkan bisa dalam bentuk lain. Hal ini tergantung dari kebijakan perusaha di dalam suatu periode pembagian deviden. Jenis-jenis dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Donald E. Kiso, Jerry J. Weygandt, Terry D.Warfied yang dialihbahasakan oleh Gina dan Budi (2001) dalam Akuntansi Intermediate, menyebutkan bahwa deviden memiliki jenis sebagai berikut : 1. Deviden tunai ( Divden Kas ) Dividen yang paling umum dibagikan oleh perusahaan adalah dalam bentuk kas. Yang perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat pengumuman adanya dividen kas ialah apakah jumlah uang kas yang ada mencukupi untuk pembagian dividen kas ini dibuat pada tanggal pengumuman dan pembayaran. Menurut John J.Wild, K.R. Subramanyam, dan Robert F. Halsey (2008) dividen tunai (cash dividend) merupakan distribusi kas kepada pemegang saham. Dividen tunai (cash dividend) merupakan dividen yang dibayar oleh emiten kepada para pemegang saham secara tunai untuk setiap lembarnya (dividend per share). Sedangkan dividen saham (stock dividend)
12 merupakan dividen yang dibayar atau dibagi dalam bentuk saham, yang diperhitungkan untuk setiap lembarnya. 2. Deviden properti ( Dividen aktiva selain kas ) Kadang kadang dividen dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas, dividen dalam bentuk ini disebut Property Dividends. Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh perusahaan atau aktiva-aktiva lain. Pemegang saham akan mencatat dividen yang diterimanya ini sebesar harga pasar aktiva tersebut. Akan tetapi perusahaan yang membagi Property Dividends akan mencatat dividen ini sebesar nilai buku aktiva yang dibagikan. 3. Deviden skrip ( Dividen utang ) Dividen utang timbul apabila laba tidak dibagi itu saldonya mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak mencukupi. Sehingga pimpinan perusahaan akan mengeluarkan Scrip Dividens. Yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang. Scrip Dividens ini berbunga, mungkin juga tidak. 4. Deviden likuidasi Dividen likuidasi adalah dividen sebagian merupakan pengembalian modal. Dividen likuidasi ini dicatat dengan mendebit rekening pengembalian modal yang dalam neraca dilaporkan sebagai pengurang modal saham. Dalam perusahaan yang memiliki wasting assets yang tidak
13 akan diganti, bisa membagi dividen likuidasi secara periodik. Biasanya modal yang dikembalikan adalah sebesar deplesi yang diperhitungkan untuk tahun tersebut. 5. Deviden saham Dividen saham adalah pembagian tambahan saham, tanpa dipungut pembayaran kepada para pemegang saham, sebanding dengan saham-saham yang dimilikinya. Dividen saham bisa dibagikan sebagai berikut: a. Dividen saham berupa saham yang jenisnya sama, misalnya dividen saham biasa untuk pemegang saham biasa, atau dividen saham prioritas, disebut saham biasa. b. Dividen saham berupa saham yang jenisnya berbeda, misalnya dividen saham prioritas untuk pemegang saham biasa atau dividen saham biasa untuk pemegang saham prioritas, disebut dividen saham special. Menurut Keown, Scoh, dan Martin (2000) mengemukakan bahwa, ada tiga pandangan dasar mengenai kebijakan dividen, yaitu : 1. Kebijakan dividen tak relevan Sebagian besar kontroversi mengenai isu dividen didasarkan pada ketidak samaan pandangan antara komunitas akademik dan professional. Beberapa praktisi yang berpengalaman menganggap perubahan harga saham dihasilkan oleh pengumuman dividen dan karenanya mengganggap dividen penting. Sebagian besar dari komunitas akademik contohnya profesor keuangan yang mendebat bahwa dividen
14 tak relevan menganggap kebingungan dalam masalah ini berawal dari ketidak hati - hatian dalam mendefinisikan apa yang dimaksud dengan kebijakan dividen. 2. Dividen yang tinggi meningkatkan nilai saham Kepercayaan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak penting tak langsung mengasumsikan bahwa investor harus menggunakan tingkat pengembalian yang diharapkan yang sama apakah pendapatan datang melalui perolehan modal atau melalui dividen. Tapi, dividen lebih bisa diramalkan daripada perolehan modal, manajemen dapat mengontrol dividen, tapi tak dapat mendikte harga saham. Investor kurang yakin menerima pendapatan dari perolehan modal daripada dari dividen. Risiko inkremental dari perolehan modal relatif terhadap pendapatan dividen menunjukkan tingkat disyaratkan yang lebih tinggi untuk mendiskonto satu dolar perolehan modal daripada mendiskonto satu dolar dividen. Dengan kata lain, kita akan menilai satu dolar dividen yang diharapkan lebih tinggi daripada satu dolar perolehan modal yang diharapkan. Pandangan ini yang mengatakan dividen lebih pasti daripada perolehan modal, disebut bird-in-the-hand theory (teori burung ditangan).
15 3. Dividen yang rendah meningkatkan nilai saham. Pandangan ketiga mengenai bagaimana dividen yang rendah mempengaruhi harga saham menyatakan bahwa dividen memang merugikan investor. Argument ini sebagian besar didasarkan pada perbedaan perlakuan pajak atas pendapatan dividen dan perolehan modal. Untuk para pembayar pajak ini, tujuannya adalah memaksimumkan pengembalian setelah pajak atas investasi. Kebijakan Dividen dalam Praktik Pada prakteknya perusahaan cenderung memberikan dividen dengan jumlah yang relativ stabil atau meningkat secara teratur. Kebijakan ini kemungkinan besar disebabkan oleh asumsi dibawah ini : a. Investor melihat kenaikan dividen sebagai suatu tanda baik bahwa perusahaan memiliki prospek cerah, demikian sebaliknya. Hal ini membuat perusahaan lebih senang mengambil jalan aman yaitu tidak menurunkan pembayaran dividen, b. Investor cenderung lebih menyukai dividen yang tidak berfluktuasi (dividen yang stabil).. 2.14 Likuiditas Likuiditas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah diubah
16 menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan (Sartono, 2010). 2.2 Kerangka Pemikiran Profitabilitas ( Return On Investment ) merupakan rasio antara laba setelah pajak (EAT) dengan total aktiva. Rasio ini mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi total. Rasio yang lebih rendah dapat disebabkan karena net profit margin yang rendah atau karena perputaran total aktiva yang rendah atau keduanya (Sartono, 2000). Kebijakan hutang (Financial leverage) adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkat keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham (Sartono, 2010). Dengan demikian alasn yang kuat untuk menggunakan dana dengan beban tetap adalah untuk meningkatkan pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti menggunakan modal sendiri 100%. Likuiditas (Current Ratio) adalah rasio antara aktiva lancar dibagi dengan utang lancar. Rasio ini merupakan alat ukur bagi likuiditas (Solvabilitas Jangka Pendek) (Sartono, 2000). Semakin tinggi likuiditas (current ratio) berarti semakin besar kemampuan perusahaan unutk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya. Dengan demikian likuiditas bisa dijadikan sebagai variabel penguat,
17 jika perusahaan mendapatkan laba tinggi dan membayar dividen secara terus menerus. Kebijakan dividen berpengaruh terhadap aliran dana, struktur finansial, likuiditas perusahaan dan perilaku investor. Dengan demikian kebijakan dividen merupakan salah satu keputusan penting dalam kaitannya dengan usaha untuk memaksimumkan nilai perusahaan, dipengaruhi oleh profitabilitas, kesempatan investasi, dan kebijakan dividen itu sendiri. Ketiga keputusan tersebut saling berinteraksi satu sama lain, karena keputusan investasi dipengaruhi oleh tersedianya dana dan biaya modal dan ketersediaan dana dipenagruhi oleh besar kecilnya laba yang ditahan (Sartono, 2000). Beberapa penelitian terdahulu antara lain Suharli (2007) telah melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Tunai Dengan Likuiditas Sebagai Variabel Penguat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa likuiditas dapat digunakan sebagai variabel penguat (variabel moderator) karena memberikan hasil yang signifikan α = 0.10 dalam mempengaruhi profitabilitas dan kesempatan investasi, tetapi dari kedua variabel independen, hanya profitabilitas yang dapat mempengaruhi kebijakan jumlah pembagian dividen perusahaan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kebijkan jumlah pembangian dividen perusahaan dipengaruhi oleh profitabilitas dan diperkuat oleh likuiditas perusahaan. Lisa Marlina dan Clara Danica telah melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio Dan Return On Asset
18 Terhadap Dividen Payout Ratio yang menyimpulkan bahwa Debt To Equity Ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividen Payout Ratio. Berdasarkan dari landasan teori dan penelitian yang telah diungkapkan diatas, maka kerangka pemikiran dapat digambarkan seperti dibawah ini : Variabel Independen Variabel Dependen Profitabilitas (X1) Kebijakan dividen (Y) Kebijakan utang (X3) Likuiditas Variabel Moderat Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran 2.3 Hipotesis Dari uraian sebelumnya,maka hipotesis penelitian ini adalah : 1. Rasio profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. 2. Kebijakan utang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. 3. Likuiditas yang dimiliki memperkuat hubungan antara profitabilitas( return on investment / ROI ) dan kebijakan dividen tunai perusahaan. 4. Likuiditas yang dimiliki memperkuat hubungan antara kebijakan utang dan kebijakan dividen tunai perusahaan.