KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1980 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA PENYELENGGARAAN LANDREFORM

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1980 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA PENYELENGGARAAN LANDREFORM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1980 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1960 TENTANG PERJANJIAN BAGI HASIL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1979 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYELENGGARAAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN GENERASI MUDA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 1980 TENTANG BADAN KOORDINASI ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 1980 TENTANG KEBIJAKSANAAN MENGENAI PENCETAKAN SAWAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, HAK DAN KEWAJIBAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KUALIFIKASI JABATAN FUNGSIONAL UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KECAMATAN DALAM LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

JENJANG PANGKAT DAN TUNJANGAN JABATAN STRUKTUR Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 1985 Tanggal 5 Pebruari 1985 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1980 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 1980 TENTANG BADAN KOORDINASI ENERGI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2013

Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1993 Tentang : Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KELURAHAN DI KOTA BANJAR

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KEBIJAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NASIONAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1990 TENTANG BADAN KOORDINASI NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENTUKAN TIM PENGAMANAN HUTAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG INSPEKTORAT KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1976 TENTANG PANITIA URUSAN PIUTANG NEGARA DAN BADAN URUSAN PIUTANG NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR : 11 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 14

BERITA DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 22 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KELURAHAN DALAM LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 40 TAHUN 2007

MENTERI PERTANIAN, MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI PEKERJAAN UMUM,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II JAYAPURA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORAGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KABUPATEN BREBES

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1973 TENTANG DAERAH INDUSTRI PULAU BATAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 6 TAHUN 1997 SERI D NO. 6

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 3 TAHUN 1977 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAFTARAN PENDUDUK

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 26 TAHUN 1980 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DAERAH

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1980 TENTANG BADAN TENAGA ATOM NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1993 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PASURUAN

B U P A T I S R A G E N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 23 TAHUN 1995 TENTANG

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 92 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN

TENTANG ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. D. 6 Nopember 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1994 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 44 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-N TAHUN 2011 TENTANG

LAMPIRAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

PEMERINTAH KOTA PADANG

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PONOROGO

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 95 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR TRANSMIGRASI DAN TENAGA KERJA

WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KOTA GORONTALO

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2016 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1994 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1981 TENTANG KOORDINASI PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN DI DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KOTA BANJARBARU

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 263 TAHUN 1964 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA NOMOR : 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 29 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 11 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 18 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 1975 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN MENGENAI TATA CARA PEMBEBASAN TANAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN KAWASAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS PROVINSI MALUKU UTARA

Transkripsi:

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1980 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA PENYELENGGARAAN LANDREFORM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK IDONESIA, Menimbang a. bahwa dalam rangka, melaksanakan ketentuan-ketentuan Garis-garis Besar Haluan Negara, yang menyatakan antara lain bahwa perlu diadakan "Penataan kembali penguasaan, penggunaan, dan pemilikan tanah maka peiaksanaan Landreform perlu ditingkatkan ; b. bahwa untuk meningkatkan pelaksanaan Landreform itu perlu diatur kembali organisasi dan tata kerja penyelenggaraannya, karena Panitia Landreform sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 263 Tahun 1964, ditinjau dalam perkembangannya dewasa ini kurang memadai. c. bahwa mengingat sifatnya penyelenggaraan Landreform tersebut dipandang perlu agar pelaksanaannya dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri dan para Gubernur Kepala Daerah, Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah, Camat dan. Kepala Desa selaku wakil-wakil Pemerintah Pusat di Daerah d. bahwa karena penyelenggaraan Landreform tersebut menyangkut juga bidang tugas Departemen-departemen lain diperlukan pertimbangan dari pejabat-pejabat yang mewakili Departemen-departemen itu, sehinga perlu dibentuk Panitia Pertimbangan Landreform tingkat Pusat Propinsi, dan Kabupaten/Kotamadya. Mengingat 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor IV/MPR/1978 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara ; 3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokokpokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043) 4. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara 1934). 5. Undang-undang Nomor 56 Prp Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 174, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2117) 6. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037)

7. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Negara Tahun 1979 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3153). 8. Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Rugi beserta Penjelasannya (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2322). 9. Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1979 tentang Rencana Pembangunan Lima Tahun Ketiga (Repelita III). M EMUTUS KAN : Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA PENYELENGGARAAN LANDREFORM. B A B I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan Presiden ini yang dimaksud dengan Peraturan Perundangundangan Landreform adalah Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 (Lembaran Negara 1960 Nomor 104), Undang-undang Nomor 2 Tahun 1960 (Lembaran Negara 1960 Nomor 2), Undang-undang nomor 56 Prp Tahun 1960 (Lembaran Negara 1960 Nomor 174), dan Perauran-peraturan Pelaksanaanya. BAB II TUGAS PENYELENGARAAN LANDREFORM Pasal 2 (1) Penyelenggaraan Landreform yang diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 (Lembaran Negara 1960 Nomor 104), Undang-undang Nomor 2 Tahun 1960 (Lembaran Negara 1960 Nomor 2), Undang-undang nomor 56 Prp Tahun 1960 (Lembaran Negara 1960 Nomor 174), dan Peraturanperaturan Pelaksanaannya (untuk selanjutnya disebut Peraturan Perundang-undangan Landreform) dilakukan sesuai dengan kebijaksanaan dan pedoman umum yang ditetapkan oleh Presiden. (2) Pelaksanaan Landreform sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditugaskan kepada Menteri Dalam Negeri serta para Gubernur Kepala Daerah, Camat dan Kepala Desa yang bersangkutan selaku wakil Pemerintah Pusat didaerah.

Pasal 3 Menteri Dalam Negeri bertugas : a. Menetapkan kebijaksanaan dan pedoman-pedoman pelaksanaan, sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang di berikan oleh presiden. b. menyelenggarakan pengawasan umum terhadap pelaksanaan ketentuanketentuan peraturan perundang-undangan Landreform. c. melakukan tugas-tugas dan wewenang yang secara khusus diserahkan kepadanya dalam peraturan-peraturan yang bersangkutan Pasal 4 Gubernur Kepala Derah bertugas : a. Memberikan petunjuk-petunjuk pelaksanaan kepada para Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. b. Penyelengarakan pengawasan umum terhadap pelaksanaan Ketentuanketentuan peraturan perundang-undangan Landreform untuk daerahnya masing-masing. c. Melakukan tugas-tugas dan wewenang yang secara khusus diserahkan kepadanya dalam peraturan yang bersangkutan. d. Menyampaikan laporan-laporan secara berkala mengenai pelaksanaan landreform diderahnya masing-masing kepada menteri dalam negeri. Pasal 5 Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah bertugas : a. Melaksanakan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan Landreform berdasarkan kebijaksanaan dan pedoman-pedoman pelaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan petunjukpetunjuk pelaksanaan yang diberikan oleh Gubernur Kepala Daerah. b. mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan Landreform di daerahnya masing-masing. c. melakukan tugas dan wewenang yang secara khusus diserahkan kepadanya dalam peraturan yang bersangkutan. d. Menyampaikan laporan secara berkala mengenai pelaksanaan Landreform didaerahnya masing-masing kepada Gubernur Kepala Daerah. Pasal 6 Camat dan Kepala Desa bertugas : a. Membantu Bupati/Walikotamadya kepala daerah dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan Landreform. b. Mengawasi terlaksananya peraturan perundang-undangan Landreform

untuk daerahnya masing-masing. c. Melakukan tugas dan wewenang yang secara khusus diserahkan kepadanya dalam peraturan yang bersangkutan. BAB III TATAKERJA Pasal 7 (1) Dalam Melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 1, Menteri Dalam Negeri Gubernur Kepala Daerah, Bupati/walikotamadya Kepala Daerah masing-masing dibantu oleh Direktur Jendral Agraria, Kepala Direktorat Agraria Propinsi dan Kepala Kantor Agararia Kabupaten/Walikotamadya yang bersangkutan serta instansi lainya yang secara fungsional ada sangkut pautnya dengan tugas pelaksanaan Landreform. (2) Untuk memperlancar pelaksanaan penyelenggaraan Landreform di daerah kecamatan dan desa, maka Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah menugaskan petugas kantor Agraria setempat untuk membantu terlaksananya tugas tesebut ditingkat kecamatan dan Desa. (3) Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 Menteri Dalam Negeri Gubernur Kepala Daerah, Bupati/walikotamadya kepala daerah masing-masing memperhatikan saran dan pertimbangan yang diberikan oleh panitia pertimbangan landreform Pusat, panitia pertimbangan landreform Propinsi, panitia pertimbangan landreform Kabupaten/Kotamadya yang diatur dalam pasal 8 sampai dengan pasal 10. BAB IV PANITIA PERTIMBANGAN LANDREFORM DAN TUGASNYA Pasal 8 (1) Panitia pertimbangan Landreform Pusat berhak memberikan saran dan Pertimbangan pada Menteri Dalam Negeri mengenai segala hal yang bersangkutan dengan penyelenggaraan landreform yang menjadi tugas Menteri Dalam Negeri. (2) Susunan keanggotaan Panitia Pertimbangan Landreform Pusat terdiri atas : a. Menteri Dalam Negeri, sebagai Ketua merangkap Anggota b. Direktur Jendral Agraria, sebagai Wakil Ketua merangkap Anggota c. Seorang Pejabat yang ditunjuk oleh menteri Pertahanan-Keamanan, sebagai Anggota d. Seorang Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Pengawas Pembangunan dan Lingkungan Hidup, sebagai Anggota.

e. Seorang Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian, sebagai Anggota f. Seorang Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, sebagai Anggota g. Seorang Petugas yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sebagai Anggota h. Seorang Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Pekerjaan Umum, sebagai Anggota i. Seorang Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Perdagangan dan Koperasi, sebagai Anggota j. Seorang Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Kehakiman, sebagai Anggota k. Seorang wakil yang ditunjuk oleh Dewan Pimpinan Pusat Keluarga Tani Indonesia sebagai Anggota. (2) Dalam melaksanakan tugasnya Panitia Pertimbangan Landreform Pusat dilengkapi dengan sekretaris, yang dipimpin oleh direktur direktorat Ladreform pada Direktorat Jendral Agraria sebagai sekretaris Pertimbangan. (3) Pengangkatan dan penggantian anggota-anggota Panitia Pertimbangan Landreform Pusat dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri berdasarkan penunjukan para Menteri sebagaimana dimaksud dalam ayat (2). (4) Para anggota sekretariat Panitia Pertimbangan Landreform Pusat diangkat oleh Menteri Dalam Negeri menurut keperluanya. Pasal 9 (1) Panitia Pertimbangan Landreform Propinsi, bertugas memberikan saran dan pertimbangan kepada Gubernur mengenai segala hal yang bersangkutan dengan hal Landreform di wilayah masing-masing yang menjadi tugas Gubernur Kepala Daerah. (2) Susunan Keanggotaan Panitia Pertimbangan Landreform Propinsi terdiri atas: a. Gubernur Kepala Daerah, sebagai Ketua merangkap Anggota. b. Kepala sekretariat Agraria Propinsi sebagai Wakil ketua merangkap Anggota. c. Seorang Pamong Praja yang ditunjuk oleh Gubernur Kepala Daerah sebagai Anggota d. Seorang Pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Daerah Kepolisian Propinsi, sebagai Anggota e. Seorang Pejabat yang ditunjuk oleh kepala kantor Wilayah Pertanian Propinsi, sebagai Anggota f. Seorang Pejabat yang ditunjuk oleh kepala kantor Wilayah Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi, sebagai Anggota g. Seorang Pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah Pekerjaan Umum Propinsi, sebagai Anggota h. Seorang Pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah Koperasi

Propinsi, sebagai Anggota i. Seorang Pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Direktorat Pembangunan Desa Propinsi, sebagai Anggota j. Seorang Pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Direktorat Sosial Politik Propinsi, sebagai Anggota k. Seorang Wakil Yang ditunjuk oleh Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Keluarga Tani Indonesia Propinsi, sebagai Anggota (3) Dalam melaksanakan tugasnya Panitia Pertimbangan Landreform Propinsi dilengkapi dengan Sekretariat, yang dipimpin oleh kepala sub direktorat Landreform pada Direktorat Agraria Propinsi, sebagai Sekretaris Panitia Pertimbangan. (4) Pengangkatan dan penggantian para anggota Panitia Pertimbangan Landreform Propinsi dilakukan oleh Gubernur Kepala Daerah berdasarkan penunjukan para Pejabat sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (2) a. (5) Para anggota sekretariat Panitia Pertimbangan Landreform Propinsi diangkat oleh Gubernur kepala Daerah menurut keperluanya. Pasal 10 (1) Panitia Pertimbangan Landreform Kabupaten/Kotamadya, bertugas memberikan saran dan pertimbangan kepada Bupati/Walikotamadya mengenai segala hal yang bersangkutan dengan hal Landreform di wilayah masing-masing yang menjadi tugas Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah. (2) Susunan Keanggotaan Panitia Pertimbangan Landreform Kabupaten/Kotamadya terdiri atas: a. Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah, sebagai Ketua merangkap Anggota. b. Kepala Kantor Agraria Kabupaten/Walikotamadya sebagai Wakil ketua merangkap Anggota. c. Seorang Pejabat Pamong Praja yang ditunjuk oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah sebagai Anggota d. Seorang Pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Resort Kepolisian Kabupaten/Kotamadya, sebagai Anggota e. Seorang Pejabat yang ditunjuk oleh kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kotamadya, sebagai Anggota f. Seorang Pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum seksi yang bersangkutan, sebagai Anggota g. Seorang Pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Koperasi Kabupaten/Kotamadya, sebagai Anggota h. Seorang Pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pembangunan Desa Kabupaten/Kotamadya, sebagai Anggota i. Seorang Pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Sosial Politik

Kabupaten/Kotamadya, sebagai Anggota j. Seorang Wakil Yang ditunjuk oleh Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Keluarga Tani Indonesia Kabupaten/Kotamadya, sebagai Anggota (3) Dalam melaksanakan tugasnya Panitia Pertimbangan Landreform Kabupaten/Kotamadya dilengkapi dengan Sekretariat, yang dipimpin oleh kepala sub direktorat Landreform pada Direktorat Agraria Kabupaten/Kotamadya, sebagai Sekretaris Panitia Pertimbangan. (4) Pengangkatan dan penggantian para anggota Panitia Pertimbangan Landreform Kabupaten/kotamadya dilakukan oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah berdasarkan penunjukan para Pejabat sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (2) a. (5) Para anggota sekretariat Panitia Pertimbangan Landreform Kabupaten/Kotamadya diangkat oleh Bupati/Walikotamadya kepala Daerah menurut keperluannya. BAB V PEMBIAYAAN Pasal 11 Segala pelayanan yang menyangkut pelaksanaan Keputusan Presiden ini, baik di Tingkat Pusat, maupun di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kotamadya, Kecamatan dan Desa dibebankan pada Anggaran yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 12 Dengan berlakunya Keputusan Presiden ini maka a. Keputusan Presiden Nomor 263 Tahun 1964 tentang penyempurnaan Panitia Landreform sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 131 Tahun 1961 dicabut kembali. b. Panitia Landreform Pusat serta Panitia Landreform Derah Tingkat I, Derah Tingkat II, Kecamatan dan Desa yang di bentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 263 Tahun 1964 dinyatakan bubar. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 13

Dengan ditetapkanya Keputusan Presiden ini semua tugas dan wewenang Panitia Landreform Pusat, Panitia Landreform Tingkat I, Panitia Landreform Tingkat II, Panitia Landreform Kecamatan dan Panitia Landreform Desa, beralih kepada dan dilaksanakan Masing-masing oleh Menteri Dalam Negeri, Gubernur Kepala Daerah, Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah, Camat dan Kepala Desa yang bersangkutan. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Hal-hal yang diperlukan untuk malaksanakan Keputusan Presiden ini diatur lebih lanjut oleh Menteri Dalam Negeri. Pasal 15 Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 18 September 1980 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd, SOEHARTO