TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

TINJAUAN PUSTAKA Kemangi (Ocimum basilicum Linn.) sebagai Tanaman Herbal. Tanaman Kemangi ( Ocimum basilicumlinn.) merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

TINJAUAN PUSTAKA. kulit udang. Proporsi kepala dan kulit udang diperkirakan antara 30%-40% dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

KULIAH ke: 9. POKOK BAHASAN: Zat Makanan Untuk Itik Pedaging. SUB POKOK BAHASAN: 1) Energi, 2)Protein, 3) Mineral, dan 4) Vitamin untuk itik pedaging.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

TINJAUAN PUSTAKA. betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuaan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

KEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING : SUPRIANTO NIM : I

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

TINJAUAN PUSTAKA. rendah dan siap dipotong pada usia yang relatif muda. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

VI. TEKNIK FORMULASI RANSUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang digunakan adalah Itik Peking Mojosari Putih (PMp)

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

II. TINJAUAN PUSTAKA. strain Cornish dengan betina yang besar yaitu Plymouth Rocks yang merupakan

KULIAH ke: 10. POKOK BAHASAN: Zat Makanan Untuk Itik Peking. SUB POKOK BAHASAN: 1) Energi, 2)Protein, 3) Mineral, dan 4) Vitamin untuk itik peking.

TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu pilihan sumber protein ransum adalah tepung hasil samping

TINJAUAN PUSTAKA. Nangka memiliki nama latin artocarpus heteropyllus sedangkan dalam

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging dengan bobot badan 1,9 kg

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai sekurang-kurangnya satu gugusan amino (-NH 2 ) pada posisi alfa dari

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

I PENDAHULUAN. satu jenis ayam lokal di antaranya adalah ayam sentul yang merupakan ayam asli

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Bungkil inti sawit adalah limbah ikutan proses ekstrasi inti sawit. Bahan

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu tipe pedaging, tipe petelur dan tipe dwiguna. Ayam lokal yang tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) ada juga yang menyebut siput

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa),

TINJAUAN PUSTAKA. Itik (Anas platyrhynchos)

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA. Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan budidaya ayam arab di Indonesia semakin pesat hal ini

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang cukup potensial dalam bidang. pertanian dalam arti luas. Hasil samping pertanian yang dapat dimanfaatkan

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

III. KEBUTUHAN ZAT-ZAT GIZI AYAM KUB. A. Zat-zat gizi dalam bahan pakan dan ransum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ayam pedaging merupakan jenis ayam yang sangat efisien dalam. menghasilkan daging ukuran badannya yang besar, padatdan berlemak, bergerak

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara dilingkungan subtropis maupun tropis. Itik peking mudah beradaptasi dan keinginan untuk terbang kecil sekali. Umumnya dipelihara secara intensif dengan dilengkapi kolam yang dangkal (Murtidjo, 1996). Itik peking termasuk golongan itik pedaging yang mulai popular di Indonesia. Produksi dagingnya dapat mencapai 3 sampai 3,5 kg pada umur 7-8 minggu. Namun meskipun itik peking adalah itik pedaging, pemeliharaannya belum meluas, kemungkinan karena masalah harga saat itik dipasarkan (Anggorodi, 1995). Tujuan pokok pemeliharaan itik pedaging adalah untuk menghasilkan daging bagi konsumsi manusia. Itik pedaging adalah itik yang mampu tumbuh cepat dan dapat mengubah pakan secara efisien menjadi daging yang bernial gizi tinggi. Disamping itu itik pedaging harus memiliki konfirmasi dan struktur perdagingan yang baik (Srigandono, 1996). Berbeda dengan itik petelur, itik pedaging mempunyai badan yang besar dan tubuhnya tidak tegak berdiri, tetapi mendatar atau horizontal, dagingnya juga banyak. Bangsa-bangsa itik termasuk dalam itik pedaging putih, itik Aylesbury, itik Manila, itik Rouaan. Banyak kemungkinaan untuk masa mendatang, itik peking akan menjadi popular, terutama untuk membantu pemenuhaan gizi masyarakat pedesaan (Rasyaf, 1982).

Kebutuhan Nutrisi Itik Pedaging Bahan pakan itik pedaging adalah bahan pakan yang memiliki unsur-unsur gizi seperti energi, mineral, protein, vitamin, karbohidrat dan air. Bahan pakan untuk itik biasanya jagung kuning, bungkil kedelai, tepung ikan dan pakan lainnya yang menjadi sumber energi. (Wahyu, 1992). Ransum untuk itik pada dasarnya sama seperti untuk anak ayam, kesamaannya terutama dalam penggunaan bahan pakan. Ransum itik umumnya diberikan agak basah, Air perlu ditambahkan kedalam ransum untuk membuat bahan ransum saling melekat, akan tetapi ransum tidak boleh begitu basah sehingga becek (Anggorodi, 1995). Unsur-unsur gizi untuk itik terdiri dari protein yang merupakan unsur gizi yang paling banyak dibutuhkan untuk kehidupan dan produksi, energi dan air. Kebutuhan protein untuk itik dipengaruhi oleh: umur itik, pertumbuhan, reproduksi dan iklim, dimana temperatur mempengaruhi konsumsi ransum. Pada temperatur yang panas itik mengurangi konsumsinya dan sebaliknya pada musim dingin. Bila protein dan asam aminonya kekurangan atau tidak terpenuhi akan menyebabkan pertumbuhannya terganggu dan proses pembentukan dan keindahan bulunya terganggu (Rasyaf, 1982). Secara garis besar dianjurkan bahwa pada periode starter hendaknya ransum mengandung protein 20 sampai 22% dengan energi metabolisme 2800 sampai 3000 kkal, sedangkan setelah umur 2 minggu sampai saat dipotong protein diturunkan menjadi 16 sampai 17% dan energi 3000 kkal (Srigandono, 1997).

Laju pertumbuhan dan konsumsi itik pedaging menurut NRC (1994) Disitasi Srigandono (1997) dicantumkan pada Tabel 1 berikut: Tabel1. Laju pertumbuhan konsumsi makanan itik pedaging Umur (Mg) Berat badan (kg) Konsumsi seminggu (kg) Konsumsi kumulatif (kg) Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina 0 0.06 0.06 1 0.27 0.27 0.22 0.22 0.22 0.22 2 0.78 0.74 0.77 0.73 0.99 0.95 3 1.38 1.28 1.12 1.11 2.11 2.05 4 1.96 1.82 1.28 1.28 3.40 3.33 5 2.49 2.30 1.48 1.43 4.87 4.76 6 2.96 2.73 1.63 1.59 6.50 6.35 7 3.34 3.60 1.68 1.63 8.18 7.98 8 3.61 3.29 1.68 1.63 9.86 9.61 Sumber: NRC (1994) disitasi Srigandono (1997) Penggolongan zat-zat nutrisi adalah karbohidrat, lemak, protein, zat-zat mineral, zat-zat vitamin dan air. Fungsi karbohidrat pada ternak unggas adalah sebagai energi dan panas serta disimpan sebagai lemak jika berlebihan, sementara karena lemak mudah tengik, maka sebagian besar ransum mengandung tidak lebih dari sekitar 4-5% lemak. Protein adalah unsur pokok alat tubuh dan jaringan lunak tubuh ternak unggas, zat tersebut diperlukan untuk pertumbuhan, pengelolaan dan produksi telur serta merupakan bagian semua enzim dalam tubuh. Zat-zat mineral dan vitamin merupakan nutrisi mikro penting untuk mencegah penyakit-penyakit defisiensi. Sementara air mempunyai peranan penting sebagai stabilitator suhu (Anggorodi, 1997).

Kebutuhan gizi itik peking menurut NRC (1994) disitasi Anggorodi (1997) dicantumkan pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Kebutuhan nutrisi itik peking Nutrisi Pemula Pertumbuhan (0-2 minggu) (0-2 minggu) Breeding Em (Kkal/Kg) 2900 3000 2900 Protein (%) 22,00 16,00 15,00 Aginin (%) 1,10 1,00 - Lisin (%) 1,10 0,90 0,70 Methionin+sistin(%) 0,80 0,60 0,55 Kalsium (%) 0,68 0,60 2,75 Fosfor tersedia (%) 0,40 0,35 0,35 Natrium (%) 0,15 0,15 0,15 Khlor (%) 0,12 0,12 0,12 Magnesium (mg) 500 500 500 Mangan (mg) 40,00 40,00 40,00 Zinkum (mg) 60,00 60,00 60,00 Selenium (mg) 0,14 0,14 0,14 Vitamin A (IU) 4000 4000 4000 Vitamin D (ICU) 220 220 220 Vitamin K (mg) 0,40 0,40 0,40 Riboflavin (mg) 4,00 4,00 4,00 Asam Pantothenat(mg) 11,00 11,00 11,00 Niasin (mg) 55,00 55,00 55,00 Sumber : National Rescarch Council (199 ) disitasi Anggorodi (1997) Roti Afkir Roti merupakan makanan manusia yang praktis, yang memberikan kebutuhan untuk pertumbuhan badan yang sehat. Bahan pokok dalam pembuatan roti terdiri dari tepung terigu, ragi dan air. Tepung terigu dibuat dari gandum, karena itu kandungan karbohidratnya cukup tinggi berkisar 70-73%, yang terdiri dari amilosa dan amilopektin dalam jumlah yang sama (1 : 1). Sedangkan kadar proteinnya secara umum terdiri dari glutenin dan gliadin (Astawan,2007).

Roti afkir adalah roti yang sudah tidak layak lagi dikonsumsi oleh manusia dikarenakan sudah melewati batas ketahanan roti tersebut. Roti afkir sudah tidak memiliki nutrisi yang sama seperti roti yang belum afkir, dikarenakan roti afkir sudah mengalami perubahan tekstur, aroma dan rasa. Oleh karena itu, roti afkir dijual dengan harga yang murah berkisar Rp 1700 sampai Rp 2000 per kg nya. Roti afkir tidak langsung dibuang karena dapat menjadi pakan alternatif bagi hewan unggas ataupun hewan lainnya (Daghir,1995). Roti yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia mengandung energi sebesar 215 kkal, protein 5,29 g, karbohidrat 44,95 g, lemak 1,9 g, kalsium 15 mg, fosfor 94 mg dan zat besi 1,24 mg. Selain itu di dalam roti coklat juga terkandung vitamin A sebanyak 2 IU dan vitamin B1 0,06 mg. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 g roti. Kandungan nutrisi yang terkandung pada roti afkir tidak jauh berbeda dengan roti yang belum afkir. Pada Tabel 3 disajikan kandungan nilai gizi dari roti afkir : Tabel 3. Komposisi nutrisi roti afkir Jenis Nutrisi Kandungan Energi metabolis (Kkal/kg) 2952 u Protein kasar (%) 6,47 a Lemak kasar (%) 24,34 a Serat kasar (%) 0,85 a Abu (%) 1,90 a Sumber : u Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan UNPAD ( 2007 ). a Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Prodi Peternakan Fakultas Pertanian USU ( 2013).

Karkas Karkas unggas adalah daging bersama tulang hasil pemotongan setelah dipisahkan dari kepala sampai pangkal leher dan dari kaki sampai batas lutut, isi rongga perut serta darah dan bulu (Murtidjo, 1992). Karkas itik peking bewarna kuning dan kelihatan sangat menarik, tekstur dagingnya juga sangat bagus. Persilangan dengan bangsa itik Aylesbury menghasilkan keturunan dengan tekstur daging yang lebih bagus lagi. Daging itik sebenarnya mirip dengan bahan yang lezat dan bergizi tinggi. Kandungan protein daging ini sepadan dengan jenis ternak lain, sedangkan kandungan lemaknya terlalu tinggi (Srigandono, 1997). Sifat karkas yang baik adalah berbentuk padat, tidak kurus, tidak terdapat kerusakan kulit ataupun dagingnya, sedangkan untuk karkas yang kurang baik mempunyai daging yang kurang pada bagian dada sehingga kelihatan panjang dan kurus (Siregar et al., 1980). Kualitas daging dan karkas dipengaruhi oleh faktor sebelum dan sesudah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain adalah genetik, species, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur dan ransum. Faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi antara lain metode pemanasan, ph karkas dan daging. Faktor yang menentukan nilai dari karkas meliputi berat karkas, jumlah daging yang dihasilkan, dan kualitas daging dari karkas yang bersangkutan (Soeparno,1994).

Disamping itu bahwa produksi karkas sangat erat kaitannya dengan bobot badan, sedangkan pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh bahan pakan penyusun ransum (Nataamidjaya dkk, 1995). Menurut Ensminger (1992), kualitas karkas terbagi atas 3 bagian, yaitu kualitas A, kualitas B dan kualitas C. Ciri-ciri dari masing-masing kualitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Ciri-ciri kualitas karkas Faktor Kualitas Kualitas A Kualitas B Kualitas C Konformasi Sempurna Boleh ada cacat Ada cacat sedikit sedikit tapi tidak boleh pada bagian paha Pedagingan Tebal Sedang Tipis Perlemakan Cukup Cukup Tipis Keutuhan Sempurna Tulang sempurna kulit boleh sobek Tulang boleh ada yang patah,ujung sedikit tapi tidak sayap boleh lepas, pada bagian paha kulit boleh ada sobek tapi tidak terlalu lebar Perubahan warna Bebas dari memar Ada memar Ada memar sedikit tapi tidak pada bagian dada Bobot Potong Ternak itik yang layak dipotong biasanya berumur 7-8 minggu. Sebelum dipotong itik dipuasakan terlebih dahulu 8-10 jam. Pemuasaan bertujuan agar saluran pencernaan relative kosong sehingga pada saat diproses karkas tidak terkontaminasi oleh kotoran atau isi saluran pencernaan. (Srigandono, 1997).

Persentase karkas Persentase karkas merupakan faktor penting untuk menilai produksi ternak, karena produksi erat kaitannya dengan bobot hidup, dimana semakin bertambah bobot hidupnya maka produksi karkasnya semakin meningkat (Murtidjo, 1996). Menurut Kartadisastra (1998), persentase karkas adalah perbandingan antara bobot karkas dengan bobot tubuh kosong (BTK) atau bobot ternak setelah dipuasakan dikali 100%. Secara umum persentase karkas unggas berkisar antara 65-75% dari berat hidup (Priyatno, 1997).