PERBEDAAN STATUS GIZI BERDASARKAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), khususnya bayi kurang

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN STATUS IMUNITAS ANAK BALITA DI RW VII KELURAHAN SEWU, KECAMATAN JEBRES, KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA TODDLER (1-3 TAHUN) DENGAN RIWAYAT BAYI BERAT LAHIR RENDAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN ANTARA STATUS ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HALMAHERA, SEMARANG

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

PENGARUH IMUNISASI TERHADAP TINGKAT MORBIDITAS DAN STATUS GIZI (IMT/U) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POLOKARTO SUKOHARJO

93 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

THE FACTORS ASSOCIATED WITH POOR NUTRITION STATUS ON TODDLERS IN THE PUSKESMAS PLERET BANTUL REGENCY YEARS Rini Rupida 2, Indriani 3 ABSTRACK

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan masyarakat merupakan salah satu tujuan Rencana. Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJN-N) tahun yang

PENELITIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BATITA DI DESA MOPUSI KECAMATAN LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN ANEMIA DAN KEK PADA IBU HAMIL AKHIR TRIMESTER III DENGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember)

HUBUNGAN RIWAYAT ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 7-36 BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS GONDOKUSUMAN I TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yang salah satunya

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR. Nofi Yuliyati & Novita Nurhidayati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

PENGARUH KEBUTUHAN GIZI TERHADAP PERUBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL DI DESA PETIS RT 02 RW 02 KECAMATAN DUDUK SAMPEYAN KABUPATEN GRESIK

HUBUNGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH PUSKESMAS WULUHAN TAHUN 2016

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Aribul Maftuhah

BAB 1 PENDAHULUAN. sebesar 25 per-1000 kelahiran hidup dengan Bayi Berat Lahir. Rendah (BBLR) penyebab utamanya. 2 Kematian bayi baru lahir di

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada Program Studi Gizi FIK UMS. Disusun Oleh :

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DAN JUMLAH ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA BULAN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

Rendah. Veronica Magdalena Pinontoan 1, Sandra G.J Tombokan 2, 1. RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado 2,3, Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. masih tingginya angka kematian bayi. Hal ini sesuai dengan target Millenium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut:

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

GAMBARAN STATUS GIZI IBU HAMIL TRIMESTER I

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

Kata Kunci : Pola Asuh Ibu, Status Gizi Anak Balita

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

ABSTRAK. Kata kunci : Balita, Status gizi, Energi, Protein PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

Kata kunci :Frekuensi Antenatal Care, Ketaatan Konsumsi Fe, Anemia, Ibu Hamil

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN WASTING DAN STUNTING PADA BALITA KELUARGA MISKIN

FREKUENSI KUNJUNGAN POSYANDU DAN RIWAYAT KENAIKAN BERAT BADAN SEBAGAI FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 3 5 TAHUN

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD DR WAHIDIN SUDIROHUSODO KOTA MOJOKERTO

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

HUBUNGAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA KEHAMILAN DENGAN BERAT BAYI LAHIR DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA UMUR 3-5 TAHUN DI DESA PUTON KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN KEHAMILAN GANDA DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

HUBUNGAN PARITAS DAN USIA IBU DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUM INSANI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

Pengetahuan tentang nutrisi berhubungan dengan status anemia pada ibu hamil di Puskesmas Sewon II Bantul Yogyakarta tahun 2012

ABSTRACT. Keywords: severe acute malnutrition, child, nutrition status, economic status

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA PADA BERAT BADAN LAHIR RENDAH CAUSE FACTORS OF ASPHYXIA IN LOW BIRTH WEIGHT

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN STATUS GIZI ANAK DI BAWAH 5 TAHUN DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS NUSUKAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi

HUBUNGAN UMUR, PARITAS, DAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK

Jurnal Kesehatan Medika Saintika Volome 8 Nomor 1 jurnal.syedzasaintika.ac.id

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

Transkripsi:

PERBEDAAN STATUS GIZI BERDASARKAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: INA SHOLIHAH J 310 120 005 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

i

ii

iii

PERBEDAAN STATUS GIZI BERDASARKAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI KECAMATAN POLOKARTO SUKOHARJO Abstrak Penyebab kematian neonatus terbanyak adalah karena pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR merupakan salah satu yang mempengaruhi kelangsungan generasi penerus bangsa. Salah satu efek dalam jangka panjang pada bayi dengan BBLR akan mempengaruhi status gizi. Hal tersebut diakibatkan dari kurang maturnya organ-organ pencernaan dan berisiko lebih sering terkena infeksi. Jenis penelitian ini observasional analitik yang menggunakan pendekatan cross sectional dengan jumlah responden 105 orang yang diperoleh dengan teknik simple random sampling. Data riwayat BBLR didapatkan melalui observasi buku KIA sedangkan status gizi didapatkan dari hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan secara langsung. Analisis statistik menggunakan uji Independent Sample T-Tes. Hasil penelitian menunjukkan status gizi pada batita dengan riwayat BBLR paling banyak memiliki status gizi normal sebesar 66,7% dan pada batita tidak BBLR dengan status gizi normal sebesar 92,9%. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan status gizi berdasarkan riwayat BBLR (p=0,003). Kata Kunci: status gizi, riwayat BBLR Abstract The most leading causes of neonatal death are retarded fetal growth, nutrition deficiency in fetus, premature birth and low birth weight (LBW). LBW is one of factors affecting the sustainability of next generation. One of long-term effects of LBW will affect nutrition status. It is due to the less mature gastrointestinal organs leading to higher risk of infection. This study was an analytical observational research using cross sectional approach with 105 respondents selected using simple random sampling. The data of LBW history ware obtained through observing KIA (Maternal and Fetal Health) book while nutritional status was obtained from the result of directly body weight and height measurement. Statistical analysis was conducted using Independent Sample T-Test. The nutritional status in under-three-years children with LBW history showed that most children (66.7%) had normal nutrition status and in those without LBW history, 92.9% had normal nutritional status. The result of statistical test showed that there was a difference of nutritional status by LBW history (p = 0.003). Keywords: nutritional status, LBW history 1. PENDAHULUAN Penyebab kematian neonatus terbanyak adalah karena pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR). Angka kejadian BBLR di 1

Indonesia masih relatif tinggi yaitu sebesar 10,2% pada tahun 2013 (Kemenkes RI, 2014). Bayi BBLR yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram (Saifuddin, 2002). BBLR tidak hanya terjadi pada bayi prematur, tapi juga pada bayi cukup bulan yang mengalami hambatan pertumbuhan selama kehamilan (Fauziyah, 2016). Bayi yang lahir BBLR disebabkan oleh multifaktor. Bayi yang lahir BBLR dipengaruhi oleh faktor ibu, faktor kehamilan dan faktor janin. Faktor dari ibu yang menyebabkan bayi dengan BBLR adalah gizi ibu saat hamil, jarak kehamilan, penyakit menahun ibu, sedangkan faktor kehamilan yang menyebabkan bayi dengan BBLR adalah hamil dengan hidramnion, hamil ganda, pendarahan antepartum, komplikasi hamil (preeklampsia atau eklampsia), Ketuban Pecah Dini (KPD). Faktor lain yang mempengaruhi bayi dengan BBLR adalah kelainan kongenital dan infeksi dalam rahim (Manuaba, 2010). Salah satu efek dalam jangka panjang pada bayi dengan BBLR akan mempengaruhi status gizi. Status gizi merupakan keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi, penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tertentu yang salah satu dampak fisiknya dapat diukur secara antropometri (Supariasa et al., 2002). Bayi dengan BBLR akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan lebih lambat sehingga memiliki risiko kekurangan gizi yang menyebabkan bayi mengalami kurus (Arnisam, 2007). Berdasarkan penelitian Saputra (2012) tentang riwayat BBLR pada balita menunjukkan bahwa 12,5% balita dengan riwayat BBLR memiliki status gizi baik dan 17% balita dengan riwayat BBLR memiliki status gizi kurang. Riwayat BBLR dapat dijadikan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi balita. Menurut penelitian Srikandi et al. (2011) menunjukkan balita yang memilki riwayat BBLR mempunyai risiko gizi kurang 5,15 kali dibandingkan dengan gizi baik. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dampak dari BBLR akan menyebabkan balita gizi kurang dan mudah terkena infeksi yang berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal tersebut diakibatkan dari kurang maturnya organ-organ pencernaan dan berisiko lebih sering terkena infeksi (Arisman, 2004). Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, Prevalensi bayi dengan BBLR pada tahun 2013 sebesar 10,2%, terjadi penurunan jika dibandingkan pada tahun 2010 menjadi 11,2%. Angka prevalensi bayi BBLR tertinggi di Provinsi Sulawesi Tengah (16,9%) dan terendah di Sumatera Utara (7,2%) (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2014, 2

prevalensi bayi BBLR sebesar 3,9% dan terjadi peningkatan jika dibandingkan pada tahun 2013 (3,75%). Presentase BBLR tertinggi adalah di Kabupaten Grobogan (7,2%) dan terendah di Kabupaten Pati (0,5%) (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2014). Berdasarkan survey pendahuluan pada tahun 2015 di Kabupaten Sukoharjo, prevalensi bayi dengan BBLR (3,98%) (Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, 2015). Berdasarkan dari profil Puskesmas Polokarto pada tahun 2015 terdapat kasus BBLR sebesar 2,8%. Selain itu, balita kurus di Kecamatan Polokarto teringgi urutan ke-3 dari 12 kecamatan yaitu sebesar 6,72% (Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, 2015). Prevalensi BBLR yang cukup tinggi ini, ditambah dengan teori dari Proverawati dan Ismawati (2010) dimana efek dalam jangka panjangnya anak tersebut akan mengalami gangguan perkembangan dan pertumbuhan yang secara langsung akan mempengaruhi status gizi pada masa mendatang, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Perbedaan Status Gizi berdasarkan Riwayat BBLR di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. 2. METODE Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilakukan padatanggal 18 Juni - 2 Juli 2016 dilaksanakan di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh batita yang bertempat tinggal di Kecamatan Polokarto. Jumlah sampel diperoleh 105 responden dengan metode simple random sampling. Cara pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan melakukan undian. Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas yaitu riwayat BBLR dan variabel terikat yaitu status gizi. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu formulir pernyataan kesediaan responden, formulir identitas responden, berat lahir, status imunisasi dan status gizi. Alat yang digunakan adalah microtoice dan timbangan digital. Analisis bivariat menggunakan uji Independent Sample T-Tes. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum Wilayah Puskesmas Polokarto merupakan salah satu dari 12 Puskesmas yang berada di wilayah Sukoharjo. Puskesmas tersebut terletak di Desa Mranggen Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Puskesmas ini memiliki batas wilayah antara lain sebelah utara Kecamatan Mojolaban dan Kabupaten Karangayar, sebelah selatan Kecamatan Bendosari, sebelah barat Kecamatan Grogol dan sebeleh timur Kabupaten Karanganyar. 3

3.2 Karakteristik Ibu Batita Data karakteristik ibu batita dalam penelitian ini untuk mengetahui distribusi dari tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu batita. Tabel 1. Distribusi Pendidikan dan Pekerjaan Ibu Batita Karakteristik BBLR Tidak BBLR n % n % Pendidikan Ibu: a. Pendidikan Dasar b. Pendidikan Menengah c. Pendidikan Tinggi 7 9 5 33,3 42,9 23,8 31 37 16 36,9 44,0 19,0 Total 21 100 84 100 Pekerjaan Ibu: a. Tidak bekerja 14 66,7 46 54,8 b. PNS 1 4,8 1 1,2 c. Pegawai Swasta 1 4,8 26 31,0 d. Lain-lain 5 23,8 11 13,1 Total 21 100 84 100 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa distribusi pendidikan ibu tertingi pada kelompok batita dengan riwayat BBLR adalah pendidikan menengah (42,9%). Pendidikan secara tidak langsung akan mempengaruhi hasil suatu kehamilan khususnya terhadap kejadian bayi dengan BBLR. Hal tersebut berkaitan dengan pemeliharaan kondisi kehamilan serta upaya mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan selama kehamilan (Sistiarini, 2008). Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa distribusi pekerjaan ibu tertingi pada kelompok batita BBLR adalah tidak bekerja (66,7%). Ibu yang bekerja mempunyai peluang untuk melahirkan bayi BBLR 2,93 kali dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Beratnya pekerjaan ibu dapat menimbulkan terjadinya prematuritas dan melahirkan bayi dengan BBLR (Salawati, 2012). 3.3 Karakteristik Batita Karakteristik batita terdiri dari jenis kelamin dan status imunisasi pada batita. Distribusi jenis kelamin batita dapat dilihat pada Tabel 2. 4

Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin Batita Jenis Kelamin BBLR Tidak BBLR n % n % a. Laki-laki 9 42,9 46 54,8 b. Perempuan 12 57,1 38 45,2 Total 21 100 84 100 Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa distribusi tertinggi pada kelompok BBLR dengan jenis kelamin perempuan sebesar 57,1%. Bayi BBLR dengan jenis kelamin perempuan akan memiliki risiko melahirkan bayi dengan BBLR lebih tinggi. Hal tersebut harus diimbangi dengan asupan makan yang baik, sehingga dapat menurunkan risiko melahirkan bayi BBLR pula (Wardlaw et al., 2004). Tabel 3. Distribusi Status Imunisasi berdasarkan Riwayat BBLR Riwayat BBLR Status Imunisasi Imunisasi Lengkap Imunisasi Tidak Lengkap n % n % a. BBLR 4 25 17 19,1 b. Tidak BBLR 12 75 72 80,9 Total 16 100 89 100 Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi tertinggi pada kelompok tidak BBLR dengan imunisasi tidak lengkap sebesar 80,9%. Bayi yang lahir BBLR memiliki gangguan imunologik karena daya tahan tubuh rendah. Hal tersebut akibat rendahnya kadar IgG dan gamma globulin, oleh karena itu bayi dengan BBLR relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap reaksi terhadap infeksi (Proverawati dan Isnawati, 2010). Bayi dengan BBLR sebaiknya diberikan imunisasi dasar lengkap agar memiliki sistem imunitas yang lebih baik dan terhindar dari penyakit. 3.4 Status Gizi Batita Status gizi merupakan keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tertentu, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh yang dampak fisiknya dapat diukur secara antropometri maupun klinik (Supariasa et al., 2002). Pengukuran status gizi pada penelitian ini menggunakan indeks BB/TB. 5

Tabel 4. Distribusi Status Gizi Riwayat BBLR Status Gizi Total Sangat kurus Kurus Normal Gemuk n % n % n % n % n % a. BBLR b. Tidak BBLR 1 0 4,8 0 6 5 28,6 6 14 78 66,7 92,9 0 1 0 1,2 21 84 100 100 Total 1 1,0 11 10,5 92 87,6 1 1,0 105 100 Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan bahwa distribusi tertinggi pada kelompok tidak BBLR dengan status gizi normal (92,9%). Status gizi dipengaruhi oleh 2 faktor penyebab yaitu penyebab tidak langsung dan penyebab langsung. Penyebab tidak langsung antara lain adalah gizi ibu saat hamil, kemiskinan, pendidikan, dan pengetahuan yang mempengaruhi ketersediaan pangan, pelayanan kesehatan dan pola asuh (Supariasa et al., 2002). 3.5 Perbedaan Status Gizi berdasarkan Riwayat BBLR Hasil analisis perbedaan status gizi berdasarkan riwayat BBLR di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Analisis Perbedaan Status Gizi berdasarkan Riwayat BBLR Riwayat BBLR p-value BBLR (SD) Tidak BBLR (SD) Minimal Maksimal Rata-rata Standar Deviasi -3,45 0,91-1,19 1,19-2,99 2,12-0,54 1,12 0,003 Berdasarkan Tabel 5, nilai rata-rata z-score status gizi BB/TB pada kelompok batita dengan riwayat BBLR sebesar -1,19 SD sedangkan kelompok batita dengan riwayat tidak BBLR sebesar -0,54 SD. Berdasarkan nilai p = 0,003 lebih kecil dari nilai α = 0,05. Hasil analisis tersebut menunjukkan Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga disimpulkan bahwa ada perbedaan status gizi berdasarkan riwayat BBLR di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Adanya perbedaan riwayat BBLR dan status gizi balita maka dapat dikatakan BBLR berisiko menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan lebih lambat sehingga memiliki risiko kekurangan gizi, jika dibandingan balita yang tidak memiliki riwayat BBLR (Arnisam, 2007). Hal tersebut karena adanya gangguan pada organ-organ pencernaan. Adanya gangguan pada organ pencernaan dapat 6

disebabkan karena belum berfungsi dengan baik, apabila keadaan ini berkelanjut dengan asupan makan yang tidak adekuat makan akan mengganggu pertumbuhan balita (Arisman, 2004). Penelitian ini sejalan dilakukan oleh Srikandi et al. (2011) menunjukkan balita yang memiliki riwayat BBLR mempunyai risiko gizi kurang 5,15 kali dibandingkan dengan gizi baik. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dampak dari BBLR akan menyebabkan balita gizi kurang dan mudah terkena infeksi yang berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Raqib et al. (2007) bahwa BBLR akan mempengaruhi tingkat kekebalan tubuh dan akan meningkatkan risiko terkena penyakit infeksi. Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penyebab langsung yang mempengaruhi status gizi balita. Penelitian ini menggunakan variabel status gizi BB/TB. Status gizi BB/TB pada balita menggambarkan kekurangan gizi akut yang terjadi dalam waktu yang singkat dan mempengaruhi keadaan status gizi seseorang. Hal tersebut biasanya terjadi jika anak terserang penyakit infeksi yang kemudian akan mempengaruhi status gizi anak atau bisa juga karena kekurangan asupan makan yang dipengaruhi oleh status ekonomi, pengetahuan ibu yang kurang dan pola asuh yang keliru yang dapat mengakibatkan balita BBLR maupun yang normal tumbuh menjadi batita kurus (Muqni et al., 2012). Menurut penelitian Otgonjargal et al. (2012) BBLR berkaitan dengan status gizi balita yang menyebabkan malnutrisi pada balita. Malnutrisi tersebut juga dipengaruhi oleh asupan makan dan pola asuh terutama pemberian ASI eks pada balita. Program untuk mengurangi kejadian gizi kurang dapat dengan penyuluhan tentang pencegahan BBLR dan dukungan asupan nutrisi terutama pada bayi BBLR. 4 PENUTUP Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan status gizi berdasarkan riwayat BBLR di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Saran bagi petugas Kesehatan Puskesmas Polokarto, sebaiknya ada upaya peningkatan kesehatan masa kehamilan seperti penyuluhan, sehingga dapat menurunkan angka kejadian lahir BBLR yang akan berdampak pada status gizi batita. 7

DAFTAR PUSTAKA Arisman. 2004. Buku Ajar Ilmu Gizi, Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta:EGC Arnisam. 2007. Hubungan BBLR dengan Status Gizi Anak Usia 6-24 Bulan. http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=penelitiandetail&a ct=view&typ=html&buku_id=35919 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014. Semarang Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. 2015. Laporan Penimbangan Serentak Tahun 2015. Sukoharjo. Laporan Bulan Desember Tahun 2015. Sukoharjo Fauziyah, S. N. 2016. Perbedaan Status Gizi antara Balita dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) di Kecamatan Pangalangan. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta Kementrian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Badan Litbang Kemenkes RI. Jakarta Manuaba, I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta Muqni, A. D., Veni H., Nurhaedar J., 2012. Hubungan Berat Badan Lahir Rendah dan Pelayanan KIA terhadap Status Gizi Anak Balita di Kelurahan Tamamaung Makasar. Media Gizi Masyarakat Indonesia, Vol.1, No.2, Februari 2012 : 109-116 Otgonjargal, D., Bradley A.W., Batjargal J., B. Gereljargal., Davaalkham., 2012. Nutritional Status of Under- Five Children in Mongolia. Journal of Medicine and Medical Sciences. Vol 3 (5) pp. 341-349 Proverawati, A dan Ismawati, C., 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Nuha Medika. Yogyakarta Raqib, R., Alam, DS., Sarker, P., Ahmad SM., Ara, G., Yunus, M., Moore, SE., Fuchs, G., 2007. Low Birth Weight is Associated with Altered Immune Function in Rural Bangladeshi Children: a Birth Cohort Study. American Journal of Clinical Nutrition. 85:845-852 Saifuddin, A. B. 2002. Asuhan Bayi Baru Lahir. Buku Panduan Praktis Pelayanan Materal dan Neonatal. EGC. Jakarta Salawati, L. 2012. Hubungan Usia, Paritas dan Pekerjaan Ibu Hamil dengan Bayi Berat Lahir Rendah. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. Volume 12 Nomer 3 Desember 2012 8

Saputra, M. 2012. Hubungan antara Riwayat BBLR dengan Status Gizi pada Balita di Kelurahan Pringgokusuma Kecamatan Gedongtengen Kota Yogyakarta. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta Sistiarini, C. 2008. Faktor Maternal dan Kualitas Pelayanan Antenatal yang Berisiko terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang Srikandi, G., Baehaqi, A., Muzayyanah, N. 2011. Hubungan Riwayat Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Terhadap Status Gizi Anak Balita di Puskesmas Gondosari Kabupaten Kudus. Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta Supariasa, I.D.N., Bachtiar B., Ibnu F. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta Wardlaw, G. M., J. S. Hampl., R. A. Disilvestro., 2004. Prespectives in Nutrition. New York: McGraw Hill 9