(Artikel) Oleh KHOIRUNNISA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA. (Artikel) Oleh WELLY MENTARI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII semester genap pada bulan

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Hal ini tidak terlepas dari peranan dunia

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA. (Artikel) Oleh NI WAYAN NILA SRI LESTARI

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA. (Artikel) Oleh: Ely Fitri Astuti

PENGARUH PENGGUNAAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA. (Artikel) Oleh Wana Ginandi Putra

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas.

PENGARUH AUDIO VISUAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI PERISTIWA ALAM DAN DAMPAKNYA. (Artikel) Oleh IMRON ROSADI

PENGARUH MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI POKOK JAMUR. (Artikel) Oleh Wulan Sari Irawati

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH PENGGUNAAN KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STAD TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI SISWA

PENGARUH METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS. (Artikel) Oleh NURMALA

PENGGUNAAN TEKNIK PEMETAAN KONSEP TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP ORGANISASI KEHIDUPAN. (Artikel) Oleh: Dian Yustie Anggraeni

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP PENGUASAAN MATERI KINGDOM PLANTAE OLEH SISWA. (Artikel) Oleh FERI PERNANDO

PERBANDINGAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING DENGAN GUIDED INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA. *Corresponding author, telp: ,

I. PENDAHULUAN. kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN OBSERVASI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS OLEH SISWA

PENGARUH PENGGUNAAN LKS BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

PENGARUH PENERAPAN METODE PRAKTIKUM TERHADAP AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PENGARUH MODEL INKUIRI TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI HAMA PENYAKIT TUMBUHAN

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS INKUIRI TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

PENGARUH PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA. (Artikel) Oleh KARTIKA AYU WULANDARI

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH PENGGUNAAN E-LEARNING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI VIRUS. (Artikel) Oleh SILFI AULIYANTI

PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS. (Artikel) Oleh PUTRI CHRIS YANTO

PERBANDINGAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TTW

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN MEDIA SLIDE POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA. (Artikel) Oleh MADE DEWI LESTARI

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DENGAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL MELALUI MODEL KOOPERATIF TAI TERHADAP AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP

PENGARUHMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR. (Artikel) Oleh SARVIA TRISNIATI

I. PENDAHULUAN. kehidupan. Setyawati (2013:1) menyatakan bahwa peningkatan kualitas

PENGGUNAAN MEDIA REALIA TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA. (Artikel) Oleh. Sefty Goestira

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF. *Corresponding author, tel: ,

PENGARUH BAHAN AJAR MODUL REMEDIAL TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA. (Artikel) Oleh DEWI CITRA HANDAYANI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA. (Artikel) Oleh RIA MUSTIKA

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PENGARUH INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar

PENGARUH MEDIA MAKET TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

Kelebihan model PBL menurut Pannen, Mustafa, Sekarwinahayu (2005:65) yaitu: fokus pada

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA. (Artikel) Oleh IRA ROSITA

PENGARUH ACTIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI PENGELOLAAN LINGKUNGAN. (Artikel) Oleh MADE OKTAVIA SRI RAHAYU

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS ANTARA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS DENGAN TPS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN STAD TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA

PENGARUH ACTIVE LERANING TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA. (Artikel) Oleh. Emilia Yuliani

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA. (Artikel) Oleh ERFINA TRIUTAMI

PENGARUH MEDIA POWER POINT TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA. (Artikel) Oleh WINA HALIMAH

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GROUP INVESTIGATION TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

Dwi Agus Liani*, Arwin Achmad, Rini Rita T. Marpaung Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Lampung

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LUWES SISWA PADA REAKSI REDOKS.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No.2, pp , May 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

Maryetta Evi Hariati: Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 0

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 03 Tahun 2014, ISSN:

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI. (Artikel) Oleh RAPENDA ESANTINO

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR EVALUATIF PADA MATERI ASAM-BASA. (Artikel Ilmiah) Oleh.

PENGARUH MEDIA AUDIO-VISUAL MELALUI MODEL PBM TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA (ARTIKEL) Oleh RAISA RAMADHANI

PERBANDINGAN PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DENGAN METODE PRAKTIKUM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

EFEKTIVITAS METODE PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP. (Artikel) Oleh DEWI OKTARIA

Furry Aprianingsih, Elsje Theodore Maasawet, Herliani Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Mulawarman Samarinda

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENGGUNAAN MODEL THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUSAAN KONSEP SISWA. (Artikel) Oleh MADE SETIA HARINI

Keywords: phenomenon-based learning model, conventional learning model, critical thinking skill, learning outcome.

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA. (Artikel) Oleh YUDI SAPUTRA

PENERAPAN PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA MATERI KELAINAN DAN PENYAKIT REPRODUKSI MANUSIA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX SMP

PENGARUH METODE PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA. Bahrudin 1, Rini Asnawati 2, Pentatito Gunowibowo 2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April yaitu pada semester genap tahun. pelajaran 2014/2015 di SMAN 16 Bandar Lampung.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 1 No. 1 Januari 2017

Universitas Negeri Makassar, Jl. Dg Tata Raya Makassar, Makassar

Transkripsi:

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Artikel) Oleh KHOIRUNNISA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING. TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA Khoirunnisa 1*, Arwin Achmad 2, Berti Yolida 2 1 Mahasiswa Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Lampung 2 Dosen Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Lampung * Corresponding author, HP :082177152323, Email :khoirunnisataher@gmail.com Abstract: The Influence of Discovery Learnings Model to Critical Thinking Skills and Students Learning Outcome. The purpose of this research was to know the influence of discovery learnings model to critical thinking skill and students learning outcome on ecosystem subject matter. The design of this research was control group pretest-postest. The samples were class VII A and VII D SMP Kartika II-2 Bandar Lampung which chosen by purposive sampling technique. The quantitative data were learning outcome which was obtained from pretest-postest that were analyzed by t test. The qualitative data were critical thinking skill which was obtained from students worksheet and students response to discovery learnings model that was obtained from questionare that were analyzed descriptively. The average of N-gain in experiment class (61,92) was different significantly with control class (54,62). The average of percentage critical thinking skill in experiment class have good characterized (76%). It could be concluded that discovery learnings model influenced critical thinking skill and students learning outcome on ecosystem subject matter. Keyword: critical thinking skill, discovery learning, learning outcome Abstrak: Pengaruh Model Discovery Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh model discovery learning terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada materi pokok ekosistem. Desain penelitian ini merupakan desain control group pretest-postest. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII A dan VII D SMP Kartika II-2 Bandar Lampung yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Data kuantitatif hasil belajar diperoleh dari pretest-postest yang dianalisis dengan uji t. Data kualitatif berupa data kemampuan berpikir kritis diperoleh dari LKS dan tanggapan siswa terhadap model discovery learning diperoleh dari angket yang dianalisis secara deskriptif. Hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan rata-rata N-gain (61,92) berbeda signifikan dengan kelas kontrol (54,62). Rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen berkriteria baik (76%). Sehingga penerapan model discovery learning berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada materi pokok ekosistem. Kata kunci: discovery learning, hasil belajar, kemampuan berpikir kritis

PENDAHULUAN Pada era globalisasi IPTEK sangat berkembang dengan pesat. Dampak dari perkembangan teknologi ini membuat siswa menjadi malas berpikir. Hal ini berdasarkan hasil studi The Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011 Indonesia berada pada peringkat 40 dari 42 negara, dengan nilai 406 (Barmoyo dan Wasis, 2014: 9). Selanjutnya berdasarkan data Programme for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2012 Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara dengan rata-rata skor sebesar 382 (Kurnia dan Apit, 2014: 43). Berdasarkan hasil TIMSS dan PISA tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa di Indonesia masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung, ditemukan bahwa metode yang digunakan oleh sekolah belum menanamkan kemampuan berpikir kritis siswa selama proses pembelajaran, sehingga berdampak kepada hasil belajar siswa yang rendah. Hal ini didukung dengan hasil ujian, diketahui bahwa 38,5% siswa mendapat nilai dibawah KKM untuk materi pokok Ekosistem. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah diatas diperlukan kesesuaian antara model pembelajaran dengan materi yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan ialah model discovery learning. Dalam proses pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman serta melakukan percobaan (Hosnan, 2014: 281). Melalui pembelajaran penemuan siswa akan mencari tahu dan dengan sendirinya akan memberi hasil yang paling baik (Trianto, 2009: 38). Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan penerapan model discovery learning terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada materi pokok ekosistem. METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A dan VII D yang diambil dengan teknik purposive sampling. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain yang digunakan ialah control group pretest-postest. Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut: Kelas Pretest Perlakuan Postest I O 1 X O 2 II O 1 C O 2 Keterangan: I = Kelas Eksperimen (VII A ) II = Kelas Kontrol (VII D ) X = Penerapan Discovery Learning C = Penerapan Diskusi Kelompok Gambar 1. Desain Control Group Pretest- Postest (Sugiyono, 2014: 12)

Induksi Evaluasi Evaluasi Deduksi Argumen Data kuantitatif berupa data hasil belajar yaitu nilai pretest, postest, dan N-gain. N-gain dihitung dengan rumus (Loranz, 2011: 3): N gain (%) = X Y Z Y X 100 % Keterangan: X = Nilai Postest Y = Nilai Pretest Z = Skor Maksimum Selanjutnya dilakukan uji normalitas dan homogenitas untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen. Jika data normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan pengujian hipotesis menggunakan uji t. Data kualitatif berupa data kemampuan berpikir kritis diperoleh dari LKS dan angket tanggapan siswa terhadap penerapan model discovery learning yang dianalisis secara deskriptif. Kemudian rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa dihitung dengan menggunakan rumus: X= Xi x 100% n Keterangan: X = Rata-rata skor kemampuan berpikir kritis siswa Xi = Jumlah skor kemampuan berpikir kritis yang diperoleh n = Jumlah skor kemampuan berpikir maksimum (Purwanto, 2012: 102) Berikut adalah kriteria persentase kemampuan berpikir kritis siswa: Persentase (%) 87,50 100 75,00 87,49 50,00 74,99 0 49,99 Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Kurang HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang diperoleh berupa data kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, dan tanggapan siswa terhadap penerapan model discovery learning. Kemampuan Berpikir Kritis. Data diperoleh dari nilai LKS, berikut ini adalah rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis siswa untuk setiap indikator: 100 80 60 40 20 0 Eksperimen Kontrol Gambar 2. Grafik rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa untuk setiap indikator Gambar 2 menunjukkan ratarata kemampuan berpikir kritis siswa untuk setiap indikator kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Untuk kelas eksperimen, indikator melakukan induksi berkriteria baik, indikator melakukan evaluasi berkriteria cukup, indikator melakukan deduksi memiliki kriteria baik, dan indikator memberikan argumen berkriteria baik. Sedangkan untuk kelas kontrol melakukan induksi berkriteria cukup, melakukan evaluasi memiliki kriteria cukup, indikator melakukan deduksi berkriteria cukup, dan indikator memberikan argumen berkriteria kurang. Rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen

dan kontrol untuk pertemuan 1 dan 2 sebagai berikut: Pertemuan 1 Pertemuan 2 74.88% 76.13% Eksperimen 56.50% Kontrol 62.13% Gambar 3. Grafik rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kontrol setiap pertemuan Gambar 3 menunjukkan ratarata kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen memiliki kriteria baik sedangkan pada kelas kontrol berkriteria cukup. Hasil Belajar. Data hasil belajar diperoleh dari nilai pretest, postest, dan N-gain pada kelas VII A menggunakan model discovery learning dan VII D menggunakan metode diskusi kelompok. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji t yang sebelumnya dilakukan uji normalitas dan homogenitas terlebih dahulu dengan bantuan program SPSS 17. 80 60 40 20 0 34.7 33.5 75.8 69.9 61.9 54.6 Pretest Postest N-gain Eksperimen Kontrol Gambar 4. Grafik rata-rata nilai pretest, postest, dan N-gain kelas eksperimen dan kontrol Gambar 4 diketahui nilai pretest, postest, dan N-gain siswa pada kedua kelas berdistribusi normal dan homogen sehingga untuk analisis data dilanjutkan dengan uji t. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai pretest kedua kelas berbeda tidak signifikan. Sedangkan nilai postest kedua kelas berbeda secara signifikan serta hasil uji t 2 rata-rata postest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh N-gain dimana nilai kedua kelas berbeda signifikan dan hasil uji t 2 rata-rata N-gain kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hasil analisis rata-rata N-gain untuk setiap indikator hasil belajar dapat dilihat sebagai berikut: 100 80 60 40 20 0 Gambar 5. 86.4 70.7 72.8 66.1 38.8 21.6 37 33.6 C1 C2 C3 C4 Eksperimen Kontrol Grafik rata-rata N-gain setiap indikator hasil belajar Gambar 5 menunjukkan bahwa pada indikator C1 memiliki Z hitung lebih kecil dari -1,96 sehingga H 0 ditolak artinya rata-rata N-gain indikator C1 berbeda signifikan. Sedangkan untuk indikator C2, C3, dan C4 memiliki Z hitung lebih besar dari -1,96 sehingga H 0 diterima yang artinya rata-rata N-gain ketiga indikator berbeda tidak signifikan. Selanjutnya terjadi peningkatan untuk setiap indikator hasil belajar, dapat dilihat sebagai berikut:

60 40 20 0 47.8 44.5 42.5 33.8 37.5 25 Gambar 6. Grafik peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol Rata-rata peningkatan indikator hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Gambar 7. Grafik tanggapan siswa terhadap penerapan model discovery learning Angket Tanggapan Siswa. Berdasarkan Gambar 7 diketahui rata-rata siswa setuju bahwa model discovery learning menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran karena pada prosesnya siswa dapat memberikan argumen 31 C1 C2 C3 C4 Eksperimen dapat menuliskan tidak dapat membuat tidak dapat tidak dapat menuliskan dapat menuliskan dapat menuliskan jenis tidak dapat menuliskan bingung menuliskan tidak dapat menuliskan dapat menuliskan dapat menuliskan dapat menuliskan tidak dapat menuliskan dapat menentukan dapat memberikan dapat memberikan tidak dapat memberikan dapat memberikan Kontrol 5% 95% 72.5% 27.5% 67.5% 32.5% 85% 15% 7.5% 92.5% 5% 95% 82.5% 17.5% 70% 30% 75% 25% 5% 95% 77.5% 22.5% 0% 100% 10% 90% 82.5% 17.5% 7.5% 92.5% 7.5% 92.5% 7.5% 92.5% 77.5% 22.5% 0% 100% 0% 100% 31.4 0% 200% Tidak Setuju Setuju masing-masing ketika sedang mengamati video. Siswa juga menjadi termotivasi untuk menemukan informasi dari video pembelajaran sehingga siswa dapat menambah wawasan/ pengetahuan baru. Berdasarkan hasil penelitian model discovery learning berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Pada indikator melakukan induksi berkriteria baik dimana setiap siswa dapat menyelesaikan soal dengan baik. Selanjutnya untuk indikator melakukan evaluasi berkriteria cukup hal ini terjadi karena beberapa siswa kesulitan dalam menelaah butir soal sesuai dengan pendapat Hosnan (2014: 288) bahwa tidak semua siswa mampu melakukan pembelajaran dengan penemuan. Kemudian pada indikator melakukan deduksi berkriteria baik, hal ini sesuai dengan pendapat Kurniasih dan Sani (2014: 66) bahwa model discovery learning mampu menimbulkan rasa senang, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. Pada indikator memberikan argumen berkriteria baik sesuai pendapat Kurniasih dan Sani (2014: 67) bahwa model discovery learning dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. Dari keempat indikator berpikir kritis, indikator yang paling tinggi yaitu melakukan deduksi, lalu diikuti dengan indikator melakukan induksi, indikator memberikan argumen, serta melakukan evaluasi. Melakukan deduksi merupakan indikator yang paling tinggi dan baik. Hal ini sesuai dengan tanggapan semua siswa yang setuju dengan pernyataan setelah melakukan pengamatan dengan menggunakan video, saya dapat menuliskan definisi dan rangkaian

peristiwa dari rantai makanan dan jaring-jaring makanan. Gambar 8. Indikator melakukan deduksi ditulis siswa kelas eksperimen memperoleh skor 4 Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah penerapan model discovery learning terjadi karena pada proses pembelajaran disajikan LKS, dimana siswa disajikan video untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Kemampuan berpikir kritis dalam melakukan induksi didukung dengan tanggapan siswa, dimana sebanyak 95% siswa setuju bahwa setelah melakukan pengamatan saya dapat menuliskan contoh individu, populasi, dan komunitas. Berikut indikator melakukan induksi yang dibuat oleh siswa dengan skor 4. Gambar 9. Indikator melakukan induksi ditulis siswa kelas eksperimen memperoleh skor 4 Indikator terbaik ketiga yaitu indikator memberikan argumen. Terlihat pada proses pembelajaran ketika siswa melakukan diskusi, dimana mereka saling bertukar argumen untuk menemukan jawaban yang tepat. Hal ini didukung dengan tanggapan siswa, yaitu sebanyak 92,5% setuju dengan pernyataan setelah melakukan pengamatan dengan menggunakan video, saya dapat memberikan argumen tentang keterkaitan antara produser dan konsumer. Berikut adalah contoh indikator memberikan argumen yang ditulis oleh siswa. Gambar10. Indikator memberikan argumen ditulis siswa kelas eksperimen memperoleh skor 4 Untuk indikator melakukan evaluasi berkriteria cukup, hal ini karena pada proses pembelajaran siswa kesulitan dalam membaca soal dan menemukan jawaban dalam video sehingga siswa kurang mampu dalam melakukan evaluasi. Sesuai dengan tanggapan siswa sebanyak 72,5% menyatakan tidak setuju dengan pernyataan setelah melakukan pengamatan dengan menggunakan video, saya tidak dapat membuat piramida makanan. berikut contoh indikator melakukan evaluasi yang dibuat siswa.

Gambar 11.Indikator melakukan evaluasi ditulis siswa kelas eksperimen Rata-rata kemampuan berpikir kritis untuk kelas eksperimen berkriteria baik dan cukup untuk kelas kontrol. Indikator melakukan deduksi pada kelas eksperimen tergolong tinggi, untuk pertemuan pertama berkriteria baik, siswa kelas eksperimen sudah mampu menuliskan contoh dan definisi dengan baik, lalu pada pertemuan kedua rata-ratanya meningkat dengan kriteria baik, siswa sudah mampu untuk menuliskan peristiwa rantai makanan dan jaring-jaring makanan dengan baik. Indikator melakukan induksi kelas eksperimen persentasenya meningkat pada pertemuan kedua dengan kriteria baik. Hal ini didukung dengan kegiatan siswa saat proses pembelajaran sedang berlangsung, yaitu siswa dihadapkan pada video pembelajaran dan guru membimbing siswa untuk menemukan jawaban yang diminta. Indikator memberikan argumen terjadi peningkatan persentase pada pertemuan kedua dengan kriteria baik, dimana siswa sudah mampu menemukan fakta yang mendukung pernyataan yang dibuatnya. Pada pertemuan pertama siswa pasif untuk menemukan fakta, tetapi pada pertemuan kedua siswa aktif berkomunikasi dengan kelompoknya untuk menemukan fakta yang mendukung argumen mereka. Model discovery learning dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya serta dapat mendorong siswa untuk berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri (Kurniasih dan Sani, 2014: 66-67). Sementara itu, indikator melakukan evaluasi pada pertemuan kedua terjadi peningkatan persentase dengan kriteria cukup, hal ini dikarenakan pada pertemuan pertama maupun kedua siswa kesulitan dalam menjawab soal, tetapi ada beberapa siswa mampu menuliskan jawaban dengan tepat. Hal ini merupakan kelemahan dari model discovery learning, dimana kemampuan berpikir rasional siswa ada yang masih terbatas dan tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara penemuan seperti ini (Hosnan, 2014: 288-289). Meningkatnya kemampuan berpikir kritis diikuti dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Johnson (2007: 185) bahwa tujuan dari berpikir kritis ialah untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model discovery learning memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok ekosistem. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Melani (2012: 105) menyatakan bahwa model discovery learning memiliki pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar biologi siswa. Hal ini terjadi karena model discovery learning mengembangkan cara belajar yang aktif dimana siswa menemukan sendiri, menyelidiki

sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, serta tidak mudah dilupakan siswa. Ini terlihat saat siswa sedang berdiskusi bersama kelompoknya. Dengan menggunakan model discovery learning dapat membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan dan proses kognitif (Kurniasih dan Sani, 2014: 66). Berdasarkan grafik tanggapan siswa terhadap penerapan model discovery learning menunjukkan bahwa rata-rata siswa menyatakan setuju, dimana siswa merasa lebih aktif dalam proses pembelajaran, karena pada prosesnya terlihat siswa memiliki argumen masing-masing ketika sedang mengamati video pembelajaran. Disisi lain, siswa termotivasi untuk menemukan informasi dari video, sehingga memudahkan dalam mengerjakan LKS dan dapat menambah wawasan/ pengetahuan baru mengenai materi pokok Ekosistem. Model discovery learning mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa SMP Kartika II-2 Bandar Lampung. Tetapi model discovery learning masih kurang optimal untuk meningkatkan indikator melakukan evaluasi. Hal ini dikarenakan beberapa siswa kurang aktif dalam mencari sumber lain. Selain itu, model discovery learning memberikan pengaruh yang baik bagi siswa terhadap materi pokok ekosistem. Hal ini sesuai dengan tanggapan sebagian besar siswa yang mengungkapkan bahwa dengan model discovery learning membuat lebih mudah untuk menuliskan argumen dan menuliskan definisi, sehingga membuat siswa lebih mudah memahami materi, memperoleh pengetahuan baru, serta mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: penerapan model discovery learning berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada materi pokok ekosistem serta sebagian besar siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap penerapan model discovery learning. Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan untuk calon peneliti selanjutnya, sebaiknya RPP tidak dibatasi untuk 2 kali pertemuan saja, sehingga siswa dapat memiliki pengalaman yang lebih mendalam menggunakan model discovery learning. DAFTAR RUJUKAN Barmoyo, N. Q. dan Wasis. 2014. Analisis Soal-Soal Dalam BSE, UN, dan TIMSS Ditinjau dari Domain Kognitif dan Indikator Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal. (Online), (http://ejour nal.unesa.ac.id/article/9750/32/ article.pdf, diakses pada 21 Februari 2015). Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia. Johnson, E. B. 2007. Contextual Teaching & Learning. Bandung: MLC. Kurnia, F. dan Apit, F. 2014. Analisis Bahan Ajar Fisika

SMA Kelas XI di Kecamatan Indralaya Utara Berdasarkan Kategori Literasi Sains. Jurnal. (Online), (http://ejournal.unsri. ac.id/index.php/jipf/article/dow nload/1263/419, diakses pada 21 Februari 2015). Kurniasih, I. dan Sani, B. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Yogyakarta: Kata Pena. Loranz, D. 2011. Course Assessment Report (CAR). (Online), (http:// www.tmcc.edu/media/tmcc/de partments/assessment/documen ts/cars/sciences/1112/asmta ST104-1112.pdf, diakses pada 12 Desember 2014). Melani, R. 2012. Pengaruh Metode Guide Discovery Learning Terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/ 2012. (Online), (http://eprints.uns.ac. id/13651/1/1409-3135-1- SM.pdf, diakses pada 08 Januari 2015). Purwanto, M. N. 2012. Prinsip- Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2014. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Jakarta: Prenada Media Group.