BAB II URAIAN TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN GAMBAR MEME TERHADAP KEPUASAN KHALAYAK

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Instagram

BAB I PENDAHULUAN. yang memungkinkan pengguna (user) dapat berinteraksi dan berbagi data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. Fitur-fitur yang ditawarkan internet yang disebut juga dengan jejaring sosial

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perkembangan informasi yang sangat cepat serta mempermudah. individu dalam berkomunikasi satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. besar yang sudah terfasilitasi oleh provider jaringan-jaringan internet.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO

Modul Perkuliahan XI Komunikasi Massa

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Media tradisional seolah-olah mendapatkan pesaing baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak

MENGAPA MEDIA SOSIAL. Selamat Datang di Era Generasi Y

Chapter 12. Ocvita Ardhiani Komunikasi Multimedia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. kebutuhannya dalam kegiatan kelompok (Rakhmat, 2001 : 160). Pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaannya, media mengalami kemajuan pula melalui alat komunikasi yang

BAB II URAIAN TEORITIS. Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. menjalar keseluruh dunia. Rata-rata masyarakat modern, seperti orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan bisnis dewasa ini membuat persaingan bisnis menjadi

BAB I PENDAHULUAN. cetak seperti majalah, koran, buklet, poster, tabloid, dan sebagainya. Walaupun

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada masing-masing era, yaitu era kesukuan (tribal), tulisan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. jaringan digital, jangkauan global, interaktivitas, may to many communications,

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Fokus Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Peneltian...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemasaran modern seperti saat sekarang ini membutuhkan lebih dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Keberadaan internet sebagai media komunikasi baru memiliki kelebihan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Perkembangan era komunikasi pada saat ini sudah semakin maju. Masyarakat

BAB IV ANALISIS DATA FACEBOOK DAN INSTAGRAM SEBAGAI MEDIA PUBLISHING. telah diperoleh pada saat penelitian berlangsung.

PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO

Digital Marcomm. Karakteristik Media & Pemasaran Digital. Yani Pratomo, S.S, M.Si. Advertising & Marketing Communication.

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan. Komunikasi pun akhirnya tidak dapat ditawar lagi dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan asing dari luar negeri. Hampir setiap hari libur atau weekend kota

BAB I PENDAHULUAN. dinamika komunikasi masyarakat. Pada kehidupan sehari-hari seorang yang dulu

BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN. Pada bab ini akan disajikan pembahasan hasil penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Menurut Chris Brogan (2010:11) dalam bukunya yang berjudul Social Media 101

MEDIA RELATIONS. Pokok Bahasan TV RELEASE. Dewi S. Tanti, M.I.Kom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web

BAB I PENDAHULUAN. internet yang Anda pakai untuk mengirim dan menjelajahi interenet,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi sekarang ini perkembangan teknologi berdampak

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perdagangan bebas yang terjadi, menyebabkan persaingan yang cukup ketat bagi

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Instagram

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia akan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa informasi seperti sekarang, perkembangan dunia komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam perkembangan zaman yang semakin maju, interaksi dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan data dari tahun 2008, mengenai. pengguna 16 juta orang menjadi lebih dari 1,4 milliar.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya sehari-hari manusia tentunya tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dari konvensional ke digital membuat. pekerjaan manusia menjadi lebih mudah dan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menawarkan produk atau jasa yang perusahaan miliki dengan tujuan untuk

KEGIATAN BELAJAR 2 PERAN TEKNOLOGI DAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21

BAB I PENDAHULUAN. tua maupun yang muda. Selain dijadikan sebagai hobi, fotografi bisa juga

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI DENGAN INTENSITAS BERINTERNET PADA MAHASISWA

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan komunikasi. Setiap individu lainnya untuk berbagi pendapat, persepsi, dan bertukar pikiran. (Gregory Bateson, 1972)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan

Ask.Fm dan Keterbukaan Diri (Studi Kasus Penggunaan Jejaring Sosial Ask.Fm dan Keterbukaan Diri di Kalangan Siswa SMA Negeri 3 Medan)

Komunikasi massa dan efek media terhadap individu

MEDIA PLANNING & MEDIA BUYING

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Fitri Saraswati / Ike Devi Sulistyaningtyas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi ini komunikasi sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Begitu banyak kebutuhan manusia yang secara tidak langsung media turut serta untuk memenuhinya. Secara umum, kebutuhan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN INSTAGRAM

BAB II URAIAN TEORITIS. manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu

BAB I PENDAHULUAN. jejaring sosial atau yang biasa dikenal dengan facebook. Dalam perkembangan teknologi tersebut, handphone juga ikut

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

W, 2015 #INSTAMOMENT KARYA CIPTA FOTOGRAFI MENGGUNAKAN MEDIA SMARTPHONE ANDROID DENGAN APLIKASI INSTAGRAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN...

POLA PENGGUNAAN TWITTER DI KALANGAN MAHASISWA FISIP USU

PENINGKATAN JANGKAUAN PEMASARAN MELALUI MEDIA SOSIAL DAN WEB: SUATU PENGANTAR. Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan segala sesuatunya menjadi lebih mudah dan instant. Mulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. namun juga di negara berkembang salah satunya Indonesia. internet. Internet (singkatan dari interconnected networking)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitiannya (Arikunto, 2002: 92). Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 2.1.1 Uses and Gratification Theory Salah satu dari teori komunikasi massa yang populer dan sering digunakan sebagai kerangka teori dalam mengkaji realitas komunikasi massa adalah Uses and Gratification. Model Uses and Gratification untuk pertama kali dijelaskan oleh Elihu Katz (1959) dalam suatu artikel sebagai reaksinya terhadap pernyataan Bernard Berelson (1959) bahwa penelitian komunikasi tampaknya akan mati. Katz menegaskan bahwa bidang kajian yang sedang sekarat itu adalah studi komunikasi massa sebagai persuasi. Dia menunjukkan bahwa kebanyakan penelitian komunikasi sampai waktu itu diarahkan kepada penyelidikan efek kampanye persuasi pada khalayak. Katz mengatakan bahwa penelitiannya diarahkan kepada jawaban terhadap pertanyaan Apa yang dilakukan media untuk khalayak (What do the media do to people?). Model Uses and Gratification menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama adalah media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak (Effendy, 2003: 289). Pendekatan Uses and Gratification dijabarkan untuk pertama kalinya dalam sebuah artikel yang ditulis Elihu Katz (1995). Katz berpendapat penelitian komunikasi pada masa itu kebanyakan bertujuan hanya untuk mencari jawaban atas pertanyaan Apa yang dilakukan media terhadap orang banyak?. Katz, dkk. (1974) mengemukakan konsep dasar teori ini yaitu meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan-harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber yang lain, yang membawa pada pola terapaan media yang berlainan dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat

yang lain, barang kali dan barang kali juga termasuk yang tidak kita inginkan. Pendekatan Uses and Gratification berangkat dari pandangan bahwa komunikasi (khususnya media massa) tidak mempunyai kekuatan mempengaruhi khalayak (Severin, 2007 : 354). Pakar-pakar psikologi mengidentifikasi penetapan integrasi sosial, mencakup kebutuhan untuk memperkuat hubungan dengan keluarga, teman dan yang lainnya dalam masyarakat. Kebutuhan ini diperoleh melalui pembicaraan atau diskusi tentang sebuah program televisi, film pelarian. Orang menggunakan media tidak hanya untuk tujuan santai, tetapi juga pelarian. Karena orang menggunakan media massa untuk mengatasi rintangan antara mereka dan orang-orang lain, atau untuk menghindari aktivitas lain (Ardianto, 2004: 28). Dalam literatur tentang manfaat dan gratifikasi ada beberapa cara mengklasifikasikan kebutuhan dan gratifikasi khalayak. Sebagian mengatakan soal gratifikasi langsung dan gratifikasi terabai. Dalam Kriyantono (2006: 203-204), berdasarkan penelitian McQuail dkk. di Inggris (1972), mengusulkan kategori-kategori berikut : 1. Pengalihan pelarian dari rutinitas dan masalah, pelepasan emosi 2. Hubungan personal manfaat sosial informasi dalam percakapan, pengganti media untuk kepentingan perkawanan 3. Identitas pribadi atau psikologi individu informasi penguasaan nilai atau penambah keyakinan, pehamahan diri, eksplorisasi realitas, dan sebagainya. 4. Pengawasan informasi mengenali hal-hal yang mungkin mempengaruhi seseorang atau akan membantu seseorang melakukan atau menuntaskan sesuatu. Inti dari teori Uses and Gratification adalah khayalak pada dasarnya menggunakan media berdasarkan motif-motif tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif khayalak. Jika motif ini terpenuhi maka kebutuhan khayalak akan terpenuhi. Ada akhirnya media yang mampu memenuhi kebutuhan khayalak disebut media yang aktif.

Kart dkk. (1974) serta Dennis McQuail (1975) menggambarkan logika yang mendasari penelitian Uses and Gratification yaitu: (1)Faktor sosial psikologis menimbulkan (2)kebutuhan, yang melahirkan (3)harapan-harapan terhadap media massa atau sumber lain yang mengarah pada (4)berbagai pola penghadapan media (5)menghasilkan gratifikasi kebutuhan dan (7)dan akibatakibat lain, bahkan sering kali akibat-akibat yang tidak dikehendaki (Hoeta Soehoet, 2002: 67). Model uses and gratification dapat dilukiskan seperti terlihat pada gambar dibawah ini : Gambar 2.1 Model Uses and Gratification Anteseden - Variabel individual - Variabel lingkungan Motif - Personal Diversi - Personal Identity Penggunaan Media - Hubungan - Macam isi - Hubungan dengan isi Efek - Kepuasan - Pengetahuan Sumber: Rakhmat (2004: 66) Anteseden meliputi variabel individual yang terdiri dari data demografis seperti usia, jenis kelamin dan faktor-faktor psikologis komunikan, serta variabel lingkungan seperti organisasi, sistem sosial, dan struktur sosial. Motif dapat dioperasionalkan dengan berbagai cara: unfungsional (hasrat melarikan diri, kontak sosial, atau bermain), bifungsional (informasi-edukasi, fantasistescapist, atau gratifikasi segera-tertangguhkan), empat fungsional (diversi, hubungan personal, identitas personal dan surveillance; atau surveillance (bentuk-bentuk pencarian informasi), korelasi, hiburan, transmisi budaya) dan multifungsional. Penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media jenis isi media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rakhmat, 2004: 65). Efek media dapat dioperasionalkan

sebagai evaluasi kemampuan media untuk memberikan kepuasan, sebagai depedensi media, dan sebagai pengetahuan. Katz, dkk. (Ardianto, 2004: 71-72) menjelaskan mengenai asumsi dasar dari teori Uses and Gratification, yaitu : 1. Khalayak dianggap aktif, artinya khalayak sebagai bagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan. 2. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak. 3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui komunikasi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan. 4. Tujuan pemilihan media masa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu. 5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak. Menurut Effendy (2003: 294), teori Uses and Gratification dimulai di lingkungan sosial, dimana yang dilihat adalah kebutuhan khalayak. Lingkungan sosial meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual dikategorisasikan sebagai berikut: 1. Cognitive needs (Kebutuhan Kognitif) Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan. 2. Affective needs (Kebutuhan Afektif) Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional.

3. Personal intergrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif) Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri. 4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif) Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi. 5. Escapist needs (kebutuhan pelepasan) Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan, pelepasan emosi, ketegangan dan kebutuhan akan hiburan. Teori Uses and Gratification beroperasi dalam beberapa cara yang bisa dilihat dalam bagan dibawah ini: Gambar 2.2 Operasionalisasi Teori Uses and Gratification Lingkungan Sosial - Ciri-ciri demografis - Keanggotan dalam kelompok - Ciri-ciri kepribadian Kebutuhan - Kognitif - Afektif - Integrasi sosial - Integrasi Personal - Escapism Sumber non-media - Keluarga dan teman - Hubungan Interpersonal - Hobi - Istirahat - dll Sumber media - Jenis media - Isi media - Terpaan media - Konteks sosial tehadap terpaan media Fungsi Media - Pengawasan - Hiburan - Identitas diri - Integrasi diri Sumber: Nurudin (2007: 194)

2.1.2 Komunikasi Massa Komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa Inggris yakni mass communication kependekatan dari mass media communication atau komunikasi media massa. Artinya komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Massa disini bukan hanya diartikan sebagai orang banyak di suatu lokasi yang sama, tetapi meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang-orang pihak lain dari saluran. Komunikasi massa (mass communication), dapat didefinisikan sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah audiens yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media massa cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Menurut Mulyana (2007: 83), komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakannya, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim, dan heterogen. Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Ahli komunikasi lainnya, Joseph A. Devito merumuskan defenisi komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa serta media yang digunakan. Dia mengemukakan defenisinya dalam dua bagian yaitu: Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio atau visual (Rakhmat, 2004: 188). Selain itu, menurut Little John, komunikasi massa juga didefenisikan sebagai suatu proses dimana organisasi media memproduksi pesan-pesan dan mengirimkan kepada publik. Little John menambahkan bahwa sental studi komunikasi massa adalah pada media. Bila dikatakan bahwa sistem media merupakan bagian dari sistem dalam konteks yang lebih besar yakni politik, ekonomi, dan institusi kekuasaan, maka studi komunikasi massa juga mempelajari

kaitan sistem-sistem tersebut dengan keberadaan fungsi media massa dalam masyarakat (Nurudin, 2004: 4). Karakteristik terpenting komunikasi massa adalah sifatnya yang satu arah. Kedua, selalu ada proses seleksi. Misalnya setiap media memilih khayalak, contohnya koran Ner Wonker untuk kalangan menengah ke atas saja. Ketiga, karena media mampu menjangkau khalayak secara luas, jumlah media yang diajukan sebenarnya tidak terlau banyak, sehingga kompetisinya berlangsung ketat. Keempat, untuk meraih khayalak sebanyak mungkin harus berusaha membidik sasaran khyalak tertentu. Misalnya, televisi merancang programnya untuk memikat segmen khayalak tertentu yang akan menyebarkarluaskan contohnya opera sabun untuk ibu-ibu rumah tangga. Kelima, komunikasi dilakukan oleh institusi social yang harus peka terhadap kondisi lingkungannya. Media tidak hanya mempengaruhi khayalak yang mengkonsumsinya, tetapi juga dipengaruhi olehnya (Rivers, 2003: 19-20). Defenisi yang diberikan Michael W. Gamble dan Teri K.Gamble dalam Nurudin (2004: 6) akan semakin memperjelas apa itu komunikasi massa dengan mendefenisikan komunikasi massa jika mencakup : 1. Komunikator dalam komunikasi masa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khayalak luas dan tersebar. 2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesanpesannya bermaksud mencoba berbagai pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain 3. Pesan adalah publik, artinya pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang. Karena itu dijadikan publik. 4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasinya formal seperti jaringan, ikatan, atau perkumpulan. 5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper artinya pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa.

6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Dalam komunikasi massa, komunikasi yang dilakukan lewat media massa umpan balik dari komunikan tidak bisa langsung dilakukan. Sedangkan, Jay Black dan Frederick C.Whitney (Nurudin, 2004 :11) disebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massa disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anomim dan heterogen. Dari defenisi-defenisi diatas, komunikasi massa dapat didefenisikan dalam tiga ciri yaitu : 1. Komunikasi massa diarahkan pada audiens yang relatif besar, heterogen dan anonim. 2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, dijadwalkan bisa mencapai sebanyak mungkin audiens secara serempak dan sifatnya sementara. 3. Komunikator cenderung berada dalam sebuah organisasi yang kompleks yang membutuhkan biaya yang besar. Komunikasi massa biasanya merujuk pada surat kabar, video, Cassette Display, ROM, dan radio dan melebar kepada media baru (new media). New Media yang terdiri atas teknologi berbasis komputer. Teknologi komunikasi ini termasuk e-mail, internet, televisi kabel digital, teknologi video seperti DVD, pesan instan, (instant messaging-im) dan telepon genggam (West dan Turner, 2009: 41). 2.1.3 New Media New Media didefinisikan Creeber dan Martin (2009) sebagai produk dari komunikasi yang termediasi teknologi yang terdapat bersama dengan komputer digital. Definisi lain new media menurut Lievrouw (2011) adalah media yang di dalamnya terdiri dari gabungan berbagai elemen. Itu artinya terdapat konvergensi media didalamnya, dimana beberapa media dijadikan satu. New media merupakan media yang menggunakan internet, media online berbasis teknologi, berkarakter fleksibel, berpotensi interaktif dan dapat berfungsi secara privat maupun secara publik (Mondry, 2008: 13).

Definisi lain mengemukakan, media baru merupakan digitalisasi yang mana sebuah konsep pemahaman dari perkembangan zaman mengenai teknologi dan sains, dari semua yang bersifat manual menjadi otomatis dan dari semua yang bersifat rumit menjadi ringkas. Digital adalah sebuah metode yang kompleks dan fleksibel yang membuatnya menjadi sesuatu yang pokok dalam kehidupan manusia. Digital ini juga selalu berhubungan dengan media karena media ini adalah sesuatu yang terus selalu berkembang dari media zaman dahulu sampai sekarang yang sudah menggunakan digital (new media). Selama tahun 2000, internet telah memasuki fase yang disebut web 2.0. (web two point-oh), dimana semua menjadi lebih interaktif dan telah menjadi area untuk semua orang, tidak hanya milik beberapa pihak saja. Semua orang saat ini dapat langsung mengambil peran dan menaruh apapun ke dalam internet. Perkembangan web 2.0 sebagai platform telah mengubah sifat interaktivitas di web dan membuka alam semesta bagi pengguna media. Sedangkan metafora halaman web 1.0 hanya diperbolehkan untuk mengunduh informasi sejalan dan karena itu tidak berbeda dengan konsumsi media penyiaran, aplikasi web 2.0 memungkinkan pengguna untuk menjadi produsen otonom. Blog, Youtube, Wikipedia, Ebay, Flickr, Second Life dan situs jaringan sosial online lainnya seperti memungkinkan pengguna media untuk memiliki pengalaman siaran. Pentingnya web 2.0 adalah media siar menghasilkan sebuah konteks hubungan sosial instan nasional atau internasional, ada beberapa cara di mana individu mendapatkan interaksi berharga untuk membuat koneksi global secara nyata. Menurut Littlejohn (2009: 686) faktanya bahwa pengguna sekarang dapat bekerja dengan materi media siar sebagai sebuah cara mengembangkan ide pada ruang publik. Internet adalah salah satu bentuk dari media baru (new media). Internet dinilai sebagai alat informasi paling penting untuk dikembangkan kedepannya. Internet memiliki kemampuan untuk mengkode, menyimpan, memanipulasi dan menerima pesan (Ruben, 1998: 110). Internet merupakan sebuah media dengan segala karakteristiknya. Internet memiliki teknologi, cara penggunaan, lingkup layanan, isi dan image sendiri. Internet tidak dimiliki, dikendalikan atau dikelola oleh sebuah badan tunggal

tetapi merupakan sebuah jaringan komputeryang terhubung secara intensional dan beroperasi berdasarkan protokol yang disepakati bersama. Sejumlah organisasi khususnya provider dan badan telekomunikasi berperan dalam operasi internet (McQuail, 2009: 28-29). Menurut Septiawan Santana Kurnia dalam bukunya Jurnalisme Kontemporer, internet adalah sebuah medium terbaru yang mengkonvergensikan seluruh karakteristik media dari bentuk-bentuk yang terdahulu. Apa yang membuat bentuk-bentuk komunikasi berbeda satu sama lain bukanlah penerapan aktualnya, namun perubahan dalam proses komunikasi seperti kecepatan komunikasi, harga komunikasi, persepsi pihakpihak yang berkomunikasi, kapasitas storage dan fasilitas mengakses informasi, densitas (kepekatan atau kepadatan) dan kekayaan arus-arus informasi, jumlah fungsionalitas atau intelijen yang dapat ditransfer. Jadi menurut Santana, titik esensinya adalah bahwa keunikan internet terletak pada esensinya sebagai sebuah medium (Kurnia, 2005: 135-136). New media (media baru/media online) memiliki kecepatan untuk melakukan sebuah interaksi, lebih efisien, lebih murah, lebih cepat untuk mendapatkan sebuah informasi terbaru dan ter-update informasinya. Kelemahannya pada jaringan koneksi internet saja jika jaringan internet lancar dan cepat maka informasi yang disampaikan kepada pembacanya dengan cepat serta harus ada juga koneksi internet dimana pun berada bersama media baru (new media/media online). Sebagai media komunikasi, internet mempunyai peranan penting sebagai alat (channel) untuk menyampaikan pesan (message) dari komunikator/penyalur pesan (source) kepada komunikan/penerima pesan (receiver). Sifat dari internet sebagai media komunikasi adalah transaksional, dalam artian terdapat interaksi antar individu secara intensif dan ada umpan balik (feedback) dari antar individu dalam setiap interaksi tersebut. Selain itu, terdapat partisipasi antar individu dengan mempertimbangkan untung/rugi dalam setiap interaksi. Internet juga dianggap memiliki kapasitas besar sebagai media baru. Tidak hanya memperkecil jarak dalam mengkomunikasikan pesan, teknologi komputer dan internet juga telah berkembang dan mengeliminasi penggunaan koneksi kabel,

namun tetap bisa memfasilitasi taransmisi informasi yang sangat cepat ke seluruh dunia (Bagdakian, 2004: 114). Menurut Bagdakian, duplikasi dan penyebaran materi dari Internet ini bisa mencapai jangkauan yang sangat luas. Satu orang khalayak bisa mengunduh kemudian menyebarkannya pada orang-orang dalam jaringan pertemanan atau jaringan kerjanya. Kemudian pihak yang mendapatkan sebaran itu bisa menyebarkannya lagi pada orang-orang dalam jaringannya, dan seterusnya. 2.1.4 Media Sosial Media sosial menurut Sourav Gupta dalam jurnalnya Exploring Social Responsibility Through Social Media (2011) adalah sebuah media untuk melakukan interaksi sosial yang menggunakan teknik komunikasi yang terukur dan sangat mudah untuk diakses. Media sosial menggunakan teknologi berbasis web dan mobile untuk mengubah komunikasi ke dalam bentuk dialog interaktif. Sedangkan Andreas Kaplan dan Michael Haenlein dalam jurnalnya Users of The World Unite! The Challenges and Opprotunities of Social Media (2010) mendefinisikan media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran konten antara sesama pengguna. Kemunculan situs media sosial ini diawali dengan adanya inisiatif untuk menghubungkan orang-orang dari seluruh belahan dunia. Situs jejaring sosial pertama, yaitu Sixdegrees.com mulai muncul pada tahun 1997. Situs ini memiliki aplikasi untuk membuat profil, menambah teman dan mengirim pesan. Tahun 1999 dan 2000 muncul situs sosial Lunarstorm, Live Journal, Cyword yang berfungsi memperluas informasi secara searah. Tahun 2001, muncul Ryze.com yang berperan untuk memperbesar jejaring bisnis. Tahun 2002, muncul Friendster sebagai situs anak muda untuk saling berkenalan dengan pengguna lain. Tahun 2003, muncul situs sosial interaktif lain menyusul kemunculan Friendster, Flick R, Youtube, Myspace. Hingga akhir tahun 2005, Friendster dan Myspace merupakan situs jejaring sosial yang paling diminati. Lalu para pengguna sosial media beralih ke Facebook yang sebenarnya telah dibuat pada tahun 2004, tetapi baru saja pada puncaknya pada tahun 2006. Tahun 2006, kemunculan Twitter ternyata

menambah jumlah pemakai media sosial. Lalu setelah lahirnya Twitter muncul jejaring sosial lain seperti Path, Instagram yang hanya bisa diakses melalui perangkat ios atau Android. Menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein, media sosial terdiri dari beberapa jenis antara lain : 1. Proyek Kolaborasi Jenis website yang mengijinkan penggunanya untuk dapat mengubah, menambah, ataupun menghapus konten konten yang ada di website tersebut. Website tersebut antara lain: a. Wiki Wiki adalah situs yang memungkinkan penggunanya untuk menambahkan, menghapus, dan mengubah konten berbasis teks. b. Aplikasi Bookmark Sosial 2. Blog Aplikasi bookmark sosial, dimana memungkinkan adanya pengumpulan berbasis kelompok dan rating dari link internet atau konten media. Pengguna blog lebih bebas dalam mengekspresikan sesuatu di blognya, seperti menceritakan pengalaman pribadi ataupun mengkritik kebijakan pemerintah. 3. Konten Para pengguna dari website jenis ini saling berbagi konten konten media, baik seperti video, e-book, gambar, dan lain lain. 4. Jejaring sosial / microblog Aplikasi yang mengizinkan pengguna untuk dapat terhubung dengan cara membuat informasi pribadi sehingga dapat terhubung dengan orang lain. Informasi pribadi itu bisa seperti foto foto, video, moment, lokasi, dan lainlain. 5. Virtual game world Dunia virtual, dimana mengreplikasikan lingkungan 3D, dimana pengguna bisa muncul dalam bentuk avatar avatar yang diinginkan serta berinteraksi dengan orang lain selayaknya di dunia nyata.

6. Virtual social world Dunia virtual yang dimana penggunanya merasa hidup di dunia virtual, sama seperti virtual game world, berinteraksi dengan yang lain. Namun, Virtual social world lebih bebas, dan lebih ke arah kehidupan. Selanjutnya menurut Magdalena (2010: 29), media sosial memiliki keistimewaan yang tidak terdapat pada media lainnya, antara lain: a. audiens juga bisa menyampaikan informasi, b. audiens dapat saling berinteraksi satu sama lain, c. audiens bisa langsung berkomunikasi dengan sumber. 2.1.5 Instagram Instagram memungkinkan penggunanya untuk mengambil foto, mengedit, menerapkan filter digital, dan membagikan foto ke situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Foursquare, Tumblr, Flickr, Posterous dan jejaring sosial milik Instagram sendiri. Bentuk aplikasi Instagram sendiri adalah foto yang berbentuk persegi, terlihat seperti kamera polaroid dan kodak instamatic, fotonya berbeda dengan foto pada umumnya yang menggunakan rasio 4:3. Foto yang telah diambil melalui aplikasi Instagram dapat disimpan di dalam perangkat tersebut. Penggunaan kamera melalui Instagram juga dapat langsung menggunakan efek-efek yang ada, untuk mengatur pewarnaan dari foto yang dikehendaki oleh sang pengguna. Ada juga efek kamera tilt-shift yang fungsinya adalah untuk memfokuskan sebuah foto pada satu titik tertentu. Setelah foto diambil melalui kamera di dalam Instagram, foto tersebut pun juga dapat diputar arahnya sesuai dengan keinginan para pengguna. Foto-foto yang akan diunggah melalui Instagramtidak terbatas atas jumlah tertentu. Pada versi awalnya, Instagram memiliki 15 efek yang dapat digunakan oleh para pengguna pada saat mereka hendak menyunting sebuah foto. Efe ktersebut terdiri dari: X-Pro II, Lomo-fi, Earlybird, Sutro, Toaster, Brannan, Inkwell, Walden, Hefe, Apollo, Poprockeet, Nashville, Gotham, 1977, dan Lord Kelvin. Namun tepat pada tanggal 20 September yang lalu Instagam telah menambahkan 4 buah efek terbaru yaitu; Valencia, Amaro, Rise, Hudson dan telah menghapus 3 efek, Apollo, Poprockeet, dan Gotham dari dalam fitur tersebut.

2.1.5.1 Fitur-Fitur Instagram 1. Followers (Pengikut) Sistem sosial di dalam Instagram adalah dengan menjadi pengikut pengguna lainnya, atau memiliki pengikut Instagram. Dengan demikian komunikasi antara sesama pengguna Instagram sendiri dapat terjalin dengan memberikan tanda suka dan juga mengomentari foto-foto yang telah diunggah oleh pengguna lainnya. Pengikut juga menjadi salah satu unsur yang penting, dimana jumlah tanda suka dari para pengikut sangat mempengaruhi apakah foto tersebut dapat menjadi sebuah foto yang populer atau tidak. Untuk menemukan teman-teman yang ada di dalam Instagram bisa menggunakan cara menghubungkan Instagram dengan media sosial lain seperti Twitter atau Facebook. 2. Upload Foto (Mengunggah Foto) Kegunaan utama dari Instagram adalah sebagai tempat untuk mengunggah dan berbagi foto kepada pengguna lainnnya. Foto yang hendak diunggah dapat diperoleh melalui kamera ataupun foto-foto yang ada di album foto smartphone si pengguna. 3. Kamera Foto yang telah diambil melalui aplikasi Instagram dapat disimpan dalam smartphone pengguna. Penggunaan kamera melalui Instagram juga dapat langsung menggunakan efek-efek yang disediakan, untuk mengatur pewarnaan dari foto yang akan diunggah oleh pengguna. Setelah foto diambil melalui kamera di dalam Instagram, foto tersebut juga dapat diputar arahnya sesuai dengan keiniginan pengguna. Foto-foto yang akan diunggah melalui Instagram tidak dibatasi dengan jumlah tertentu, melainkan Instagram memiliki keterbatasan ukuran untuk foto. Ukuran yang digunakan di dalam media sosial Instagram adalah dengan rasio 3:2 atau hanya sebatas berbentuk kotak saja. Para pengguna hanya dapat mengunggah foto dengan format itu saja, atau harus menyunting foto tersebut terlebih dahulu untuk menyesuaikan format yang ada. Setelah pengguna memilih sebuah foto untuk diunggah ke dalam Instagram, maka

pengguna akan dibawa ke halaman selanjutnya untuk menyunting foto tersebut. 4. Caption Foto Setelah foto disunting, maka foto akan dibawa ke halaman selanjutnya dimana foto tersebut akan diunggah ke dalam Instagram sendiri ataupun ke jejaring sosial lainnya. Dimana di dalamnya tidak hanya ada pilihan untuk mengunggah pada jejaring sosial atau tidak, tetapi juga untuk memasukkan judul foto dan menambahkan lokasi foto tersebut. Sebelum mengunggah sebuah foto, para pengguna dapat memasukkan caption sesuai dengan apa yang ada di pikiran pengguna. Pengguna juga dapat men-tag pengguna Instagram lainnya dengan mencantumkan akun dari orang tersebut. 5. Arroba Seperti halnya Twitter ataupun Facebook, Instagram juga memiliki fitur dimana penggunanya dapat menyinggung pengguna lain dengan menambahkan tanda arroba (@) dan memasukkan akun Instagram dari pengguna tersebut. Pengguna tidak hanya dapat menyinggung di dalam caption foto, melainkan juga pada bagian komentar foto. Pada dasarnya dalam menyinggung (tag) pengguna lainnya dimaksudkan untuk berkomunikasi dengan pengguna lain yang disinggung. 6. Hashtag Hashtag dalam Instagram adalah sebuah kode yang memudahkan para pengguna untuk mencari foto tersebut dengan menggunakan kata kunci. Dengan demikian bila para pengguna memberikan hashtag pada sebuah foto, maka foto tersebut dapat lebih mudah ditemukan. Hashtag itu sendiri dapat digunakan di dalam segala bentuk komunikasi yang bersangkutan dengan foto yang diunggah. Pengguna dapat memasukkan namanya sendiri, lokasi dimana mengambil foto tersebut, untuk memberitahukan sebuah event, untuk menandakan bahwa foto tersebut mengikuti suatu lomba, atau untuk menandakan bahwa foto tersebut dihasilkan oleh anggota komunitas Instagram. Foto yang telah diunggah dapat dimasukkan hashtag yang sesuai dengan informasi yang bersangkutan dengan foto.

Pada saat ini penggunaan hashtag merupakan cara yang terbaik jika hendak mempromosikan foto di dalam Instagram. 7. Link To Dalam pengunggahan foto, pengguna tidak hanya dapat membagikan di dalam Instagram saja, melainkan foto tersebut dapat dibagi melalui jejaring sosial lainnya seperti Facebook, Twitter, Foursquare, Tumblr, Flickr, dan Posterous yang tersedia di halaman untuk membagi foto tersebut. 8. Like Instagram memiliki fitur tanda suka yang fungsinya sebagai penanda bahwa pengguna yang lain menyukai foto yang telah diunggah oleh pengguna yang lain. Berdasarkan jumlah durasi waktu dan jumlah suka pada sebuah foto di Instagram, menjadi faktor khusus yang mempengaruhi apakah foto tersebut populer atau tidak. 9. Popular Jika sebuah foto masuk ke dalam halaman populer, dimana tempat halaman tersebut menjadi sebuah kumpulan dari foto-foto popular dari seluruh dunia pada saat itu. Secara tidak langsung foto tersebut akan menjadi suatu hal yang dikenal oleh masyarakat mancanegara, sehingga jumlah pengikut juga dapat bertambah semakin banyak. Foto-foto yang berada di halaman populer tidak akan seterusnya berada di halaman tersebut. Dengan berjalannya waktu akan ada foto-foto populer baru lagi yang akan masuk ke dalam halaman tersebut. 10. Peraturan dalam Instagram Sebagai tempat untuk mengunggah foto-foto dari masyarakat umum, ada beberapa peraturan tersendiri dari Instagram agar pengguna tidak mengunggah foto yang tidak sesuai dengan peraturan. Peraturan yang paling penting dalam Instagram adalah dimana mereka sangat melarang keras pada pengguna untuk mengunggah foto yang berbau pornografi, dan pengunggahan foto pengguna lain tanpa izin dari pengguna tersebut terlebih dahulu. Bila ada salah satu foto dari akun pengguna lain yang terlihat sama dengan foto yang diunggah pengguna lainnya, maka

pengguna tersebut memiliki hak untuk menandai foto dengan bendera atau melaporkannya langsung kepada Instagram. 2.1.6 Gambar Meme Internet menjadi sebuah media baru untuk persebaran wacana. Salah satu bentuk wacana yang baru tersebar melalui internet adalah meme. Meme adalah sebuah fenomena baru dalam dunia maya yang berbentuk ide yang tertuang dalam bentuk wacana dan tersebar di dunia maya melalui sosial media. Kata meme berasal dari bahasa Yunani mimesis yang artinya meniru atau mimikri (Dawkins, 1976: 192). Namun meme yang ada di dunia maya mempunyai keunikan karena penyebarannya melalui media maya yang mempunyai keunggulan dalam hal cakupan jarak dan kecepatan waktu. David Bennahum dalam jurnal First Monday, Volume 4, Number 10-4 October 1999 yang ditulis oleh Stephen Downes, mendefinisikan meme jaringan maya sebagai berikut; Contagious idea that replicates like a virus, passed on from mind to mind. Memes function the same way genes and viruses do, propagating through communication networks and face to face contact between people Ide yang mudah sekali menular dan menyebar seperti virus, disebarkan dari satu orang ke orang lain. Meme berfungsi layaknya gen dan virus, yakni menyebar melalui jaringan komunikasi dan secara tatap muka antar manusia. Seperti definisi tersebut, mimikri dalam meme terlihat dari kecenderungan orang untuk menyebarkan ide yang terdapat meme atau membuat sesuatu yang serupa. Ide yang terdapat dalam sebuah meme dapat berupa kegiatan, kejadian, atau tuturan yang menarik. Sifat menarik inilah yang membuat ide tersebut mudah tersebar secara viral di dunia maya dan menjadi internet meme. Bentuk wacana meme dapat berupa video, gambar, maupun teks bergambar. Meme yang berbentuk teks bergambar biasanya terdiri dari foto makro yang mempunyai teks berukuran besar yang bertemakan hal yang sama. Orang dapat membuat meme berupa teks bergambar menggunakan aplikasi pembuat meme yang dikenal sebagai generator meme yang terdapat di banyak

situs di dunia maya. Siapa saja dapat membuat meme menggunakan foto yang sudah ada dan tentunya mengikuti aturan yang berlaku untuk meme tersebut. Aturan tersebut misalnya dalam bahasa apa meme tersebut ditulis, foto apa yang digunakan, dan bagaimana struktur meme tersebut. Gambar ini kemudian diunggah ke media sosial. Ketika meme tersebut sudah tersebar di dunia maya, siapapun dapat mengunggah ulang. Menurut Shukla dan Shukla (2014), terdapat sejumlah kriteria untuk menciptakan daya tarik dari meme, yaitu: 1. Ketelitian (high copying fidelity) 2. Keberhasilan mencapai sasaram (increased reach) 3. Memiliki daya tarik (prolific audience) 4. Permanen (permanence) 5. Meyakinkan (trust) 6. Menjadi bahan pembicaraan (conversation) 2.1.7 Kepuasan Di dalam suatu proses keputusan, konsumen tidak akan berhenti hanya sampai proses konsumsi. Konsumen akan melakukan proses evaluasi alternatif pasca proses konsumsi. Proses ini juga disebut alternatif tahap kedua. Hasil dari pasca konsumsi adalah konsumen merasa puas atau tidak puas. Para khyalak menjadi perhatian baik dari perilaku, kebutuhan, sistem nilai, dan gaya hidupnya. London dan Della Bitta (Brotoharsojo, 2005: 167). menjelaskan kepuasan sebagai hasil proses kognitif yang berbentuk disonansi positif atau negatif. Beberapa arti kepuasan lainnya adalah dari Engel, Blackwell, dan Miniard (1995), mendefenisikan kepuasan sebagai Satisfaction is definied here as a postconsumtion evaluation that a chosen alternative at least meets exceeds satisfaction. Secara harafiah dapat diartikan sebagai evaluasi pasca-konsumsi dimana alternatif pilihannya adalah sesuai dengan kenyataan atau kepuasan, atau melebihi kepuasan. Yang kedua adalah Mowen dan Minor (1998) yang menyebutkan consumer satisfaction is defined as the overall attitude consumers have toward, a good orang lain service after they have acquared and used it.

It s post-choise evaluative judgement resulting form a specific purchase slection and the experience of using/sonsuming. Khayalak merasa puas bila nilai harapannya sama dengan kenyataan yang didapatkan dari mengkonsumsi suatu produk media masaa. Harapan ini merupakan perpanjangan dari kebutuhan khayalak. Khayalak selalu mencari media massa yang mampu memenuhi kebutuhannya. Namun, tidak semua media massa, khususnya media sosial, mampu memenuhinya karena media sosial memiliki kelebihan tesendiri, yang membuat khayalak betah untuk bertahan lama menggunakan media sosial. Untuk itu, khayalak akan menilai harapannya akan produk media massa itu. Apabila sesuai (positif), maka kebutuhannya dapat terpenuhi dan khayalak dapat merasa puas, begitu sebaliknya. Maka, dapat disimpulkan kebutuhan merupakan faktor yang menentukan kepuasan seseorang. Dalam Severin (2007: 357) Katz dkk. membuat daftar 35 kebutuhan yang diambil dari literatur tentang fungsi-fungsi sosial dan psikologis media massa kemudian menggolongkan ke dalam lima kategori: - Kebutuhan kognitif - Kebutuhan afektif - Kebutuhan integratif personal - Kebutuhan integrasi sosial - Kebutuhan pelepasan ketegangan 2.2 Kerangka Konsep Konsep penelitian merupakan kerangka acuan peneliti di dalam mendesain instrumen penelitian. Lebih konkret, konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena yang sama. Konsep dibangun dari teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti. Karena itu, konsep memiliki tingkat generalisasi yang berbeda satu dengan yang lainnya, bila dilihat dari kemungkinan dapat diukur atau tidak. Selain itu, konsep harus merupakan atribut berbagai kesamaan dari fenomena yang berbeda (Bungin, 2011: 72).

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas atau independent variable (x) Variabel bebas merupakan variabel yang menentukan arah atau perubahan tertentu pada variabel terikat, sementara variabel bebas berada pada posisi yang lepas dari pengaruh variabel tergantung (Bungin, 2011: 72-75). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Penggunaan Gambar Meme. 2. Variabel terikat atau dependent variable (y) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Bungin, 2011: 72-75). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kepuasan Khalayak. 3. Karakteristik Responden Variabel antara berada diantara variabel bebas dan terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dan terikat.variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik identitas responden. Gambar 2.3 Kerangka Konsep Variabel bebas (x) Penggunaan gambar meme Variabel terikat (y) Kepuasan khalayak Variabel Z Karakteristik Responden

2.3 Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002: 96). Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka untuk memudahkan penelitian, perlu dibuat variabel penelitian sebagai berikut: Tabel 2.1 Variabel Penelitian Variabel Teoritis Variabel Operasional 1. Variabel bebas (x) 1. Frekuensi menggunakan Instagram Penggunaan Gambar Meme 2. Intensitas mengakses profil dagelan 3. Motif 4. Tampilan gambar meme 5. Isi pesan yang disajikan 6. Ketertarikan pesan 2. Variabel terikat (y) 1. Surveillance Kepuasan Khalayak 2. Kognitif 3. Afektif 4. Personal identity 5. Escapism 3. Variabel antara Karakteristik 1. Jenis Kelamin Responden 2. Usia 3. Fakultas 2.4 Defenisi Operasional Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Defenisi operasional adalah suau petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat

membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2008: 46). Defenisi Operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah: Variabel Bebas Variabel bebas yakni Penggunaan Gambar Meme meliputi: 1. Frekuensi menggunakan Instagram Yaitu kekerapan pengguna mengakses media sosial Instagram dalam satu hari. 2. Intensitas mengakses akun dagelan Yaitu kekerapan pengguna media sosial Instagram mengakses akun dagelan dalam satu minggu. 3. Tampilan gambar meme Bagaimana tampilan gambar yang disajikan untuk menarik perhatian para pengguna media sosial Instagram. 4. Isi pesan yang disajikan Isi pesan yang disajikan dalam gambar meme apakah bersifat informatif dan menghibur. 5. Ketertarikan pesan Ketertarikan pengguna terhadap isi pesan yang disajikan dalam gambar meme. Variabel Terikat Variabel terikat yakni Kepuasan Khalayak, meliputi: 1. Surveillance Surveillance adalah pengamatan terhadap perilaku dan aktivitas pada keadaan dalam memonitor perkembangan informasi yang dibutuhkan. Tujuan aspek surveillance berorientasi pada kemampuan pengguna dalam mengawasi atau mengamati perkembangan informasi pesan gambar meme oleh dalam media sosial Instagram.

2. Kognitif Koginitif adalah perilaku dalam bentuk bagaimana individu mengenal alam di sekitarnya, seperti mengamati, mencamkan, memikirkan sesuatu, mengingat dan mencipta (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007: 126). Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memahami makna yang menuntut pengguna media sosial Instagram untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur untuk memahami isi pesan gambar meme oleh dagelan dalam media sosial Instagram. 3. Afektif Afektif berkaitan dengan sikap dan nilai. Afektif adalah perilaku dalam bentuk perasaan atau emosi, seperti senang, sedih, nikmat, gembira, dan lainlain (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007: 126). Tujuan aspek afektif untuk meramalkan sikap pengguna media sosial Instagram setelah memahami isi pesan gambar meme oleh dagelan dalam media sosial Instagram. 4. Personal Identity Yaitu pengguna menggunakan gambar meme oleh dagelan untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan dan situasi pengguna itu sendiri. 5. Escapism Yaitu pelepasan tekanan dan kebutuhan akan hiburan dalam diri pengguna media sosial Instagram setelah mengkonsumsi gambar meme oleh dagelan dalam media sosial Instagram. Variabel antara Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah: 1. Jenis kelamin, yakni gender responden: laki-laki dan perempuan. 2. Usia, yakni memberikan gambaran mengenai usia responden yang menjadi sampel penelitian.

3. Fakultas, yakni fakultas responden yang menjadi sampel penelitian: Fakultas Kedokteran, Fakultas Teknik, Fakultas Hukum, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 2.5 Hipotesis Hipotesis diperlukan sebagai kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian. Pembuktian itu hanya dapat dilakukan dengan menguji hipotesis dimaksud dengan data di lapangan. Penggunaan hipotesis dalam penelitian karena hipotesis sesungguhnya baru sekedar jawaban sementara terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan (Bungin, 2010: 76). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ha : Terdapat pengaruh penggunaan gambar meme dalam media sosial Instagram terhadap kepuasan khalayak di kalangan mahasiswa. Ho : Tidak terdapat pengaruh penggunaan gambar meme dalam media sosial Instagram terhadap kepuasan khalayak di kalangan mahasiswa.