BAB II. Landasan Teori. dibagi menjadi dua golongan, yaitu motor pembakaran luar dan motor

dokumen-dokumen yang mirip
Teknologi Motor Injeksi YMJET-FI

SISTEM BAHAN BAKAR INJEKSI PADA SEPEDA MOTOR HONDA (HONDA PGM-FI)

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI 2.1. Motor Bensin Penjelasan Umum

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 125 pada tahun 2005 untuk menggantikan Honda Karisma. Honda Supra X

MESIN DIESEL 2 TAK OLEH: DEKANITA ESTRIE PAKSI MUHAMMAD SAYID D T REIGINA ZHAZHA A

BAB II KAJIAN TEORI. Ali Imron (2013) dalam tugas akhir yang berjudul troubleshooting sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

Sistem PGM-FI A. Latar Belakang

Mesin Diesel. Mesin Diesel

UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS

PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

Gambar 3. Posisi katup ISC pada engine

PEMBAHASAN. 1. Mean Effective Pressure. 2. Torque And Power. 3. Dynamometers. 5. Specific Fuel Consumption. 6. Engine Effeciencies

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

PENGARUH PENGGUNAAN INJECTOR VIXION DAN ECU RACING PADA SEPEDA MOTOR YAMAHA MIO J TERHADAP DAYA MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dunia otomotif saat ini, menunjukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkaitan dengan judul penelitian yaitu sebagai berikut: performa mesin menggunakan dynotest.pada camshaft standart

BAB II LANDASAN TEORI

Teknologi Injeksi Pada Sepeda Motor (Konstruksi Dasar Injection Suzuki Fl 125 FI)

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini meliputi : mesin

BAB II LANDASAN TEORI. empat langkah piston atau dua putaran poros engkol. Empat langkah tersebut adalah :

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

KONTROL SISTEM BAHAN BAKAR PADA ELECTRONIC FUEL INJECTION (EFI) Oleh Sutiman, M.T

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap analisis pengaruh jenis bahan bakar terhadap unjuk kerja

Kata kunci : ECU BRT, Remot Juken, STD, Performa, Efesiensi.

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

BAB. I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dunia otomotif di tanah air dari tahun ketahun


BAB 1 DASAR MOTOR BAKAR

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

PERFORMANSI MESIN SEPEDA MOTOR SATU SILINDER BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS DENGAN MODIFIKASI RASIO KOMPRESI

BAB III METODE PENGUJIAN. Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) seperti Uji emisi, Akselerasi, dan. Kendaraan uji yang disiapkan adalah :

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

Pengaruh Penggunaan Enviropurge Kit

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART

BAB III METODE PENELITIAN

MOTOR BAKAR TORAK. 3. Langkah Usaha/kerja (power stroke)

II. TEORI DASAR. kelompokaan menjadi dua jenis pembakaran yaitu pembakaran dalam (Internal

Andik Irawan, Karakteristik Unjuk Kerja Motor Bensin 4 Langkah Dengan Variasi Volume Silinder Dan Perbandingan Kompresi

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir yang berjudul troubleshooting sistem EPI (Electronic

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. memperbaiki kerusakan pada Honda Beat PGM-FI. Adapun diperoleh hasil

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi otomotif saat ini semakin pesat, hal ini didasari atas

PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 100 cc. uji yang digunakan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS. MAKALAH TENTANG Gasoline Direct Injection (GDI) Penyusun : 1. A an fanna fairuz (01) 2. Aji prasetyo utomo (03) 3. Alfian alfansuri (04)

DISCLAIMER. Rosyid W. Zatmiko rosyidwz.wordpress.com Tahun 2014 tidak dipublikasikan.

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC

Motor diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin pembakaran dalam merubah energi kimia menjadi energi mekanis.

MODIFIKASI SISTEM BAHAN BAKAR KARBURATOR MENJADI SISTEM BAHAN BAKAR INJEKSI PADA SUZUKI SMASH AD 2663 ZG (TINJAUAN SISTEM BAHAN BAKAR) PROYEK AKHIR

BAB III PROSES ANALISIS SISTEM EFI YAMAHA VIXION. Mulai. Pembuatan Engine Stand. Proses Perbaikan. Pengujian Engine Stand.

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA EMISI GAS BUANG MESIN EFI DAN MESIN KONVENSIONAL PADA KENDARAAN RODA EMPAT

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF ABD 01 SOLAR KE DALAM MINYAK SOLAR TERHADAP KINERJA MESIN DIESEL

I. PENDAHULUAN. Modifikasi kendaraan bermotor di Indonesia sering dilakukan, baik kendaraan

MAKALAH DASAR-DASAR mesin

Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid

Mesin Penggerak Kapal PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO


Pengaruh variasi celah reed valve dan variasi ukuran pilot jet, main jet terhadap konsumsi bahan bakar pada sepeda motor Yamaha F1ZR tahun 2001

DASAR-DASAR MESIN & SISTEM BAHAN BAKAR

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin pesatnya kemajuan teknologi di bidang otomotif mendorong

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

UJI KERJA INJEKTOR TERHADAP PUTARAN DAN JENIS SEMPROTAN MENGGUNAKAN ALAT UJI INJEKTOR ABSTRAK

OPTIMALISASI WAKTU PADA SAAT AKSELERASI MESIN TOYOTA 4 AFE DENGAN MEMANIPULASI MANIFOLD ABSOLUTE PRESSURE (MAP)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI UKURAN MAIN JET KARBURATOR DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125

Transkripsi:

BAB II Landasan Teori Salah satu penggerak mula yang banyak dipakai adalah mesin kalor, yaitu mesin yang menggunakan energi termal menjadi energi mekanik. Energi itu sendiri dapat diperoleh dengan proses pembakaran, proses fisi bahan bakar nuklir, atau proses lain-lain. Ditinjau dari cara memperoleh energi termal ini mesin kalor dibagi menjadi dua golongan, yaitu motor pembakaran luar dan motor pembakaran dalam. Pada motor pembakaran luar proses pembakaran terjadi diluar mesin, energi termal dari gas hasil pembakaran dipindahkan ke fluida kerja mesin melalui beberapa dinding pemisah. Contohnya mesin uap. Semua energi yang diperlukan oleh mesin itu mula-mula meninggalkan gas hasil pembakaran yang tinggi temperaturnya. Melalaui dinding pemindah kalor, atau ketel uap, energi itu kemudian masuk ke dalam fluida kerja yang kebanyakan terdiri dari air atau uap. Motor pembakaran dalam (Internal combustion engine) adalah motor bakar yang fluida kerjanya dihasilkan dari dalam pesawat itu sendiri. Motor jenis ini banyak digunakan sebagai sumber tenaga untuk menggerakan kendaraan darat, laut, dan udara.

Motor pembakaran dalam jika dilihat dari siklus kerjanya dibagi menjadi dua yaitu motor 2 langkah (2Tak) dan motor 4 langkah (4Tak). Motor 4 langkah paling banyak digunakan karena lebih efisien jika dibanding dengan motor 2 langkah. Prinsip kerja motor pembakaran dalam yaitu menghasilkan tenaga dari pembakaran bahan bakar di dalam silineder. Pada saat langkah kompresi campuran bahan bakar dan udara dibatasi oleh dinding silinder dan torak, sehingga walaupun gas itu ingin mengembang tetapi karena ruangnya dibatasi menyebabkan suhu dan tekanan di dalam silinder akan naik. Pada kondisi tersebut bunga api dipercikan oleh busi sehingga terjadi proses pembakaran. Pembakaran bahan bakar dan udara di dalam silinder akan menyebabkan panas yang akan mempengaruhi gas yang ada di dalam silinder untuk mengembang. Dari pembakaran tersebut terjadi tekanan ke dinding silinder dan torak, karena dibuat tetap dan hanya torak yang bisa bergerak maka tekanan hasil pembakaran itu akan mendorong torak dan menghasilkan tenaga gerak. Tenaga gerak inilah yang digunakan untuk menggerakan motor. Gerakan pada piston berupa gerak translasi yang kemudian menjadi gerak rotasi oleh poros engkol (crankshaft). 2.1. Pengertian 4 Tak Proses pembakaran di dalam motor bakar torak terjadi secara periodik, sebeelum terjadi proses pembakaran berikutnya terlebih dahulu gas pembakaran yang sudah tidak dapat dipergunakan harus dikeluarkan dari dalam silinder. Kemudian silinder diisi kembali dengan campuran bahan bakar dan udara segar yang berlangsung ketika torak didalam silinder bergerak dari TMA ke TMB. Seperti terlihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.1 : Skema dan prinsip kerja mesin empat langkah (4 Tak) Sumber :http://abadimotor-losari.blogspot.com Four Strouke Engine atau Motor bensin empat langkah adalah motor yang pada setiap empat langkah torak/piston (dua putaran engkol) sempurna menghasilkan satu tenaga mesin. Proses kerja yang terjadi pada motor 4 langkah adalah: 1. Langkah Hisap Langkah hisap adalah langkah dimana campuran bahan bakar dan udara dihisap ke dalam silinder. Proses yang terjadi pada langkah hisap adalh posisi katup hisap terbuka sedangkan katup buang tertutup, torak bergerak dari titik mati atas (TMA) ke titik mati bawah (TMB). Gerakan torak menyebabkan ruang didalam silinder menjadi vakum, sehingga campuran bahan bakar dan udaramasuk kedalam silinder.

2. Langkah Kompresi Langkah kompresi adalah langkah dimana campuran bahan bakar dan udara dikompresikan atau ditekan di dalam silinder. Proses yang terjadi pada langkah hisap adalah posisi kedua katup yaitu katup hisap dan katup buang tertutup, torak bergerak dari Titik Mati Bawah (TMB) menuju ke Titik Mati Atas (TMA). Karena gerakan torak volume ruang bakar menajdi sempit dang mengecil sehingga membuat tekanan dan temperatur campuran bahan bakar dan udara di dalam silinder naik. Pada saat torak mencapai titik mati atas (TMA) busi memercikan bunga api sehingga terjadi pembakaran. 3. Langkah Kerja (Ekspansi) Langkah kerja adalah langkah yang dihassilkan dari energi pembakaran campuran bahan bakar dan udara didalam silinder. Posisi kedua katup tertutup, beberapa saat sebelum torak mencapai TMA busi memercikan bunga api pada campuran bahan bakar dan udara yang telah dikompresi dan terjadi pembakaran. Terjadinya pembakaran menyebabkan gas didalam silinder mengembang, tekanan dan temperatur naik. Tekanan pembakaran mendorong torak bergerak ke TMB, gerakan inilah yang menggerakan poros engkol sehingga terjadi putaran mesin. Gerakan pada torak berupa gerak translasi yang kemudian menjadi gerak rotasi oleh poros engkol (crankshaft). 4. Langkah Buang Langkah buang adalah langkah dimana gas sisa pembakaran dikeluarkan dari silinder. Katup hisap tertutup dan katup buang terbuka, torak bergerak dari TMB menuju ke TMA, gas sisa pembakaran akan terdorong keluar dari dalam silinder melalui katup buang dan disalurkan ke knalpot. Saat torak mencapai TMA poros engkol sudah berputar dua kali.

2.2. Pengertian EFI (Electric Fuel Injection) atau Injeksi Bahan Bakar EFI (Electric Fuel Injection) atau Injeksi bahan bakar adalah sebuah teknologi yang digunakan dalam mesin pembakaran dalam untuk mencampur bahan bakar dengan udara sebelum dibakar. Penggunaan injeksi bahan bakar akan meningkatkan tenaga mesin bila dibandingkan dengan penggunaan karburator, karena injektor membuat bahan bakar tercampur secara homogen. Hal ini menjadikan injeksi bahan bakar dapat mengontrol pencampuran bahan bakar dan udara yang lebih tepat baik dalam proporsi dan keseragaman. Injeksi bahan bakar dapat berupa mekanikal, elektronik atau campuran dari keduanya. Sistem awal berupa mekanikal, namun sekitar tahun 1980-an mulai banyak menggunakan sistem elektronik. Sistem elektronik modern menggunakan banyak sensor untuk memonitor kondisi mesin, dan sebuah unit kontrol elektronik menghitung jumlah bahan bakar yang diperlukan. Oleh karena itu, injeksi bahan bakar dapat meningkatkan efisiensi bahan bakar dan mengurangi polusi, dan juga memberikan tenaga keluaran yang lebih. Sistem EFI (Electric Fuel Injection) menentukan jumlah bahan bakar yang optimal disesuaikan dengan jumlah dan temperatur udara yang masuk, kecepatan mesin, posisi katup trhotle pengembunan oksigen didalam exhaust pipe dan kondisi penting lainnya. 2.2.1 Tujuan Injeksi Bahan Bakar Tujuan utama pemakaian sistem injeksi sangatlah beragam. Beberapa tujuan pemakaian itu antara lain: Keluaran tenaga kendaraan Efisiensi bahan bakar Performa

Kemampuan untuk memakai bahan bakar alternatif Daya tahan Penggunaan kendaraan yang halus Biaya awal Biaya perawatan Kemampuan untuk didiagnosa Kemampuan dioperasikan di mana dan kapan saja Kepraktisan penyetelan mesin 2.2.2 Kelebihan sistem injeksi bakar 1. Emisi gas buang rendah Terjadinya pembakaran yang sempurna pada ruang bakar, sehingga emisi gas buang yang dihasilkan relatif lebih sedikit apalagi knalpot dilengkapi catalic converter. 2. Daya lebih besar Konstruksi injektor tepat pada intake manifold sehingga pencampuran bahan bakar lebih homogen. 3. Lebih hemat bahan bakar Air-fuel ratio sangat mempengaruhi kesempurnaan pembakaran pada mesin. Standar AFR pada motor adalah 14,7:1 yang artinya 14,7 udara dan 1 bensin. AFR dapat berubah-ubah, misalnya pada saat kondisi mesin dingin AFR 5:1, pada saat idle AFR 11:1, akselerasi 8:1, dan pada saat pemakaian ekonomis 40-60 km/jam AFR 16-18:1. Sehingga konsumsi bahan bakar pada motor injeksi lebih irit dibandingkan karburator. 4. Tidak memerlukan cok (choke)

Injeksi bahan bakar dilengkapi sensor temperatur yang akan melaporkan suhu mesin ke engine control module (ECM) yang akan memerintahkan injektor untuk memperkaya campuran bensin pada suhu mesin dingin. 5. Perawatan yang lebih praktis Teknologi injeksi bahan bakar berkonsep bebas perawatan. Pada saat servis, pembersihan dilakukan hanya pada bagian penyaring udara, busi, dan pengaturan klep. 2.2.3 Kekurangan sistem injeksi bahan bakar 1. Akselerasi kurang responsif Terjadinya proses yang panjang dari sensor pengatur jumlah udara dan laporan dari sensor-sensor lainnya, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk berakselerasi. 2. Kurangnya tenaga ahli Injeksi bahan bakar termasuk teknologi baru, tidak semua bengkel umum mampu memperbaiki di saat terjadi permasalahan pada kendaraan. 3. Sensitif terhadap benturan/guncangan Semua perangkat terutama engine control module menggunakan elektronik, sehingga rentan mati apabila mengalami guncangan atau benturan keras. Pada saat terjadi hal tersebut, kendaraan berpeluang tidak bisa dihidupkan kembali, karena mengalami kerusakan pada engine control module. Biaya perbaikan membutuhkan biaya yang relatif masih mahal. 4. Sensitif bahan bakar

Ujung injektor berukuran mikro, sehingga sistem injeksi bahan bakar mudah terjadi penyumbatan karena bahan bakar yang kotor. Hal ini akan mempengaruhi kinerja kendaraan. 5. Sensitif kelistrikan Kondisi kendaraan dilaporkan oleh sensor, dan sensor terhubung menggunakan kabel berkonektor. Konektor sering menjadi penyebab pelaporan sensor ke engine control module menjadi kacau. Pengiriman laporan sensor ke engine control module menggunakan sistem pengaman. Apabila konektor kabel terjadi korosi, hal ini akan meningkatkan sistem pengamanan sehingga laporan dari sensor mengakibatkan engine control module berfungsi dengan tidak tepat dan dapat mengakibatkan kerusakan yang disebabkan aliran listrik yang tidak stabil. 2.2.4 Bagian dan fungsi secara mendetail Catatan: Contoh di bawah ini berlaku pada mesin bensin injeksi elektronik modern. Bahan bakar selain bensin mungkin cocok, tapi hanya secara konsep saja. Gambar 2.2 : Komponen sebuah injeksi elektronik Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/injeksi_bahan_bakar

Gambar animasi dari penampang melintang sebuah injektor bahan bakar. Injektor Fuel Pump/Pompa bahan bakar Fuel Pressure Regulator Engine Control Module (ECM) termasuk sebuah komputer digital dan untaian untuk berkomunikasi dengan sensor dan control output. Wiring Harness Berbagai macam Sensor (Beberapa yang penting dicantumkan disini.) - Crank/Cam Position: Hall effect sensor - Airflow: Sensor MAF, dan Sensor MAP - Exhaust Gas Oxygen: Sensor oksigen, Sensor EGO, Sensor UEGO Deskripsi : Bagian utama dari sebuah sistem injeksi elektronik (EFI) adalah Unit Kontrol Mesin (Engine Control Unit/ECU), yang akan memonitor kegiatan mesin melalui berbagai sensor. Sensor-sensor ini akan dipergunakan oleh ECU untuk menghitung jumlah bahan bakar yang diinjeksikan dan mengontrol mesin dengan cara memanipulasi jumlah air dan udara yang masuk. Jumlah bahan bakar yang diinjeksikan tergantung dari beberapa faktor seperti suhu mesin, kecepatan rotasi mesin, dan komposisi gas buang. Injektor bahan bakar ini biasanya tertutup, dan terbuka untuk menginjeksikan bahan bakar ketika ada listrik yang mengalir di gulungan solenoid.

Gambar 2.3 : Sistem injeksi bahan bakar (EFI) Sumber : http://bengkelsepedamotor.files.wordpress.com/2008/03/efi2.jpg 2.3 Teknologi Injeksi YMJET-FI YMJet-FI adalah kepanjangan dari Yamaha Mixture JET-Fuel Injection, YMJET-FI adalah sistem pengontrol bahan bakar secara elektronik yang di terapkan pada motor Yamaha. Cara kerja YMJET-FI secara teknis mengatur konsumsi bahan bakar lebih akurat sesuai kebutuhan mesin motor Yamaha.

Gambar 2.4 : YMJET_FI Sumber : http://www.onomotor.com/teknologi-injeksi-ymjet-fi/ Rincian Teknologi Injeksi YMJET-FI adalah dengan adanya sistem ECU (Engine Controlunit) yang menerima informasi perputaran RPM mesin seperti TPS (Throttle Position Sensor), IATS (Intake Air Sensor), IAPS (Intake Air Pressure sensor), ISC (Idle Speed Sensor), O2 sensor atau sensor udara dan Crank Angle Sensor, lalu ECU (Engine Control unit) ini memberikan respon sinyal ke Yamaha Mixture JET-Fuel Injection (YMJET-FI) untuk memberikan supplay udara melalui Air Assist atau Main Air Passage. Jika perputaran mesin motor Yamaha dibawah 5.000 RPM udara akan diberikan melalui saluran Air Assist. Sedangkan jika perputaran mesin motor Yamaha di atas 5.000 RPM udara akan melalui saluran Main Air passage. Intinya dengan perputaran mesin motor atau RPM semakin sedikit udara yang diberikan semakin sedikit pula bahan bakar yang digunakan, dengan kata lain sistem YMJET-FI ini mengatur penyemprotan bensin lebih akurat sesuai kebutuhan perputaran mesin. Dengan teknologi ini supply udara dapat dilakukan on-demand sesuai kecepatan yang diinginkan pengendaranya dan membuat bahan bakar lebih efisien hemat 30

persen. Untuk situasi berkendara ekstrem, seperti percepatan, deselerasi dan beban tinggi, ECU mampu mengontrol secara imbang kebutuhan bensin dan udara tetap pada kondisi ideal. Sitem ECU (Engine Control unit) mengontrol rasio udara dan bahan bakar rinciannya Jika Throttle Position Sensor menunjukkan pedal gas ditekan lebih dalam, Mass Flow Sensor (MFS) mengukur jumlah udara tambahan yang tersedot ke dalam mesin dan ECU akan menyuntikkan lebih banyak bahan bakar ke dalam mesin. Jika cairan pendigin Engine Coolant Temperature Sensor menunjukkan mesin panas, bahan bakan akan diinjeksi lagi. Sitem ECU (Engine Control unit) mengontrol waktu pengapian rinciannya ECU mengatur waktu yang terjadinya percikan waktu pengapian untuk menyediakan daya yang lebih baik dan hemat. Jika ECU mendeteksi ketukan, suatu kondisi yang berpotensi merusak mesin, maka ECU akan menilai masih terlalu cepat memberikan percikan api dan ECU akan menunda waktu percikan. Karena ketukan cenderung terjadi lebih pada putaran mesin yang lebih lebih rendah, ECU akan otomatis mengontrol transmisi penurunan ke gigi yang lebih rendah sebagai upaya pertama untuk mengurangi ketukan. Sitem ECU (Engine Control unit) mengontrol kecepatan mesin saat Idle rinciannya ECU terintegrasi di sistem Idle Speed Control. RPM dipantau Crankshaft Position Sensor yang memainkan peranan utama dalam fungsi mengontrol waktu injeksi bahan bakar, mengatur kapan dilakukannya percikan, dan buka tutupnya katup. Sistem idle speed control harus mengantisipasi beban mesin pada saat idle. Perubahan pada saat idle biasanya datang dari sistem HVAC, power steering systems, power brake systems, dan electrical charging dan supply systems. Temperatur mesin dan status transmisi, dan durasi dari camshaft juga mempengaruhi kinerja mesin dan atau nilai kecepatan idle yang diinginkan. Sitem ECU (Engine Control unit) mengontrol durasi buka tutup katup dengan rincian ECU akan mengkalkulasi beban mesin pada RPM yang tepat untuk memutuskan bagaimana

membuka katup awal atau terlambat, terbuka lebar atau hanya setengah terbuka. Pembukaan katup dilakukan setepat mungkin. Yamaha Motor Indonesia akan menghentikan produksi motor non-injeksi di tahun 2014, semua Motor Yamaha di Indonesia akan menggukan sistem Teknologi Injeksi YMJET- FI pada tahun 2014. 2.4 Teknologi Injeksi PGM-FI PGM-FI berasal dari singkatan Programmable Fuel Injection, yang berarti seluruh system aliran bensin ini dikontrol sedemikian rupa agar tercapai pembakaran maksimal. PGM-FI telah dipatenkan oleh Honda Motor Co. dan telah digunakan baik di Roda 2 maupun Roda 4. PGM-FI ini merupakan modifikasi yang jauh lebih advance dari injeksi yang telah dibuat oleh Jonas Hesselman pada tahun 1925 di Swedia. Proses kerjanya tidak mengikuti gravitasi melainkan ada aliran naik-turun sehingga akurasi injector lebih presisi. Sistem PGM-FI ini dibuat karena adanya tuntutan masyarakat terhadap kendaraan yang ramah lingkungan. Indonesia pun sebentar lagi menginjak regulasi EURO 3 tahun 2013 yang berarti uji emisi bakal lebih ketat lagi daripada biasanya. Maka dari itu semua pabrikan bakal mencoba meratakan seluruh line up produknya, tak terkecuali Honda. PGM-FI merupakan teknologi yang terus dikembangkan oleh Honda Motor Corp Jepang. Sejak diperkenalkan dan digunakan pada sepeda motor CC kecil dan Skuter pada 2003, PGM-FI terus disempurnakan dan dikembangkan oleh Honda Motor Corp. Jepang. Pada akhir 2011 Honda meluncurkan Supra X-125 Helm In dan Spacy Hem In yang menggunakan teknologi PGM generasi ke-4. Pada generasi ke-4 ini, sistem injeksi bahan bakar terdiri dari komponen atau sensor : 1. Trottle Position Sensor

Berfungsi untuk memberikan informasi bukaan gas tangan serta perilaku pengendara dalam menjalankan sepeda motor Honda dan mengirimkan informasi ke ECM. Cara buka yang berbeda, misalnya cara buka yang dirunut atau digas secara konstan akan direspon berbeda, sehingga ECM akan memerintahkan waktu dan jumlah penyemprotan bahan bakar serta timing pengapian yang berbeda, maka engine memberikan tenaga sesuai kondisi atau gaya berkendara. 2. Pompa Bahan Bakar Berfungsi untuk memompa bahan bakar dan memberikan tekanan sebesar 294 KPa. Dengan tekanan yang besar, maka penyemprotan dan pencampuran bahan bakar-udara terjadi dengan sempurna dan merata. Pompa bahan bakar dilengkapi dengan filter sehingga bensin sangat bersih dari kotoran. 3. ECM (Engine Control Module) Merupakan mikro computer yang menjadi otak dari sistem injeksi. ECM menerima sinyal-sinyal dari sensor tentang kondisi engine dan memerintahkan injector dan pompa bahan bakar kapan harus bekerja, serta memerintahkan busi kapan harus memercikan api sehingga di dapat pembakaran yang sempurna, sehinga menghasilkan tenaga yang besar, ramah lingkungan serta hemat bahan bakar. di sisi lain ECM dilengkapi dengan Self Diagnostic Funtion, ECM akan memeriksa fungsi dari sensor-sensor dan memberikan peringatan ke pengendara bila terjadi malfungsi dari salah satu atau lebih sensor. 4. EOT (Engine Oil Temperatur) Berfungsi unutuk memberikan informasi kondisi panas engine ke ECM, ECM akan memerintahkan penyemprotan bahan bakar sesuai kondisi temperature engine. 5. O2 Sensor Sistem PGM-FI generasi ke-4 ini merupakan system close loop. O2 sensor memonitor kondisi gas buang hasil pembakaran dan menginformasikannya ke ECM. ECM akan

menyesuaikan (menambahkan jumlah bahan bakar atau bahkan mengurangi jumlah bahan bakar yang disemprotkan) pada proses berikutnya berdasarkan masukan kondisi pembakaran dari O2 Sensor. 6. Idle Air Screw atau Solenoid Valve Merupakan perangkat yang bekerja pada saat engine dingin dengan jalan memberikan aliran udara ekstra sehingga engine mudah dihidupkan dan putaran stationernya terjaga pada putaran yang ditentukan 1400+100 pada cub/sport dan 1700 + 100 pada tipe matic. 7. Injector Berfungsi menyemprotkan bakan bakar menjadi kabut dan mencampurkan pada udara yang mengalir di pada intake manifold, sehingga bercampur dengan sempurna. Injector bekerja secara elektronik berdasarkan perintah ECM, dengan sebuah screener pada inlet injector. 8. CKP Sensor atau Crankshaft Position Sensor Memberikan informasi tentang posisi crankshaft atau piston (diantaranya adalah posisi langkah isap atau langkah buang). Serta kecepatan putar dari crankshaft/rpm engine. Sehingga ECM dapat menentukan berapa banyak bahan bakar dalam proses pembakaran. Dengan berbagai sensor tersebut, teknologi PGM-FI mempunyai keunggulan : a. Ramah lingkungan Jumlah bahan bakar yang disemprotkan disesuaikan dengan jumlah udara yang mengalir berdasarkan sensor TP sensor, EOT sensor serta O2 sensor. Penyemprotan bahan bakar dengan tekanan tinggi, dari pompa bahan bakar membuat percampuran yang merata dan menghasilkan pebakaran terjadi secara sempurna. Di samping itu gas buang hasil pembakaran disempurnakan dengan adanya katalitic converter pada knalpot, sehingga gas buang yang dilepas ke lingkungan adalah gas

hasil pembakaran yang sempurna, yang mempunyai emisi 90 % lebih rendah dibandingkan emisi gas buang dengan mesin karburator. b. Hemat Bahan Bakar c. Akselerasi lebih responsif dan tenagabesar Jumlah bahan bakar yang disemprotkan oleh injector dihitung secara akurat oleh ECM berdasarkan sensor-sensor tersebut, penyemprotan dengan tekanan tinggi membuat bahan bakar terkabutkan dalam skala ion dan bercampur secara sempurna dan merata dengan udara. Waktu pengapian yang tepat menjadikan pembakaran yang sempurna sehingga dihasilkan engine yang hemat bahan bakar, namun memiliki akselerasi yang responsive dan tenaga yang besar d. Mudah dihidupkan pada berbagai kondisi lingkungan. Sistem PGM-FI dilengkapi dengan Idle Air Screw (serta Solenoid Valve pada tipe Matic atau Spacy), serta adanya EOT yang memonitor kondisi temperatur engine sehingga ECM akan memerintahkan banyaknya bahan bakar yang disemprotkan. Tekanan bahan bakar yang tinggi pada penginjeksian (294 KPa), serta timing penyemprotan bahan bakar yang tepat menjadikan engine mudah dihidupkan pada berbagai kondisi cuaca alam. e. Mudah dalam perawatan. Secara sistem, PGM-FI tidak memerlukan perawatan berkala secara khusus. Adanya MIL akan memberikan informasi bila ada salah satu sensor atau bahkan ECM yang tidak berfungsi. Dengan adanya MIL konsumen atau pengendara awampun akan tahu bagian mana dari sistem injeksi yang tidak berfungsi secara baik. Satu-satunya perawatan yang diperlukan adalah penggantian filter pompa bahan setiap 48000 km atau sekitar 4 tahun sekali. Di sisi lain Sistem PGM-FI dilengkapi dengan DLC

Conector yang mana mekanik atau AHASS dapat memeriksa kondisi sistem injeksi PGM-FI dengan menggunakan HDS (Honda Diagnostic System). Sistem pompa bahan bakar bekerja berdasarkan perintah ECM, pada saat konsumen kehabisan bahan bakar konsumen tidak perlu takut jika sistem rusak atau susah untuk dihidupkan. Pompa bahan bakar akan bekerja selama 2 detik setelah kontak on, sehingga tidak merusak pompa bahan bakar. Konsumen dapat langsung mengisi dan sistem PGM-FI akan bekerja normal sehingga engine dapat dihidupkan secara mudah. 2.3 Parameter Perhitungan Motor Bakar Bensin 2.3.1 Prestasi Mesin Prestasi mesin adalah kemampuan mesin ditinjaun dari daya, torsi, dan konsumsi bahan bakar terhadap putaran mesin. 2.3.2 Torsi Torsi atau momen puntir adalah gaya dikalikan dengan panjang lengan (Arends&Berenschot 1980:21), pada motor bakar gaya adalah daya motor sedangkan panjang lengan adalah panjang lengan torak. Bila panjang lengan diperpanjang untuk menghasilkan momen yang sama, maka dibutuhkan gaya yang lebih kecil. Juga sebaliknya bila jaraknya sama tapi jarak diperbesar maka momen yang dihasilkan akan lebih besar pula, ini berarti semakin besar tekanan yang hasil pembakaran didalam silinder maka akan semakin besar pula momen yang dihasilkan. Torsi dapat diperoleh dari hasil kali gaya dengan jarak, (T=F x r). Torsi maksimum dengan waktuyang bersamaan. Torsi (momen) sangat erat hubungannya dengan efisiensi volumetric dari motor tersebut. Artinya momen sangat bergantung pada jumlah bahan bakar yang dapat dihisap masuk kedalam silinder dan kemudian

dibakar didlam ruang bakar. Karena semakin banyak bahan bakar yang dibakar, maka akan semakin tinggi pula gaya ynag dihasilkan untuk mendorong torak. Torsi motor akan maksimum jika efisiensi juga maksimum. Jika daya motor angka putarannya diketahui, maka besarnya momen putar untuk motor 4 langkah dapat dihitung dengan rumus : T=9550. (Nm) Dimana : T P N : Torsi (Nm) : Daya motor (KW) : Putaran Mesin (RPM) 9550 : Konstanta (Jumlah harga yang tidak bisa di ubah) Torsi juga dapat diketahui dengan melakukan pengujian dengan alat dyno test, yang dapat dirumuskan seperti : T = F.l = m. g. l...(l) Dimana : T = Momen Torsi (Nm) m = Massa yang terukur dalam dynamometer (kg) g = Percepatan gravitasi (m/s2) l = Panjang lengan pada dynamometer (m) 2.3.3 Daya Daya yang dihasilkan pada motor bakar besarnya selalu tidak konstan. Besarnya daya yang dihasilkan salah satunya tergantung pada tinggi rendahnya putaran mesin. Semakin tinggi putaran mesin maka daya yang dihasilkan akan

bertambah besar, namun pada putaran tertentu (putaran maksimum) daya yang akan mencapai maksimum, dan setelah itu besarnya daya yang dihasilkan akan menurun, sedangkan power yang dihitung dengan satuan kw (Kilo watts) atau Horse Power (HP) mempunyai hubungan erat dengan torsi. Power dapat dirumuskan dengan : Powe = Torsi x Kecepatan sudut Rumus diatas adalah rumus dasarnya, pada engine maka rumusnya menjadi : Power = Torsi x x Putaran mesin (RPM). Untuk mengukur Power (KW) adalah sebagai berikut : Power (kw) = ( ) ( ) 6000 dapat diartikan adalah 1 menit = 60 detik, dan untuk mendapatkan kw = 1000 watt. Sedangkan untuk mengukur Power (HP) adalah sebagai berikut : Power (HP) = ( ) ( ) 5252 adalah nilai konstanta. 2.3.4 Konsumsi Bahan Bakar BFC =. Keterangan : BFC : Konsumsi bahan bakar (jam)

Vf : Volune bahan bakar t : Interval waktu habis konsumsi bahan bakar (detik) 3600 : 1 jam = 60 menit= 3600 detik 1000 : 1 liter = 1000 ml 2.3.4.1 Laju aliran massa bahan bakar ( f) mf = Keterangan : f BFC : Laju aliran massa bahan bakar (kg/s) : Konsumsi bahan bakar (L/jam) : Massa jenis bahan bakar (kg/ ) (*)Massa jenis bensin (0,73 kg/liter = 730 kg ) ( ( ) ) 2.3.4.2 Laju aliran massa udara a = Keterangan : a AFR BFC : Laju aliran massa udara (kg/s) : Rasio massa udara bahan bakar (kg udara / kg bahan bakar) : Konsumsi bahan bakar (L/jam) : Massa jenis bahan bakar (kg/ ) 2.3.4.3 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (BSFC) Konsumsi bahan bakar spesifik adalah jumlah bahan bakar yang diperlukan untuk menghasilkan daya efektif sebesar satu kw selama satu jam, dapat dirumuskan : BSFC =. f (kg/kw.hr)...(3)

Keterangan : BSFC : Konsumsi bahan bakar spesifik (gr/kw.h) BHP : Daya (kw) f : Massa jenis bahan bakar (kg/ )