BAB II DESKRIPSI PROYEK

dokumen-dokumen yang mirip
Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:

TERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng

Dr. Nindyo Cahyo Kresnanto

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas)

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terminal dibangun sebagai salah satu prasarana yang. sangat penting dalam sistem transportasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO)

TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN MAGELANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. Nomor: 2 Tahun 2006 Seri: B PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL PENUMPANG

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 9 TAHUN 2000 (9/2000) TENTANG TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUMAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

EVALUASI KELAYAKAN TERMINAL ANGKUTAN UMUM DI KECAMATAN TOBELO TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium Development

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELAYANAN TERMINAL TIPE C PADA TERMINAL PADANGAN DI KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UNTUK UMUM

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR ISI. 1. Ruang Lingkup Acuan normatif Definisi dan istilah Kendaraan Bermotor Mobil Penumpang...

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dan rasa aman kepada pengguna jasa angkutan umum di dalam melakukan

PENTINGNYA MASTER PLAN DALAM PROSES PEMBANGUNAN TERMINAL ANGKUTAN JALAN (STUDI KASUS: MASTER PLAN TERMINAL ULU DI KABUPATEN KEPULAUAN SITARO)

-2- Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

PERANCANGAN TERMINAL BUS TIPE B DI KAWASAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD) BELAWAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

III. METODE PENELITIAN. Adapun data yang diperlukan dalam penyusunan hasil penelitian ini dibedakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1993 TENTANG ANGKUTAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II. DESKRIPSI PROYEK

BAB II TINJAUAN OBJEK

KAJIAN MANAJEMEN SIRKULASI TERMINAL BUS ( Studi Kasus : Terminal Bus Tirtonadi Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN LALULINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM TIDAK DALAM TRAYEK

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAHUN : 2006 NOMOR : 04

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 84 TAHUN 1999 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Area Pasar;

STUDI KELAYAKAN TERMINAL TINGKIR DENGAN ADANYA JALAN LINGKAR CEBONGAN BLOTONGAN SALATIGA

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

RETRIBUSI TERMINAL SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA. Oleh. Zainab Ompu Zainah ABSTRAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

4.1. Konsep Dasar Perencanaan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Terminal berdasarkan Juknis LLAJ pada tahun 1995 yang berisi Terminal Transportasi merupakan:

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tenta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT Balai Pustaka Jakarta, Idem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain.

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TERMINAL BARANG

Transkripsi:

BAB II DESKRIPSI PROYEK - 8 -

BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Pengertian dan Penjelasan Singkat Proyek Dalam perancangan proyek ini mendapat isu yaitu relokasi masyarakat sinabung dimana masyarakat yang direlokasi ke kawasan Siosar harus dapat mengembalikan system perekonomian mereka secara mandiri. Maka perancangan ini ditugaskan untuk membentuk sarana dan prasana pendukung pemukiman untuk menuju Siosar yang mandiri tanpa bantuan dari pemerintah maupun masyarakat lain. Maka menarik kesimpulan dari itu semua penulis mengangkat judul proyek yaitu Terminal Pasar Mandiri Siosar. Secara terminologi, judul ini dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Terminal. Pengertian Terminal ialah Perhentian bus, kereta, dsb.) ; penghabisan ; stasiun ; titik dimana penumpang dan barang masuk dan keluar dari sistem ; merupakan komponen fungsional utama dari sistem, sering juga merupakan prasarana yang perlu biaya besar dan titik dimana kongesti (kemacetan) mungkin terjadi. 4 2. Pasar. Pengertian Pasar ialah Tempat orang berjual-beli ; pekan, tempat berjual beli yang diadakan oleh perkumpulan dan sebagainya dengan maksud mencari 4 Kamus Besar Bahasa Indonesia 9

derma. ; Tempat berbagai pertunjukan yang diadakan malam hari untuk beberapa hari lamanya. 5 3. Mandiri. Pengertian Mandiri ialah keadaan dapat berdiri sendiri; tidak bergantung pd orang lain. 6 4.. Siosar. Hutan produksi Siosar meliputi Kecamatan Merek dan Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo, yang ditetapkan menjadi areal pemukiman relokasi total tiga desa, Sukameriah, Simacem dan Bakerah Kecamatan Namanteran yang masuk kawasan zona merah Gunung Sinabung. Jadi, berdasarkan terminologi pengertian di atas, maka TERMINAL PASAR MANDIRI SIOSAR dapat diartikan sebagai suatu termpat atau bangunan yang berfungsi untuk mewadahi dan melayani kebutuhan transportasi penumpang dan barang yang sudah dipadukan dengan fungsi pasar yakni mewadahi aktivitas jual beli dimana dioperasikan sendiri oleh masyarakat Siosar tanpa bergantung pada pemerintah maupun orang lain. 2.2 Tinjauan Umum Terminal Tinjauan umum membahas tentang terminal yang berisi unsur-unsur di dalamnya, termasuk terminal penumpang dan pasar secar umum. 5 Kamus Besar Bahasa Indonesia 6 Kamus Besar Bahasa Indonesia 10

2.2.1 Terminal Dalam pencapaian pembangunan nasional peranan transportasi memiliki posisi penting dan strategi dalam pembangunan, maka perencanaan dan pengembangannya harus ditata dalam satu kesatuan yang sistematis. Berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, terminal merupakan prasarana transportasi jalan untuk barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang merupakan satu wujud simpul jaringan transportasi. senada dengan UU No 14 Tahun 1992, dalam Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 Tentang angkutan jalan umum, terminal adalah sarana transportasi untuk keperluan memuat dan menurunkan orang atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang merupakan satu simpul jaringan transportasi. Berdasarkan Juknis (1995) Terminal Transportasi merupakan: 1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum. 2. Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan pengoperasian lalu lintas. 3. Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem transportasi untuk melancarkan arus penumpang dan barang. 4. Unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi efisiensi kehidupa kota. 11

2.2.2 Fungsi Terminal Pengelolaan terminal yang mampu menyesuaikan dengan perkembangan, terkendali dan terarah (coach terminal) berkaitan dengan : perencanaan, infrastruktur, system management dan informasi, lingkungan dan kerjasama serta pengaturan bebagai kepentingan yang aktif dalam kawasan terminal. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan terminal yang terarah dapat dilihat pada gambar 2.1 Berbagai kepentingan yang ada dalam terminal adalah aktivitas transit, kewenangan, sistem pengendalian serta berbagai kepentingan yang mempengaruhi pengelolaan terminal secara terarah dan terkendali sesuai dengan tuntutan perkembangan di masa depan. Menurut Budi (2005: 182-183) dalam buku pembangunan kota tinjauan regional dan lokasi terminal, fungsi terminal adalah sebagai berikut : 1. Menyediakan tempat dan kemudahan perpindahan moda transportasi. 2. Menyediakan sarana untuk simpul lalu lintas. 3. Menyediakan tempat utuk menyiapkan kendaraan. Gambar 2 1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengelolaan Terminal Yang Terarah (Coach Terminal) Sumber :Winner Terminal Terpadu Amplas 2009. 12

Berdasarkan, Juknis (1995). Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur: 1. Fungsi terminal bagi penumpang, adalah untuk kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda atau kendaraan lain, tempat fasilitas-fasilitas informasi dan fasilitas parkir kendaraan pribadi. 2. Fungsi terminal bagi pemerintah, adalah dari segi perencanaan dan manajemen lalu lintas untuk menata lalulintas dan angkutan serta menghindari dari kemacetan, sumber pemungutan retribusi dan sebagai pengendali kendaraan umum. 3. Fungsi terminal bagi operator/pengusaha adalah pengaturan operasi bus, penyediaan fasilitas istirahat dan informasi bagi awak bus dan sebagai fasilitas pangkalan. 2.2.3 Jenis Terminal Terminal adalah bagian dari infrastruktur transportasi yang merupakan titik lokasi perpindahan penumpang ataupun barang. Pada lokasi itu terjadi konektivitas antar lokasi tujuan, antar modal, dan antar berbagai kepentingan dalam system transportasi dan infrastruktur. Pengelolaan pada berbagai hal tersebut perlu diperhatikan dan dikembangkan untuk pengembangan manajemen terminal. Kegiatan pengelolaa, regulasi (peraturan) dan norma norma yang disepakati akan menentukan perkembangan terminal secara terarah (coach terminal) - (Gromule, 2007). Terminal dibagi beberapa kategori yang meliputi : 13

1. Terminal Penumpang adalah Prasarana Transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikan penumpang, perpindahan intra/atau moda transportasi serta mengatur kedatangan pemberangkatan kendaraan angkutan penumpang umum; Terminal penumpang dapat dikelompokan atas dasar tingkat penggunaan terminal kedalam tiga tipe sebagai berikut : a. Terminal penumpang tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. b. Terminal penumpang tipe B berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan. c. Terminal penumpang tipe C berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan. Unsur penting bagi eksistensi sebuah terminal penumpang adalah adanya angkutan umum dan penumpang, tanpa keduanya terminal tidak bermakna apapun hanya sebatas sebuah bangunan. Angkutan umum merupakan salah satu media transportasi yang digunakan masyarakat secara bersama-sama dengan membayar tarif. Angkutan umum yang biasa beroperasi dalam terminal meliputi : angkot, bis, ojek, bajaj, taksi dan metromini. Penumpang adalah masyarakat yang menaiki atau menggunakan jasa angkutan (bus). Jadi ruang transit penumpang adalah bangunan peneduh terbuka besar yang berfungsi sebagai tempat istirahat sementara atau duduk-duduk, 14

menunggu bus, menunggu teman, membaca koran serta mengobrol santai yang berada dalam terminal. 2. Terminal Barang adalah Prasarana Transportasi jalan untuk keperluan membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra/atau moda transportasi angkutan barang; 3. Terminal Peti Kemas adalah terminal dimana dilakukan pengumpulan peti kemas dari hinterland ataupun pelabuhan lainnya untuk selanjutnya diangkut ke tempat tujuan ataupun terminal peti kemas yang lebih besar lagi. Terminal peti kemas yang berkembang dengan pesat dalam beberapa tahun belakangan ini adalah Terminal peti kemas JICT, KOJA di Jakarta, TPS di Surabaya, TPK Semarang, TPK Belawan. 2.2.3.1.Persyaratan Lokasi Terminal Penumpang Penentuan lokasi terminal penumpang dilakukan dengan memperhatikan rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan bagian dari rencana umum jaringan transportasi jalan. Lokasi terminal penumpang tipe A, tipe B dan tipe C, ditetapkan dengan memperhatikan: 1. Rencana umum tata ruang; 2. Kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal; 3. Keterpaduan moda transportasi baik intra maupun antar moda; 4. Kondisi topografi lokasi terminal; 5. Kelestarian lingkungan. 15

Penetapan lokasi terminal penumpang tipe A harus memenuhi persyaratan: 1. Terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lalu lintas batas negara; 2. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIA; 3. Jarak antara dua terminal penumpang tipe A, sekurang-kurangnya 20 km di Pulau Jawa, 30 km di Pulau Sumatera dan 50 km di pulau lainnya; 4. Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 3 ha di pulau lainnya; 5. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 100 m di Pulau Jawa dan 50 m di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal. Penetapan lokasi terminal penumpang tipe B harus memenuhi persyaratan: 1. Terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi; 2. Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurangkurangnya kelas IIIB; 3. Jarak antara dua terminal penumpang tipe B atau dengan terminal penumpang tipe A, sekurang-kurangnya 15 km di Pulau Jawa dan 30 km di Pulau lainnya; 4. Tersedia lahan sekurang-kurangnya 3 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 2 ha untuk terminal di pulau lainnya; 5. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 50 m di Pulau Jawa dan 30 m di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal. 16

Penetapan lokasi terminal penumpang tipe C harus memenuhi persyaratan: 1. Terletak di dalam wilayah Kabupaten daerah Tingkat II dan dalam jaringan trayek pedesaan; 2. Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi kelas IIIA; 3. Tersedia lahan sesuai dengan permintaan angkutan; 4. Mempunyai akses jalan masuk atau keluar ke dan dari terminal, sesuai kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar terminal. 2.2.3.2 Kriteria Pembangunan Terminal Penumpang Pembangunan terminal penumpang harus dilengkapi dengan: 1. Rancang bangun terminal; 2. Analisis dampak lalu lintas; 3. Analisis mengenai dampak lingkungan. Pembuatan rancang bangun harus memperhatikan: 1. Fasilitas penumpang yang disyaratkan. 2. Pembatasan yang jelas antara lingkungan kerja terminal dengan lokasi peruntukkan lainnya, misalnya pertokoan, perkantoran, sekolah dan sebagainya. 3. Pemisahan antara lalu lintas kendaraan dan pergerakan orang di dalam terminal. 4. Pemisahan yang jelas antara jalur angkutan antar kota antar propinsi, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. 17

Manajemen lalu lintas di dalam terminal dan di daerah pengawasan terminal. 2.2.3.3 Kriteria Perencanaan Terminal Kriteria perencanaa terminal terdiri dari : 1. Sirkulasi lalu lintas Jalan masuk dan keluar kendaraan harus lancar, dan dapat bergerak dengan mudah. Jalan masuk dan keluar calon penumpang kendaraan umum harus terpisah dengan keluar masuk kendaraan. Kendaraan di dalam terminal harus dapat bergerak tanpa halangan yang tidak perlu. Sistem sirkulasi kendaraan di dalam terminal ditentukan berdasarkan: a. Jumlah arah perjalanan b. Frekuensi perjalanan c. Waktu yang diperlukan untuk turun/naik penumpang Sistem sirkulasi ini juga harus ditata dengan memisahkan jalur bus/kendaraan dalam kota dengan jalur bus angkutan antar kota. 2. Fasilitas utama Fasilitas utama terminal terdiri dari: a. Jalur pemberangkatan kendaraan umum b. Jalur kedatangan kendaraan umum c. Tempat tunggu kendaraan umum d. Tempat istirahat sementara kendaraan umum e. Bangunan kantor terminal 18

f. Tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar, menara pengawas, loket penjualan karcis, rambu-rambu dan papan informasi, yang memuat petunjuk jurusan, tarif, dan jadwal perjalanan, pelataran parkir kendaraan pengantar dan taksi. g. Kamar kecil/toilet h. Musholla i. Kios/kantin j. Ruang pengobatan k. Ruang informasi dan pengaduan telepon umum l. Tempat penitipan barang m. Taman. n. Kegiatan sirkulasi penumpang, pengantar, penjemput, sirkulasi barang dan pengelola terminal. o. Macam tujuan dan jumlah trayek, motivasi perjalanan, kebiasaan penumpang dan fasilitas penunjang. 3. Fasilitas penunjang Fasilitas penunjang sebagai fasilitas pelengkap dalam pengoperasian terminal antara lain: a. Turun naik penumpang dan parkir bus harus tidak mengganggu kelancaran sirkulasi bus dan dengan memperhatikan keamanan penumpang. b. Luas bangunan ditentukan menurut kebutuhan pada jam puncak berdasarkan kegiatan adalah: 19

c. Tata ruang dalam dan luar bangunan terminal harus memberikan kesan yan nyaman dan akrab. 4. Luas pelataran parkir Luas pelataran parkir terminal tersebut di atas ditentukan berdasarkan kebutuhan pada jam puncak berdasarkan: a. Frekuensi keluar masuk kendaraan b. Kecepatan waktu naik/turun penumpang c. Kecepatan waktu bongkar/muat barang d. Banyaknya jurusan yang perlu di tampung dalam sistem jalur sistem parkir kendaraan di dalam terminal harus ditata sedemikian rupa sehingga rasa aman, mudah dicapai, lancar dan tertib. Ada beberapa jenis sistem tipe dasar pengaturan platform, teluk dan parkir adalah: a. Membujur, dengan platform yang membujur bus memasuki teluk pada ujung yang satu dan berangkat pada ujung yang lain. Ada tiga jenis yang dapat digunakan dalam pengaturan membujur yaitu satu jalur, dua jalur, dan shallow saw tooth. b. Tegak lurus, teluk tegak lurus bus-bus diparkir dengan muka menghadap ke platform, maju memasuki teluk dan berbalik keluar. Ada beberapa jenis teluk tegak lurus ini yaitu tegak lurus terhadap platform dan membentuk sudut dengan platform. 20

2.2.3.4 Alternatif Standar Terminal Terminal penumpang berdasarkan tingkat pelayanan yang dinyataka dengan jumlah arus minimum kendaraan per satu satuan waktu mempunyai ciriciri sebagai berikut: 1. Terminal tipe A 50-100 kendaraan/jam 2. Terminal tipe B 25 50 kendaraan /jam 3. Terminal tipe C 25 kendaraan/jam 2.2.3.5 Persyaratan Teknis, Luas, Akses Dan Pejabat Penentu Lokasi Pembangunan Terminal 1. Luas Terminal Penumpang Untuk masing-masing tipe terminal memiliki luas berbeda, tergantung wilayah dan tipenya, dengan ketentuan ukuran minimal: a. Untuk terminal tipe A di pulau Jawa dan Sumatra seluas 5 Ha, dan di pulau lainnya seluas 3 Ha. b. Untuk terminal penumpang tipe B di pulau Jawa dan Sumatra seluas 3 Ha, dan dipulau lainnya seluas 2 Ha. c. Untuk terminal tipe C tergantung kebutuhan. 2. Akses Terminal Penumpang Akses jalan masuk dari jalan umum ke terminal, berjarak minimal: a. Untuk terminal tipe A di pulau Jawa 100 m dan di pulau lainnya 50 m, b. Untuk terminal penumpang tipe B di pulau Jawa 50 m dan di pulau lainnya 30 m, c. Untuk terminal penumpang tipe C sesuai dengan kebutuhan. 21

3. Penentuan Lokasi Terminal Penumpang Penentuan lokasi dan letak terminal penumpang dilaksanakan oleh: a. Direktur Jenderal setelah mendengar pendapat Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, untuk Terminal penumpang Tipe A, b. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I setelah mendapat persetujuan Direktur Jenderal, untuk terminal penumpang tipe B, c. Bupati Kepala Daerah/Walikotamadya daerah Tingkat II setelah mendapat persetujuan dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I terminal penumpang tipe C. 2.2.3.6 Daerah Kewenangan/Pengelolaan Terminal Daerah kewenangan/pengelolaan terminal terdiri dari: 1. Daerah lingkungan kerja terminal, merupakan daerah yang diperuntukkan untuk fasilitas utama dan fasilitas penunjang terminal, 2. Daerah pengawasan terminal, adalah daerah di luar daerah lingkungan kerja terminal yang diawasi oleh petugas terminal untuk menjamin kelancaran arus lalu lintas di sekitar terminal. 2.2.3.7 Penyelenggaraan Terminal Penumpang Penyelenggaraan terminal penumpang meliputi kegiatan pengelolaan, pemeliharaan, dan penertiban terminal. Kewenangan pengelolaan terminal berada pada Pemerintah Daerah Tingkat II dengan Dinas LLAJ sebagai penyelenggaraannya, sedang Direktorat Jenderal Perhubungan Darat sebagai pembinanya. 22

2.2.3.8 Pengelolaan Terminal Pengelolaan terminal penumpang yang harus dilakukan adalah meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan dan pengawasan pengoperasian terminal. 1. Perencanaan Kegiatan perencanaan terminal meliputi: a. Penataan pelataran terminal menurut rute atau jurusan, b. Penataan fasilitas penumpang, c. Penataan fasilitas penunjang terminal, d. Penataan arus lalu lintas di daerah pengawasan terminal, e. Penyajian daftar rute perjalanan dan tarif angkutan, f. Penyusunan jadwal perjalanan berdasarkn kartu pengawasan, g. Pengaturan jadwal petugas di terminal, h. Evaluasi sistem pengoperasian terminal. 2. Pelaksanaan Pengoperasian Terminal Kegiatan pelaksanaan pengoperasian terminal penumpang meliputi: a. Pengaturan tempat tunggu dan arus kendaraan umum di dalam terminal, b. Pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan menurut jadwal yang telah ditetapkan, c. Pemungutan jasa pelayanan terminal penumpang, d. Pemberitahuan tentang pemberangkatan dan kedatangan kendaraan umum kepada penumpang, 23

e. Pengaturan arus lalu lintas did aerah pengawasan terminal. 3. Pengawasan Pengoperasian Terminal Kegiatan pengawasan pengoperasian, terminal penumpang meliputi: a. Pemantauan pelaksanaan tarif, b. Pemeriksaan kartu pengawasan dan jadwal perjalanan, c. Pemeriksaan kendaraan yang secara jelas tidak memenuhi kelaikan jalan, d. Pemeriksaan batas kapasitas muatan yang diijinkan, e. Pemeriksaan pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa angkutan, f. Pencatatan dan pelaporan pelanggaran yang terjadi, g. Pemeriksaan kewajiban pengusaha angkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. h. Pemantauan pemanfaatan terminal serta fasilitas penunjang sesuai dengan peruntukkannya, i. Pencatatan jumlah kendaraan dan penumpang yang datang dan berangkat. 4. Pemeliharaan Terminal Terminal penumpang harus senantiasa dipelihara sebaik-baiknya untuk menjamin agar terminal tetap bersih, teratur, tertib, rapi serta berfungsi sebagaimana mestinya. Pemeliharaan terminal meliputi: a. Menjaga kebersihan bangunan beserta perbaikannya, 24

b. Menjaga kebersihan pelataran terminal, perawatan tanda-tanda dan perkerasan pelataran, c. Merawat saluran-saluran air yang ada, d. Merawat instalasi listrik dan lampu-lampu penerangan, e. Menjaga dan merawat alat komunikasi, f. Menyediakan dan merawat sistem hidrant atau alat pemadam kebakaran lainnya yang siap pakai. Untuk keperluan pemeliharaan terminal sebagaimana dimaksud diatas, harus dialokasikan anggaran pemeliharaan terminal. 2.2.3.9 Tipologi Terminal Secara tabelaris tipologi terminal dapat disarikan menjadi Tabel 2.1 sebagai berikut: Fungsi Terminal (KM 31 TH 1995) pasal 2 Tabel 2 1 Tipologi Terminal Ketentuan TIPE A TIPE B TIPE C Melayani Melayani kendaraan kendaraan umum untuk umum untuk angkutan angkutan antar kota antar antar kota dalam propinsi propinsi, angkutan dan atau angkutan kota lintas dan angkutan batas negara, pedesaan angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Fasilitas Terminal (KM 31 TH 1995) -.Jalur pemberangkatan dan kedatangan, -.Tempat parkir, -.Jalur pemberangkatan dan kedatangan -.Tempat parkir Melayani angkutan Pedesaan -.Jalur pemberangkatan dan 25

pasal 3 Lokasi Terminal (KM 31 TH 1995) pasal 11, 12, dan 13 -.Kantor terminal, -.Tempat tunggu, -.Menara pengawas, -.Loket penjualan karcis, -.Rambu-rambu dan papan informasi, -.Pelataran parkir pengantar atau taksi. -.Terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan / atau angkutan lintas batas negara, -.Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurangkurangnya kelas IIIA, -.Jarak antar dua terminal penumpang tipe sekurangkurangnya 20 KM di Pulau Jawa, -. Luas lahan yang tersedia sekurangkurangnya 5 ha, -. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurangkurangnya 100 m. -.Kantor terminal -.Tempat tunggu -.Menara pengawas -.Loket penjualan karcis -.Rambu-rambu dan papan informasi -.Pelataran parkir pengantar atau taksi -.Terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi. -.Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurangkurangnya kelas IIIB. -.Jarak antar dua terminal penumpang tipe A. -.Luas lahan yang tersedia sekurangkurangnya 3 ha -.Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurangkurangnya 50 m. kedatangan -.Kantor terminal -.Tempat tunggu -.Rambu-rambu dan papan informasi -.Terletak di dalam wilayah kabupaten Dati II dan dalam trayek pedesaan. -.Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurangkurangnya kelas III C. -.Luas lahan yang tersedia sesuai dengan permintaan angkutan. -.Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal sesuai dengan kebutuhan Instansi Dirjend HubDar Gubernur setelah Bupati setelah 26

Penetap Lokasi Terminal (KM 31 TH 1995) pasal 14 Penyelenggara Terminal (KM 31 TH 1995) Pasal 17 mendengar pendapat Gubernur dan Kepala Kanwil DepHub setempat mendengar pendapat dan Kepala Kanwil DepHub dan mendapat persetujuan dari Dirjend Direktorat Jenderal Gubernur Bupati mendengar pendapat dan Kepala Kanwil DepHub dan mendapat persetujuan dari Gubernur 2.2.3.10 Klasifikasi Trayek Angkutan Trayek Angkutan adalah lintasan kendaraan umum atau rute untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal. Jaringan trayek adalah kumpulan dari trayek-trayek yang menjadi satu kesatuan jaringan pelayanan angkutan orang baik diperkotaan, antar kota dalam propinsi ataupun antar kota antar propinsi. 2.2.3.11 Jenis Jenis Angkutan Berdasarkan Jenis Trayek Ijin trayek angkutan umum jalan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dikelompokkan atas Angkutan trayek tetap dan teratur dan angkutan tidak dalam trayek yang dikenal sebagai izin operasi: 1. Angkutan Trayek Tetap dan Teratur Angkutan Trayek Tetap dan Teratur melayani lintasan/rute yang tetap dari terminal yang telah ditetapkan ke terminal tujuan yang telah ditetapkan dan dilayani dengan frekuensi tertentu/dilengkapi dengan jadwal perjalanan. 27

a. Angkutan Lintas Batas Negara Angkutan Lintas Batas Negara adalah angkutan dari satu kota ke kota lain yang melewati lintas batas negara dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek. b. Angkutan Antar Kota Antar Propinsi Angkutan Antar Kota Antar Propinsi adalah angkutan dari satu kota ke kota lain yang melalui antar daerah Kabupaten / Kota yang melalui lebih dari satu daerah Propinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek. c. Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi adalah angkutan dari satu kota ke kota lain yang melalui antar daerah Kabupaten / Kota dalam satu daerah propinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek. d. Angkutan Kota Angkutan Kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu daerah kota atau wilayah ibukota Kabupaten atau dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek. e. Angkutan Perdesaan Angkutan Perdesaan adalah angkutan dari satu tempat/desa ke tempat lain dalam satu daerah Kabupaten yang tidak termasuk dalam trayek kota yang berada pada wilayah ibukota Kabupaten dengan mempergunakan mobil 28

bus umum atau mobil penumpang umum/angkot yang terikat dalam trayek. 2. Angkutan Tidak Dalam Trayek a. Angkutan Taksi Angkutan Taksi adalah angkutan dengan menggunakan mobil penumpang umum yang diberi tanda khusus dan dilengkapi dengan argometer yang melayani angkutan dari pintu ke pintu dalam wilayah operasi terbatas. b. Angkutan Sewa Angkutan Sewa adalah angkutan dengan menggunakan mobil penumpang umum yang melayani angkutan dari pintu ke pintu, dengan atau tanpa pengemudi, dalam wilayah operasi yang tidak terbatas, diluar dikenal sebagai car rentals/rent a car seperti Avis, Budget. Angkutan seperti ini sering mempunyai perwakilan di Bandara. c. Angkutan Pariwisata Angkutan Pariwisata adalah angkutan dengan menggunakan mobil bus umum yang dilengkapi dengan tanda-tanda khusus untuk keperluan pariwisata atau keperluan lain diluar pelayanan angkutan dalam trayek, seperti untuk keperluan keluarga dan sosial lainnya. d. Angkutan Lingkungan Angkutan Lingkungan adalah angkutan dengan menggunakan mobil penumpang umum yang dioperasikan dalam wilayah operasi terbatas pada kawasan tertentu, di berbagai daerah Indonesia dikenal sebagai 29

Angkot/Angkutan Kota, yang biasanya menggunakan mobil penumpang (kapasitas penumpang kurang dari 9 orang). 2.2.3.12 Dimensi Angkutan Bus Berdasarkan PP no. 4 Tahun 1993 Kendaraan angkutan penumpang di bedakan menjadi 2 kriteria utama yaitu: A. Mobil Penumpang Sesuai dengan Peraturan Pemerintah tersebut, yang disebut dengan mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyakbanyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi. Yang termasuk dalam kriteria kendaraan ini antara lain sebagai berikut : 1. Mobil Penumpang Mobil penumpang dapat dilihat dari gambar 2.2 Gambar 2 2 Kendaraan Jenis Mobil Penumpang sumber: http://indokaroseri.net84.net/karkap.htm 30

2. Kendaraan Penumpang Bonet Mobil penumpang bonet dapat dilihat dari gambar 2.3 Gambar 2 3 Kendaraan Jenis Penumpang Bonet sumber: http://indokaroseri.net84.net/karkap.htm B. Mobil Bus Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi. Secara garis besar Jenis Mobil bus terbagi menjadi : 1. Mini Bus Umumnya populasi kendaraan jenis ini dioperasionalkan oleh pengusaha angkutan Antar Jemput (Travel). Sesuai dengan kegunaan dan kebutuhannya, kenyamanan penumpang lebih terjamin. Populasi kendaraan ini terbanyak menggunakan kendaraan Mitsubishi L-300, akhir-akhir ini produsen dari Korea turut meramaikan pasar tipe ini yaitu: KIA dan Hyundai. Kapasitas kendaraan jenis ini adalah 9 sampai dengan 10 tempat duduk (termasuk pengemudi). Contoh kendaraan Mini Bus dapat dilihat pada gambar 2.4. 31

Gambar 2 4 Kendaraan Jenis Minibus sumber: http://indokaroseri.net84.net/karkap.htm 2. Micro Bus Jenis kendaraan ini diciptakan untuk memenuhi permintaan pasar yang membutuhkan sebuah angkutan yang dapat diisi lebih banyak penumpang. Umumnya kendaraan jenis ini berbasis chassis kendaraan Light Truck yang dimodifikasi menjadi kendaraan Microbus. Dalam kategori ini terdapat dua jens model kendaraan yaitu : Model Microbus dan Bus Kecil. Untuk jenis yang tersebut terakhir, terbanyak Populasinya adalah di daerah Jawa Tengah. Kapasitas kendaraan jenis ini adalah 10 sampai dengan 17 tempat duduk (termasuk pengemudi). Contoh kendaraan Mini Bus dapat dilihat pada gambar 2.5. Gambar 2 5 Kendaraan Jenis Microbus sumber: http://indokaroseri.net84.net/karkap.htm 32

Gambar 2 6 Kendaraan Jenis Small Bus sumber: http://indokaroseri.net84.net/karkap.htm 3. Bus Sedang Bus sedang merupakan kendaraan angkutan penumpang yang mempunyai kapasitas 15 sampai dengan 30 tampat duduk (termasuk pengemudi). Bus Sedang ini dibangun dari chassis kendaraan Medium Truck atau Chassis Bus. Contoh kendaraan medium bus dapat dilihat pada gambar 2.7. Kendaraan jenis ini dapat digunakan untuk kebutuhan sebagai berikut : 1. Bus Kota 2. Bus Karyawan 3. Bus Pariwisata 4. Bus Antar Kota Gambar 2 7 Kendaraan Jenis Bus Medium sumber: http://indokaroseri.net84.net/karkap.htm 33

4. Bus Besar Bus Besar merupakan kendaraan angkutan penumpang yang mempunyai kapasitas 28 sampai dengan 60 tempat duduk (termasuk pengemudi). Bus Besar dibangun dari Chassis Bus yang telah diproduksi oleh ATPM di Indonesia. Contoh kendaraan medium bus dapat dilihat pada gambar 2.7. Kendaraan jenis digunakan untuk kebutuhan sebagai berikut : 1. Bus Kota 2. Bus Karyawan 3. Bus Pariwisata 4. Bus Antar Kota Gambar 2 8 Kendaraan Jenis Bus Besar sumber: http://indokaroseri.net84.net/karkap.htm Deskripsi Persyaratan Dan Kriteria Ruang Deskripsi persyaratan dan kriteria ruang terminal bus terdiri dari: 1. Pola parkir bus Dalam rancangan terminal bis di Imbanagara ini menggunakan pola parker tegak lurus dan kemiringan 45 karena disesuaikan dengan kebutuhan parkir. Pola parkir dengan kemiringan 45 & tegak lurus dapat dilihat pada gambar 2.9. 34

Gambar 2 9 Pola parkir bus Sumber: Logi Tofani, Arsitek (1.04.06.015) 2. Pola platforms, area kedatangan & keberangkatan bus Standar pola-pola platform untuk area kedatangan dan keberangkatan bus dapat dilihat pada gambar 2.10 dan 2.11. Gambar 2 10 Pola platforms tegak lurus dan memanjang Sumber: Logi Tofani, Arsitek (1.04.06.015) 35

Gambar 2 11 Pola platforms posisi miring Sumber: Logi Tofani, Arsitek (1.04.06.015) Contoh pola platform area kedatangan dan area keberangkatan bus dapat dilihat pada gambar 2.12 Gambar 2 12 Area Kedatangan & Keberangkatan Sumber: Logi Tofani, Arsitek (1.04.06.015) 36

3. Standar parkir dan perputaran untuk bus 2.14 dan 2.15. Standar parkir dan perputaran untuk bus dapat dilihat pada gambar 2.13, Gambar 2 13 Parkir area kedatangan & keberangkatan Sumber: Logi Tofani, Arsitek (1.04.06.015) 37

Gambar 2 14 Perputaran Bus 180o dan 90o Sumber: Logi Tofani, Arsitek (1.04.06.015) Gambar 2 15 Perputaran Bus 180o dan 90o Sumber: Logi Tofani, Arsitek (1.04.06.015) 38

2.3 Tinjauan Umum Pasar Tinjauan umum membahas tentang pasar yang berisi unsur-unsur di dalamnya, termasuk terminal penumpang dan pasar secar umum. 2.3.1 Pasar Tradisional 1. Klasifikasi Pasar Pasar dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, berdasarkan kepada sudut pandangnya. Berikut akan disajikan beberapa klasifikasi pasar berdasarkan sudut pandang yang berbeda : Pengertian pasar menurut sifatnya : a. Pasar nyata/ konkret Tempat para penjual dan pembeli berkumpul untuk membeli barangbarang dagangan secara langsung. Contoh : pasar buah, ikan, sayur, dll. b. Pasar abstrak Barang yang diperdagangkan tidak sampai di pasar, jual beli berlangsung tetapi hanya menurut contoh barang. Contoh : pasar bursa, obligasi, dll. Pengertian pasar menurut fisik bangunannya : a. Pasar Kelas IA, yaitu pasar yang bangunannya permanen dan mempunyai fasilitas yang baik seperti escalator, tempat parkir, kamar mandi / WC dan aliran listrik. b. Pasar Kelas I, yaitu pasar yang bangunannya permanen maupun semi permanen dan mempunyai fasilitas yang cukup seperti tempat parkir, kamar mandi / WC dan aliran listrik. 39

c. Pasar Kelas II, yaitu pasar yang bangunannya semi permanen dan memiliki fasilitas yang belum memadai. d. Pasar Kelas III, yaitu pasar yang bangunannya merupakan bangunan darurat yang belum mempunyai fasilitas yang layak. e. Pasar Kelas IV, yaitu pasar yang mempergunakan lapangan sebagai tempat berjualan tanpa bangunan. Sedangkan pasar penampungan sementara adalah akibat rencana pembangunan ditentukan menjadi pasar kelas IV. Pengertian pasar menurut daerah pelayanan dan administrasi pemerintahan : a. Pasar lingkungan Pasar yang ruang lingkupnya meliputi suatu lingkungan kira-kira seluas satu kelurahan atau beberapa kelompok perumahan di sekitar pasar tersebut dan jenis barang diperdagangkan adalah barang kebutuhan seharihari b. Pasar wilayah Pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi beberapa lingkungan permukiman dan barang-barang yang diperjual belikan lebih lengkap dari pasar lingkungan b. Pasar kota Pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi wilayah kota dimana barang-barang yang diperjualbelikan lengkap d. Pasar regional 40

Pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi daerah kota dan sekitarnya. e. Pasar perumahan Merupakan toko-toko yang menempel pada rumah tinggal melayani kebutuhan rumah tangga di daerah sekitarnya, kira-kira seluas wilayah RT. Pengertian pasar menurut waktu kegiatannya : a. Pasar siang hari Pasar yang kegiatannya antara pukul 08.00 s/d 18.00 WIB b. Pasar malam hari Pasar yang kegiatannya antara pukul 18.00 s/d 05.00 WIB. c. Pasar siang malam Pasar yang kegiatannya dilakukan siang dan malam hari d. Pasar malam Kegiatan pasar hanya dilakukan pada malam hari e. Pasar pagi Kegiatan pasar hanya dilakukan pada pagi hari f. Pasar mingguan Kegiatan pasar hanya dilakukan sekali dalam seminggu. Pengertian pasar secara operasional : a. Pasar perusahaan daerah b. Pusat pertokoan / perdagangan perseroan terbatas c. Pasar tidak resmi : pasar yang belum diakui oleh pemerintah 41

d. Trade imporium departemen perindustrian dan perdagangan yang merupakan pusat penjajaan hasil kerajinan rakyat e. Gelanggang dagang yang dikelola oleh departemen perdagangan dan koperasi f. Toko serba ada yang dikelola departemen perdagangan dan koperasi g. Pusat pertokoan atau perbelanjaa swasta Pasar ditinjau dari sistem pelayanannya : a. Pasar tradisional Yang dimaksud dengan pasar tradisional adalah pasar yang ada pada masa kini, yang masih memiliki karakter atau ciri-ciri pada masa lalu dimana salah satu adalah adanya interaksi sosial langsung antara penjual dan pembeli yang sifatnya tawar menawar harga barang dan jasa. b. Pasar khusus - Produk yang ditawarkan berupa satu atau beberapa produk barang tertentu saja. - Pasar yang ditawarkan tetap dalam keadaan khusus, misalnya pasar souvenir walaupun kemudian pasar berkembang produk yang dipasarkan adalah penunjang dari produk utama. - Sistem pembagian perlu diperhatikan agar penyeberan keuntungan sedapat mungkin merata. - Sistem proteksi kebakaran merupakan hal yang penting untuk diperhatikan mengingat fungsi pasar yang merupakan bangunan umum. 42

- Memperhatikan keamanan pasar setiap sudut desain agar mencegah munculnya kriminalitas pada lokasi. c. Pasar Grosir Pasar tempat dilakukannya usaha perdagangan partai besar. d. Pasar Eceran Pasar tempat dilakukannya usaha perdagangan dalam partai kecil. Pasar modern Suatu kompleks toko eceran dan dihubungkan dengan fasilitas yang terencana sebagai suatu kesatuan kelompok, untuk memberikan pelayanan perbelanjaan yang maksimal. e. Pasar wisata Umumnya berkembang pada kawasan objek wisata dan tercipta dari perkembangan aktivitas wisata itu sendiri yang didukung oleh faktor-faktor lingkungan yang mendukung terhadap market tersebut, yaitu: - Potensi wisata pada kawasan wisata - Interest publik terhadap potensi wisata kawasan tersebut - Adanya sarana yang mendukung terhadap potensi wisata - Perkembangan jumalah wisata yang mengunjungi kawasan wisata 2. Unsur-Unsur Pokok Perpasaran A. Konsumen Konsumen adalah pribadi atau badan yang menikmati penggunaan fisik suatu barang dan jasa ekonomi atau seseorang yang membeli untuk dijual kembali. Dari pihak konsumen yang perlu untuk diteliti antara lain : a. Daya beli atau tingkat pendapatan b. Daya mobilitas untuk mencapai tempat belanja 43

c. Waktu yang tersedia d. Tingkah laku adat dan kebiasaan B. Lembaga Perdagangan dan Wadah Lembaga yang melaksanakan penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen Dari pihak pedagang, hal yang perlu diperhatikan antara lain : a. Keuntungan yang relatif baik b. Harga dan biaya penjualan c. Cara pelayanan d. Suplai barang yang diperdagangkan C. Barang Mengenai penggolongan barang terdapat banyak teori. Untuk pembahasan selanjutnya diambil penggolongan barang yang merupakan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh PD Pasar Jaya Bersama dengan LPEM F.E. UI 1971 : a. Golongan I : Merupakan barang-barang yang dinilai sebagai barang kebutuhan sehari-hari misalnya : sayur, bumbu dapur, lauk-pauk, dll b. Golongan II : Barang ini bukan merupakan kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan dalam waktu interval tertentu misalnya seminggu atau sebulan. Contohnya : pakaian, tekstil, sepatu, kosmetik. c. Golongan III : Sifat barang yang termasuk dalam golongan ini hampir sama dengan golongan barang sekunder, akan tetapi merupakan barangbarang lux dan relatif mahal harganya bagi ukuran pembeli masyarakat Indonesia. Contohnya : tv, kamera foto, dll 44

d. Golongan IV : Barang-barang golongan ini dirasakan dan dibutuhkan oleh pembeli hanya sebagai insidential, atau tidak dapat ditentukan. Misalnya : mebel, onderdil mobil, dll D. Materi Perdagangan di Pasar Materi perdagangan di pasar dapat dikelompokkan berdasarkan jenis, sifat, urgensinya, cara pengangkutannya, dan cara penyajiannnya : A. Jenis materi perdagangan : a. bahan kebutuhan rohani / pemuas diri b. bahan sandang / tekstil c. kebutuhan rekreasi B. Sifat / kesan perdagangan a. basah b. kering c. tahan lama C. Tingkat urgensi materi perdagangan a. barang kebutuhan sehari-hari (demand good) b. barang kebutuhan berkala (convinience good) D. Cara pangangkutan a. barang bukan pecah b. barang pecah belah E. Cara penyajian a. cara penyajian sedang b. cara penyajian baik 45

E. Unsur-Unsur Penunjang Pasar Yaitu pihak yang berperang dalam kelangsungan kegiatan perdagangan di pasar, unsur-unsur ini meliputi pemerintah, pengelola, bank, dan swasta : a. Pemerintah Pemerintah wajib memelihara kestabilan ekonomi dalam pembangunan dan kelancaran ekonomi, diantaranya dengan menguasai sektor perpasaran dalam bentuk mengelola dan menarik pajak pasar, menentukan klasifikasi pasar dalam wilayah kekuasaannya, pembangunan fisik pasar yang biasanya dilakukan dengan menggunakan anggaran daerah atau inpres. Struktur Organisasi Gambar 2 16 Skema Struktur Organisasi Pemerintahan Kota di Indonesia Sumber: Pemko Medan 46

Melihat banyaknya pasar yang ada di kota Medan, maka pemerintah menentukan suatu kantor untuk mengatur ketertiban pasar dan memperlancar hubungan antara produsen dengan konsumen dan antara penjual dengan pembeli. Sebelum PD Pasar terbentuk penanganan pasar-pasar di Kotamadya Medan ditangani oleh Dinas Pasar KotamadyaTingkat II Medan. Pada tanggal 7 Juni 1993 sesuai dengan Perda No. 15 tahun 1992 yang di sahkan oleh Gubernur Sumatera Utara dengan SK No. 188.342-09/1995 tanggal 15 Februari 1993 dibentuklah Perusahaan Daerah Pasar. Adapun tujuan didirikan Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan Adalah : a. Mewujudkan dan meningkatkan pelayanan umum kepada masyarakat b. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. c. Melanjutkan kombinasi kerja dengan instansi terkait untuk menciptakan pasar tersebut menjadi bersih, rapi dan tertib sehingga menyenangkan bagi konsumen yang belanja. d. Membantu dan menunjang kebijaksanaan umum Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya dalam penyediaan dan peningkatan sarana pasar. b. Pengelola Untuk setiap pasar dikelola oleh seorang kepala pasar beserta para staf dibawahnya yang ditunjuk oleh Perusahaan Daerah Pasar, berikut merupakan bagan struktur organisasi yang diadopsi oleh manajemen pasar tradisional di semua wilayah : 47

Gambar 2 17 Skema Struktur Organisasi Pasar Sumber: Pemko Medan Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari pemerintah menunjuk : a. Jawatan atau dinas dibawahnya atau b. Perusahaan daerah yang memberi otoritas untuk mengelola pelayanan umum di bidang perpasaran Adapun kegiatan yang biasanya dialksanakan oleh pengelola ini antara lain : 1. Memelihara kebersihan 2. Menjaga keamanan dan ketertiban dalam pasar 3. Mengusahakan kelancaran distribusi bahan-bahan pokok kebutuhan sehari-hari c. Bank Bank berperan khususnya dalam pembayaran pembangunan dan pemodalan bagi para pedagang. Misalnya pembangunan pasar Inpres dibiayai melalui bank pemerintah, kredit candak kulak bagi para pedagang kecil disalurkan melalui BRI, dll 48

b. Swasta Dalam hal ini yang disebut swasta bisa para pedagang itu sendiri atau para pelaksana yang membiayai pembangunan pasar, dengan prinsip pembangunan fasilitas pasar dibiayai dengan dana dari masyarakat yang akan kembali kepada masayarakat dalam bentuk lain. Secara umum pasar merupakan suatu kebutuhan masyarakat melalui peranannya sebagai unsur-unsur penunjang yang menggerakkan kehidupan sehari-hari. c. Koperasi Koperasi adalah organisasi bisnis yang dimiliki dan dioperasikan oleh orang-seorang demi kepentingan bersama.koperasi melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. memiliki fungsi yang sangat menunjang kegiatan yang ada di pasar, terminal, maupun gudang. Dalam bidang pengelolaan serta penyuluhan kepada masyarakat. 49

2.4 Tinjauan Khusus 2.4.1 Lokasi Adapun lokasi dari proyek Terminal Pasar Siosar ini terletak di daerah Siosar itu sendiri, tepatnya pada kawasan hutan Siosar, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo. Berikut merupakan tinjauan lokasi terhadap Kabupaten Karo. Gambar 2 18 Lokasi Site Sumber: https://maps.google.com/ 50

Berdasarkan Data Statistik Kab. Karo, dapat dilihat bahwa Desa Bekerah dan Desa Simacem merupakan desa swakarya sedangkan Desa Sukameriah adalah desa swasembada. Luas Site +- 26 Ha, Jarak terhadap Sinabung : 23,7 km, Tinggi tempat dari permukaan laut : 2600mdpl, Suhu rata-rata harian : 18,8 o C-19,8 o C, Kelembapan udara rata-rata :84,66 %, Curah Hujan : 1.000 4.000 mm/tahun dengan Batas Batas Wilayah : 1. Utara : Kec. Tigapanah 2. Selatan : Kec. Merek 3. Timur : Hutan Pinus 4. Barat : Hutan Lindung 51

Gambar 2 19 Lokasi Site Sumber: Analisa Peneliti 2.4.2 Sejarah Singkat Kawasan Siosar Tanggal 27 Agustus 2010 menjadi hari yang menegangkan bagi warga di sekitar gunung Sinabung akibat aktivitas vulkanis gunung Sinabung yang mulai mengeluarkan asab dan abu vulkanisnya. Kejadian ini mengakibatkan warga di 52

sekitar gunung Sinabung harus pindah ke pengungsian untuk menghindari asap dan abu vulkanis dari aktivitas vulkanik. Dari kejadian ini maka Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) turun tangan untuk membantu warga sekitar. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Prof. Dr. Syamsul Maarif M.Si. dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc., bersama Ketua Komisi VIII DPR RI Saleh Partaonan Daulay memberikan bantuan berupa 103 unit rumah dari 370 unit yang direncanakan untuk tahap pertama kepada pengungsi dari desa Bekerah. Relokasi ini berada di kawasan hutan produksi di Siosar, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, sekitar 17 km dari kota Kabanjahe, ibu kota Kabupaten Karo. Penggunaan lahan dan akses jalan pada kawasan hutan produksi tetap Siosar, dan hutan lindung sekitar 458,8 hektare. 2.4.3 Kondisi Eksisting Dalam sebuah proses perancangan maka hal peertama yang harus diketahui dan dipahami adalah kondisi eksisting. Pada kegiatan ini maka perancang melakukan survey lapangan langsung guna memahami kondisi lapangan dan mengetahui potensi apa saja yang bisa memajukan kawasan ini sebagai dasar dalam perancangan Permukiman Relokasi Masyarakat Gunung Sinabung. Tinjauan kondisi eksisting dibagi menjadi 3 bagian, yakni:. 1. Kondisi Aksesibilitas Hasil survey kondisi aksesibilitas yang dilakukan perancang ke Hutan Siosar, hanya terdapat satu jalur masuk yaitu jalur masuk dari dengan jarak tempuh ±5 Km. Setelah melakukan pengamatan, kondisi site yang terlihat 53

merupakan lahan berkontur yang masih dalam tahap pengerjaan dan memasuki tahap finishing dikarenakan kondisi jalan masih berupa tanah keras yang dilapisi agregat kasar sebagai bahan dasar dari jalan aspal. Gambar 2 20 Kondisi Fisik permukaan jalan menuju hutan siosar Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 Gambar 2 21 Kondisi jalan yang berliku-liku dan naik turun Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 54

2. Kondisi Lingkungan Melalui pengamatan perancang, lokasi site yang ada merupakan lahan kosong yang terkesan cukup tenang dan cocok bagi korban bencana gunung Sinabung. Jauh dari kehidupan perkotaan yang padat aktivitas masyarakat menjadikan udara pada lokasi site terasa masih sangat segar serta banyaknya pohon-pohon pinus disekitar lokasi site menjadi salah satu bagian hijau pada lokasi ini. Diluar faktor kondisi lokasi yang sangat layak bagi kehidupan korban bencana Sinabung, faktor pendukung lainnya juga sangat dibutuhkan seperti fasilitas umum, fasilitas sosial, dan lahan perkebunan yang dapat dijadikan sebagai mata pencaharian korban Sinabung. Gambar 2 22 Signage Entrance Perkampungan Siosar Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 55

Gambar 2 23 Kondisi Lingkungan Perkampungan Siosar dalam tahap konstruksi Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 Gambar 2 24 Hunian yang sedang dalam tahap konstruksi Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 Pada proses survey yang lalu, kondsisi lingkungan di hutan Siosar tidak dapat ditemukan dikarenakan lokasi hutan Siosar sampai saat ini masih dalam tahap pengerjaan. Kondisi yang terlihat oleh perancang hanya kondisi fisik hunian dan sirkulasi. Untuk penempatan fasilitas tidak sepenuhnya dapat diidentifikasi 56

namun data yang didapat dari wawancara bahwa akan ada taman dan beberapa fasilitas umum yang disediakan di tengah perkampungan. Gambar 2 25 Area tengah yang akan dijadikan daerah taman dan fasilitas umum Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 Hutan pinus yang terdapat di sekitar site dan beberapa yang sudah ditebang untuk pelebaran jalan merupakan lahan milik pemerintah. Beberapa hasil tebangan dimanfaatkan sebagai material proses konstruksi seperti papan jembatan sementara, bekisting, dan beberapa sisanya dikembalikan ke pemerintah. Dalam hal ini perancang mengambil kesimpulan bahwa hutan pinus bukanlah sebuah potensi yang harus digunakan pada perancangan ini karena kepemilikan kayu tebangan yang dimiliki oleh pemerintah. 57

Gambar 2 26 Hutan Pinus disekitar kawasan permukiman Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 Gambar 2 27 Papan Pinus yang digunakan untuk membantu proses konstruksi Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 3. Kondisi Fisik Hunian Menurut hasil pengamatan, kondisi fisik rumah yang dibangun di Perkampungan Siosar sudah cukup baik terlihat dari segi tampilan maupun struktur dai rumah itu sendiri. Tipologi rumah di Perkampungan ini sama seperti tipologi perumahan pada umumnya yang memiliki orientasi yang jelas, pola 58

rumah yang dibuat mengikuti pola grid, dan sebagainya. Struktur dan konstruksi rumah juga sama seperti rumah-rumah pada umumnya yang menggunakan material babtu bata, pondasi batu kali, dan lainnya yang mengacu pada konstruksi yang aman. Beberapa alasan yang menjadi dasar pemikiran mengenai hunian di perkampungan ini adalah persoalan kenyamanan dan apakah masyarakat dapat betah untuk tinggal di permukiman ini dengan lingkungan yang berbeda dari hunian sebelumnya. Faktor lain adalah perbedaan dari jenis material hunian dan karakteristik permukiman. Dari alasan-alasan diatas maka dibutuhkan adanya kajian terhadap tipologi hunian awal masyarakat, penggunaan material dan karakteristik dari permukiman sebelumnya. Gambar 2 28 Bentuk Hunian masyarakat Korban Gunung Sinabung Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 59

Gambar 2 29 Hunian bagi masyarakat korban bencana Gunung Sinabung Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 Gambar 2 30 Proses Konstruksi Perkampungan Siosar Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 3. Tinjauan 3 Desa Untuk peninjauan tiga desa (Desa Bekerah, Desa Simacem dan Desa Sukameriah) tidak dilakukan secara langsung disebabkan oleh ketiga desa ini masih dalam zona yang tidak aman untuk aktivitas manusia. Dengan kondisi ini 60

maka peninjauan 3 desa hanya ditinjau melalui media elektronik, media cetak, buku dan berita koran. Peninjauan tiga desa ini dilakukan untuk menyesuaikan perancangan dalam kawasan perkumiman Siosar yang akan dirancang dengan aspek-aspek yang ada pada tiga desa tersebut sehingga warga akan merasa nyaman dan lebih mudah beradaptasi pada lingkungan hidup yang baru. 1. Jenis Desa Tabel 2 2 Tabel Klasifikasi Desa Sumber : BPS Kab. Karo 61

Untuk memahami kondisi dan kehidupan masyarakat pada hunian sebelumnya maka mengetahui dan memahami jenis dari ketiga desa menjadi hal yang sangat penting. Pemahaman ini dapat membantu perancang untuk memahami kehidupan masyarakat dari segi ekonomi, kepengurusan desa, dan sistem kepercayaan. 2. Konteks Masyarakat Gambar 2 31 Skema masyarakat bagian 1 Konteks masyarakat ditinjau melalui suku, agama, dan psikologi masyarakat didapat dari Pemerintahan Karo. Mengingat kawasan ini merupakan salah satu kawasan di Kabupaten Karo, maka suku terbesar dari masyarakat kawasan ini 70% merupakan suku karo dan 30% sisanya merupakan suku lainnya. 62

Agama terbesar yang dianut masyarakat adalah agama Kristen dengan persentase 65% dan sisanay adalah agama Islam dengan persentase 35%. Masyarakat digolongkan dalam 3 kelompok usia yakni dewasa, remaja dan anak-anak. Penilaian psikologi anak-anak akibat bencana vulkanik menyebabkan melemahnya motivasi belajar dan mereka membutuhkan figuritas serta kegiatan keagamaan yang bermanfaat sehingga anak-anak bisa kembali bersemangat dalam menjalakan aktivitasnya. Berbeda dengan anak-anak, kendala yang dihadapai oleh remaja adalah proses pencarian jati diri yang rusak dan kurangnya kegiatan yang bermanfaat. Untuk orang dewasa, penurunan psikologis yang harus dihadapi adalah trauma akan kehilangan keluarga, situasi tempat yang dirasa kurang nyaman dan ketidakjelasan dari aktivitas sehari-hari. Penurunan psikologis yang sudah pasti dihadapi oleh semua kalangan adalah trauma, sedih dan depresi. Gambar 2 32 Skema masyarakat bagian 2 63

Konteks masyarakat lainnya terlihat pada budaya masyarakat dalam hal mata pencaharian dan kehidupan sosial. Beberapa mata pencaharian masyarakat sebelumnya adalah bercocok tanam, beternak, berdagang, menganyam. Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian yang berasal dari ladang maupun berkebun kopi, cokelat dan jagung. Untuk masyarakat yang berternak umumnya mereka berternak sapi, ayam, kambing dan babi. Dari beberapa mata pencaharian yang sebagian sudah hilang akibat bencana vulkanik, maka masyarakat membutuhkan mata pencaharian baru untuk kehidupannya. Selain mata pencaharian, masyarakat sebagai mahluk sosial membutuhkan kehidupan dalam bersosial. Mereka membutuhlan ruang untuk berkumpul atau bersosialisasi, swadaya (bergotong royong), dan ruang besar untuk mengadakan pesta rakyat. 3. Kegiatan Ruang Luar Masyarakat Selain membutuhkan ruang dalam untuk tempat beristirahat dan melakukan kegiatan yang bersifat lebih privat, masyarakat juga membutuhkan ruang luar sebagai tempat aktivitas dan interaksi sosial. Ruang luar yang dibutuhkan masyarakat memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda. Masyarakat membutuhkan ruang untuk ibadah, sosialisasi, tempat mata pencaharian yang dapat dijadikan untuk berkebun, berternak, dan anyam,tempat untuk hiburan seperti taman bermain dan sarana olahraga,tempat melakukan ritual tradisi,dan tempat yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat untuk bidang pangan, edukasi, kesehatan. 64

Gambar 2 33 Skema kegiatan ruang luar masyarakat di tiga desa 5. Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial a. Balai Masyarakat Balai masyarakat umumnya digunakan sebagai tempat untuk pertemuan masyarakat, bersosialisasi dan sering digunakan masyarakat untuk acara adat. Balai masyarakat lebih dikenal dengan sebutan jambur. 65

Gambar 2 34 Balai Masyarakat Sumber : https://karonewsupdate.wordpress.com b. Tempat Ibadah Tempat ibadah merupaka tempat untuk memenuhi kebutuhan rohani setiap orang. Keberadaan tempat ibadah di kawasan ini tidak berdekatan satu dengan lainnya. Gambar 2 35 Tempat ibadah Sumber : https://karonewsupdate.wordpress.com c. Fasilitas Penididikan Fasilitas pendidikan di kawasan ini hanya terdapat sekolah SD dan SMP namun hanya ada di beberapa desa tidak disemua desa. Untuk sekolah tingkat menengah atas tidak ada ditemukan di kawasan ini. Umumnya anak-anak yang 66

akan masuk di tingkat SMA akan bersekolah di Kota Medan. Beberapa diantaranya ada yang hanya bersekolah sampai tingkat SMP dan tidak melanjutkan ke tingkat SMA. d. Fasilitas Kesehatan Gambar 2 36 Salah satu SD Sumber : http://statik.tempo.co Fasilitas kesehatan yang ada di kawasan ini hanya terdapat Pustu (Puskesmas Pembantu) yang terdapat di salah satu desa. 2.4.4 Deskripsi Pengguna Pasar Siosar Berdasarkan hasil survey dan data yang ada, maka diperoleh penggunayang akan menempati kawasan Siosar, antara lain : DESA JUMLAH JIWA Tabel 2 3 Pengguna Pasar JUMLAH KK JENIS KELAMIN TINGKAT PENDIDIK AN (JIWA) SD SMP Laki - Laki Peremp uan Sukameriah 450 Jiwa 137 KK 212 238 109 41 Bekerah 338 Jiwa 115 KK 200 138 84 50 Simacem 467 Jiwa 137 KK 248 219 73 35 Jumlah 1255 Jiwa 389 KK 660 595 266 129 Sumber : http://www.karokab.go.id 67

2.4.5 Peraturan Site 1. Land Use (RDTRK) Rencana detail tata ruang kota. Yaitu peruntukan dan syarat syarat lain tentang suatu wilayah pada daerah tertentu. Peraturan ini dibuat agar penggunaan lahan pada suatu kawasan dapat terencana dan teratur. 2. GSB = Garis Sempadan Bangunan Mengatur jarak batas kapling, bias batas depan, samping atau belakang. Sering garis sepadan ini hanya depan atau jalan saja, 1/2 x lebar jalan atau (1/2 x lebar jalan) + 1. GSB ideal yang seharusnya ideal untuk sebuah site adalah seperti yang di utarakan dalam penjelasan diatas, yaitu: GSB = (1/2 x 12) + 1 = 7 m - GSB sebelah Barat jalan masuk utama. 68

2.5 Studi Banding Proyek Fungsi Sejenis 2.5.1 Terminal Terpadu Amplas Terminal Amplas, Jl. Panglima Denai, Kel. Amplas, Kec. Medan Amplas, Kodya Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Terminal amplas diresmikan pada 18 september tahun 1991. Kondisi Eksisting Terminal Amplas Lokasi terminal amplas berada di jalan panglima denai kecamatan medan amplas yang berada di selatan kota medan yang berfungsi sebagai terminal kelas A yang melayani penumpang MPU, AKDP dan AKAP(khususnya bagian selatan kota medan). Terminal amplas memiliki kapasitas penumpang dan kapasitas bus yang tidak memadai, dan fasilitas fasilitas publik maupun fasilitas bus sangat minim.batas-batas terminal amplas dapat dilihat pada gambar 2.16 dan 2.17 berupa: 1. Utara : Rumah Penduduk, Kantor Dishub 2. Selatan : Rumah Toko 3. Timur : Pabrik Roti, Rumah Toko, Rumah Penduduk, Kantor Dishub 4. Barat : Perkebunan Sawit Gambar 2 37 Lokasi terminal amplas sumber: http:/maps.google.com/ 69

Gambar 2 38 Batas - Batas Site Sumber: Dokumentasi Penulis, 2015 70

Foto- foto eksisting terminal amplas dapat dilihat pada gambar 2.18 Gambar 2 39 Batas - Batas Site Sumber: Dokumentasi Penulis, 2015 71

2.5.2 Pasar Beringharjo, Yogyakarta Pasar beringharjo merupakan salah satu pasar tradisional yang terdapat di Yogyakarta. Dalam pasar ini, diketahui jenis-jenis pembagian yang jelas dari barang dagangan yang ada. Sehingga hal ini lebih memudahkan pengunjung untuk mencari barang yang diinginkan. Pasar ini juga merupakan pasar 2 lantai, sehingga memudahkan bagi penulis untuk mengambil contoh-contoh pemecahan yang mungkin dilakukan untuk lantai ke-2 di pasar tersebut. Faktor kebersihan juga merupakan salah satu hal yang membuat penulis mengambil pasar ini sebagai contoh studi banding, karena ingin dihasilkan suatu pasar tradisional yang bebas dari stereotip 72aud an kotor. Karena kedua hal diatas, dianggap telah terlalu melekat pada pasar tradisional. 72

Gambar 2 40 Pasar Beringharjo, Yogyakarta sumber: http:/google.com/ Pasar tradisional BSD merupakan salah satu contoh pasar hasil redevelopmen pemerintah yang bisa dikatakan cukup berhasil. Pasar ini tidak memiliki bentuk yang luar biasa, namun berhasil membuat suatu bentuk sederhana, dimana masyarakat yang berbelanja merasa cukup nyaman dan efektif. Berdasarkan tanggapan masyarakat yang ada di salah satu website, pasar BSD ini dianggap salah satu pasar tradisional yang baik. Hal itu dimulai dari sistem sirkulasi kendaraan dan ketersediaan lahan parkir untuk kendaraan. Kemudian masuk kedalam penataan kios-kios yang rapi, terorganisasi dan fungsional. Sehingga pengunjung yang datang sama sekali tidak kesulitan menemukan barang yang dicari, dikarenakan adanya pengelompokan yang jelas. Selain itu salah satu hal pendukung yang penting adalah pasar ini dikelola dengan baik, dimana semua petugas pasar, mulai dari petugas pembersih, petugas parkir, sampai kepada pengelola mempunyai kerjasama yang baik. Pada studi banding ini, penulis mengharapkan mendapatkan suatu sistem utilitas dari pasar tradisional yang efesien yang ada pada pasar ini, sehingga dapat diterapkan dalam desain nantinya. Selain itu pengelolaan parkir dan sirkulasi kendaraan juga akan menjadi salah satu perhatian dari studi banding ini. 73

Gambar 2 41 Pasar Beringharjo, Yogyakarta Sumber: http:/google.com 74

2.5.3 Pasar Pringgan, Medan Pasar Pringgan terletak pada Jalan Iskandar Muda, disamping Jalan Sei Mencirim dan Jalan Pasar Pringgan. Tapak terletak pada Kecamatan Medan Baru. Dengan KDB di kawasan tersebut mencapai 80 % - 90 %. Dengan luasan site sekitar 1,2 Ha -1,3 Ha. Berikut akan disampaikan kondisi eksisting dari tapak di sekitar site. Gambar 2 42 Pasar Pringgan, Medan Sumber: http:/google.com/ 75