JETIS PONOROGO TAHUN PELAJARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

SKRIPSI OLEH: PENI TRI UTAMI NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. pasal 1 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk. diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. matematika diantaranya: (1) Siswa dapat memahami konsep matematika,

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Adapun yang menjadi penyebab yaitu pembelajaran terpusat kepada guru dan

Puji Asih Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana.

I Made Bawa Mulana (Guru Matematika SMA Negeri 4 Singaraja)

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang menunjang berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MTs AISYIYAH

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep sehingga siswa terampil untuk berfikir rasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah nilai yang melebihi dari KKM. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam

Ibnu Hadjar Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Tadulako

Penerapan Strategi Pembelajaran Peer Lesson untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Politeknik sebagai perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. situasi belajar dengan minat, latar belakang, dan kematangan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal penting yang bertujuan untuk meningkatkan

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rasional yang harus dibina sejak pendidikan dasar. (Hasratuddin, 2010 : 19).

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. keilmuan lainnya. Manfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SD MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Setiap individu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika

BAB III METODE PENELITIAN. subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

PENERAPAN MODEL COURSE REVIEW HOREY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X SMA NEGERI 13 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA BERBASIS DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN FLIPBOOK MAKER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MATERI SEGITIGA

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

SKRIPSI. Oleh: DERIA EGA FITRIAWATI NPM:

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu atau kuasi eksperimen. Penelitian. kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu peserta didik.

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MTs

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ike Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitannya dengan perkembangan ilmu sosial sampai saat ini. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. matematika dikehidupan nyata. Selain itu, prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu dasar yang penting untuk dipelajari, karena

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat bantu, maupun sebagai ilmu (bagi ilmiyawan) sebagai pembimbing

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran ini. Meskipun dianggap penting, banyak siswa yang mengeluh kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan di Indonesia sesungguhnya sudah mengalami

Transkripsi:

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT KELAS VII MTs NEGERI JETIS PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Peni Tri Utami a ; Mashuri b ABSTRAK Guru mata pelajaran matematika kelas VII MTs Negeri Jetis Ponorogo mengeluhkan pemahaman konsep dan prestasi belajar matematika siswanya rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui apakah pemahaman konsep matematika siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. 2) Mengetahui apakah prestasi belajar siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. 3) Mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pendekatan saintifik model untuk meningkatkan pemahaman konsep dan prestasi belajar matematika siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu dengan desain random terhadap subjek. Penelitian ini menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa MTs Negeri Jetis kelas VII tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah delapan kelas. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII-G dan VII-H, dengan kelas VII-G sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-H sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes dan non tes. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov, kemudian dilakukan uji homogenitas dengan uji Levene. Selanjutnya untuk pengujian hipotesis digunakan uji Mann Whitney. Semua pengujian dilakukan dengan menggunakan alat bantu software SPSS 15 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pemahaman konsep matematika siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan (rata rata = 14,75) lebih baik daripada pembelajaran konvensional (rata rata = 11,54). 2) Prestasi belajar matematika siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan pembelajaran berbasis masalah (rata rata = 47,47) lebih baik daripada pembelajaran konvensional (rata rata = 36,68). 3) Berdasarkan hasil analisis angket respon siswa yang diberikan kepada 28 siswa kelas eksperimen diperoleh rata rata skor keseluruhan respon siswa sebesar 3,21. Yang diinterprestasikan bahwa siswa menyukai pembelajaran matematika dengan pendekatan Saintifik model (PBL). PENDAHULUAN Matematika sebagai ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya, mempunyai peranan penting dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari hari. Orang yang telah mempelajari matematika diharapkan bisa menyerap informasi secara lebih rasional dan berpikir secara logis dalam menghadapi situasi dalam masyarakat. Oleh karena itu matematika perlu dipelajari dalam semua jenjang pendidikan. Erman Suherman, dkk (2003: 55) mengatakan bahwa matematika yang diajarkan pada tingkat pendidikan dasar dan pendidikan menengah adalah matematika sekolah. Tujuan pembelajaran matematika pada sekolah dasar dan menengah dalam permendiknas no 22 tahun 2006 adalah agar siswa mampu: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan 1

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan atau pernyataan matematika; (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas gagasan atau masalah; (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Kemampuan pemahaman konsep menjadi perhatian khusus karena kemampuan tersebut menjadi salah satu tujuan dari pembelajaran matematika di sekolah. Selain itu, apabila penguasaan konsep dari siswa kurang, maka akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Agar siswa dapat memiliki kemampuan pemahaman dan prestasi belajar yang baik, maka banyak faktor yang harus diperhatikan, diantaranya dalam prinsip matematika (dalam Amanam, 2013: 2) adalah faktor belajar dan pengajaran. Dalam belajar, para siswa seharusnya mempelajari matematika dengan paham, secara aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya. Seperti pada pendekatan saintifik dimana siswanya aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya melalui kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan mengkomunikasikan. Sedangkan pengajaran, pengajaran matematika yang efektif menuntut pemahaman atas apa yang para siswa ketahui, dan perlu dipelajari serta kemudian menantang dan mendukung mereka untuk mempelajarinya dengan baik. Seperti pada model pembelajaran berbasis masalah (PBL) dimana siswa akan merasa tertantang dengan pemberian masalah masalah konstektual yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Guru mata pelajaran matematika kelas VII MTs Negeri Jetis Ponorogo, mengeluhkan pemahaman konsep dan prestasi belajar matematika siswanya rendah. Rendahnya pemahaman konsep siswa terlihat dari: (1) ketika diberi soal yang berbeda dengan contoh yang diberikan oleh guru, siswa kebingungan bagaimana cara menyelesaikannya; (2) siswa kesulitan dalam pemecahan permasalahan sehari hari. Sedangkan rendahnya prestasi belajar terlihat dari rata rata nilai ulangan dan nilai ujian tengah semester matematika kelas VII-G dan VII-H dengan KKM 75 sebesar 61 dan 66. Setelah peneliti bertanya kepada sebagian siswa tentang sebab mengapa prestasi belajar dan pemahaman konsep siswa kurang maksimal, ternyata sebagian besar siswa menjawab karena kurang variasinya guru dalam menyampaikan pelajaran. Guru hanya menyampaikan pembelajaran dengan metode ceramah dan pemberian tugas sehingga siswa kurang aktif, dan merasa bosan. Dalam kegiatan pembelajaran seakan akan guru merupaka pusat pembelajaran sehingga pengetahuan siswa terbatas pada apa yang disampaikan oleh guru, selain itu guru tidak memberi kesempatan kepada para siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah melalui variasi model pembelajaran. Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan pemahaman konsep adalah. Pendekatan saintifik merupakan suatu cara atau mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan pada metode 2

ilmiah. Dalam pendekatan saintifik terdapat 5 langkah utama yaitu : (1) Mengamati (observing), (2) Menanya (questioning), (3) Mengumpulkan informasi (eksperimenting) (4) Mengolah informasi (associating), (5) Mengkomunikasikan. Lima langkah utama tersebut merupakan aktivitas dalam mengembangkan keterampilan berpikir untuk mengembangkan rasa ingin tahu siswa sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Karena dalam pendekatan ini siswa sendiri yang membangun pengetahuan barunya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya, serta diskusi kelompok. Sedangkan model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual, dimana dengan model pembelajaran ini diharapkan siswa mampu untuk memecahkan masalah, menyajikan solusi dan memperbaiki solusi ketika diberikan informasi tambahan, sehingga para siswa akan merasa tertantang dengan materi dan menyelesaikan masalah yang ada. Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pendekatan Saintifik Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Pemahaman Konsep dan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Segiempat Kelas VII MTs Negeri Jetis Ponorogo Tahun Pelajaran 2013/2014. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka ditentukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah pemahaman konsep matematika siswa yang mendapat lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional? 2. Apakah prestasi belajar matematika siswa yang mendapat pendekatan berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional? 3. Bagaimana respon siswa terhadap untuk meningkatkan pemahaman konsep dan prestasi belajar matematika siswa? METODE PENELITIAN Penelitian Pengaruh Pendekatan Saintifik Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Pemahaman Konsep dan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Segiempat Kelas VII MTs Negeri Jetis Ponorogo Tahun Pelajaran 2013/2014 ini menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen dengan design penelitian random terhadap subjek. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelasv VII MTsN Jetis Ponorogo Tahun Pelajaran 2013/2014. Pengambilan sampel penelitian diambil secara random yang diperoleh dua kelas. Kelas VII-G sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-H sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, tes pemahaman konsep dan prestasi belajar, dan angket respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemahaman konsep dan prestasi belajar matematika siswa kelas VII MTs Negeri Jetis sebelum diadakan pembelajaran dengan menggunakan PBL masih rendah. pembelajaran konvensional yang selalu diterapkan guru, menjadikan guru lebih mendominasi pelaksanaan pembelajaran. Akibatnya, siswa merasa bosan dan jenuh saat proses pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya pemahaman konsep dan prestasi belajar siswa. 3

Setelah peneliti melakukan tindakan dengan menggunakan (PBL) pada sampel (kelas eksperimen) dan pembelajaran konvensional pada sampel lain (kelas kontrol). Setelah diberi perlakuan ternyata hasil uji perbedaan rata rata pemahaman konsep dan prestasi belajar matematika siswa menunjukkan bahwa pemahaman konsep dan prestasi belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hasil hasil analisis tersebut akan dibahas sebagai berikut: 1. Pemahaman konsep matematika siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan pendekatan berbasis masalah (PBL) lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Setelah dilakukan uji perbedaan rata rata dengan uji Mann Whitney dengan taraf kepercayaan 95% diperoleh Sig 0,036. Karena Sig < 0,05 maka H 0 ditolak. Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata rata skor pemahaman konsep matematika siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari data deskriptif dan pengujian hipotesis tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematika menggunakan (PBL) lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan berbasis masalah (PBL) siswa akan merasa tertantang dengan pengajuan masalah masalah konstektual diawal pembelajaran. Mereka sendiri yang akan berupaya untuk menyelesaikannya. Siswa lebih berusaha untuk bertanya dan berdiskusi dengan temannya maupun dengan guru. Melalui proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, dan mengkomunikasikan siswa akan membangun pengetahuan mereka dengan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya sehingga siswa akan merasa nyaman dalam mengeksplorasi pemahamannya. Sementara itu pada pembelajaran konvensional tidak terjadi proses belajar sebagaimana dalam pembelajaran dengan PBL. Guru lebih banyak bertindak sebagi pemberi informasi dan siswa hanya menerima pengetahuan dari sang guru. Perbedaan situasi diatas sudah jelas membawa implikasi terdapat perbedaan pengaruh masing masing model tersebut terhadap pemahaman konsep matematika siswa. hal ini juga didukung oleh keunggulan dan kelemahan masing masing model. 2. Prestasi belajar matematika siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan pendekatan berbasis masalah (PBL) lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil analisis perbedaan rata rata dengan uji Mann Whitney taraf kepercayaan 95% diperoleh signifikansi sebesar 0,0155. Karena Sig < 0,05 maka H 0 ditolak. Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata rata prestasi belajar matematika siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari data deskriptif dan pengujian hipotesis tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika dengan menggunakan pendekatan berbasis masalah (PBL) lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran matematika dengan (PBL) siswa diberikan ruang untuk aktif, mengkontruksi pemahaman mereka sendiri dan mengeksplorasi pemahaman mereka terhadap materi yang diajarkan. Berbeda dengan pembelajaran konvensional dimana siswa 4

cenderung pasif dan tidak diberikan ruang untuk mengeksplorasi pemahaman dan pengetahuan mereka. Perbedaan situasi inilah yang memberikan implikasi terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa. siswa yang diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi pemahaman dan pengetahuan mereka cenderung memiliki prestasi yang tinggi dibanding siswa yang kurang diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi pengetahuan dan pemahamannya. 3. Siswa menyukai pembelajaran matematika dengan pendekatan berbasis masalah (PBL). Berdasarkan hasil analisis angket respon siswa yang diberikan kepada 28 siswa kelas eksperimen diperoleh rata rata skor keseluruhan responden sebesar 3,21. Yang diinterprestasikan bahwa siswa menyukai pembelajaran matematika dengan (PBL). Pembelajaran dengan (PBL) selain memberikan ruang bagi para siswa untuk aktif juga merupakan pembelajaran yang bersifat baru bagi para siswa. baru disini berarti mereka belum pernah diajar dengan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan dan model seperti itu sebelumnya. Sehingga mereka tidak merasa jenuh dan bosan dengan pembelajaran matematika. Berbeda dengan pembelajaran konvensional dimana siswa kurang diberikan ruang untuk mengeksplorasi pengetahuan dan pemahaman mereka. Selain itu siswa juga merasa jenuh dengan pembelajaran yang monoton (terus menerus) digunakan. KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pendekatan berbasis masalah terhadap pemahaman konsep dan prestasi belajar siswa. populasi penelitian adalah seluruh kelas VII MTs Negeri Jetis Ponorogo Tahun Pelajaran 2013/2014. Sampel penelitian adalah VII-G sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-h sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data menggunakan dokumentasi, tes kemampuan pemahaman konsep dan prestasi belajar, serta angket respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan berbasis masalah. Berdasarkna hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematika siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan diperoleh rata rata 14,75 lebih baik daripada pembelajaran konvensional dengan rata rata 11,54. Prestasi belajar matematika siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik model diperoleh rata rata 47,47 lebih baik daripada pembelajaran konvensional dengan rata rata 36,68. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan diperoleh skor rata rata sebesar 3,21 yang diinterprestasikan bahwa siswa menyukai pembelajaran matematika dengan. DAFTAR PUSTAKA Asep, Amanam (2013) Pengaruh Pembelajaran Matematika Berbasis ICT terhadap Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. 5

Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak diterbitkan. Fauziah, Resti (2013) Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal INVOTEC, Volume IX, No.2, Agustus 2013. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) Matematika. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) Modul Pelatihan Kurikulum 2013. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif. 6