BAB I PENDAHULUAN. manusia masih memiliki kebutuhan dan keinginan. Setiap harinya, manusia. pengeluaran untuk memperoleh barang maupun jasa.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. eksistensi fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dalam tata

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan. Beberapa kalangan mencurigai islam sebagai faktor penghambat

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

BAB I PENDAHULUAN. lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB III METODE PENELITIAN. relevan dengan persoalan yang dihadapi. Artinya, data tersebut berkaitan,

BAB I PENDAHULUAN. setiap konsumen dalam menggunakan suatu barang atau jasa. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling. membutuhkan satu sama lain, supaya mereka saling tolong menolong, tukar

III. METODE PENELITIAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

BAB III METODE PENELITIAN

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. maka penelitian ini juga termasuk penelitian preskriptif. Penelitian deskriptif

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB IV ANALISIS TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI HASIL BUMI DENGAN SISTEM PANJAR DI DESA JENARSARI GEMUH KENDAL

BAB III METODE PENELITIAN. melaksanakan penelitian (yaitu meliputi kegiatan-kegiatan mencari, mencatat,

Perlindungan Konsumen Dalam Perspektif Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Dan Hukum Islam Dalam Jual Beli

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

BAB I PENDAHULUAN. barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya pada. ditangguhkan sampai waktu yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku. dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal.

A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan Harga Secara Sepihak dalam Jual Beli Rak Antara. Produsen dan Pedagang Pengecer di Jalan Dupak No. 91 Surabaya.

BAB I PENDAHULUAN. Konsep anjak piutang ( factoring) yang berdasarkan prinsip syariah sering dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. yang kita ketahui sistem perekonomian negara-negara di dunia. Tidak lepas dari

BAB V PENUTUP. harta milik tidak sempurna di Veeva Rent Car n Motor Malang maka peneliti

BAB I PENDAHULUAN. lebih lagi menyangkut lembaga perekonomian umat Islam. Hal ini karena agama

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan antara satu dengan yang lainnya, untuk memenuhi kebutuhan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan Know-how dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Setiap manusia akan membutuhkan orang lain, bertolong-tolongan,

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan, manusia tidak pernah luput dari kegiatan sosial

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala sesuatu agar perekonomian mereka menjadi lebih stabil. Tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan manusia sehari-hari sebagai subjek hukum ataupun

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk masalah jual beli dan sewa menyewa. Islam selalu

BAB I PENDAHULUAN. bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum, sejalan dengan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhinya, dan harus berhubungan dengan orang lain. Hubungan antara satu

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara yang digunakan dalam suatu

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT, yang disebut hablum minallah dan yang kedua bersifat horizontal,

BAB I PENDAHULUAN. Kesempurnaan Islam diantaranya mengatur tentang syariat atau hukum,

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. baik (thoyib) karena dalam Alquran Allah SWT telah memerintahkan kepada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif (normative legal

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

. METODE PENELITIAN. yang digunakan sebagai dasar ketentuan hukum untuk menganalisis tentang apakah

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan masyarakat yaitu apa yang disebut dengan muamalah. Keperluan hidup

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, perdagangan terutama dalam bidang ekonomi. Merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan mu'amalah yang paling banyak dilakukan orang adalah kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Manusia adalah mahluk hidup yang mempunyai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkannya seorang individu harus menukarnya dengan barang atau jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. antar sesama manusia yang memiliki tujuan untuk menjaga hak-hak manusia,

BAB I PENDAHULUAN. alat analisis. Hal ini disebabkan karena di masa datang penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa hidup sendiri. Baik itu dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

I. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Adanya kebutuhan hidup manusia merupakan sesuatu alami (fitrah) yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia maupun di akhirat. Secara garis besar ajaran Islam berisi kandungan-kandungan

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB III METODE PENELITIAN. tidaknya suatu penelitian, yang merupakan cara-cara dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah sebuah kajian yang akan fokus mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perdagangan merupakan sektor jasa yang menunjang kegiatan

BAB V PENUTUP. 1. Pendapat ulama Muhammadiyah dan Nahd atul Ulama (NU) di kota. Banjarmasin tentang harta bersama.

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PENAMBANGAN BATU DI DESA SENDANG KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Hampir tidak ada satupun negara di dunia ini yang tidak memprogramkan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung kemaslahatan bagi umat manusia, kecuali hal-hal yang telah dilarang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk berkomunikasinya antar anggota keluarga dan juga. sebagai tempat berkumpulnya sebuah keluarga.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis, Sifat Penelitian, dan Pendekatan. normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang meletakan

BAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan antara satu sama lain untuk saling tolong menolong karena untuk. sendiri, adakalanya meminta bantuan orang lain.

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

BAB I PENDAHULUAN. cabang ilmu dalam islam yang dikenal dengan fiqih muammalah. Aspek. hubungan antara umat satu dengan umat yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup umat manusia. Hubungan manusia dengan tanah bukan hanya

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP SETATUS UANG MUKA YANG HANGUS DALAM PRAKTEK JUAL BELI ANAKAN BURUNG LOVE PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain disebut muamalat. 1. dibenarkan (syara ). Jual beli pada dasarnya dibolehkan oleh ajaran Islam.

BAB III METODE PENELITIAN. yang merujuk pada cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan (need) dan keinginan (want). Kebutuhan dan keinginan tersebut selalu berusaha dipenuhi oleh setiap individu untuk mencapai kebahagiaan dalam kehidupan ini. Untuk memenuhinya tentu tidak akan lepas dari kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi. Sebagai rantai kegiatan ekonomi yang tidak akan putus selama manusia masih memiliki kebutuhan dan keinginan. Setiap harinya, manusia tidak lepas dari kegiatan konsumsi, salah satunya adalah aktivitas makan dan minum. Padahal dalam teorinya, yang dimaksud dengan konsumsi bukan hanya sebatas makan dan minum saja. Kegiatan konsumsi meliputi pengeluaran untuk memperoleh barang maupun jasa. Kegiatan ekonomi tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, karena terkait dengan kebutuhan dan keinginan manusia dalam pemenuhan hajat hidup. Kegiatan ekonomi merupakan bagian dari mu amalah. Bahkan yang menjadi perhatian saat ini adalah tentang permasalahan ekonomi. Permasalahan ekonomi memang merupakan masalah yang kompleks dilihat dari berbagai aspek. Saat ini perkembangan ekonomi melaju dengan pesat seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi. Model transaksi ekonomi tidak hanya antar individu saja, tetapi semakin meluas bahkan melibatkan beberapa orang 1

2 dan kelompok. Berimbas juga terhadap lingkup pasar yang semakin tidak mengenal jarak lintas kota, provinsi, pulau, bahkan negara. Islam merupakan agama yang universal dan komprehensif, tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan ( ibādah) saja, tetapi juga mengatur bagaimana hubungan antarmanusia (mu āmalah). Aturan kompleks dan lengkap dari Allah SWT sebagai tuntunan bagi hamba-nya dalam menjalani kehidupan dunia sebaik-baiknya. Kegiatan ekonomi apapun bentuknya tentu harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, yang merujuk kepada al-qur an dan al-hadits. Prinsip-prinsip tersebut di antaranya adalah tidak mengandung riba, gharar, dan maisir. Adapun asas transaksi syariah yang telah ditetapkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yaitu: (1) persaudaraan, (2) keadilan, (3) kemaslahatan, (4) keseimbangan, dan (5) universalisme. 1 Islam adalah syari at yang benar-benar menghormati hak kepemilikan ummatnya. Oleh karena itu tidak dibenarkan bagi siapapun untuk memakan atau menggunakan harta saudaranya kecuali bila saudaranya benar-benar merelakannya, baik melalui perniagaan atau lainnya. Sebagaimana firman Allah: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan 2007), h. 54. 1 Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan, (Jakarta: Salemba Empat,

3 janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S. an-nisaa: [4]:29) Prinsip saling merelakan ( an taradhin) menjadi barometer sah atau batalnya perniagaan/perdagangan yang dilakukan di antara manusia. Prinsip saling merelakan merupakan etika perdagangan. Oleh karena itu, prinsip ini mutlak dijadikan landasan. 2 Hal ini menunjukkan pentingnya aspek kerelaan dalam praktek perdagangan untuk menjaga hak dan kewajiban masingmasing pihak. Kegiatan ekonomi yang tidak bisa lepas dari kehidupan sosial masyarakat di antaranya adalah jual beli. Aktivitas jual beli hukum asalnya dibolehkan sebagaimana dalam Firman Allah: Artinya: Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (Q.S. al-baqarah: [2]:275) Salah satu bentuk pemindahan kepemilikan harta yang paling dominan adalah melalui jual beli. Melalui akad jual beli ini terjadi interaksi antara satu individu dengan individu lainnya guna memenuhi kebutuhan mereka. Karena pada dasarnya, manusia tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Itulah sebabnya manusia disebut makhluk sosial. Islam pun datang mensyari atkan jual beli untuk mempermudah perantara kebutuhan antara manusia. Bentuk jual beli yang lazim kita temui adalah jual beli yang menghajatkan kepada pasar sebagai wadah interaksi antara penjual dan pembeli. Dalam perkembangannya, transaksi jual beli sudah mengalami 2 Moh. Fauzan Januri, Pengantar Hukum Islam dan Pranata Sosial, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 300.

4 kemajuan seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi, masyarakat mulai beralih dari jual beli di dunia nyata kepada jual beli di dunia maya. Bentuk jual beli tersebut dilakukan secara online via internet, jual beli dengan menggunakan cek sebagai pembayarannya, dan kemajuan transaksi lainnya. Salah satu unsur dalam transaksi jual beli adalah adanya hak khiyar (pemilihan). Khiyar ini dimaksudkan agar nantinya bila ada ketidakrelaan dari kedua belah pihak, maka boleh membatalkan transaksi jual beli ini. Untuk itu ada beberapa macam khiyar terkait dengan transaksi jual beli. Secara umum khiyar dibagi menjadi tiga macam yaitu, khiyar majelis, khiyar syarat, dan khiyar aib. 3 Khiyar disyariatkan bertujuan untuk memelihara keadaan saling rela dan menjaga maslahat kedua pihak yang berakad, atau mencegah bahaya kerugian yang bisa jadi menimpa salah satu pihak yang berakad. 4 Dalam praktik jual beli ada kalanya terjadi penyesalan di antara pihak penjual dan pembeli disebabkan kurang hati-hati, tergesa-gesa, penipuan atau faktor lainnya. Mengingat prinsip berlakunya jual beli adalah atas dasar suka sama suka, maka syariat Islam memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak yang melakukan akad jual beli untuk memilih antara dua kemungkinan, yaitu antara melangsungkan jual beli atau mengurungkannya. Pada pelaksanaannya ada sebagian transaksi yang meniadakan hak khiyar ini. Terlihat di beberapa toko modern seperti swalayan, supermarket, minimarket, dan toko-toko lain yang memberikan label beberapa barang 3 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 83-84. 4 Muhammad dan Alimin, Etika dan Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam, (Yogyakarta: BPFE, 2004), h. 179.

5 jualannya dengan tulisan yang mengindikasikan tidak adanya hak khiyar bagi pembeli. Jika melihat pada konsep umum dari jual beli, ada satu hal yang menjadi masalah. Yaitu tidak adanya hak khiyar. Syari at Islam memberikan hak khiyar untuk menjaga jangan sampai terjadi perselisihan antara pembeli dan penjual. 5 Khiyar disyari atkan atau dibolehkan dalam Islam didasarkan pada suatu kebutuhan yang mendesak dengan mempertimbangkan kemaslahatan masing-masing pihak yang melakukan transaksi. Dengan demikian, hak khiyar merupakan ruang yang ditawarkan oleh fiqh muamalah untuk berfikir ulang, merenung dan saling mengkoreksi antara pihak terkait dengan obyek dan transaksi yang telah mereka lakukan. Dengan hak khiyar ini para pihak diharapkan terhindar dari munculnya rasa penyesalan setelah transaksi selesai dilakukan. Sedangkan perkembangan di masyarakat dewasa ini telah mengalami perubahan. Sehingga menyebabkan perubahan di segala bidangnya. Termasuk dalam masalah khiyar. Bila hak khiyar bagi pembeli sudah tidak diberlakukan lagi, maka bisa mengakibatkan penyesalan bagi pembeli jika barang yang dibelinya ada cacat. Bahkan akan mengakibatkan permusuhan antara dua orang yang bertransaksi. Sedangkan prinsip umum jual beli adalah harus saling ridho (rela). Jika hal ini dibiarkan tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti akan menjalar pada hak khiyar yang lain. Artinya, berpotensi tidak adanya hak khiyar yang lain. Dari kasus yang terjadi sangat bertolak belakang 5 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), h. 138.

6 dengan konsep yang ada. Dimana fakta di masyarakat sering terjadi transaksi jual beli tanpa khiyar. Padahal seharusnya khiyar harus tetap ada demi kemaslahatan kedua belah pihak. Yaitu dari pihak penjual dan pembeli. Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. 6 Sehingga sudah seharusnya konsumen muslim mendapatkan perlindungan atas barang dan/atau jasa sesuai dengan syariat Islam. Karena perlindungan tersebut merupakan hak setiap warga negara Indonesia. Hak khiyar yang merupakan salah satu bentuk perlindungan konsumen dalam Islam, tentunya memiliki peranan dalam kegiatan muamalah. Sudah seharusnya hak khiyar sebagai salah satu bentuk untuk melindungi hak-hak konsumen muslim tersebut termuat dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang eksistensi khiyar dalam transaksi di toko modern. Penelitian ini akan dituangkan dalam sebuah karya ilmiah dengan judul Eksistensi Khiyar Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Di Toko Modern (Analisis Hukum Ekonomi Syariah). 6 Mayoritas penduduk Indonesia penganut Agama Islam dengan jumlah 207,2 juta penganut, berdasarkan data BPS pada Sensus Penduduk tahun 2010. https://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/statistik-politik-2015.pdf. Diakses pada 23 Maret 2016 pukul 20.00 WITA.

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi fokus penelitian ini pada eksistensi khiyar dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen kemudian dianalisis melalui tinjauan hukum ekonomi syariah, dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana eksistensi khiyar dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen? 2. Bagaimana analisis Hukum Ekonomi Syariah terhadap eksistensi khiyar dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Eksistensi khiyar dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. 2. Analisis Hukum Ekonomi Syariah terhadap eksistensi khiyar dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. D. Signifikansi Penelitian Secara garis besar, kegunaan dari hasil penelitian ini terdiri dari dua jenis, yakni secara teoritis dan praktis.

8 1. Kegunaan Teoritis, yaitu: a. Memberi masukan berupa konsep, metode, dan teori yang dibangun dari fakta empiris dalam rangka perbaikan Undang-Undang yang mengatur tentang perlindungan konsumen. b. Penelitian ini dapat memberikan masukan yang berarti terhadap pihakpihak yang terkait dengan perbaikan regulasi dan kebijakan tentang transaksi modern. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka memperkaya pengembangan dan penalaran pengetahuan bidang hukum ekonomi syariah. 2. Kegunaan Praktis, yaitu: a. Bahan informasi dan sumbangan pemikiran bagi para akademisi, praktisi, dan masyarakat. b. Bahan informasi dan perbandingan bagi mereka yang akan mengadakan penelitian lebih mendalam mengenai hal-hal yang sama dengan sudut pandang berbeda. c. Sebagai kontribusi pemikiran dalam rangka memperkaya khazanah perpustakaan IAIN Antasari Banjarmasin umumnya dan perpustakaan program pascasarjana khususnya.

9 E. Definisi Operasional Untuk menghindari kekeliruan dalam memahami penelitian ini, maka penulis merasa perlu memberikan batasan istilah yang erat kaitannya dengan penulisan tesis ini dan penegasan judul penelitian, sebagai berikut: 1. Eksistensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan hal berada atau keberadaan. 7 Eksistensi yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah keberadaan atau posisi. 2. Khiyar menurut Pasal 20 ayat 8 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah yaitu hak pilih bagi penjual dan pembeli untuk melanjutkan atau membatalkan akad jual beli yang dilakukan. 8 Khiyar yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah hak aqid (orang yang berakad, baik penjual maupun pembeli) untuk memilih antara melangsungkan akad jual beli atau membatalkannya disebabkan karena suatu hal. 3. Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk membuat perlindungan kepada konsumen. 9 Perlindungan konsumen yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah jaminan perlindungan terhadap hak-hak konsumen atas penggunanaan suatu barang dan/atau jasa dalam bentuk kepastian hukum. 4. Toko Modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, 7 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 3, cet. 2, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 288. 8 Pusat Pengkajian Hukum Islam dan Masyarakat Madani (PPHIM), Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 16. 9 Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 1 ayat 1.

10 Supermarket, Departement Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan. 10 Toko modern yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah toko dengan karakteristik model penjualan yang dilakukan secara eceran langsung pada konsumen akhir dengan cara swalayan, yaitu pembeli mengambil sendiri barang dari rak-rak dagangan dan membayar di kasir. 5. Hukum Ekonomi Syariah adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diambil dari nilainilai Islam. 11 Analisis hukum ekonomi syariah yang penulis maksud dalam penelitian ini, yaitu analisis dengan pendekatan kaidah fikih, maqâṣid syarî ah, dan fikih Jadi, dalam penelitian ini penulis meneliti tentang eksistensi khiyar dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan analisis hukum ekonomi syariah terhadap undang-undang tersebut. F. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan, ada beberapa penelitian terdahulu yang mencakup topik penelitian ini dan bisa dijadikan perbandingan, yaitu: 10 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 70/M- DAG/PER/12/2013 Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, Pasal 1 ayat 6. 11 Istilah hukum ekonomi syariah dalam buku ini juga disebut dengan fiqh mu amalah maliyyah. M. Cholil Nafis, Teori Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: UI-Press, 2011), h. 8

11 1. Rina Permata Putri, Tesis Magister Kenotariatan Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2013, Hukum Khiyar Dalam Akad Yang Mengandung Penipuan Dalam Perspektif Hukum Islam. 12 Penelitian ini menekankan pada akad yang mengandung unsur penipuan yang dapat menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak dan bagaimana perspektif hukum Islam dalam memberikan suatu hak khiyar bagi mereka yang dirugikan dalam akad tersebut yaitu berupa hak pilih untuk membatalkan atau meneruskan akad. 2. Baiq Elbadriati, Iqtishaduna Volume 5 Nomor 1 Juni 2014, Rasionalitas Penerapan Khiyar Dalam Jual Beli Islam. 13 Tulisan ini akan mengelaborasi lebih jauh konsep khiyar dalam transaksi islami dan melihat bagaimana rasionalitas yang mendasarinya. Konsep khiyar merupakan cerminan dari prinsip kebebasan semua pihak dalam melakukan transaksi yang dilandasi oleh tanggung jawab. Khiyar dalam Islam juga mencerminkan prinsip keadilan dan kesetaraan hak. 3. Hadenan Towpek, Jurnal Syariah, Jil. 21, Bil. 1 (2013) 43-62, Konsep Khiyar Menurut Syeikh Daud bin Abdullah al-fatani dalam Furu al- Masa il. 14 Tulisan ini mengemukakan suatu analisis ilmiah dengan menggunakan kaidah analisis kandungan mengenai pandangan Syeikh Daud al-fatani 12 repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39472/6/cover.pdf. Diakses pada 8 Januari 2016, pukul 14.00 WITA. 13 ejurnal.iainmataram.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/view/75. Diakses pada 8 Januari 2016, pukul 14.15 WITA. 14 e-journal.um.edu.my/public/article-view.php?id=6290. Diakses pada 8 Januari 2016, pukul 14.30 WITA.

12 terhadap konsep al- khiyar sebagaimana yang dibincangkan dalam kitabnya Furu al-masa il. Berdasarkan beberapa penelitian di atas, terdapat perbedaan dari apa yang akan diteliti penulis. Perbedaan dari penelitian yang terdahulu dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah dari sudut pandang dan pembahasan masalah yang berbeda. Fokus pembahasan tesis yang akan penulis teliti adalah mengkaji eksistensi khiyar dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen di toko modern kemudian dianalisis dengan hukum ekonomi syariah. G. Kerangka Teori 1. Teori Hukum Hak Pilih (Khiyar) Untuk menjaga jangan sampai terjadi perselisihan antara pembeli dengan penjual, maka syari at Islam memberikan hak khiyar, yaitu hak memilih untuk melangsungkan atau tidak jual beli tersebut, karena ada suatu hal bagi kedua belah pihak. Hak khiyar itu dapat berbentuk: a. Khiyar Majlis b. Khiyar Syarath c. Khiyar Aib d. Khiyar Ru yah 15 15 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, h. 138-141.

13 2. Perlindungan Konsumen Perlindungan konsumen merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan adanya hukum yang memberikan perlindungan kepada konsumen dari kerugian atas penggunaan produk barang dan/atau jasa. Adapun asas-asas yang berlaku dalam hukum perlindungan konsumen adalah berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan, dan keselamatan konsumen serta partisipasi hukum. Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan indikator lemahnya kedudukan konsumen, yaitu: a. Tingginya tingkat ketergantungan terhadap suatu produk. b. Lemahnya pengetahuan tentang proses produksi. c. Lemahnya kemampuan tawar-menawar (bargaining power) secara ekonomis. 16 H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif (normative legal research), yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan hukum, baik berupa bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder. 17 Penelitian normatif seringkali disebut penelitian dokrinal, yaitu penelitian yang obyek kajiannya adalah 16 Burhanuddin S., Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen dan Sertifikasi Halal, (Malang: UIN Maliki Press, 2011), h. 1-4. 17 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 13.

14 dokumen peraturan perundang-undangan dan bahan pustaka. 18 Jadi, dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, karena penelitian ini kajiannya mengenai kaidah-kaidah hukum dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan khiyar. Dalam penelitian ini akan dilakukan kajian terhadap Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, serta tulisan-tulisan para ahli hukum atau dokumen-dokumen resmi seperti perundang-undangan atau peraturan-peraturan lain yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat, 19 untuk menggambarkan dan menganalisa fakta-fakta secara sistematis, faktual, logis, dan memiliki landasan pemikiran yang jelas dasar dan sumbernya, sehingga diperoleh alternatif pemecahan sesuai dengan ketentuan atau prinsip-prinsip hukum yang berlaku. Adapun penelitian ini bersifat penelitian kepustakaan (library research) yaitu mencari data-data pada sejumlah literatur yang berkaitan dengan kajian yang akan diteliti. Hal tersebut dilakukan dengan cara menggali secara intensif data-data yang berkaitan tentang khiyar dan ketentuan hukum formal yang berkaitan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. 18 Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 56. Senada dengan pendapat tersebut, bagir Manan mengatakan bahwa penelitian hukum normatif adalah penelitian terhadap kaidah hukum itu sendir (peraturan perundangundangan, yurisprudensi, hukum adat, atau hukum tidak tertulis lainnya) dan asas-asas hukum, lihat Bagir Manan, Penelitian Bidang Hukum, ditulis dalam jurnal Hukum, (Bandung: Puslitbankum Unpad, 1999), h. 4. 19 Ibid., h. 14, yang menyebutkan bahwa penelitian hukum normatif atau kepustakaan mencakup: 1. Penelitian terhadap asas-asas hukum, 2. Penelitian terhadap sistematik hukum, 3. Penelitian terhadap sinkronisasi vertikal dan horizontal, 4. Perbandingan hukum, 5. Sejarah hukum.

15 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan diartikan sebagai usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti atau metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian. 20 Adapun pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach) dengan analisis kualitatif karena penelitian ini diawali dari suatu konstitusi dari segi aspek asas-asas hukum dan konsep hukum dan undang-undang ikutannya atau peraturan organik. Tujuannya untuk memperoleh kejelasan dan pembenaran ilmiah berdasarkan konsep-konsep hukum yang bersumber dari prinsip-prinsip hukum serta untuk mengkaji sejarah perkembangan beberapa perundangundangan yang pernah berlaku atau lembaga hukum dalam rangka memahami sebab-sebab norma suatu perundang-undangan terbentuk sehingga dapat dipahami jiwa dari perundang-undangan tersebut. 21 Dengan menggunakan pendekatan konseptual (conceptual approach), yakni beranjak dari melakukan kajian terhadap norma-norma hukum Islam dan pandangan-pandangan para ahli hukum yang berhubungan dengan khiyar, juga dilakukan pendekatan undang-undang (statue approach), yakni melakukan telaahan terhadap Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. 20 Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan Disertasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 17. 21 M. Hadin Muhjad, Dasar-Dasar Penelitian Hukum, (Banjarmasin, 2011), h. 34.

16 3. Bahan Hukum Penelitian hukum tidak mengenal adanya data. Untuk memecahkan isu hukum dan sekaligus memberikan preskripsi mengenai apa yang seharusnya, diperlukan sumber-sumber penelitian yang berupa bahan-bahan hukum 22. Apa yang diteliti dalam kegiatan penelitian hukum adalah bahan-bahan hukum sehingga tepat jika dinamakan riset kepustakaan dengan fokus pada bahan bacaan dan analisis material primer maupun sekunder. 23 Bahan hukum yang dijadikan sumber dalam penelitian ini terdiri dari: a. Bahan hukum primer, yaitu data-data yang akan dijadikan rujukan utama dalam penelitian ini bersumber dari Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti undang-undang terkait dengan penelitian, buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan tersebut, jurnal-jurnal, tulisan-tulisan hukum dan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. 1) Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 70/M- DAG/PER/12/2013 Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern 2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 3) Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah 22 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 181. 23 Abu Yasid, Aspek-Aspek Penelitian Hukum; Hukum Islam Hukum Barat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 16.

17 4) Fatwa-Fatwa dari MUI atau Fatwa menurut Fuqaha. 5) Wahbah Al-Zuḥaily, Al-Fiqh Al-Islamî Wa Adillatuhu, Damsyiq: Dâr al-fikr, 2006. 6) Sayyid Sâbiq, Fiqh al-sunnah, Dâr al-tsaqâfah al-islamiyyah, tth. 7) Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, Bogor: Ghalia Indonesia, 2012. 8) Rachmat Syafe i, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2006. 9) Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015. 10) Muhammad dan Alimin, Etika dan Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2004. 11) Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Kencana, 2013. 12) Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Rajawali Pers, 2014. 13) Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan Disertasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2014. 14) Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2005. c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum sekunder. 1) Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 3, cet. 2, Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

18 2) Ahmad Warson Munawwir, Kamus Munawwir Arab-Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984. 3) Kamus Hukum 4) Ensiklopedi 4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Untuk mengumpulkan bahan hukum digunakan teknik sebagai berikut: a. Survei kepustakaan, yaitu dengan melihat langsung ketersediaan bahan-bahan yang diperlukan di perpustakaan berupa bahan hukum yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. b. Inventarisasi, yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan hukum berupa peraturan perundang-undangan serta literatur-literatur yang terkait dengan penelitian ini. c. Studi literatur, yaitu dengan mempelajari, menelaah, dan mengkaji secara intensif bahan hukum yang telah terkumpul dengan cara mengambil sub bagian dari buku tersebut yang membahas masalah yang jadi objek penelitian. 5. Teknik Pengolahan Bahan Hukum Berdasarkan bahan hukum yang diperoleh dan dihimpun, kemudian bahan hukum tersebut diolah melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

19 a. Editing, yaitu mengkaji dan meneliti kembali bahan hukum yang telah terkumpul untuk mengetahui kelengkapannya, untuk kemudian diproses. b. Klasifikasi, yaitu mengelompokkan bahan hukum dengan menyesuaikannya. c. Deskripsi, yaitu menguraikan bahan hukum yang telah dikaji, diteliti, dan dijabarkan dalam suatu uraian yang sistematis. 6. Kajian Bahan Hukum Bahan hukum yang terkumpul disajikan dalam bentuk uraianuraian secara dekriptif, kemudian dianalisis secara yuridis kualitatif, yaitu melakukan pembahasan terhadap bahan hukum yang telah dikumpulkan dengan penelitian ini, kemudian ditarik kesimpulan guna menjawab permasalahan yang diteliti. Secara operasional, langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah: a. Mengumpulkan berbagai ketentuan-ketentuan hukum Islam baik yang bersumber dari Al-Qur an, Hadis, ataupun pendapat-pendapat ulama tentang khiyar. b. Menyusun ketentuan-ketentuan tersebut secara sistematis sesuai dengan kerangka pembahasan yang telah ditetapkan. c. Mempelajari ketentuan tersebut dengan melakukan telaahan untuk menemukan bagaimana ketentuan tentang khiyar.

20 I. Sistematika Penulisan Penyusunan tesis ini terdiri dari lima bab yang disusun secara sistematis. Dalam sistematika ini diharapkan mempermudah dalam mencari poin-poin tertentu, sehingga penulis mencoba merincikannya sebagai berikut: Bab I merupakan pendahuluan. Bab ini mengarahkan kepada pembahasan bab-bab selanjutnya, yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, definisi operasional, penelitian terdahulu, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II merupakan landasan teori yang membahas tinjauan umum tentang khiyar dan perlindungan konsumen dalam Islam, yang terdiri dari definisi khiyar, dasar hukum khiyar, macam-macam khiyar, persyaratan khiyar, cara menggunakan khiyar, dampak sosial ekonomi khiyar, teori hak, sejarah perlindungan konsumen dalam Islam, dan teori perlindungan konsumen dalam Islam. Bab III adalah paparan bahan hukum, memuat uraian tentang bahan hukum dan temuan penelitian yang disajikan dengan topik sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Temuan penelitian disajikan dalam bentuk pola, kategori, sistem klasifikasi, tipologi, kecenderungan, dan motif yang muncul dari data. Terdiri dari pengertian perlindungan konsumen, asas dan tujuan perlindungan konsumen, unsur-unsur perlindungan konsumen, prinsipprinsip perlindungan konsumen, dan sejarah perlindungan konsumen di Indonesia.

21 Bab IV adalah analisis data atau pembahasan, bagian ini berisi hasil penafsiran, pengintegrasian, dan modifikasi, terhadap temuan-temuan penelitian ke dalam teori yang ada dengan beberapa penjelasan implikasiimplikasi lain dari hasil penelitian serta jawaban atas masalah penelitian. Bab V adalah penutup yang merupakan kristalisasi dari seluruh analisis yang terdapat dalam penelitian ini, yakni berupa simpulan dan saran bagi perbaikan dan perkembangan konsep dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan praktek transaksi jual beli di toko modern untuk mewujudkan perlindungan konsumen.