KODE ETIK PSIKOLOGI. Metaetika dan Etika Terapan. Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI

dokumen-dokumen yang mirip
KODE ETIK PSIKOLOGI. Etika dan Moral, Kode Etik Psikologi, Psikolog dan ilmuwan psikologi, Layanan Psikologi, Etika dalam Eksperimen Psikologi

KODE ETIK PSIKOLOGI. Bab V. Kerahasiaan Rekam dan Hasil Pemeriksaan Psikologi (Pasal 23-27) Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog.

ETIKA TERAPAN. Etika Sedang Naik Daun

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh

KODE ETIK PSIKOLOGI. Teori Etika, Etika Deskriptif dan Etika Normatif. Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

Modul ke: Etika Terapan. Etika Terapan Meta etika. Fakultas Psikologi. Amy Mardhatillah. Program Studi Psikologi.

Tinjauan Umum Etika Profesi

KODE ETIK PSIKOLOGI. Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI.

BAB IV PENUTUP. 1. Peran organisasi profesi Notaris dalam melakukan pengawasan terhadap

BE ETHICAL AT WORK. Part 9

Modul ke: Teori Etika. Teori etika Etika deskriptif Etika normatif. Fakultas Psikologi. Amy Mardhatillah. Program Studi Psikologi

PENGERTIAN DAN NILAI ETIKA

Pertemuan 2 ETIKA PROFESI

ETIKA. Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat.

ETIKA PROFESI DAN KODE ETIK KONSULTAN PAJAK INDONESIA. Oleh Bambang Kesit PROGRAM MAKSI-PPAK FE-UII YOGYAKARTA 2010

PERKEMBANGAN ETIKA PROFESI

Etika Dan Filsafat Komunikasi

KODE ETIK PSIKOLOGI MUKADIMAH

ETIK UMB ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI (MATERI TAMBAHAN) Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi AKUNTANSI MANAJEMEN

Pembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku

KODE ETIK PSIKOLOGI. Bab III. Kompetensi (Pasal 7-12) Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

ETIKA ADMINISTRASI HENDRA WIJAYANTO

Modul ke: ETIKA PROFESI. Etika Deskriptif dan Etika Normatif. 02Fakultas KOMUNIKASI. Triasiholan A.D.S.Nababan. Program Studi Hubungan Masyrakat

Pembahasan. 1. Pengertian Profesi 2. Etika Profesi 3. Etika Komputer 4. Profesional & Profesionalisme. seorang Profesional

Isniar Budiarti,SE.,M.Si Sekretaris Eksekutif

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ETIKA PROFESI Mia Fitriawati, M.Kom.

ETIKA PROFESI KEBIDANAN OLEH HJ JULIANI, SST,MARS 1

TUGAS SOFTSKILL PENGERTIAN ETIKA DAN PROFESIONALISME DALAM BIDANG IT

PROFESI dan POFESIONAL

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

Pancasila. Pancasila sebagai sistem Etika (etika, aliran etika dan etika Pancasila) Yuvinus Elyus, Amd. IP., SH., MH. Modul ke:

INDONESIAN HYPNOSIS ASSOCIATION (ASOSIASI HIPNOSIS INDONESIA)

Etika Bisnis & Profesi

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

Organisasi dan Kode Etik Profesi

ETIKA PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING

ETIKA PROFESI PURWATI

KODE ETIK PSIKOLOGI. Bab IV. Hubungan Antar Manusia (Pasal 13-22) Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

Sejarah dan Aliran Psikologi

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI

Etika dan Moral dalam Bidang Kebidanan

Pengantar Psikodiagnostik

BAB 1 TINJUAN UMUM ETIKA. Henry Anggoro Djohan

01FEB. Template Standar Business Ethics and Good Governance

Pengertian Etika. Memahami, mengerti, dan menjelaskan profesi, tata laku, dan etika berprofesi di bidang teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

01ILMU ETIKA PROFESI. Etika dan Etiket dalam Humas. Frenia KOMUNIKASI.

Di-copy-paste dari: Rabu, 15 Oktober 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dasar-Dasar Etika Michael Hariadi / Teknik Elektro

Kode etik perawat. Profesi moral community : Cita-cita dan nilai bersama. Anggota profesi disatukan oleh latar belakang pendidikan yg sama Profesi mem

Etika Profesi Public Relations

Psikologi Konseling. Review Materi dan Praktikum. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

PENTINGNYA ETIKA PROFESI

BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Etika Profesi Public Relations

KODE ETIK AUDITOR IAIN MATARAM

Modul ke: ETIKA PROFESI. Prinsip-Prinsip Etika Humas. 07Fakultas KOMUNIKASI. Frenia Triasiholan A.D.S.Nababan. Program Studi Hubungan Masyarakat

PANCASILA sebagai SISTEM ETIKA. Modul ke: 09TEKNIK. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Rahasia medis menjadi salah satu unsur terpenting. dalam hubungannya antara dokter dengan pasien.

KODE ETIK PSIKOLOGI SANTI E. PURNAMASARI, M.SI., PSIKOLOG. Page 1

BY. IRMA NURIANTI,SKM. MKes PRINSIP ETIKA DAN MORALITAS

MUKADIMAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian

SILABUS BLOK BIOETIKA & HUMANIORA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET TAHUN 2014

SILABUS BLOK BIOETIKA & HUMANIORA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET TAHUN 2014

PENGERTIAN DAN PERANAN ETIKA PROFESI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Psikologi Konseling. Ketrampilan Wawancara. Tazkia Edelia Sumedi M.Psi. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

PERBEDAAN ETIKA ETIKET MORAL DAN HUKUM

Pancasila sebagai Sistem Etika-1

Business Ethic & Good Governance

ASPEK LEGAL DAN ETIK DALAM DOKUMENTASI KEPERAWATAN

BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE

Makna Pancasila Sebagai Sistem Etika

MATA KULIAH ETIKA BISNIS

B A B V P E N U T U P

Etika Profesi Public Relations

ETIKA AKADEMIK. Program Studi D3 Keperawatan

PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL

Kode Etik Guru Indonesia

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007. tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA

MATA KULIAH ETIKA BISNIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

KOMUNIKASI DAN ETIKA PROFESI

KULIAH KE-10. Dimensi Etika. Marlan Hutahaean

Mengapa Perlu Kode Etik Profesi Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Ikatan Akuntan. integritas dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya.

HIMPSI. Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi. 2014

Etika Profesi INSINYUR. Dr. Dian Kemala Putri

BAB I. Negara Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus telah menyatakan diri sebagai negara berdasarkan atas hukum.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL: Dewi Irawaty, MA, PhD

Modul ke: ETIK UMB. AFIYATI SSi., MT. Fakultas FAKULTAS ILMU KOMPUTER. Program Studi TEKNIK INFORMATIKA

Etika Bisnis dan CSR. Donald Picauly S.E., M.M.

Transkripsi:

Modul ke: KODE ETIK PSIKOLOGI Metaetika dan Etika Terapan Fakultas PSIKOLOGI Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id

Questions 1. Sebutkan dan jelaskan macam-macam etika! 2. Sebutkan dan jelaskan pandangan yang berkaitandenganetika!

Meta Etika Cara lain lagi untuk mempraktekkan etika sebagai ilmu adalah meta etika. Awalan meta (dari bahasa Yunani) mempunyai arti melebihi atau melampaui (Bertens, 2004)

Meta Etika Metaetika/ etika kritikal (critical ethics): kajian tentang apa makna istilah dan teori etika yang sebenarnya. Istilah meta berarti setelah atau luas, dan konsekuensinya kata metaetika menunjukkan pandangan tajam, luas dan dalam terhadap keseluruhan tema etika. Kita dapat mendefinisikan metaetika sebagai kajian tentang sumber dan makna dari konsep etika terapan; metaetika merupakan kajian yang paling akurat dalam mendefinisikan filsafat moral.

Meta Etika Kajian yang membahas tentang kebenaran universal, keinginan Tuhan, serta peran penalaran dalam pengambilan keputusan etika dan makna etika itu sendiri (Purwakania, 2009).

Meta Etika Dalam meta etika, pertanyaan pokok adalah apa yang dimaksudkan, jika perbuatan disebut baik dan buruk, layak, bila dipakai dalam konteks etis? (Bertens, 2004)

Salah satu masalah yang ramai dibicarakan dalam metaetika adalah the is/ought question. Yang dipersoalkan di sini ialah apakah ucapan normative dapat diturunkan dari ucapan factual. Kalau sesuatu ada atau kalau sesuatu merupakan kenyataan (is : factual), apakah dari situ dapat disimpulkan bahwa sesuatu harus atau boleh dilakukan (ought : normative).

Dengan menggunakan peristilahan logika dapat ditanyakan juga apakah dari dia premis deskriptif bisa ditarik suatu kesimpulan preskriptif. Kalau satu premis preskriptif dan premis lain deskriptif, kesimpulannya pasti preskriptif. Itu tidak menjadi masalah. Contohnya Setiap manusia harus menghormati orangtuanya (premis deskriptif) Lelaki itu adalah orang tua saya (premis deskriptif) Jadi, lelaki ini harus saya hormati (kesimpulan preskriptif).

Tapi persoalannya ialah apakah dua premis deskriptif pernah dapat membuahkan kesimpulan preskriptif? Kini para filsuf yang mendalami masalah ini umumnya sepakat bahwa hal itu tidak mungkin. Kesimpulan preskriptif hanya dapat ditarik dari premis-premis yang sekurangkurangnya untuk sebagian bersifat preskriptif juga.

Akhirnya sebuah catatan tentang hubungan antara metaetika dan etika normative. Walaupun di sini kita membedakan metaetika dari etika normatif, namun hal itu tidak berarti bahwa keduanya selalu bisa dipisahkan juga. Sebab, jika kita berbicara tentang bahasa moral, dengan mudah sekali pembicaraan kita beralih ke apa yang ditunjukkan oleh bahasa itu, yaitu perilaku moral itu sendiri. Sambil mempelajari ucapan-ucapan etis, dengan hampir tidak disadari kita bisa mulai menilai apa yang dibicarakan itu. Dan sebaliknya, jika kita berbicara tentang perilaku moral, dengan sendirinya kita berefleksi tentang istilahistilah dan bahasa yang kita pakai.

Kalau kita berusaha mendefinisikan pengertian-pengertian etis, seperti norma, nilai, hak, keadilan atau sebagaianya, usaha itu bisa saja digolongkan dalam metaetika, tapi dalam etika normative tentu tidak dapat dihindarkan merumuskan definisidefinisi semacam itu. Kita harus mengakui bahwa suatu garis pembatasan yang tajam dan definitive tidak mungkin ditarik antara etika normative dan metaetika.

Setelah mengetahui tiga cara untuk mempraktekkan etika ini, bisa kita simpulkan bahwa dalam studi tentang moralitas dapat dibedakan pendekatan non-filosofis dan pendekatan filosofis. Pendekatan non-filosofis adalah etika deskriptif, sedangkan pendekatan filosofis bisa sebagai etika normative dan bisa juga sebagai metaetika atau etika analitis.

Dari suatu sudut pandang lain etika dapat dibagikan juga ke dalam pendekatan normative dan pendekatan non-normatif. Dalam pendekatan normative si peneliti mengambil suatu posisi atau standpoint moral : hal ini terjadi dalam etika normative (bisa etika umum dan bisa juga etika khusus). Dalam pendekatan non-normatif si peneliti tinggal netral terhadap setiap posisi moral : hal ini terjadi dalam etika deskriptif dan metaetika.

Etika Terapan Purwakania (2009) menyatakan bahwa etika terapan ini merupakan kajian yang menguji masalah khusus yang kontraversial. Etika terapan mepertanyakan bagaimana orang memahami dan mempraktekkan pengetahuan moral.

Etika terapan telah ditekankan pada masa Plato dan Aristoteles. Bahwa etika merupakan filsafat praktis, artinya filsafat yang ingin memberikan penyuluhan pada tingkah laku manusia dengan memperlihatkan apa yang harus dilakukan manusia. Sifat praktis itu bertahan selama seluruh sejarah filsafat.

Etika terapan dapat menyoroti suatu profesi atau suatu masalah. Sebagai contoh etika terapan yang membahas profesi seperti etika kedokteran, etika politik, etika bisnis, dll. Sebagai contoh masalah-masalah yang digarap etika terapan seperti penggunaan tenaga nuklir, pencemaran lingkungan, diskriminasi,

Dua Kategori Besar Etika Terapan 1. Makro etika membahas masalah-masalah moral pada skala besar, menyangkut suatu bangsa seluruhnya atau bahkan seluruh umat manusia. 2. Mikroetika membahas pertanyaan-pertanyaan etis dimana individu terlibat. Seperti kewajiban dokter atau psikolog terhadap pasien atau kliennya (kewajiban menyampaikan yang benar, menjaga rahasia, dll.

Profesi Menurut Bertens (1993) adalah suatu moral community, yang memiliki cita-cita dan nilai bersama. Pembentukan profesi juga dikarenakan oleh bersatunya orang-orang yang memilki latar belakan pendidikan yang sama dan bersama-sama memiliki keahlian yang tertutup bagi orang lain.

Kode Etik dan Profesi Maka dari itu, kode etik dapat mengimbangi segi negatif profesi. Dengan adanya kode etik, kepercayaan masyarakat akan suatu profesi dapat diperkuat, karena setiap klien mempunyai kepastian bahwa kepentingannya akan terjamin.

Kode etik merupakan hasil produk dari etika terapan, sebab dihasilkan berkat penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi. Begitupun dengan kode etik Psikologi indonesia, dibuat karena melihat ilmuan dan profesi Psikolog yang keberadaan, peran dan karyanya terus menerus berkembang dan dihargai oleh masyarakat.

Kode Etika (Purwakania, 2009) Disamping itu tuntutan kebebasan menyelidiki dan berkomunikasi dalam melaksanakan kegiatan di bidang penelitian, pengajaranm pelatihan, jasa atau praktik konsultasi dan publikasi dipahami oleh Ilmuan Psikologi dan Psikolog dengan penuh tanggung jawab.

Kompetensi dan objektivitas dalam menerapkan kemampuan profesional terikat dan sangat memperhatikan pemakaian jasa, rekan sejawat, dan masyarakat pada umumnya sehingga diperlukan adanya kode etik.

Kode etik Psikologi indonesia disusun untuk mengatur moral Psikolog dan Ilmuan Psikologi khususnya dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh kelompok.

Dengan menjalankan dan mematuhi kode etik tersebut, diharapkan memperlakukan orang sebagai tujuan bagi diri mereka sendiri dan tidak pernah menggunakannya hanya sebagai alat... dapat menjadi kepribadian dan dasar melangkah bagi seorang Psikolog karena di dalam kode etik Psikologi Indonesia telah terangkum baik secara tersirat maupun tersurat tentang pokok pikiran tersebut.

Agar kode etik dapat berfungsi sebagaimana mestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi sendiri. Syarat ini telah berlaku bagi profesi Psikolog.

Selanjutnya adalah kode etik harus menjadi self-regulation dari profesi. Hal inipun telah berlaku bagi profesi Psikolog yakni menjadikan kode etik Psikologi sebagai self-regulation. Syarat selanjutnya adalah pelaksanaannya harus diawasi terus menerus. Secara garis besar hal ini telah berjalan sebagaimana mestinya, namun dalam praktek sehari-hari kontrol ini kerap kali tidak berjalan dengan mulus.

Terima Kasih Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog