BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terpercaya terkait dengan Strategi Humas Badan Narkotika Nasional Pada

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI PENANGGULANGAN DAN PEMBERANTASAN NARKOBA DI LAPAS/RUTAN DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dalam hal ini pemerintah dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan. menyebabkan suatu permasalahan yang baru.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

RechtsVinding Online. Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba dan peredaran gelap narkoba di

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 KERJA NYATA PERANGI NARKOTIKA

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

Analisis Isi Media Judul: MCA No.52 Pemberantasan Narkoba Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 17/03/2016

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BUPATI MALANG. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

I. PENDAHULUAN. Dampak era globalisiasi telah mempengaruhi sistem perekonomian negara

2 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik I

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera bagi Kita Semua Yth. Para Narasumber, Para Peserta Sosialisasi, Serta hadirin yang berbahagia.

KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA. Penyunting Humphrey Wangke

BAB III PENUTUP. rawan menjadi sasaran peredaran gelap narkotika. penyalahgunaan narkotika. peredaran gelap narkotika.

BIO DATA KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di

BAB V PENUTUP. dijabarkan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan :

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

: PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

RENCANA STRATEGIS ORGANISASI DESA CEGAH NARKOBA (DCN) OLEH : MUHAMMAD FAUZI C-HI-6 BAGIAN I: ORIENTASI ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi

2016, No Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional tentang Logo dan Atribut Unit Deteksi K9 Badan Nakotika Nasional; Mengingat : 1. Undang-Unda

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

I. PENDAHULUAN. regional dan nasional. Sampai dengan saat ini, penyalahgunaan obat-obatan. terlarang di seluruh dunia tidak pernah kunjung berkurang,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. Penyalahguna magic mushroom dapat dikualifikasikan sebagai. golongan I sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

Peraturan...

BAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili

2017, No Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran N

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN KERJA SAMA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

J A K A R T A, M E I

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur

BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL. A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN)

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2OII TENTANG

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

Lampiran 1. Panduan Wawancara. Wawancara dengan Pejabat Humas dan Dokumentasi Badan Narkotika

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 8, 2014 BNN. Penghargaan. Pencegahan. Pemberantasan. Narkotika. Prekursor. Tata Cara.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia juga ditujukan, agar masyarakat semakin sejahtera, sehat jiwa

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN WADAH PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS DEPUTI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NOMOR : JUKNIS/01/V/DE/PM.00/2015/DEP. DAYAMAS TENTANG

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA) DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Kelompok Ahli. Pengorganisasian.

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi kebijakan..., Atiek Meikhurniawati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

PERANAN KEMENKEU DALAM IMPLEMENTASI JAKSTRANAS P4GN TAHUN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

BAB III PENERAPAN REHABILITASI BAGI PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. 3.1 Penempatan Rehabilitasi Melalui Proses Peradilan

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. tindak pidana narkoba ini, diperlukan tindakan tegas penyidik dan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. mendiagnosis masalah atau memberikan terapi bagi anak-anak yang memiliki masalah

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Implementasi..., Agustinus Widdy H, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

PENGARUH HARAPAN TERHADAP KECENDERUNGAN RESIDIVIS PADA NARAPIDANA DI LAPAS KLAS I MALANG

I. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan, perdagangan gelap narkotika merupakan permasalahan nasional,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL Nomor: PJ 23 Tahun 2017 Nomor: NK/43/X/2017/BNN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2017 KERJA BERSAMA PERANG MELAWAN NARKOBA

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Setelah melakukan proses wawancara dengan beberapa narasumber terpercaya terkait dengan Strategi Humas Badan Narkotika Nasional Pada Kampanye Pencegahan Peredaran Narkoba Bagi Aparatur Negara periode bulan Juli sampai dengan Oktober 2012 dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Kerjasama yang dilakukan BNN dengan Kemenkumham sangat efektif untuk mencegah peredaran narkoba di dalam lapas. Hal ini terbukti dari beberapa inspeksi mendadak yang dilakukan BNN dan Kemenkumham berhasil meringkus Bandar narkoba dan beberapa petugas lapas yang turut membantu mengedarkan narkoba di dalam lapas. Petugas lapas yang terbukti ikut serta mengedarkan praktik ini sanksinya tegas yaitu pemecatan dan hukuman pidana. 2. Tujuan program kampanye secara umum memberikan gambaran tentang tugas mulia yang diemban para petugas lapas dalam pemberantasan narkoba di dalam lapas. 3. Ada beberapa poin yang disepakati kedua lembaga ini. Pertama, integrative dan koordinatif. Yakni Kemenkumham dan BNN merupakan satu kesatuan yang saling memahami peran dan wewenangnya masing-masing. Kedua, profesionalisme dan proporsionalitas yang berarti pelaksanaan peraturan bersama bertujuan 92

93 untuk kegiatan yang sukses sesuai dengan kewenangan dan hak asasi manusia. Ketiga, penerapan peraturan bersama harus ditangani secara preventif dan represif. Keempat, bersifat efektif dan efisien dalam menggunakan sarana yang ada dan pelaksanaan kegiatan bersifat proaktif, transparan dan akuntabel. Peraturan bersama ini sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika tahun 2011-2015. Tidak hanya menindak tegas narapidana yang kedapatan mengedarkan narkoba di Lapas tapi juga tegas menindak para petugas yang terbukti turut melakukan pelanggaran yang sama. 4. BNN menjalin kerjasama dengan beberapa instansi baik dalam skala nasional ataupun internasional. Mengingat narkoba merupakan kejahatan yang luar biasa dan dapat mempengaruhi segala faktor. Salah satu kerjasama yang dilakukan BNN dengan divisi Hubungan Internasional Polri, dengan memanfaatkan kerjasama ini diharapkan dapat mempermudah mengungkap jaringan gelap peredaran narkoba internasional melalui akses data Interpol 1-24/7 dan jaringan Aseanapol e- Ads. Sistem ini merupakan jaringan komunikasi yang juga disebut sebagai Interpol Global Communication System (ICGS) yang beroperasi selama 24 jam sehari dan tujuh hari dalam seminggu. Sehingga BNN diharapkan bisa memberikan informasi jaringan narkoba yang terungkap di Indonesia kepada markas Interpol. Pemanfaatan jaringan informasi Interpol membuat pemberantasan narkoba lebih maksimal.

94 5. Bukti nyata dari kerjasama yang dilakukan BNN dan Kemenkumham bisa terlihat dari tertangkapnya sejumlah narapidana yang menjadi Bandar dan pengendali peredaran narkoba skala nasional dan internasional. Petugas yang terbukti turut membantu sangsinya tegas berupa pemecatan dan hukuman pidana. Jumlah penghuni lapas yang melebihi kapasitas lapas itu sendiri menjadi kendala karena puluhan ribu narapidana bisa terlewat dari pengawasan para petugas dan tidak tersedianya alat-alat canggih yang bisa melacak komunikasi yang dilakukan para bandar dan petugas. 6. Media bagi Humas BNN ialah sarana publikasi. Pada saat BNN berhasil mengungkap sindikat-sindikat jaringan nasional dan internasional, saat itu lah Humas BNN memanfaatkan dengan baik untuk sarana publikasi. Kehadiran media skala nasional dan internasional tidak jarang bagi Humas BNN dikarenakan dalam berbagai kegiatan yang dilakukan BNN selalu dipublikasikan agar masyarakat mengetahuinya secara luas tentang kinerja yang dilakukan BNN dalam memerangi narkoba. 7. BNN terus melakukan koordinasi dengan pihak Lapas terkait dengan adanya pengendalian narkotika dari balik penjara dengan membina para petugas Lapas melalui program-program dari Humas BNN diharapkan par sipir mampu merubah warga binaan untuk kembali ke jalan yang benar. Fungsi dari Lapas itu ialah memasyarakatkan para narapidana sehingga kalau sudah keluar akan berubah menjadi manusia yang lebih baik dan kembali diterima di masyarakat.

95 8. Dukungan penuh pemerintah turut membantu BNN dalam melaksanakan segala jenis operasi ini merupakan komitmen pemerintah dalam memerangi peredaran narkoba. 9. Badan Narkotika Nasional sebagai focal point dalam permasalahan penyalahgunaan narkotika tidak henti-hentinya melakukan upaya pencegahan seperti melakukan kaderisasi kepada para petugas lapas, peserta diharapkan dapat menjadi rekan BNN dalam upaya pencegahan penyalahgunaan dan peredaran narkoba di dalam Lapas. 1.2 Saran 1.2.1 Saran Akademis 1. Penulis mengharapkan penelitian ini menjadi referensi yang bermanfaat bagi penelitian selanjutnya. Peneliti lainnya dapat mengembangkan dan menguji teori kampanye dengan menggunakan pendekatan yang menyeluruh dari kampanye humas sehingga bisa saling melengkapi dan menguatkan. Jika aka nada penelitian lebih lanjut mengenai Humas BNN, disarankan mencoba meneliti dalam hal strategi sinergitas BNN dengan instansi pemerintah dalam mendukung upaya program P4GN. Jadi melihat dari segi proses penerapan yang dilakukan Humas BNN dan pemerintah dalam program P4GN tersebut. 2. Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberi nilai tambah dan jaminan kualitas dalam ilmu komunikasi terutama bidang Humas ( Public Relations).

96 3. Hasil penelitian bisa menjadi acuan awal bagi pihak akademisi untuk lebih banyak melatih diri dalam merumuskan strategi program kampanye yang dilakukan Humas BNN. Salah satu rekomendasi peneliti sebagai kajian proses perencanaan yang baik dalam perencanaan dan pelaksanaannya. 1.2.2 Saran Praktis 1. Mengingat pemahaman masyarakat tentang dampak penyebaran dan penyalahgunaan narkoba masih minim, perlu dilakukan sosialisasi yang lebih efektif dan tepat sasaran melalui berbagai bentuk-bentuk program komunikasi yang mudah diterima dan dipahami oleh masyarakat dari berbagai lapisan secara lebih intensif dan inovatif. 2. Merumuskan dan mengkomunikasikan secara langsung program-program BNN kepada masyarakat dan aparat pemerintah yang tingkat ekonomi dan pendidikannya masih kurang yang rentan dimanfaatkan para bandar narkoba. 3. Mengupayakan program Emotional Spritual Intelligence (Kecerdasan Emosi dan Spritual) di setiap sektor pemerintah antar departemen agar saling mendukung kinerja secara ideal dalam memerangi narkoba. 4. Memaksimalkan peran dan fungsi sumber daya manusia Humas dengan kemampuan melalui pelatihan ke-humasan agar kinerja dan performa dalam pekerjaan Humas memiliki integritas yang tinggi.