BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memberikan layanan kepada stakeholder utama, yaitu mahasiswa, dosen, dan. bisnis Labkom (Sutomo dan Ayuningtyas, 2014).

BAB III. I. Tahap Pendahuluan. Studi Literatur. II. Tahap Pengumpulan Data dan Penggalian Informasi. Wawancara Telaah Dokumen Observasi

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari penggunaan hardware, software, dan fasilitas komunikasi lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. layanan TI agar berkualitas dan memenuhi kebutuhan bisnis. IT Service. dari orang, proses dan teknologi informasi.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. terdiri atas penggunaan software, hardware, dan fasilitas komunikasi untuk

JSIKA Vol. 5, No ISSN X

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. layanan yang memanfaatkan kegunaan dari software, hardware, dan fasilitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada Bab III dalam Perencanaan Information Technology Problem

PENENTUAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN MASALAH LAYANAN STI DI LABORATORIUM KOMPUTER PERGURUAN TINGGI BERDASARKAN COBIT 5

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya Information Technology dalam peningkatan kinerja suatu bisnis. Salah

Manejemen Pusat Data

INFORMATION TECHNOLOGY SERVICE MANAGEMENT

JSIKA Vol. 5, No. 10, Tahun 2016 ISSN X

Seminar Nasional Informatika 2010 (semnasif 2010) ISSN: UPN Veteran Yogyakarta, 22 Mei 2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

SOP PENGELOLAAN INSIDEN KETERSEDIAAN LAYANAN IT

INCIDENT MANAGEMENT. Patrisia Anggi A.W ( ) Maulidina Rahmawati S. ( ) Roisyatun Nadhifah ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. penerapan state-of-the-art teknologi informasi. Saat ini, Perkom telah melayani

BAB I PENDAHULUAN. Telekomunikasi, Informasi, Media dan Edutainment (TIME). Telkom mempunyai

JSIKA Vol. 5, No. 3. Tahun 2016 ISSN X

BAB II DASAR TEORI. Strategi TI terbaik adalah strategi yang selalu baru dan sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. layanan perusahaan terhadap client perlu ditingkatkan. Banyak tantangan yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Layanan yang memanfaatkan penggunaan software, hardware, dan fasilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pihak, baik dari sisi developer, manajemen perusahaan, operasional

BAB I PENDAHULUAN. organisasi semakin menyadari manfaat potensial yang dihasilkan oleh Information

ITIL (Information Technology Infrastructure Library) merupakan suatu framework yang konsisten dan komprehensif dari hasil penerapan yang teruji pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) A-175

PERANCANGAN TATA KELOLA SERVICE OPERATION TEKNOLOGI INFORMASI PADA INFORMATIONAL CAPITAL READINESS PT PJB UPHT GRESIK

PENGGUNAAN FRAMEWORK ITIL DALAM AUDIT PERUSAHAAN TELKOMSEL

BEST PRACTICES ITG di Perusahaan. Titien S. Sukamto

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan alur dari serangkaian kegiatan metode penelitian.

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

DSS.01 Manage Operations

USULAN TATA KELOLA MANAJEMEN INSIDEN DAN MASALAH BERDASARKAN KOMBINASI COBIT 4.1 DAN ITIL V3

ABSTRAK. Keyword : ITIL V.3, Service Operation. iii Universitas Kristen Maranatha

Usulan Incident management menggunakan IT Infrastructure Library version 3 (Studi Kasus Politeknik Telkom)

PEMBUATAN PROSEDUR PENANGANAN INSIDEN INFRASTUKTUR JARINGAN DENGAN COBIT 4

Implementasi Configuration Management pada IT Infrastruktur Library (ITIL)

JSIKA Vol. 7, No. 1. Tahun 2018 ISSN X

1.1 Latar Belakang Masalah

MAKALAH KEAMANAN INFORMASI. Oleh : Muhammad Shodiqil Khafili Djakfar. Dosen Pengajar : Ferry Astika Saputra, ST, M.Sc

Pengukuran Kinerja Aplikasi SLiMS pada Pelayanan Teknologi Informasi Menggunakan Framework

ABSTRAKSI. Kata Kunci : Layanan Operasi, ITIL v3, proses bisnis, teknologi informasi.

M a g i s t e r M a n a j e m e n T e k n o l o g i B i d a n g K e a h l i a n M a n a j e m e n T e k n o l o g i I n f o r m a s i

PERANCANGAN TATA KELOLA SYSTEM INFORMATION TECHNOLOGY INCIDENT MANAGEMENT PADA LABORATORIUM KOMPUTER STIKOM SURABAYA

Tumpal Paradongan Silitonga 1), Achmad Holil Noor Ali 2) 1) Magister Manajemen Teknologi, ITS, Surabaya

BAB III METODE PENELITIAN

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012

Pengantar IT Infrastructure Library Versi 3

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. ABSTRAK... vii. KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... xv. DAFTAR GAMBAR... xx. DAFTAR LAMPIRAN... xxii

PERANCANGAN SERVICE TRANSITION PADA LAYANAN IT PT. XYZ DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK ITIL VERSI 3

Manajemen Ketersediaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ABSTRACT. Keywords : ITIL (Information Technology Infrastructure Library) version 3, Service Design, Services Catalogue Management.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 1030

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dimensi Kelembagaan. Kebijakan Kelembagaan 1. Perencanaan 0.5

PEMBUATAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SERVICE DESK BERDASARKAN KERANGKA KERJA ITIL V3 (STUDI KASUS: PT XYZ, TANGERANG)

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016

Kata kunci: ASL, Application Management, Tata Kelola, Good Corporate Governance, PosPay

BAB I PENDAHULUAN. dari PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang bertugas melakukan infrastructure

PRESENTASI TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. peran teknologi informasi menjadi kian vital dalam mendukung perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PT PLN Persero merupakan perusahan penyedia layanan listrik bagi

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini teknologi informasi dan komunikasi berkembang sangat cepat

PEMBUATAN PANDUAN AUDIT MANAJEMEN INSIDEN TI BERDASARKAN ITIL (STUDI KASUS DI BPK RI) Yaomi Awalishoum Istiqlal, SE Ir. Achmad Holil Noor Ali, M.Kom.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisis Penilaian Kesiapan & Implementasi Sistem Informasi dengan ITIL Versi 3 pada Domain Service Transition & Service Operation)

TINJAUAN PUSTAKA Information Technology Infrastructure Library (ITIL) Framework Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian

ANALISIS TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN BEST PRACTICE ITIL V3 SERVICE OPERATION (Studi Kasus: Pustaka dan Arsip Kampar)

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM MANAJEMEN INTEGRASI/TERPADU

Meningkatkan Kualitas Pelayanan Teknologi Informasi Menggunakan Metode DMAIC pada Divisi IT Helpdesk PT XYZ

Analisis Manajemen Layanan Teknologi Informasi Menggunakan Framework ITIL V.3 Domain Service Operation

Notulensi Pelatihan ISO : Oktober 2014

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 5283

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

PROOF OF CONCEPT. Pemanfaatan ITSM tools berbasis aplikasi opensource di LAPAN- PUSTEKDATA untuk manajamen aset IT

SOP PENGELOLAAN LAYANAN IT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan bisnis yang begitu kompetitif dan cepat berubah,

PENGGUNAAN FRAMEWORK ITIL DAN TIPE AUDIT INTERNAL PADA PT HEWLETT PACKARD

EVALUASI LAYANAN SERVICE DESK MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA DAN ITIL V3 DI PT XYZ

Artikel Ilmiah. Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kusuma Wardani

Transkripsi:

BAB II 1 LANDASAN TEORI 1.1 Penelitian Sebelumnya Penelitian ini merupakan penelitian yang didukung oleh penelitian sebelumnya milik Sutomo dan Ayuningtyas pada Februari 2014 dengan judul "Penentuan Kebijakan Pengelolaan Masalah Layanan STI di Laboratorirum Komputer Perguruan Tinggi Berdasarkan COBIT 5". Dalam penelitian tersebut telah dihasilkan tiga kebijakan pengelolaan masalah layanan STI untuk Labkom, yaitu 1) Penyampaian Layanan STI, 2) Optimasi serta Pemeliharaan Aset dan Sumber Daya STI, dan 3) Pengelolaan Masalah Layanan STI. Ketiga kebijakan ini dibuat berdasarkan acuan Tujuan TI dan Tujuan Proses COBIT 5, Proses DSS 3 COBIT 5, Tupoksi Labkom, serta aktivitas utama dan pendukung di Labkom. Ketiga kebijakan tersebut memiliki area pembaphasan yang berbeda namun tetap saling terkait. Kebijakan pertama, Penyampaian Layanan STI, berfokus pada bagaimana menjaga ketersediaan layanan STI. Kebijakan kedua, Optimasi serta Pemeliharaan Aset dan Sumber Daya STI, berfokus pada pemeliharaan yang mencegah terjadinya masalah layanan STI. Dan kebijakan ketiga, Pengelolaan Masalah Layanan STI, berfokus pada bagaimana mengatasi masalah layanan STI yang terjadi untuk mendukung ketersediaan layanan STI dengan melihat history pemeliharaan aset dan sumber daya layanan STI. Pada penelitian ini akan berfokus pada pembuatan prosedur untuk kebijakan pengelolaan masalah layanan STI karena dalam kebijakan ini memiliki tujuan dan ruang lingkup yang sejalan untuk mengurangi resiko permasalahan 8

9 yang terjadi di Labkom. Tujuan kebijakan ini adalah untuk meningkatkan ketersediaan layanan STI, meningkatkan tingkat layanan, mengurangi biaya, dan meningkatkan kepuasan pengguna dengan menurunkan jumlah permasalahan yang muncul. Ruang lingkup yang dibahas dalam kebijakan ini adalah sebagai berikut: a. Pendefinisian dan pengelompokan masalah i. Melakukan identifikasi dan implementasi, kriteria dan prosedur pelaporan identifikasi permasalahan termasuk klasifikasi masalah, kategori, dan prioritas. ii. Identifikasi dan pengelompokan masalah dapat digunakan untuk meningkatkan penyampaian layanan STI. b. Mengamati dan mendiagnosa permasalahan i. Melakukan pengamatan dan diagnosa permasalahan untuk menentukan akar masalah sehingga dapat digunakan sebagai pijakan menentukan solusi. ii. Hasil pengamatan dan diagnosa, digunakan untuk meningkatkan pengenalan kesalahan (raise known errors) sehingga dapat digunakan untuk mempercepat penyelesaian masalah. c. Menyelesaikan dan menutup permasalahan. i. Melakukan identifikasi dan insiasi solusi yang berkelanjutan sesuai dengan akar permasalahan. ii. Memastikan setiap personel cukup paham tentang tindakan yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya permasalahan yang sama.

10 iii. Melakukan close problem, setelah berhasil menyelesaikan sebuah permasalahan serta memberikan informasi kepada pihak yang terkait dengan permasalahan tentang status permasalahan yang dihadapi. d. Melakukan pengelolaan masalah secara proaktif. i. Mengumpulkan dan melakukan analisis data untuk mengidentifikasi peluang terjadinya masalah serta mengetahui tren permasalahan yang muncul sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan. ii. Melakukan pencatatan problem record, sehingga memungkinkan dilakukan pengukuran. iii. Menghasilkan laporan untuk memonitor solusi permasalahan yang sesuai dengan service level agreement (SLA). iv. Memastikan ada prosedur eskalasi yang jelas untuk penyelesaian masalah, ke pihak berwenang yang lebih tinggi. Hal ini digunakan untuk memastikan penyelesaian masalah bisa segera diselesaikan. 1.2 Layanan STI Layanan STI merupakan layanan yang berasal dari penggunaan software, hardware, dan fasilitas komunikasi yang mendukung akses informasi kepada pelanggan dalam proses bisnis melalui penciptaan, manajemen, dan optimalisasi (ITIL, 2012). Pengertian ini juga diperkuat oleh definisi dari Evans dan Macfarlane (2001) tentang layanan STI yang merupakan suatu komposit terpadu yang terdiri dari sejumlah komponen, seperti proses manajemen, hardware, software, fasilitas, dan orang yang menyediakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan manajemen. Dari definisi tersebut menggambarkan karakteristik dari layanan STI dimana adanya pengunaan software, hardware, dan

11 fasilitas komunikasi untuk mendukung tujuan proses bisnis. Layanan STI dapat mendukung proses bisnis dan memungkinkan organisasi untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan organisasi maka diperlukan adanya manajemen layanan STI yang baik untuk meningkatkan kualitas layanan STI. Manfaat yang diperoleh dari meningkatnya kualitas layanan STI ini adalah peningkatan produktivitas, penurunan biaya manajemen, peningkatan ketersediaan dan kinerja layanan STI, dan peningkatan tingkat layanan STI dan kualitas layanan STI (itsmf, 2007). Manajemen layanan STI tidak hanya sekedar memberikan layanan saja, tetapi dalam setiap layanan, proses atau infrastruktur komponen terdapat siklus hidup yang perlu diatur dan dipertimbangkan dalam bentuk desain strategi dan transisi operasi untuk perbaikan berkelanjutan. Input dalam manajemen layanan STI adalah sumber daya dan kemampuan yang mewakili aset penyedia layanan. Sedangkan outputnya adalah layanan yang memberikan nilai kepada pelanggan. Manajemen layanan STI yang efektif itu sendiri merupakan aset strategis dari penyedia layanan STI yang menyediakan kemampuan untuk melaksanakan bisnis utama dalam memberikan nilai kepada pelanggan melalui pemenuhan kepuasan pelanggan yang ingin dicapai. Mengadopsi best practice yang baik dapat membantu penyedia layanan STI untuk membuat sistem manajemen pelayanan yang efektif. Best practice yang baik adalah yang telah terbukti dapat meningkatkan efektivitas kinerja. Best practice yang baik dapat datang dari berbagai sumber, termasuk kerangka umum (seperti ITIL, COBIT dan CMMI), standar (seperti ISO / IEC 20000 dan ISO 9000), dan pengetahuan milik individu dan organisasi (itsmf, 2007).

12 1.3 Information Technology Infrastructure Library (ITIL ) ITIL adalah kerangka kerja umum yang menggambarkan best practice dalam manajemen layanan TI. ITIL menyediakan kerangka kerja bagi tata kelola TI, 'membungkus layanan', dan berfokus pada pengukuran terus menerus dan perbaikan kualitas layanan TI yang diberikan, baik dari sisi bisnis dan perspektif pelanggan. Fokus ini merupakan faktor utama dalam keberhasilan ITIL di seluruh dunia dan telah memberikan kontribusi untuk penggunaan produktif dan memberikan manfaat yang diperoleh organisasi dengan pengembangan teknik dan proses sepanjang organisasi ada (Cartlidge, 2007). Framework ITIL telah dikembangkan hingga versi tiga dengan lima service lifecycle layanan TI, yaitu 1) Service Strategy, 2) Service Design, 3) Service Transition, 4) Service Operation, dan 5) Continual Service Improvement (ITIL, 2012). Kelima service lifecycle ini dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 1.1 Service Lifecycle ITITL V3 (Sumber: http://g2sf.com)

13 Service Strategy memberikan panduan kepada pengimplementasi IT Service Management (ITSM) tentang bagaimana memandang konsep ITSM bukan hanya sebagai sebuah kemampuan organisasi (dalam memberikan, mengelola serta mengoperasikan layanan TI), tapi juga sebagai sebuah aset strategis perusahaan. Service Design memberikan panduan kepada organisasi TI untuk dapat secara sistematis dan best practice mendesain dan membangun layanan TI maupun implementasi ITSM. Service Transition memberikan gambaran bagaimana sebuah kebutuhan yang didefinisikan dalam Service Strategy kemudian dibentuk dalam Service Design untuk selanjutnya secara efektif direalisasikan dalam Service Operation. Service Operation memberi panduan bagaimana mengelola layanan TI secara efisien dan efektif serta menjamin tingkat kinerja. Continual Service Improvement memberikan panduan penting dalam menyusun serta memelihara kualitas layanan dari proses desain, transisi dan pengoperasiannya (ITIL, 2012). Dalam penelitian ini akan berfokus pada proses service lifecycle ITIL V3, yaitu Service Operation yang di dalamnya terdapat proses Problem Management. 1.4 Service Operation Service Operation merupakan tahapan lifecycle yang mencakup semua kegiatan operasional harian pengelolaan layanan-layanan TI. Di dalam Service Operation terdapat langkah-langkah untuk mengelola layanan TI secara efisien dan efektif serta menjaga performa kerja. Langkah-langkah ini mencakup bagaimana menjaga kestabilan operasional layanan TI serta pengelolaan perubahan desain, skala, ruang lingkup serta target kinerja layanan TI. Service

14 Operation juga digunakan untuk melakukan manajemen TI berkelanjutan untuk menjaga stabilitas layanan TI yang mendukung proses bisnis (ITIL, 2012). 1.4.1 Kegiatan Umum Service Operation Kegiatan umum pada Service Operation berisi tentang sejumlah kegiatan operasional yang memastikan bahwa teknologi sejalan dengan tujuan Service and Process organisasi secara keseluruhan. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan teknologi yang digunakan dapat memberikan layanan dan dukungan operasional secara efektif dan efisien (ITIL, 2012). Berikut adalah 14 kegiatan umum yang ada pada Service Operation: 1. Monitoring and Control untuk mengamati situasi dan mendeteksi perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. 2. IT Operations untuk mengelola jenis peristiwa, mendeteksi insiden, mengelola rutinitas kegiatan operasional, melaporkan status kinerja komponen teknologi. 3. Mainframe Management untuk mengelola semua aspek dari kegiatan seharihari melalui system engineering. 4. Server Management and Support untuk mengelola penggunaan server guna memberikan layanan yang fleksibel dan kemudahan akses. 5. Network Management untuk mengelola akses jaringan yang digunakan dalam memberikan layanan. 6. Storage and Archive untuk mengelola layanan penyimpanan dan ketersediaan data. 7. Database Administration untuk memastikan kinerja Database Administration yang optimal serta mengelola keamanan dan fungsionalitas database.

15 8. Directory Services Management untuk mengelola ketersediaan akses ke sumber daya informasi serta memastikan validasi akses. 9. Desktop Support untuk mengelola hardware, software, dan perangkat yang digunakan. 10. Middleware Management untuk mengelolah integrasi dan hubungan software dengan sumber informasi. 11. Internet/Web Management untuk mengelola ketersediaan dan kinerja internet/web yang dimiliki. 12. Facilities and Data Centre Management untuk mengelola lingkungan fisik dari IT Operations. 13. Information Security Management and Service Operation untuk mengelola kebijakan, standar dan prosedur untuk memastikan perlindungan dari aset organisasi, data, informasi dan layanan TI. 14. Improvement of Operational Activities untuk mengelola perbaikan yang dapat dibuat guna memberikan kualitas layanan TI yang lebih tinggi dan dilakukan dengan cara yang lebih efektif. Pada penelitian ini hanya akan melakukan sebagian aktivitas saja, hal ini dikarenakan penyesuaian proses bisnis Labkom saat ini juga belum menjalankan kegiatan tersebut dalam proses bisnisnya. Kegiatan yang akan digunakan adalah 1) Monitoring and control, 2) IT Operations, 3) Server Management and Support, 4) Network Management, 5) Storage and Archive, 6) Database Administration, 7) Internet/Web Management, 8) Information Security Management and Service Operation, dan 9) Improvement of operational activities. Sedangkan kegiatan yang tidak dilakukan pada penelitian ini adalah 1) Mainframe Management, 2)

16 Directory Services Management, 3) Desktop Support, 4) Middleware Management, dan 5) Facilities and Data Centre Management. Pada Service Operation terdapat lima proses utama yang dapat meningkatkan efektivitas pengelolaan layanan TI, yaitu 1) Event Management, 2) Problem Management, 3) Request Fulfilment, 4) Access Management, dan 5) Incident Management. Event Management memastikan Configuration Items (CI) dan layanan tetap dalam pemantauan, dan untuk menyaring dan mengkategorikan kejadian serta memutuskan tindakan yang tepat. Problem Management bertujuan untuk mencegah terjadinya insiden dengan mengatasi akar permasalahan penyebab insiden dan meminimalkan dampak yang ditimbulkan serta mencegah terulangnya insiden yang berkaitan dengan kesalahan. Request Fulfilment berfokus pada pemenuhan permintaan layanan pada perubahan standar, misalnya permintaan untuk mengubah password atau permintaan informasi. Access Management memberikan hak akses pengguna untuk menggunakan layanan, sementara mencegah akses pada pengguna non-resmi. Incident Management berkonsentrasi pada pemulihan layanan kembali normal secepat mungkin dan untuk meminimalkan dampak buruk pada operasi bisnis sehingga memastikan kualitas layanan dan ketersediaan tetap terjaga (ITIL, 2012). Pada penelitian ini akan berfokus pada Problem Management untuk mengetahui penyebab permasalahan, menyelesaikan permasalahan, meminimalkan dampak yang disebabkan, dan menghindari terulangnya kembali permasalahan yang sama dengan membuat rancangan prosedur penanganan masalah layanan STI.

17 1.5 Problem Management Problem Management merupakan proses yang mengelola siklus hidup dari semua masalah. Tujuannya untuk mencegah terjadinya insiden dengan mengatasi akar permasalahan penyebab insiden dan meminimalkan dampak yang dapat merugikan organisasi yang disebabkan oleh kesalahan yang terjadi dalam infrastruktur TI serta mencegah terulangnya insiden yang sama (ITIL, 2012). Problem Management memiliki langkah-langkah yang dilakukan sebagai tahapan mengelolah masalah, yaitu 1) Problem detection, 2) Problem logging, 3) Problem Categorization, 4) Problem Prioritization, 5) Problem Investigation and Diagnosis, 6) Workarounds, 7) Raising a Known Error Record, 8) Problem resolution, 9) Problem Closure, 10) Major Problem Review, dan 11) Errors detected in the development environment (ITIL, 2012). Keseluruhan proses di atas akan digunakan dalam penelitian ini. Aliran proses pada Problem Management ditunjukkan oleh Gambar 2.2 dan dapat berubah sesuai dengan kebutuhan bisnis organisasi. Problem Detection merupakan aktivitas menganalisis tren dari insiden yang terjadi untuk mengidentifikasi masalah. Problem Logging merupakan aktivitas untuk memastikan bahwa semua informasi tentang masalah dicatat secara lengkap dalam Problem Record. Problem Categorization merupakan aktivitas untuk melakukan kategorisasi terhadap masalah yang diperoleh. Kategorisasi dapat dilakukan berdasarkan jenis layanan, teknologi, aplikasi atau kategori lainnya. Problem Prioritization merupakan kegiatan untuk memberi prioritas pada masalah yang dimiliki. Tingkat prioritas dapat diberikan berdasarkan urgensi, dampak, atau faktor lainnya. Problem Investigation and

18 Diagnosis merupakan aktivitas untuk mencari dan menentukan akar penyebab masalah yang akan memberikan informasi dalam membuat keputusan penanganan dan solusi (ITIL, 2012). Gambar 1.2 Aliran proses Problem Management (ITIL, 2012) Deploying Workarounds merupakan aktivitas yang harus dilakukan untuk menentukan langkah penanganan pada masalah yang didapati. Raising a Known Error Record merupakan aktivitas untuk melihat Known Error Database

19 (KEDB). Tujuan melihat dokumen rekaman error adalah untuk menentukan solusi yang dapat dilakukan untuk mengangani masalah yang didapati. Problem Resolution merupakan aktivitas yang dilakukan setelah masalah ditangani, yaitu mengimplementasikan solusi pada masalah yang dimiliki. Solusi yang dilakukan diharapkan mampu mengurangi atau bahkan menghilangkan error yang terjadi. Solusi yang sesuai dapat dijadikan referensi dalam memberi Request for Change (RFC) atau perubahan pada layanan guna menghilangkan masalah yang terjadi. Problem Closure merupakan langkah menutup masalah dan melengkapi Problem Document. Major Problem Reviews merupakan aktivitas untuk melakukan review terhadap kemungkinan masalah utama yang menjadi penyebab dari munculnya masalah-masalah yang lain. Review Problem dapat berguna untuk meningkatkan proses dalam menyelesaikan masalah. Recording Errors from Development merupakan aktivitas guna merekam kesalahan yang telah ditemukan, kemudian menjadikan referensi dalam membangun layanan menjadi lebih baik dengan menutup celah masalah tersebut (ITIL, 2012). 1.6 Kebijakan Layanan STI Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dsb); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip dan garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran. Sedangkan kebijakan yang dikaitkan dengan layanan STI dapat diartikan dalam IT Service Management (ITSM), yaitu rangkaian konsep yang berisi panduan untuk memberikan layanan secara efektif dan efisien kepada pelanggan. ITSM berisi tentang pengetahuan,

20 pengalaman, ketrampilan dari sebuah industri praktisi-praktisi professional yang dibutuhkan untuk sebuah IT perusahaan didalam memberikan kualitas pelayanan IT yang memenuhi kebutuhan bisnis dengan melibatkan proses, produk atau teknologi, sumber daya manusia, dan external suppliers (Menken, 2010). Kebijakan menjadi hal yang juga tidak kalah penting dalam layanan STI, kebijakan ini diperlukan untuk memberikan kenyamanan layanan STI kepada stakeholder, menjaga ketersediaan layanan, dan pengambilan keputusan yang jelas tentang penanganan masalah. 1.7 Standart Operational Procedure (SOP) SOP didefinisikan sebagai rangkaian instruksi yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah. Rangkaian instruksi ini menggambarkan bagaimana suatu proses harus dilaksanakan, bagaimana pendokumentasian dari yang proses - tersebut dilakukan secara berulang pada sebuah organisasi. Prosedur yang dibuat harus mencantumkan setiap langkah kegiatan yang penting dan harus dijalankan oleh semua karyawan dengan cara yang sama. Manfaat yang diperoleh dengan adanya SOP ini antara lain adalah menjelaskan secara detail semua kegiatan dari proses yang dijalankan, menstandarkan semua aktivitas yang dilakukan, menyederhanakan proses pengambilan keputusan, dan dapat meningkatkan komunikasi antara pihak-pihak yang terkait (Priotomo, 2011). 1.8 Working Instruction (Instruksi Kerja) Work Instructions merupakan dokumen yang berisi rincian petunjuk yang menentukan langkah apa yang harus diikuti untuk melaksanakan aktivitas. Sebuah

21 Work Instructions berisi detail dari SOP dan hanya dibuat jika petunjuk yang sangat rinci diperlukan (ITIL, 2012). 1.9 Work Record (Rekam Kerja) Work Record adalah Work Instructions yang sudah diisi secara manual tulis tangan atau di ketik. Ini merupakan records yang harus didokumentasikan secara tertib dan rapi karena Work Record akan merekam apa yang dilakukan, apa yang ditemukan, siapa yang melakukan, dan seberapa banyak waktu atau biaya yang diperlukan dalam memberikan layanan praktikum. Dokumen ini bersifat penting untuk mencatat segala bentuk permasalahn yang terjadi dan cara menyelesaikan masalah tersebut. Jika suatu saat terjadi masalah yang serupa, dokumen ini dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang sama. Dan untuk mempercepat pencarian permasalah yang pernah terjadi maka diperlukan penggolongan masalah yang dapat dilakukan melalui dokumen Word Record ini (Smith, 2005).