BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sayangnya, kemajuan dibidang ini tidak diimbangi dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara 1. yang tersebar diseluruh tubuh 2.

BAB V PEMBAHASAN. kecerdasan spiritual pada nilai kejujuran di MTs Al-Ma arif pondok. pesantren Salafiyah As-Syafi iyah Panggung Tulungagung.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj. Rahmani Astuti, dkk, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. demikian pesatnya. Sebagai konsekuensi logis, kita harus menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak lepas dari berbagai halangan dan tantangan. Banyak usaha yang telah

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia mulai diperkenalkan sebagai suatu pendekatan baru. Pada

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

Tatik Haryani, Bambang Priyo Darminto Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. hlm Tim Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pola Pembelajaran di Pesantren,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilda Akmalia Fithriani, 2013

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terlalu banyak bermain, hura-hura, tawuran, mempraktikkan

BAB V PEMBAHASAN. A. Tingkat Kecerdasan Spiritual pengurus PC IPNU IPPNU Tulungagung

DAFTAR PUSTAKA. Rasulullah di Masa kini, Jogjakarta: IRCiSoD. 2006

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

BAB I PENDAHULUAN. pada pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa guru adalah pendidik

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam hidup. dan impian dalam hidupnya. Untuk mencapai hal itu, tentunya dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi pada diri seseorang yang meliputi tiga aspek

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku pemimpin pada lembaga-lembaga pendidikan seringkali menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Sochib, Pola Asuhan Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan. negara (Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, 2013: 1).

BAB IV. variabel terikat (Y) dan tiga variabel bebas (X 1, X 2, X 3 ). Variabel terikat (Y)

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

keterpeliharaannya Al-Qur an. Allah berfirman:

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah, M. Yatimin, Studi Akhlaq dalam Perspektif Al-qur an, Jakrta: Amzah, 2007.

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2013, hlm Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm Juwariyah, Dasar-Dasar Pendidikan Anak dalam Al-Qur an,

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

PENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam)

BAB I PENDAHULUAN. sejak terjadinya conception antara sel telur dan sel kelamin laki-laki

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Tujuan ini tertera pada Garis Besar Haluan Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB V PENUTUP. penelitian tentang pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaannya), adanya hubungan kurang baik antar rekan kerja,

BAB I PENDAHULUAN. (Jogyakarta: Media Wacana Press, 2003), hlm Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Sehingga banyak orang yang melakukan penyimpangan tingkah laku dari

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

BAB I PENDAHULUAN. menemukan program baru dalam meningkatkan mutu serta kualitas. pendidikan dilembaga mereka, agar tidak kalah dengan lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dalam dunia kerja tidak jarang menyebabkan

BAB V PEMBAHASAN. pada mata pelajaran PAI di SDI Miftahul Huda Plosokandang. Tulungagung, dibuktikan dari perolehan nilai

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menyadarkan manusia akan potensi-potensi yang dimilikinya untuk dikembangkan.

BAB I PENDAHULUAN. mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Jogjakarta, 2013, hlm Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, Cv Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 168.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta,2004, hlm Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Bintang, hlm Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, cet-17; Jakarta, PT Bulan

NILAI-NILAI EQ (EMOTIONAL QUOTIENT) PADA NOVEL KUTITIPKAN AZEL KEPADAMU KARYA ZAYYADI ALWY DAN PEMBELAJARAN DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. DEPDIKNAS, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 Butir 4. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dilihat dalam beberapa point, diantaranya : Rasulullah diutus oleh Allah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine,

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

BAB V PEMBAHASAN. A. Bentuk-Bentuk Hukuman di Pondok Pesantren Al-Mursyid Ngetal

BAB II KAJIAN TEORITIK. pencarian pengetahuan yang relevan dan reliable tentang dunia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran merupakan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh individu maupun masyarakat secara luas. teknologi telah melahirkan manusia-manusia yang kurang beradab.

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR PUSTAKA. Agoes Dariyo, Dasar-dasar Pedagogig Modern, (Jakarta: Indeks, 2013)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Terlepas dari tujuan

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan proses tranformasi budaya dan nilai-nilai

PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama merupakan sarana atau wadah yang penting menuju terbinanya insan manusia yang islami serta beriman, dan berakhlak mulia sehingga nantinya generasi muda mampu melanjutkan pembangunan bangsa dan berbudi pekerti luhur. Setiap manusia diciptakan memiliki kewajiban dan tanggung jawab. Sebagai makhluk yang diciptakan kewajiban dan tanggung jawab adalah menyembah sang pencipta. Bagi manusia yang tidak menyembah sesuai dengan ketentuan dan caranya, berarti mengingkari kodratnya yang nantinya digolongkan sebagai manusia yang kufur dan kafir. Manusia adalah makhluk Tuhan yang otonom, berdiri pribadi yang tersusun atas kesatuan harmonik jiwa raga dan eksis sebagai individu yang memasyarakat. 1 Di dalam diri manusia terkandung potensi-potensi kejiwaan (spiritual) yang sangat menentukan bagi esensi (diri) dan eksistensi (keberadaan) manusia itu sendiri. Dengan potensi-potensi kejiwaan yaitu pikiran, perasaan dan kemauan. 2 Manusia pada dasarnya adalah three demention, yakni sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk berketuhanan. 3 Sebagai makhluk individu manusia dituntut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Sebagai makhluk individu manusia pasti mengalami kesulitan dalam mencukupi kebutuhannya sendiri. Manusia sebagai makhluk berketuhanan sekaligus makhluk sosial, dituntut dapat menjalankan tugas dan kewajibannya. Untuk dapat menjalankan tugas dan kewajibannya siswa (santri) sangat memerlukan sebuah pendidikan, dimana pendidikan tersebut berupa pembelajaran agama Islam sehingga kelak memiliki kecerdasan spiritual dan perilaku sosial yang baik. 1 Suparlan Suhartono, Dasar- dasar Filsafat, Ar- Ruzz, Yogyakarta, 2004, hal 17 2 Ibid, hal 45 3 W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, PT Eresco, Bandung, 1988, hal 67 1

2 Di setiap sebuah lembaga sekolah ataupun pondok pesantren harus terjamin pelaksanaan ajaran agamanya karena lembaga-lembaga tersebut adalah sesuatu yang dibutuhkan manusia supaya pembinaan jiwa agama dan perilaku sosial yang dimulai dari dini dapat dipupuk dan diteruskan secara bertahap pada diri manusia tersebut, hal itu adalah upaya peningkatan pendidikan agama. Pendidikan agama yang dimaksud disini bukanlah pendidikan yang biasa diberikan oleh guru (ustadz) setiap hari. Tetapi lebih dari itu yaitu melalui kegiatan praktek yang salah satunya adalah mengadakan suatu kegiatan rutinitas di pondok pesantren. Diantara kegiatan yang dapat membina jiwa agama santri adalah mujahadah. Mujahadah merupakan suatu kegiatan yang diadakan di pondok pesantren Asrama Perguruan Islam (A.P.I) Sumanding Yang merupakan salah satu kegiatan yang dapat mencetak generasi muda yang berakhlakul karimah. Selain itu kondisi santriwan santriwati ponpes API yang kebanyakan dari keluarga awam dirasa sangat kurang pemahaman dalam penerapan agama. Sehingga untuk merubah kondisi itu perlu diadakan kegiatan mujahadah. Diharapkan dengan kegiatan tersebut santri akan tumbuh kecerdasan spiritual dan perilaku sosial mereka, yang dibuktikan oleh perubahan sikap dalam diri masing-masing santri dari hal yang kurang baik menjadi baik dan dari hal yang baik menjadi lebih baik. Dengan kata lain diharapkan santri mempunyai akhlakul karimah (jujur, tekun, sportif, kritis, sehat jasmani dan rohani) dan sebaiknya akan menjauhi perbuatan-perbuatan yang menyimpang. Menurut Ali Shariati dalam bukunya Danah Zohar, manusia adalah makhluk dua dimensi yang membutuhkan peyelarasan kebutuhan akan kepentingan dunia dan akhirat. Oleh karena itu manusia harus memiliki konsep duniawi atau kepekaan emosi dan intelegensia yang baik (EQ plus IQ) dan penting pula penguasaan ruhiyah vertical atau Spiritual Quotient (SQ), atau

3 dalam konsep Ary Ginanjar Agustian disebut ESQ (Emotional Spiritual Quotient). 4 Emotional Spiritual Quotient adalah sebuah bentuk sinergi dua kecerdasan yaitu kecerdasan emosi (Emotional Quotient) dan kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient). 5 Kecerdasan Emosi adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. 6 Kecerdasan Spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia yang seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran tauhidi (integralistik) serta berprinsip hanya karena Allah. 7 Di dalam Islam hal-hal yang berhubungan dengan kecakapan spiritual konsistensi (istiqomah), kerendahan hati (tawadlu ), berusaha dan berserah diri (tawakal), ketulusan/sincerety (keikhlasan), totalitas (kaffah), keseimbangan (tawazun), integritas dan penyempurnaan (ihsan), semua itu dinamakan Akhlakul Karimah. 8 Jadi Spiritual Quotient adalah kemampuan untuk memaknai setiap perilaku dan kegiatan sebagai ibadah, kemampuan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks dan makna yang lebih luas dan berprinsip hanya karena Allah SWT. Mujahadah yang berarti bersungguh-sungguh atau berusaha dengan segala kemampuannya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al- Ankabut ayat 69. Artinya: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan 4 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Arga, Cet. 7, Jakarta, 2001, hal xx 5 Ibid, hal xl 6 Daniel Goleman, Emotional Intellegence, Kecerdasan Emosi, Mengapa EI lebih penting daripada IQ, Terj. T. Hermaya, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996, hal 45 7 Ary Ginanjar Agustian, Op.cit, hal 57 8 Ibid, hal 200

4 sesengguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. 9 Para ahli tafsir mengatakan ayat ini diturunkan sebelum ada perintah jihad yang berarti berperang karena ayat ini diturunkan di kota Mekkah, maka yang dimaksud dengan kata jahadu adalah memerangi hawa nafsu. Imam Fudhail bin Iyyat mengartikan ini sebagai berikut bahwa orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu akan kami tunjukkan atau niscaya jalan untuk menuju jalan beramal yang baik. Dan Imam Sahal bin Abdillah mengartikan ayat ini: Orang- orang yang bersungguh-sungguh, beramal taat akan aku tunjukkan kepada mereka jalan untuk memperoleh pahala- Ku. 10 Salah satu faktor dominan keberhasilan dunia pendidikan adalah nuansa spiritual. Semakin tinggi pengupayaan kearah terkembangnya nilai-nilai spiritual di lembaga pendidikan dengan kata lain kemajuan didalam pengembangan nilai-nilai spiritual merupakan aset utama didalam pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan. Dalam kaitannya dengan hal ini kegiatan rutinitas yang berdimensi keagamaan, dipandang sangat dominan dalam menentukan dan mewujudkan tumbuh dan berkembangnya nilai spiritual pada diri santri. Lebih-lebih kegiatan yang mengarah secara langsung terhadap pertumbuhan nilai-nilai spiritual seperti mujahadah. Berangkat dari latar belakang masalah tersebut penulis terinspirasi mengambil judul EFEKTIFITAS KEGIATAN MUJAHADAH DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL DAN PERILAKU SOSIAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN ASRAMA PERGURUAN ISLAM (A.P.I) SUMANDING KEMBANG JEPARA. B. Fokus Penelitian Fokus penelitian yang dimaksud dalam penelitin kualitatif adalah gejala suatu obyek itu bersifat holistic (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), 9 Al- Qur an, Surat Al- Ankabut Ayat 69, Yayasan Penyelenggara Penerjamah Penafsir Al- Qur an, Al Qur an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, Jakarta, 1984, hal 638 10 Hasiyah Al Alamah As- Showi, Juz 3, Darul Ihya il Kutub Al- Arabiyyah, Indonesia, hal 242

5 sehingga penelitian kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. 11 Adapun fokus penelitian yang penulis bahas adalah efektifitas kegiatan mujahadah dalam mengembangkan kecerdasan spiritual dan perilaku sosial santri di Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Sumanding C. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas, untuk membatasi pembahasan dan mudahnya analisis penelitian, penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan mujahadah di Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (A.P.I) Sumanding Kembang Jepara? 2. Bagaimana kecerdasan spiritual santri di Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (A.P.I) Sumanding Kembang Jepara? 3. Bagaimana perilaku sosial santri di Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (A.P.I) Sumanding Kembang Jepara? D. Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mencari data dan mencari informasi yang kemudian dideskripsikan secara terperinci dan sistematis dalam rangka menyajikan semaksimal mungkin tentang efektifitas kegiatan mujahadah dalam mengembangkan kecerdasan spiritual dan perilaku sosial santri di Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Sumanding Sedangkan yang menjadi tujuan secara khusus dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menelaah secara mendalam bagaimana pelaksanaan kegiatan mujahadah di Ponpes API Sumanding 11 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2014, hal 285

6 2. Untuk mengetahui kecerdasan spiritual santri di Ponpes API Sumanding 3. Untuk mengetahui perilaku sosial santri di Ponpes API Sumanding E. Manfaat Penelitian Dalam penelitian yang dilakukan penulis tentang efektifitas kegiatan mujahadah dalam mengembangkan kecerdasan spiritual dan perilaku sosial santri di Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Sumanding Kembang Jepara, maka manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Sebagai penelitian pendidikan yang dikhususkan pada efektifitas kegiatan mujahadah dalam mengembangkan kecerdasan spiritual dan perilaku sosial yang nantinya dapat dijadikan pertimbangan bagi kebijakan dan pengambilan keputusan, bagi peningkatan kualitas pembelajaran, maka jika permasalahan-permasalahan diatas dapat ditemukan, secara teoritis penelitian ini ada tiga manfaat, yaitu: a) Untuk dijadikan sebagai ilmu pengetahuan baru mengenai efektifitas kegiatan mujahadah dalam mengembangkan kecerdasan spiritual dan perilaku sosial. b) Untuk lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya, yaitu sebagai bahan acuan dan pertimbangan dalam peningkatan kualitas pendidikan pada khususnya dalam rangka meningkatkan kualitas peserta didik. c) Untuk masyarakat pada umumnya yang mana diharapkan masyarakat dapat menyadari bahwa selain peran orang tua, juga sangatlah dibutuhkan peran seorang guru dalam perkembangan kepribadian Islam anak didik yang diharapkan. 2. Manfaat Praktis Sebagai acuan pengasuh, ustadz-ustadzah serta pengurus dalam proses pembelajaran. Dan juga sebagai masukan lembaga-lembaga untuk lebih mengedepankan suatu upaya untuk menjadikan peserta didik lebih berkompeten dan menguasai dibidangnya.

7 Berikut adalah keterangan lebih terperinci: a) Bagi peneliti, manfaatnya adalah sebagai tambahan wawasan dan pengalaman dalam mengembangkan ide ilmiah. b) Bagi santri, manfaatnya adalah sebagai bekal santri dalam proses pengembangan diri, meningkatkan kecerdasan spiritual santri dalam aktivis mujahadah serta membantu santri dalam bergaul di lingkungan pondok dengan baik. c) Bagi lembaga (pondok), manfaatnya adalah sebagai acuan dalam pengembangan strategi dan pengelolaan kegiatan, sebagai acuan dalam peningkatan kecerdasan spiritual pelaksanaan kegiatan serta sebagai acuan dalam pola pengembangan perilaku sosial santri di lingkungan pesantren.