EVALUASI ASPEK KESELAMATAN KEGIATAN METALOGRAFI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUKURAN TINGKAT KONTAMINASI PERMUKAAN MESIN BUSUR LISTRIK PASCA PELEBURAN LOGAM U-Zr

DEKONTAMINASI MESIN BUSUR LISTRIK CENTORR FURNACES DI HR-16 IEBE PTBN

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS ALPHA PADA BAK PENAMPUNG AIR PENDINGIN ACCUTOM PASCA PEMOTONGAN LOGAM U-Zr

PEMANTAUAN KONTAMINASI DAN DEKONTAMINASI ALAT POTONG ACCUTOM DI LABORATORIUM KENDALI KUALITAS HR-22 IEBE PTBN

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG IEBE TAHUN 2009

EVALUASI PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009

PENANGANAN LlMBAH RADIOAKTIF PADAT AKTIVITAS RENDAH PASCA PENGGANTIAN HEPA FILTER DI IRM

DEKONTAMINASI MIKROSKOP OPTIK HOTCELL 107 INSTALASI RADIOMETALURGI DENGAN CARA KERING

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DAN KONTAMINASI DI DALAM HOTCELL 101 INSTALASI RADIOMETALURGI

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM

EVALUASI KEGIATAN PROTEKSI RADIASI DALAM PROSES PEMINDAHAN BAHAN PASCA IRADIASI

EVALUASI KEGIATAN PROTEKSI RADIASI DI INSTALASI ELEMAN BAKAR EKSPERIMENTAL TAHUN 2011

PENGUKURAN RADIASI DAN PENGOLAHAN DATA DI INSTALASI NUKLIR

PENGELOLAAN PERLENGKAPAN KESELAMATAN RADIASI DAN PENGENDALIAN AKSES LABORATORIUM DI IEBE

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL (IEBE)

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DAERAH KERJA IEBE DAN IRM TAHUN 2009

ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007

PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2008.

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

PEMANTAUAN KERADIOAKTIFAN UDARA RUANGAN KERJA INSTALASI RADIOMETALURGI SAAT SUPPLY FAN DIMATIKAN

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT DAN CAIR DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR TAHUN 2010

ANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

PENGENDALIAN DAERAH RADIASI DAN KONTAMINASI IEBE DAN IRM TAHUN 2009

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

FORMAT DAN ISI LAPORAN SURVEI RADIOLOGI AKHIR

EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010

PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2008

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA RUANG KERJA DI IRM TAHUN 2009

IMPLEMENTASI SK. BAPETEN NOMOR : 01/KA-BAPETEN/V 1999, TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN KERJA TERHADAP RADIASI DI INSTALASI NUKLIR.

PENENTUAN KADAR URANIUM DALAM SAMPEL YELLOW CAKE MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

EVALUASI PAPARAN RADIASI TERHADAP DOSIS EKSTERNA YANG DITERIMA PEKERJA RADIASI DI IEBE TAHUN 2008

PENGELOLAAN LlMBAH RADIOAKTIF PADAT PAPARAN TINGGI TIDAK DAPAT BAKAR DI INSTALASI RADIOMETALURGI (IRM)

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DAN B3 DI IRM. Sunardi

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMANTAUAN PENERIMAAN DOSIS EKSTERNA DAN INTERNA DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

METODA DAN PENGOLAHAN DATA PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PRODUKSI BARANG KONSUMEN

KAJIAN TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PROTEKSI RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

2015, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA RUANGAN KERJA IEBE SAAT SISTEM VENTILASI UDARA TIDAK BEROPERASI

PENGARUH PENGOPERASIAN REAKTOR TRIGA 2000 TERHADAP KONTAMINASI PERMUKAAN RUANG REAKTOR MENGGUNAKAN METODE SMEAR TEST

PERHITUNGAN NILAI SETTING ALARM ALPHA BETA AEROSOL MONITOR DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

ANALISA TINGKAT KONTAMINASI DOSIS NUKLIR DAN LAJU PAPARAN RADIASI PADA INSTALASI KEDOKTERAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

STUDI KESELARASAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR TINGKAT FASILITAS/ INSTALASI NUKLIR PTBN TERHADAP PERKA BAPETEN NO.1 TAHUN 2010

PENGUKURAN AKTIVITAS ISOTOP 152 Eu DALAM SAMPEL UJI PROFISIENSI MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

PROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROSEDUR PENANGGULANGAN KEDARURATAN NUKLIR DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR

RINGKASAN. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Program St~di Pengeloiaan Sumberdaya

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

VALIDASI METODA ANALISIS ISOTOP U-233 DALAM STANDAR CRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER ALFA

PERHITUNGAN RADIOAKTIF ALPHA YANG TERDEPOSISI DI PERMUKAAN TANAH DARI UDARA BUANG INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DAN KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TINGKAT KLIERENS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DAN KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

PENGARUH KUAT ARUS PADA ANALISIS LIMBAH CAIR URANIUM MENGGUNAKAN METODA ELEKTRODEPOSISI

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

PEMANTAUAN KUALITAS UDARA DI DALAM RUANGAN HR-05 INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR

PENENTUAN NILAI LIMIT DETEKSI DAN KUANTISASI ALAT TITRASI POTENSIOMETER UNTUK ANALISIS URANIUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

PENGEMBANGAN PENGENDALIAN PROTEKSI RADIASI DAERAH KERJA, PERSONIL DAN LINGKUNGAN DI PTLR

EVALUASI PENGENDALIAN KESELAMATAN RADIASI DAN NON RADIASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TAHUN

KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK

Prinsip Dasar Pengelolaan Limbah Radioaktif. Djarot S. Wisnubroto

: Panduan Penyusunan Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi Dalam Kegiatan Well Logging LEMBAR PENGESAHAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 05-P/Ka-BAPETEN/VII-00 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN UNTUK KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

EVALUASI PENGENDALIAN KESELAMATAN RADIASI DAN NON RADIASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TAHUN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 05-P/Ka-BAPETEN/VII-00 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN UNTUK KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

PENGARUH PENGOPERASIAN REAKTOR TRIGA 2000 TERHADAP KONTAMINASI PERMUKAAN RUANG REAKTOR MENGGUNAKAN METODE SMEAR TEST

RADIASI DI INSTALASI SEMINAR PROSIDING. Suliyanto, dkk ABSTRAK telah. (IRM) tahun. radiasi yang. balok Pb dan II yaitu < 20.

EVALUASI HASIL PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA DI LINGKUNGAN PUSAT PENGEMBANGAN RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA PERIODE APRIL DESEMBER 2000

SISTEM PROTEKSI FISIK INSTALASI NUKLIR PTBBN BAGIAN I: PENERAPAN SISTEM PROTEKSI FISIK DI INSTALASI RADIOMETALURGI

KAJIAN KESELAMATAN PADA PROSES PRODUKSI ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN ASPEK KESELAMATAN LINGKUNGAN PABRIK BAHAN BAKAR NUKLIR

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

Transkripsi:

EVALUASI ASPEK KESELAMATAN KEGIATAN METALOGRAFI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Akhmad Saogi Latif 1) dan A.C. Prasetyowati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional, Serpong, Banten, Indonesia, 15313 ABSTRAK Telah dilakukan evaluasi aspek keselamatan kegiatan metalografi di Instalasi Elemen Bakar Eksperimental. Tujuan dari kegiatan ini untuk mengetahui aspek keselamatan dari kegiatan metalografi di IEBE. Pengukuran kontaminasi dilakukan terhadap meja preparasi, peralatan metalografi yang berpotensi terkontaminasi, kemudian penanganan limbah cair dan padat serta pelaksanaan dekontaminasi pada meja kerja preparasi, atau lokasi penempatan sampel hasil metalografi. Hasil pengukuran pada titik pantau yang variatif, didapatkan hasil yang tertinggi yaitu pada titik pantau 1, lebih tinggi dari titik pengukuran yang lain. Dari hasil rata-rata pada titik pantau 1 (satu) didapatkan hasil pengukuran (0,245 ± 0,014 Bq/cm 2 ), sedangkan pada titik pantau 2 (dua) didapat hasil pengukuran (0,228 ± 0,008 Bq/cm 2 ), titik pengukuran 3 (tiga) didapat hasil pengukuran (0,238 ± 0,006550 Bq/cm 2 ) dan titik pantau 4 (empat) didapatkan hasil pengukuran (0,232 ± 0,035 Bq/cm 2 ). Pengukuran tingkat kontaminasi pasca deko pada titik pantau 1 didapat rata-rata 0,245 ± 0,014 Bq/cm 2. Pasca dekontaminasi kontaminasi dapat diturunkan menjadi 0,018 ± 0,007 Bq/cm 2. Pengukuran kontaminasi juga dilakukan pada peralatan metalografi dan didapatkan hasil pengukuran terendah 0,049 Bq/cm 2, sedangkan tertinggi 0,059 Bq/cm 2 dengan rata-rata 0,054 ± 0,005 Bq/cm 2 Sedangkan pada titik pantau lainnya lebih rendah. Dari kegiatan metalografi ini dipastikan dapat menghasilkan dua jenis limbah baik limbah padat maupun limbah cair. Dari hasil limbah padat yang didapatkan akan ditampung pada wadah limbah yang tersedia, sedangkan untuk limbah cair dilakukan analisa kandungan uraniumnya, apabila terdapat kandungan uranium lebih besar 50 ppm maka akan dilakukan pemungutan kembali. Secara keseluruhan kegiatan metalografi di IEBE sudah terpenuhi dari aspek keselamatan dan tidak menyimpang dari kaidah dan norma keselamatan yang ada. Kata Kunci : pengukuran, kontaminasi, meja preparasi, metalografi. I. PENDAHULUAN (IEBE) adalah instalasi nuklir yang berfungsi untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi produksi bahan bakar nuklir. IEBE dirancang untuk mengolah bahan baku yellow cake menjadi serbuk UO 2 derajat nuklir, dan membuatnya menjadi berkas (bundle) bahan bakar nuklir tipe HWR (Cirene). Dalam proses pembuatan tersebut dilakukan uji kualitas terhadap produk antara yang mengandung bahan radioaktif uranium di laboratorium uji kualitas yang terdapat di laboratorium metalografi. Di laboratorium ini dilakukan pengujian bahan aktif yang berupa Uranium Zirkonium (U-Zr) yang dapat menyebabkan kontaminasi ke permukaan meja kerja, khususnya meja preparasi sampel. Ditinjau dari aspek keselamatan radiasi, kontaminasi zat radioaktif dapat menyebabkan bahaya radiasi interna terhadap personil. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran kontaminasi di permukaan meja preparasi tersebut dalam rangka pengendalian keselamatan radiasi di daerah kerja. Makalah ini membahas tentang 55

No. 17/Tahun IX. Oktober 2016 ISSN 1979-2409 pengukuran tingkat kontaminasi pada kegiatan metalografi di IEBE. Pengukuran kontaminasi dilakukan terhadap meja preparasi, peralatan metalografi yang berpotensi terkontaminasi, kemudian penanganan limbah serta pelaksanaan dekontaminasi pada meja kerja preparasi, atau lokasi penempatan sampel hasil metalografi. Tujuan dari kegiatan ini untuk mengetahui aspek keselamatan dari kegiatan metalografi di IEBE. Salah satu upaya pengawasan operasional pada penggunaan zat radioaktif adalah dengan menetapkan suatu batasan tingkat kontaminasi. Nilai batas ini dapat diperoleh antara lain dengan memperhatikan toksisitas radionuklida. Pada dasarnya tingkat kontaminasi permukaan yang masih dapat diterima bergantung pada kondisi dan lingkungan kerja setempat, dengan demikian, semua laboratorium atau instalasi nuklir dapat menetapkan batas tingkat kontaminasi permukaannya masing-masing. Namun demikian, biasanya suatu negara memiliki batas tingkat kontaminasi permukaan secara umum yang ditetapkan oleh regulator. Di dalam laboratorium metalografi, tingkat kontaminasi permukaan dilakukan secara langsung dengan alat surveymeter kontaminasi permukaan Ludlum model 2241 (Gambar 1), nomor seri 282866 dengan faktor kalibrasi (FK = 0,047). Gambar 1. Surveymeter Ludlum Berdasarkan LAK IEBE persyaratan kontaminasi rendah untuk radioaktivitas α < 0,37 Bq/cm 2 dan β < 3,7 Bq/cm 2. Sedangkan persyaratan untuk kontaminasi sedang untuk radioaktivitas α < 3,7 Bq/cm 2 dan β < 37 Bq/cm 2. Batas maximum permeasible concertration (MPC) yang diizinkan pada permukaan peralatan untuk kontaminasi α (meja kerja, alat dan lantai) ditetapkan sebesar 0,37 Bq/cm 2. disajikan pada Tabel 1. 56

Tabel. 1. Tingkat kontaminasi permukaan berdasar LAK IEBE PTBBN [1] Daerah kontaminasi Tingkat kontaminasi (Bq/cm 2 ) Pemancar α Pemancar β Keterangan Rendah < 0,37 < 3,7 X adalah tingkat Sedang 0,37 X < 3,7 3,7 X < 37 kontaminasi Tinggi >3,7 > 37 Kegiatan metalografi material U-Zr yang dilakukan di IEBE menggunakan bahan yang bersifat radioaktif (Isotop-isotop U merupakan bahan radioaktif), berpotensi mencederai (langsung maupun tidak langsung) personil bilamana tidak ditangani secara hati-hati dan tidak sesuai prosedur. Demikian juga halnya tempat/ daerah kerja dan lingkungan dapat tercemar (terkontaminasi) oleh bahan tersebut sehingga dapat membahayakan personil yang berada di sekitarnya. Pencegahan dari bahaya dilakukan dengan memasukkan alat metalografi di dalam glovebox dengan maksud apabila terdapat kontaminasi pada alat tersebut maka akan terlindungi oleh glovebox dan tidak menyebar keruang lainnya. Kegiatan evaluasi keselamatan ini dilakukan untuk mengetahui aspek keselamatan terhadap kegiatan metalografi yang telah memenuhi peraturan/standard yang berlaku dan juga untuk mendapatkan masukan guna peningkatan aspek keselamatan. Evaluasi dilakukan secara periodik dalam kurun waktu tertentu. II. METODOLOGI Metode yang dilakukukan dalam evaluasi ini adalah : 1. Pengukuran tingkat kontaminasi pada permukaan meja preparasi metalografi periode kegiatan bulan Januari April 2016. 2. Pengukuran tingkat kontaminasi pada peralatan metalografi 3. Pelaksanaan dekontaminasi meja preparasi 4. Penanganan limbah hasil metalografi 5. Pengolahan data 6. Evaluasi hasil dari aspek keselamatan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada evaluasi ini akan dilakukan secara teknis terhadap aspek keselamatan kegiatan metalografi di IEBE dengan data dari kegiatan metalografi yang telah 57

No. 17/Tahun IX. Oktober 2016 ISSN 1979-2409 dilakukan dalam kurun waktu empat bulan yaitu bulan Januari s/d April 2016. Berdasarkan data dari kegiatan metalografi (Log book), bahwa bahan yang digunakan adalah bahan aktif Uranium Zirkonium. 1. Pengukuran tingkat kontaminasi pada permukaan meja preparasi Pengukuran tingkat kontaminasi dilakukan oleh petugas keselamatan (Gambar 2) dan didampingi oleh petugas proteksi radiasi (PPR). Gambar 2. Pengukuran Kontaminasi meja Kegiatan dilakukan di area meja preparasi yang berpotensi terkontaminasi bahan aktif, yaitu daerah yang terdapat sumber bahan aktif (zat radioaktif dan bahan nuklir). Pengukuran tingkat kontaminasi dilakukan di meja preparasi metalografi di HR 22. Pengukuran dilakukan terutama terhadap meja yang berpotensi terkontaminasi yaitu di meja kerja preparasi dengan pola menyisir (Gambar 3), atau lokasi penempatan/penyimpanan sampel hasil metalografi. Gambar 3. Pola pengukuran kontaminasi 58

Pada lokasi seperti permukaan meja dapat ditentukan dengan cara mengukur tingkat kontaminasinya dengan metode langsung. Pada metode langsung monitor kontaminasi atau surveymeter didekatkan ke benda terkontaminasi tersebut. Pada pengukuran kontaminasi metode langsung dapat dilakukan dengan beberapa kondisi yaitu bahan yang terkontaminasi permukaannya dapat dijangkau oleh alat ukur atau surveymeter. Hasil pengukuran tingkat kontaminasi di permukaan meja preparasi metalografi perioda kegiatan Januari - April 2016 disajikan pada Tabel 2. Pada tabel 2 menunjukkan hasil pengukuran pada titik pantau yang variatif, didapatkan hasil yang tertinggi yaitu pada titik pantau 1, lebih tinggi dari titik pengukuran yang lain, ini disebabkan adanya sampel hasil metalografi yang menumpuk, diperkirakan dari situlah sumber kontaminasi di meja tersebut. Tabel 2. Hasil awal pengukuran tingkat kontaminasi meja preparasi metalografi Periode Kegiatan Januari April 2016 [2] Januari BULAN KONTAMINASI TERUKUR (Bq/cm 2 ) I II III Rerata (X) Ralat (Titik Pantau I) 0,230 0,249 0,258 0,245 ± 0,014 Pebruari (Titik Pantau II) 0,220 0,236 0,229 0,228 ± 0,008 Maret (Titik Pantau III) 0,232 0,245 0,237 0,238 ± 0,006 April (Titik Pantau IV) 0,214 0,273 0,209 0,232 ± 0,035 & (σ) Keteranga n Dari hasil rata-rata pada titik pantau (satu) didapatkan hasil pengukuran pada titik pantau 1 (satu) (0,245 ± 0,014 Bq/cm 2 ), sedangkan pada titik pantau 2 (dua) didapat hasil pengukuran (0,228 ± 0,008 Bq/cm 2 ), titik pengukuran 3 (tiga) didapat hasil pengukuran (0,238 ± 0,006 Bq/cm 2 ) dan titik pantau 4 (empat) didapatkan hasil pengukuran (0,232 ± 0,035 Bq/cm 2 ) Dengan demikian pada titik pantau 1,2, 3 dan 4 dapat dikatagorikan kontaminasi rendah karena masih berada dibawah MPC. Dalam hal ini hasil pengukuran tidak didapatkan kontaminasi yang melebihi batas yang diizinkan. Namun demi untuk menjamin keselamatan personil dan pekerja radiasi, maka sebaiknya disarankan untuk melakukan kegiatan dekontaminasi pada permukaan meja tersebut. Sesuai dengan prosedur maka dekontaminasi dilakukan oleh pekerja radiasi (Gambar 4) yang bertanggung jawab di ruang tersebut dan akan 59

No. 17/Tahun IX. Oktober 2016 ISSN 1979-2409 diawasi oleh petugas keselamatan dan petugas proteksi radiasi (PPR). Hasil kegiatan dekontaminasi ditunjukkan pada Tabel 3. Gambar 4. Dekontaminasi meja 2. Pengukuran tingkat kontaminasi pada peralatan metalografi Bahan aktif U-Zr juga dapat menyebabkan peralatan menjadi terkontaminasi. Peralatan yang digunakan pada kegiatan metalografi diantaranya adalah mesin gerinda/poles. Untuk menghindari penyebaran kontaminasi ke area kerja, maka alat metalografi diletakkan di dalam glovebox (Gambar 5). Gambar 5. Alat metalografi Kegiatan metalografi menggunakan bahan aktif dengan jenis bahan U-Zr. Sehingga dimungkinkan terdapat kontaminan yang melekat pada peralatan tersebut, 60

dan dilakukan juga pengukuran kontaminasinya. Hasil pengukuran kontaminasi pada alat tersebut disajikan pada tabel 3. Tabel 3. Hasil pengukuran kontaminasi pada alat poles/gerinda ALAT (Mesin Poles/Gerinda) KONTAMINASI TERUKUR (Bq/cm 2 ) I II III Rerata (X) & Ralat (σ) Keterangan PENGUKURAN 0,049 0,055 0,059 0,054 ± 0,005 Dari hasil pengukuran kontaminasi pada alat didapat hasil rata-rata sebesar 0,054 ± 0,005 Bq/cm 2 dengan hasil tertinggi 0,059 Bq/cm 2. Hasil tersebut masih bisa dikatagorikan sebagai kontaminasi rendah < 0,37 Bq/cm 2. 3. Pelaksanaan dekontaminasi meja preparasi Dalam pelaksanaan dekontaminasi yang perlu diperhatikan adalah Keselamatan, efisiensi, efektifitas biaya dan meminimalisasi limbah [3] Setelah hasil pengukuran kontaminasi di meja preparasi metalografi didapatkan, maka akan dievaluasi kembali guna untuk menentukan apakah tingkat kontaminasi di meja preparasi perlu dilakukan dekontaminasi. Setelah meriviu hasil pengukuran kontaminasi, maka hasil tersebut dapat dikatagorikan kontaminasi pada tingkat kondisi rendah, sebab masih dibawah batas ambang tingkat kontaminasi yang ditetapkan. Namun demikian untuk meminimalisir potensi bahaya terhadap pekerja, maka akan dilakukan kegiatan dekontaminasi pada permukaan meja preparasi metalografi tersebut. Dekontaminasi dilakukan dengan cara mengusap permukaan yang terkontaminasi. Keberhasilan dekontaminasi dipengaruhi oleh bahan kontaminan, permukaan benda, cara dekontaminasi dan bahan dekontaminan, biasanya pelaksanaan dekontaminasi menggunakan bahan yang sesuai misalnya menggunakan kertas serap yang telah dibasahi dengan bahan dekontaminan (Radiacwash). Pelaksanaan dekontaminasi yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Pakai alat pelindung diri yang sesuai seperti sarung tangan, masker 2. Pengusapan dilakukan dari bagian yang potensi kontaminasinya kecil ke bagian yang kontaminasinya tinggi. 3. Buang kertas serap yang sudah terpakai ke tempat limbah, ulangi langkah 2 dan 3 61

No. 17/Tahun IX. Oktober 2016 ISSN 1979-2409 4. Lakukan pengukuran tingkat kontaminasi pada daerah yang telah didekontaminasi 5. Apabila masih terukur adanya kontaminasi, ulangi proses dekontaminasi sampai diperoleh hasil pengukuran sama dengan nilai cacah latar (background) 6. Kumpulkan sarung tangan dan masker, ukur APD tersebut apabila berpotensi terkontaminasi dan segera masukkan ke dalam bak limbah. 7. Cuci tangan pada tempat cuci tangan yang aktif. Tabel 4. Hasil Pengukuran tingkat kontaminasi pasca dekontaminasi di meja preparasi metalografi Januari BULAN KONTAMINASI TERUKUR (Bq/cm 2 ) I II III Rerata (X) & Ralat (σ) (Titik Pantau I) 0,013 0,015 0,026 0,018 ± 0,007 Pebruari (Titik Pantau II) 0,011 0,060 0,022 0,031 ± 0,025 Keteranga n Maret (Titik Pantau III) 0,020 0,024 0,012 0,018 ± 0.006 April (Titik Pantau IV) 0,010 0,030 0,022 0.020 ± 0,010 4. Penanganan limbah hasil kegiatan metalografi Dari kegiatan metalografi ini dipastikan dapat menghasilkan dua jenis limbah baik limbah padat maupun limbah cair. Dari hasil limbah yang didapatkan akan ditampung pada wadah limbah yang tersedia dan dilakukan penanganan sebagai berikut: Bahan aktif dari U-Zr juga dapat menimbulkan kontaminasi pada alat yang digunakan, sehingga dimungkinkan alat tersebut dapat di katagorikan sebagai limbah. Limbah padat hasil kegiatan metalografi yang berupa amplas gerinda sebelum dibuang sebagai limbah maka akan dilakukan pengukuran kontaminasinya sebelum ditampung pada wadah limbah aktif warna kuning. Hasil pengukuran limbah padat amplas gerinda berkisar pada pengukuran terendah 0,051 Bq/cm 2 dan tertinggi 0,060 Bq/cm 2 yang masih dikatagorikan sebagai kontaminasi rendah < 0,37 Bq/cm 2. Sedangkan sampel hasil metalografi bukan termasuk limbah padat namun akan disimpan dan dilakukan 62

pelaporan administrasi oleh petugas akunting bahan nuklir sebagai bukti pemakaian bahan aktif. Pada limbah cair hasil metalografi ini tidak dilakukan pengukuran kontaminasinya. Namun hanya ditampung pada wadah limbah cair (Gambar 6). Gambar 6. Wadah limbah cair Limbah cair hasil kegiatan metalografi berupa air yang berfungsi sebagai pendingin saat dilakukan pemolesan atau penggerindaan bahan U-Zr, air ini akan membawa kontaminan dari hasil metalografi, dimungkinkan terdapat kandungan kontaminasi pada cairan tersebut. Khusus untuk limbah cair hasil metalografi sebelum dilakukan pembuangan ke penampungan, sebelumnya akan dilakukan proses analisa terlebih dahulu sehingga akan ditemukan kandungan bahan aktifnya. Apabila terdapat kandungan bahan aktif sebesar kurang dari 50 ppm, maka dianggap sebagai limbah cair yang nantinya akan dikirim ke PTPLR. Sebaliknya apabila terdapat kandungan yang melebihi 50 ppm maka limbah tersebut masih diperhitungkan secara ekonomis dan akan dipungut kembali kandungan uraniumnya. 5. Pengolahan Data Potensi bahaya yang mungkin timbul pada kegiatan metalografi diantaranya adalah kontaminasi pada permukaan benda yang digunakan, sebab pada kegiatan ini dilakukan dengan bahan aktif U-Zr yang akan berpotensi menimbulkan kontaminasi. Kegiatan ini dilakukan dalam kurun waktu bulan Januari April 2016. Pasca kegiatan metalografi maka dipastikan meja preparasi maupun alat dapat terkontaminasi bahan aktif tersebut dan menghasilkan limbah padat dan cair. Maka perlu dilakukan 63

No. 17/Tahun IX. Oktober 2016 ISSN 1979-2409 pengukuran tingkat kontaminasi pada meja preparasi, peralatan metalografi dan penanganan limbah padat dan cair, kemudian dilanjutkan dengan dekontaminasi meja preparasi, kemudian akan dilakukan pengolahan data hasil pengukuran tingkat kontaminasi dan hasil pasca dekontaminasi. Berdasarkan pengolahan data maka didapatkan data hasil dekontaminasi yang ditunjukkan pada Tabel 2. Sesuai dengan batasan tingkat kontaminasi yang telah ditetapkan maka hasil dekontaminasi sudah bisa dikatakan menurun dari tingkat kontaminasi sebelumnya. Tingkat kontaminasi dapat diturunkan hingga mencapai tingkat latar, yaitu sudah dibawah tingkat kontaminasi awal. Pada awal pengukuran tingkat kontaminasi pada titik pantau 1(satu) didapat rata-rata 0,245 ± 0,014 Bq/cm 2 dapat diturunkan menjadi 0,018 ± 0,007 Bq/cm 2. Sedangkan pada titik pantau lainnya lebih rendah. Hasil pengukuran tingkat kontaminasi pada alat metalografi didapat hasil yang rendah yaitu pada terendah 0,005 Bq/cm 2 dan tertinggi 0,059 Bq/cm 2 dengan rata-rata 0,054 ± 0,005 Bq/cm 2. 6. Evaluasi Dari Aspek Keselamatan Evaluasi telah dilakukan terhadap hasil akhir dari kegiatan metalografi yang meliputi: 1. Pengukuran tingkat kontaminasi meja preparasi yang tidak yang melebihi batas 2. Pengukuran tingkat kontaminasi alat metalografi juga tidak terdapat tingkat kontaminasi yang melebihi batas 3. Penanganan limbah hasil kegiatan metalografi tidak menimbulkan jumlah limbah yang berbahaya baik padat maupun cair 4. Dekontaminasi pada permukaan meja preparasi sudah dilakukan dan tingkat kontaminasi dapat diturunkan hingga di bawah batas aman. Ditinjau dari aspek keselamatan dan berdasarkan hasil evaluasi dari kegiatan metalografi maka kegiatan metalografi secara keseluruhan tidak menimbulkan bahaya bagi operator, sebab tingkat kontaminasi yang dihasilkan tidak melebihi batas yang diizinkan. IV. KESIMPULAN Pengukuran tingkat kontaminasi pada kegiatan metalografi kurun waktu Januari s/d April 2016 telah berhasil dilakukan dan kegiatan itu antara lain: 1. Memperoleh data tingkat kontaminasi awal pada meja preparasi sebelum dekontaminasi 2. Pengukuran kontaminasi peralatan metalografi dengan kontaminasi katagori rendah 64

3. Dekontaminasi meja preparasi dan dapat menurunkan tingkat kontaminasi pada meja hingga dibawah batas ambang 4. Limbah padat dan cair hasil kegiatan ini sudah ditampung dalam wadah limbah. Dengan melakukan pengawasan kegiatan metalografi tersebut, maka ditinjau dari aspek keselamatan kegiatan ini telah berjalan dengan aman dan selamat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan kegiatan sudah memenuhi aspek keselamatan dan tidak menyimpang dari kaidah dan norma keselamatan yang ada. DAFTAR PUSTAKA [1] PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR, Laporan Analisis Keselamatan (LAK), revisi 7, PTBBN, 2012 [2] ANONIM, Logbook kegiatan metalografi IEBE, 2016 [3] http://www.uow.edu.au/eng/phys/nukeweb/decontamination.html.decontaminati on University wollongong.australia. 2010 65