PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR : 17 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PERATURAN DAERAH BUPATI KUTAI TIMUR NOMOR 33 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET KABUPATEN KUTAI TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN T E N T A N G RETRIBUSI, IJIN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DI KABUPATEN MURUNG RAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 11 TAHUN 2000

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN ATAU PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG. yang. untuk. dalam. usaha

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 7, TAHUN : 2004 SERI : B NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 21 TAHUN 2001 T E N T A N G PAJAK PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PADANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG IZIN USAHA PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 33 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUP[ATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 06 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PENGUSAHAAN DAN PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 44 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG IZIN USAHA PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN USAHA SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE,

BUPATI MUSI RAWAS, TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA SARANG BURUNG WALET


Klik Dibatalkan dan Ditindaklanjuti dgn Instruksi Bupati No 8 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR 07 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR 2 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI IJIN PENGAMBILAN HASIL HUTAN IKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK ATAS PENGUSAHAAN BURUNG SRITI DAN ATAU WALET DI KABUPATEN JEMBRANA

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 03 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IJIN TRAYEK ANGKUTAN DARAT DI KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PERIJINAN PEMANFAATAN KEPEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PENJUALAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 08 TAHUN 2001 T E N T A N G PENGENDALIAN PENEBANGAN DAN PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA BUPATI LAMPUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 07 TAHUN 2001 T E N T A N G RETRIBUSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT BUPATI LAMPUNG BARAT

PAJAK SARANG BURUNG WALET

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 03 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN RETRIBUSI USAHA RUMAH MAKAN DI KABUPATEN BARITO UTARA

BUPATI ACEH TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 07 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LOGAM TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 08 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN PENEBANGAN DAN PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PENGUSAHAAN TAMBAK DI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PASIR NOMOR: 2 TAHUN: 1999 SERI: A NOMOR: 02

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 05 TAHUN 2012 TLD NO : 05

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG HARI,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN MEMBUKA DAN MEMANFAATKAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI HASIL HUTAN (RHH)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

BUPATI BIMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 6 TAHUN 2012 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES. Nomor : 6 Tahun : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENERTIBAN PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH NEGARA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PENGUMPULAN DAN PENGIRIMAN LOGAM TUA DAN BARANG BEKAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU LINTAS KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG PENATAAN LAHAN PERTAMBAKAN DI WILAYAH TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR : 04 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI IJIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 06 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI PEMANFAATAN LAHAN PADA HUTAN NEGARA

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 56 TAHUN 2008

Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR : 33 TAHUN 2004 T E N T A N G RETRIBUSI IJIN TEMPAT USAHA DI KABUPATEN MURUNG RAYA

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR : 17 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASIR Menimbang : a. bahwa Sarang Burung Walet merupakan salah satu hasil hutan ikutan yang telah diserahkan pengurusannya kepada Daerah Kabupaten berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 62 tahun 1998 tentang penyerahan sebagaian urusan pemerintahan di bidang kehutanan kepada daerah Kabupaten: b. bahwa dalam rangka pelestarian habitat dan populasi burung walet serta meningkatkan produktivitas sarang burung walet sehingga memberikan manfaaat yang sebesar-besarnya bagi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat, maka dipandang perlu mengatur pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet dalam Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 Tentang Penetapan Undang- Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 Tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Di Kalimantan (Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor 9 ) Sebagai Undang-Undang; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); 3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12); 4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) 5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1987 Tentang Penetapan Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Samarinda, Kotamadya Daerah Tingkat II Balikpapan, Kotamadya Daerah Tingkat II Kutai Dan Kabupaten Daerah Tingkat II Pasir (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara 3364); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1996 Tentang Pembentukan 13 (Tiga Belas) Kecamatan Di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Kutai, Berau, Bulungan, Pasir, Kotamadya Daerah Tingkat II Samarinda Dan Balikpapan Dalam Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Timur ( Lembaran Negara Tahun 19996 Nomor 56);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 62 tahun 1998 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Kehutanan Kepada Daerah Kabupaten atau Daerah Kota; 8. Keputusan Presiden nomor 44 tahun 1999 tentang Tehnik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden; 9. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 71 tahun 1999 tentang Pedoman Pengelolaan dan Pengusahaaan Sarang Burung Walet; 10. Peraturan Daerah Kabupaten Tingkat II Pasir Nomor 24 tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah tahun 1987 Nomor 3); Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PASIR MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DALAM DAERAH KABUPATEN PASIR. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah daerah Kabupaten Pasir. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Pasir; 3. Bupati adalah Bupati Pasir; 4. Ijin adalah ijin pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet yang diberikan oleh Bupati; 5. Burung walet adalah satwa liar yang termasuk marga callicalia, yaitu callocallia fuchiaphaga, callocalia maxina, callocalia esculenta dan callocalia linchi; 6. Sarang burung walet adalah sarang burung walet yang dapat dikonsumsi oleh manusia dan mempunyai nilai ekonomis dan atau dapat diperdagangkan ; 7. Goa sarang burung dalah tempat dimana burung walet bersarang dalam daerah; 8. Pengelolaan sarang burung walet adalah rangkaian pembinaan habitat dan pengendalian populasi burung walet di habitat alami; 9. Pengusahaan sarang burung walet adalah bentuk kegiatan pengambilan sarang burung walet di habitat alami; 10. Habitat alami burung walet adalah tempat burung walet hidup dan berkembang secara alami;

11. Kawasan hutan adalah kawasan hutan lindung, hutan produksi, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam; 12. Lokasi adalah suatu kawasan atau tempat tertentu dimana terdapat sarang burung walet: 13. Kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik darat maupun diperairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya hayati dan ekosistemnya; 14. Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosietemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan; 15. Kawasan konservasi adalah kawasan yang dilindungi atau dilestarikan; 16. Badan adalah suatu bentuk usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi sejenis, lembaga dana pensiun, bentuk badan usaha lainnya. BAB II LOKASI SARANG BURUNG WALET Pasal 2 (1) Lokasi Sarang burung walet berada di habitat alam; (2) Sarang burung walet sebgaimana dimaksud ayat (1) pasal ini berada pada kawasan hutan. BAB III PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN Pasal 3 (1) Sarang burung walet sebagaimana dimaksud pada pasal 2 Peraturan Daerah ini dapat dikelola dan diusahakan oleh orang atau badan atas ijin bupati; (2) Untuk mendapatkan ijin pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini orang atau badan mengajukan permohonan kepada Bupati dengan melampirkan; a. Proporsi pengusahaan sarang burung walet; b. Rekomendasi dari kepala desa/lurah dan camat serta Dinas Kehutanan; c. Surat pernyataan bahwa pemohon wajib mengikut sertakan masyarakat dalam kegiatan pemetikan dan penjagaan goa; d. Surat pernyataan bahwa yang bersangkutan dalam megelola dan mengusahakan tehnis yang ditetapkan oleh Bupati cq.dinas Kehutanan (3) Ijin hanya diberikan setelah pengelola/pengusaha membayar lunas retribusi sarang burung walet dan pungutan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan/peraturan Daerah yang berlaku;

(4) Ijin sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini tercantum nama, tempat tinggal dan pekerjaan pengelola serta ketentuan batas waktu ijin dan syarat-syarat lainnya harus ditaati oleh pengelola; (5) Batas waktu ijin sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini berlaku selama 12(dua belas) bulan; (6) Perpanjangan ijin pengelolaan dapat dimohonkan kembali yaitu 1 ( satu) bulan sebelum izin berakhir dengan persyaratan sebagaimana tersebut pada ayat (2) pasal ini. Pasal 4 (1) Penemu sarang burung walet berkewajiban melaporkan penemuannya kepada Bupati dengan disertai surat keterangan dari kepala desa/lurah yang diketahui camat setempat untuk dibuatkan surat pengesahan atas penemuannya: (2) Penemu sarang burung walet sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diberikan prioritas untuk mengelola dan mengusahakan sarang burung walet untuk paling lama 5 (lima) tahun; (3) Penemu sarang burung walet dapat bekerja sama atau menyerahkan pengelolaan dan pengusahaannya kepada pihak lain; (4) Penyerahan pengeloalaan dan pengusahaanya sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini harus mendapat persetujuan Bupati. BAB IV PENGAMBILAN/PEMANENAN SARANG BURUNG WALET Pasal 5 Untuk meningkatkan produktivitas dan menjaga populasi burung walet pengambilan/pemanenan sarang burung walet, dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut; a. Masa depan dilaksanakan setelah anak burung walet meninggalkan sarangnya atau tidak melebihi 6 (enam) kali pengambilan/pemanenan dalam 12(dua belas) bulan; b. Sarang burung walet sedang tidak berisi telur; c. Dilakukan pada siang hari; d. Tidak mengganggu burung walet yang sedang mengeram; e. Dalam hal sarang burung walet berada di hutan produksi, kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam agar mematuhi persyaratan tehnis yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang di bidang kehutanan; f. Tidak mempergunakan alat atau cara yang dapat merusak Goa Sarang Burung yang mengakibatkan Burung Walet terbang meninggalkan sarangnya.

BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 6 (1) Bupati melakukan pembinaan atas pengusahaan sarang burung dengan dibantu tim tehnis yang ditetapkan oleh bupati; (2) Pembinaan dan bimbingan tehnis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini meliputi kegiatan penyuluhan dan bimbingan tehnis tentang upaya pelestarian habitat dan populasi burung walet serta cara peningkatan produktivitas sarang burung walet. Pasal 7 Dalam hal ini pengawasan Bupati dapat menugaskan tim tehnis untuk melakukan pemantauan dan pengedalian terhadap lokasi dan pelaksanaan pengelolaan sarang burung walet sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 Peraturan Daerah. BAB VI HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 8 (1) Pemegang ijin berhak mengambil/memanen sarang burung walet sesuai dengan persyaratan sebagaimana dimaksud pasal 5 Peraturan Daerah ini; (2) Pemegang ijin berhak untuk memanfaatkan, mengangkut dan menjual hasil sarang burung walet sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini; (3) Pemegang ijin sebelum melakukan pengambilan/pemanenan sarang burung walet, pengelola /pengusaha berkewajiban melaporkan kepada Kepaaa Desa/Lurah dan camat setempat; (4) Pemegang ijin setiap melakukan pengambilan/pemanenan sarang burung, pengelola/pengusaha berkewajiban melaporkan jumlah sarang burung yang didapatkan kepada kepala desa/lurah dan camat setempat paling lambat 1(satu) minggu setelah panen dilakukan; (5) Pemegang ijin berkewajiban mengurus dan memelihara goa sarang burung walet dalam upaya pelestarian habitat dan populasi sarang burung walet. BAB VII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 9 Bupati dapat memberikan sanksi administrasi berupa mencabut ijin dan mengalihkan pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet kepada pihak lain bilamana pemegang ijin melanggar persyaratan perijinan dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIII PENYIDIKAN Pasal 10 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik tindak pidana di bidang perpajakan daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. (2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan, mengenai orang pribadi atau badan tentang keberadaan perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi daerah; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan dan retribusi daerah; d. Memeriksa buku-buku, catan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan dan retribusi daerah; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapat bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan dan retribusi daerah; g. Menyuruh berhenti dan atu melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e pasal ini; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan dan retribusi daerah i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyidikan; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan dan retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB IX KETENTUAN PIDANA Pasal 11 (1) Barang siapa melanggar ketentuan pasal 3 ayat (1),(2),(3),dan (5), pasal 4 ayat (1) dan (4) Peraturan Daerah ini, diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya 4 (empat) kali retribusi terutang; (2) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana tersebut dalam pasal 5 Peraturan Daerah ini, sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup diancam sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; (3) Barang siapa dengan sengaja melakukan pengambilan/pemanenan sarang burung walet tanpa ijin Bupati, dianggap melakukan perbuatan melawan hukum dan dapat dituntut menurut ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.; BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 12 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, orang atau badan hukum yang sudah memiliki ijin pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet tetap berlaku sampai dengan batas waktu berakhirnya ijin; BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 13 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 14 Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah. Disahkan di Tanah Grogot Pada tanggal 31 Juli 2000 BUPATI PASIR Drs.H.YUSRIANSYAH SYARKAWI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASIR TAHUN 2000 NOMOR 18