BAB I PENDAHULUAN. menitikberatkan pada konsep risiko (Sumarsono, 2013). Kemudian pada abad 18

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Kiki Liasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya, dan belum sebanyak negara-negara lain yang telah. mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jumlah entrepreneur

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di IndonesiaMenurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan menimbulkan banyak pengangguran

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

BAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pola kehidupan masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk ( 2015). Sementara itu, McClelland dalam

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

2017 ANALISIS STRATEGI KEMITRAAN BURSA KERJA KHUSUS (BKK) DENGAN DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI (DU/DI)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (PTP) di Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1 SD ke bawah , , ,69. 2 Sekolah Menengah Pertama , ,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

2015 PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN EFIKASI DIRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. 7,6%, Diploma I/II/III dengan 6,01% dan universitas sebesar 5,5%. Pada posisi

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari- hari. Lesunya pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor riil, telah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus

BAB I PENDAHULUAN. bidang apapun. Salah satunya dalam bidang perekonomian. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia saat ini menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan, pengangguran global

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurursan Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

I. PENDAHULUAN jumlah pengangguran terdidik meningkat, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taufik Pardita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengangguran dapat menjadi masalah di sebuah Negara. Dan bukanlah hal

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Horne (Mulyasana, 2011, h. 5) menyatakan bahwa : peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Lulusan SMK akan menghadapi persaingan yang semakin ketat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia. Dengan diberlakukannya MEA (masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi masalah besar di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional dari negara-negara di dunia. Untuk mengimbangi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, memiliki keterampilan, keahlian, dedikasi,

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Prestasi Praktik Kerja Industri (Prakerin) terhadap Minat Berwisata Siswa

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Sarjana banyak yang memilih untuk menganggur daripada menjalani pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata

BAB I PENDAHULUAN. dapat menampung pencari kerja, akibatnya banyak rakyat Indonesia baik yang

PENGEMBANGAN USAHA PEREMPUAN BAGI KESEJAHTERAAN KELUARGA MELALUI KEWIRAUSAHAAN

IRRA MAYASARI F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan di tengah masyarakat modern memiliki tingkat persaingan yang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia membutuhkan banyak wirausahawan untuk menjadikan negara

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. lulusan atau tenaga kerja baru.perkembangan perekonomian Indonesia di prediksi

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

STUDI AWAL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek kehidupan menjadi masalah nasional. Tidak hanya bidang sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa menjadi bibit wirausaha (Indra 2010). Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan nasional. Oleh karena itu, kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. diimbangi dengan peningkatan jumah lapangan pekerjaan yang tersedia. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. lapangan tidak begitu adanya. Pengangguran terdidik bagi para lulusan

KEWIRAUSAHAAN I Konsepsi Dasar Kewirausahaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad ke 17, konsep kewirausahaan berkembang dengan menitikberatkan pada konsep risiko (Sumarsono, 2013). Kemudian pada abad 18 berkembang pandangan bahwa wirausaha adalah seseorang yang memiliki hasil inovasi dikembangkan bisnisnya dengan menggunakan modal dari pihak lain (Sumarsono, 2013). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kewiraswastaan berasal dari kata entreneur (bahasa Inggris) adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun oprasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengukur permodalan oprasinya Sumarsono ( 2013). Dalam Eksiklodedia Manajemen oleh Prof. Komaruddi dalam Sumarsono (2013), menyatakan pengusaha, usahawan, wirausaha dalam bahasa Inggris merupaka Entrepreneur di samping enterpriser. Kewirausahaan adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang pengembangan dan pembangunan kreativitas serta berani menanggung risiko terhadap pekerjaan yang dilakukan demi mewujutkan hasil karya tersebut (Fahmi, 2014). Berwirausaha merupakan salah satu alternatif pilihan yang sangat tepat, dengan berwirausaha berarti membantu mengatasi permasalahan ekonomi yang ada di Indonesia, menyediakan lapangan pekerjaan bagi diri sendiri dan orang banyak yang membutuhkan, mengingat masih tingginya tingkat pengangguran di Indonesia. Bagi sebagian orang yang mampu bekerja di bawah perintah orang lain 1

2 atau tidak mampu bekerja di bawah tekanan, mereka dapat berwirausaha jika mempunyai atau memiliki keterampilan khusus. Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik dan mengakibatkan banyak pula orang menganggur. Pendidikan yang tinggi tidak menjamin mendapatkan pekerjaan yang layak, sehingga sarjana menjadi pengangguran. Dengan gelar sarjana yang dimilikinya banyak masyarakat yang ingin mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Persaingan yang sangat tingg dalam seleksi pekerjaan dan banyaknya orang yang mencari pekerjaan membuat banyak lulusan sarjana menjadi pengangguran atau mendapatkan pekerjaan yang seadanya asal predikat pengangguran tak melekat pada dirinya. Lulusan yang beruntung bisa langsung bekarja sesuai dengan ilmunya, namun ada juga yang tidak beruntung dan harus menganggur setelah lulus kuliah. Berwirausaha di Indonesia telah diajarkan diberbagai lembaga seperti kursus, seminar, workshop, dan sejenisnya. Di negara negara maju, baik di benua Eropa maupun benua Amerika, setiap sepuluh menit lahir wirausahawan baru. Bahkan, pertumbuhan wirausahawan membawa peningkatan ekonomi yang luar biasa. Pengusaha pengusaha baru itu dapat memperkaya pasar dengan berbagai produk dan atau jasa yang kreatif dan inovatif. Transformasi pengetahuan berkewirausahaan telah berkembang pada dekade terakhir ini. Demikian pula tren di negara negara lain termasuk Indonesia, mata pelajaran atau mata kuliah kewirausahaan telah diajarkan dibeberapa sekolah menengah atas dan kejuruan, dan berbagai perguruan tinggi, bahkan dijadikan sebagai kurikulum wajib, serta

3 diberbagai kursus bisnis dan koperasi menjadi materi ajar utama, bahkan menjadi salah satu konsentrasi di program studi tertentu (Saiman, 2015). Jumlah penduduk yang makin besar telah membawa akibat jumlah angkatan kerja yang makin besar pula. Ini berarti makin besar pula jumlah orang yang mencari pekerjaan atau mengangggu. Agar dapat tercapai keadaan yang seimbang maka mereka semua dapat tertampung dalam suatu pekerjaan yang cocok dan sesuai dengan keinginan serta keterampilan mereka (Subri, 2014). Pengangguran dan kemiskinan terjadi karena perbandingan antara jumlah penawaran kesempatan kerja di seluruh sektor, baik di dalam maupun di luar negeri yang meliputi sektor industri, pertanian, pertambangan, transportasi, pariwisata, dan lain lain, tidak sebanding dengan jumlah lulusan atau penawaran tenaga kerja baru yang dihasilkan di segala level pendidikan, baik di tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama. Sembilan tahun wajib belajar yang tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi) sampai dengan perguruan tinggi disemua jenjang. Solusi untuk mengatasi hal itu tentu tidak ada jalan lain kecuali jika setiap lulusan atau tenaga kerja baru, baik yang dihasilkan dari tingkat pendidikan paling bawah (SMP wajib Sembilan tahun) sampai dengan tingkat perguruan tinggi, mau tidak mau harus dibekali dan diarahkan untuk tidak lagi berorientasi menjadi pegawai atau pencari kerja, namun diarahkan untuk menjadi seorang pemula wirausahawan atau menjadi pengusaha mikro atau pengusaha kecil sebagai pemberi kerja atau gaji bagi orang lain atau mampu menciptakan pekerjaan atau lapangan kerja bagi orang lain. Banyaknya pengangguran (baik yang tidak memiliki keterampilan dan tidak berpendidikan tinggi maupun

4 pengangguran yang memiliki pendidikan formal sampai ditingkat sarjana atau pengangguran intelektual) karena pertumbuhan ekonomi suatu negara yang rendah, ataupun karena krisis ekonomi yang berkepanjangan, sehingga tidak mampu menampung antara pertambahan tenaga kerja baru dengan ketersediaan lapangan kerja baru (Saiman, 2015). Dunia kerja makin sulit sementara masyarakat yang membutuhkan kerja terus meningkat. Adanya pengangguran dalam anggota keluarga merupakan masalah bagi anggota keluarga yang lain kerena mereka terpaksa menanggung beban hidup anggota keluarga yang menganggur. Secara luas, ini juga berarti pengangguran yang disebabkan ketiadaan lapangan pekerjaan akhirnya menjadi tanggungan masyarakat juga. Pengangguran ini bukanlah hasil sebuah pilihan untuk tidak bekerja, tetapi akibat dari semakin sulitnya mendapatkan pekerjaan (Putra, 2012). Pelatihan tenaga kerja lebih diarahkan kepada pengembangan usaha yang mandiri dan profesional, sehingga lahir dan berkembang wiraswastawan baru yang mampu menciptakan berbagai lapangan dan kesempatan kerja di samping memobilitas sumber daya manusia non produktif kegiatan yang lebih produktif dengan disertai jaminan sosial dan hari tua serta kapasitas hukum (Subri, 2014). Adanaya masalah lain yang berupa jumlah, pertumbuhan atau pertambahan penduduk yang selalu sangat tinggi setiap tahunnya, penyebaran tenaga kerja yang tidak merata, kondisi pasar yang bervariasi dan sikap mahasiswa terhadap berwirausaha yang belum terbina dengan baik, merupakan beberapa dari banyak faktor yang menyebabkan lowongan pekerjaan semakin

5 terbatas. Hal ini pula yang membuat lulusan dari perguruan tinggi masih banyak menganggur karena belum mendapatkan pekerjaan. Padahal, entrepreneursip itu seharusnya menjadi tulang punggung keterampilan bagi lulusan lulusan Universitas di negara kepulauan yang indah ini, yaitu Indonesia. Sayangnya, rata rata universitas yang ada di Indonesia lebih cenderung memilih jurusan yang menbentuk para lulusannya ke arah yang lebih spesialis dan tidak mengintergrasikan ilmu ilmu lain serta fokus pada satu ilmu saja seperti marketing, produksi, SDM, dan keuangan untuk kemudian diarahkan menjadi pegawai dan pencari kerja (employee atau job seeker) (Hendro, 2011). Table 1.1 Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan yang Ditamatkan Agustus 2013 2015 No Pendidikan Tertinggi Tahun Yang Ditamatkan Agustus 2013 Agustus 2014 Agustus 2015 1 Tidak/belum pernah 81.432 74.898 55.554 sekolah 2. Belum/tidak tamat SD 489.152 389.550 371.542 3. SD 1.347.555 1.229.652 1.004.961 4. SLTP 1.689.643 1.566.838 1.373.919 5. SLTA Umum 1.925.660 1.962.786 2.280.029 6. SLTA Kejuruan 1.258.201 1.332.521 1.569.690 7. Diplomat 185.103 193.517 251.541 I/II/III/Akademik 8. Universitas 434.185 495.143 653.586 Jumlah 7.410.931 7.244.905 7.560.822 Sumber: Badan Pusat Statistik Berdasarkan table 1.1 jumlah pengangguran di Indonesia terbilang masih cukup besar dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2015 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2015 menapak 7,56 juta orang. Angka ini setara dengan 6,18 persen. Banyaknya pengangguran tersebut bisa jadi karena

6 rendahnya kompetensi dan minimnya soft skills yang dimiliki oleh calon tenaga kerja sehingga alokasi lapangan pekerjaan tidak sepenuhnya terpenuhi. Selain itu juga masih melekatnya mentalitas untuk mencari pekerjaan ketimbang menciptakan pekerjaan sendiri. Dalam menghadapi dunia kerja tersebut, lulusan perguruan tinggi memang tidak harus melamar menjadi tenaga kerja, melainkan juga bisa dengan menjadi pengusaha. Dengan menjadi pengusaha, selain akan berkontribusi dalam pembangunan bangsa juga memiliki nilai mulia serta mampu menciptakan lapangan kerja. Bagi sebagian orang yang tidak menyukai pekerjaan yang diatur orang lain, mereka yang mempunyai keterampilan khusus, dapat memperoleh penghasilan sebagai berwirausaha. Berwirausaha termasuk alternative pilihan yang sangat tepat, dengan berwirausaha berarti membantu mengatasi permasalahan ekonomi Indonesia, menyediakan lapangan pekerjaan bagi diri sendiri dan orang banyak yang membutuhkan, mengingat masih banyak sekali pengangguran di Indonesia. Berdasarkan pada uraian tersebut, maka penelitian ini berjudul : Faktor Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Berwirausaha Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Batasan Masalah Ada berbagai faktor yang berhubungan dengan rendahnya minat berwirausaha mahasiswa. Mengingat banyaknya cakupan, maka perlu diadakan pembatasan masalah yang diteliti. Berhubungan dengan adanya keterbatasan waktu, biaya, dan kemampuan, maka penulis akan membatasi penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner atau angket sebagai alat pengumpulan

7 data primer. Objek penelitian adalah sebagian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. C. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, pokok masalah yang akan diteliti adalah : 1. Bagaimana pengaruh motivasi terhadap rendahnya minat berwirausaha mahasiswa di Universitas Muhammadiyah? 2. Yogyakarta Bagimana pengaruh lingkungan terhadap rendahnya minat berwirausaha mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta? 3. Bagimana pengaruh pengetahuan terhadap rendahnya minat berwirausaha mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta? 4. Bagimana pengaruh risiko terhadap rendahnya minat berwirausaha mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui tingkat motivasi terhadap rendahnya minat berwirausaha mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui tingkat lingkungan terhadap rendahnya minat berwirausaha mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan terhadap rendahnya minat berwirausaha mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

8 4. Untuk mengetahui risiko terhadap rendahnya minat berwirausaha mahasiswa Universitas Muhammadiyah. E. Manfaat penelitian 1. Manfaat di Bidang Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas tentang kewirausahaan dalam mempengaruhi rendahnya minat wirausaha, untuk mengembangkan kreativitas penulis dalam mengembangkan ilmu yang telah didapat. 2. Manfaat di Bidang Praktik Menyediakan informasi sebagai bahan acuan bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian sealnjutnnya.