BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Spesifikasi Benda Uji Benda Uji Tulangan Dimensi Kolom BU 1 D mm x 225 mm Balok BU 1 D mm x 200 mm

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 5.1 Tegangan yang terjadi pada model 1.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERILAKU STRUKTUR BETON BERTULANG AKIBAT PEMBEBANAN SIKLIK

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SLOOF PRACETAK DARI BAMBU KOMPOSIT

BAB III LANDASAN TEORI

KERUNTUHAN LENTUR BALOK PADA STRUKTUR JOINT BALOK-KOLOM BETON BERTULANG EKSTERIOR AKIBAT BEBAN SIKLIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III UJI LABORATORIUM. Pengujian bahan yang akan diuji merupakan bangunan yang terdiri dari 3

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai inovasi yang ditemukan oleh para ahli membawa proses pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

Latar Belakang : Banyak bencana alam yang terjadi,menyebabkan banyak rumah penduduk rusak

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

Panjang Penyaluran, Sambungan Lewatan dan Penjangkaran Tulangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari ketinggian shear wall yang optimal untuk gedung perkantoran 22

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. HALAMAN PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. DAFTAR ISI...

BAB III LANDASAN TEORI

Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

BAB V. Resume kerusakan benda uji pengujian material dapat dilihat pada Tabel V-1 berikut. Tabel V-1 Resume pola kerusakan benda uji material

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

I. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

KAJIAN EKSPERIMENTAL PERILAKU BALOK BETON TULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN TIPE KERUNTUHAN BALOK ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

STUDI PERILAKU SAMBUNGAN BALOK PRACETAK UNTUK RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA AKIBAT BEBAN STATIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Defleksi Balok Beton Bertulang Pada Sistem Rangka Dengan Bantuan Perangkat Lunak Berbasis Metode Elemen Hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

sejauh mungkin dari sumbu netral. Ini berarti bahwa momen inersianya

BAB I PENDAHULUAN. tarik yang tinggi namun kuat tekan yang rendah.kedua jenis bahan ini dapat. bekerja sama dengan baik sebagai bahan komposit.

Kata kunci: Balok, bentang panjang, beton bertulang, baja berlubang, komposit, kombinasi, alternatif, efektif

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG KOLOM UNTUK RUMAH SEDERHANA TERHADAP BEBAN GEMPA DI PADANG ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

LENTUR PADA BALOK PERSEGI ANALISIS

Gambar 2.1 Rangka dengan Dinding Pengisi

PENINGKATAN DISIPASI ENERGI DAN DAKTILITAS PADA KOLOM BETON BERTULANG YANG DIRETROFIT DENGAN CARBON FIBER JACKET

TULANGAN GESER. tegangan yang terjadi

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL... i KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK...

PONDASI PRACETAK BAMBU KOMPOSIT

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

BAB VII. Dari hasil eksperimen dan analisis yang dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial

BAB I PENDAHULUAN. memikul tekan pada semua beban bekerja distruktur tersebut.

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB III LANDASAN TEORI. dibebani gaya tekan tertentu oleh mesin tekan.

Perencanaan Kolom Beton Bertulang terhadap Kombinasi Lentur dan Beban Aksial. Struktur Beton 1

PENGARUH PENEMPATAN PENYAMBUNGAN PADA PERILAKU RANGKAIAN BALOK-KOLOM BETON PRACETAK BAGIAN SISI LUAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

03. Semua komponen struktur diproporsikan untuk mendapatkan kekuatan yang. seimbang yang menggunakan unsur faktor beban dan faktor reduksi.

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA

DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT MENENGAH. Refly. Gusman NRP :

PENGARUH PERBANDINGAN PANJANG BENTANG GESER DAN TINGGI EFEKTIF PADA BALOK BETON BERTULANG

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

KONSEP DAN METODE PERENCANAAN

f ' c MPa = MPa

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG

Pengaruh Variasi Tebal Terhadap Kekuatan Lentur Pada Balok Komposit Menggunakan Response 2000

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Umum Beban Gempa Menurut SNI 1726: Perkuatan Struktur Bresing...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KOLOM (ANALISA KOLOM LANGSING) Winda Tri W, ST,MT

TUGAS AKHIR STUDI NUMERIK PERILAKU SAMBUNGAN BALOK-KOLOM BETON BERTULANG PRACETAK INTERIOR DENGAN PEMBEBAN STATIK

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam pembangunan fisik. Karena sifat nya yang unik. pembuatan, cara evaluasi dan variasi penambahan bahan.

DESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON DAN SNI GEMPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

Transkripsi:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hasil dari analisa uji sambungan balok kolom precast. Penelitian dilakukan dengan metode elemen hingga yang menggunakan program ABAQUS. memodelkan dua jenis benda uji yaitu sambungan balok kolom dengan kolom persegi panjang dan sambungan balok kolom eksterior dengan kolom lingkaran. Tabel 5.1 Spesifikasi Benda Uji Benda Uji Tulangan Dimensi Kolom BU 1 D10 225 x 225 Balok BU 1 D10 200 x 200 Sengkang BU 1 D6 Kolom BU 2 D12 D324 Balok BU 2 D10 300 x 300 Sengkang BU 2 D6 Tabel 5.2 Mutu material benda uji Benda Uji BU 1 BU 2 Balok 28 Mpa 28 Mpa Kolom 28 Mpa 32,889 Mpa Grouting 28 Mpa 32,889 Mpa A. Tegangan Regangan Hasil dari penelitian mempelihatkan nilai tegangan dan regangan yang didapat. Gambar 5.1 menampilkan nilai tegangan maksimal yang terjadi yaitu 13,9155 N/ dan regangan yang terjadi yaitu 0,01799 tidak ada satuan, karena tegangan sendiri tidak memiliki satuan. Gambar 5.1 merupakan nilai dari tegangan regangan benda uji ke dua yaitu dengan variasi kolom lingkaran dengan sengkang spiral, nilai yang didapat yaitu tegangan maksimal 2,8800 N/ dan regangan 0,00227. 76

Tegangan 77 Dari kedua benda uji bisa dikatakan nilai tegangan dan regangan yang didapat benda uji satu lebih besar karena keduanya memiliki perbedaan pada dimensi, variasi kolom, beban, dan meshing. Tabel 5.3 Parameter hubungan tegangan regangan Model Tegangan Regangan yield ultimate yield ultimate BU 1 7,94354 13,9115 0,00118421 0,01799 BU 2 1,5300 2,8800 0,000489 0,00227 B. Daktilitas Kolom Daktilitas adalah kemampuan struktur untuk tidak mengalami keruntuhan secara tiba-tiba (getas) tetapi masih mampu mengalami deformasi yang cukup besar pada saat beban maksimum tercapai sebelum struktur tersebut mengalami keruntuhan. Daktilitas dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara defleksi saat kondisi ultimit dan defleksi saat luluh pertama Gambar 5.2 menjelaskan nilai daktilitas, daktilitas benda uji satu yaitu sebesar 0,00658 dan benda uji dua sebesar 0,215. benda uji dua memiliki daktilitas yang lebih besar karena kemampuan benda uji dua dalam mengalami keruntuhan lebih stabil atau tidak getas. 16 14 12 10 8 6 4 BU 1 BU 2 2 0 0 0.005 0.01 0.015 0.02 Regangan Gambar 5.1 Tegangan regangan benda BU 1 dan BU 2

DAKTILITAS 6.58E-02 0.215418502 78 BU 2 BU 1 Benda uji 1 Gambar 5.2 Nilai daktilitas C. Hubungan Beban dengan Lendutan Data beban dan lendutan diperoleh dari hasil pengujian lentur kolom komposit beton. Berdasarkan data-data ini dibuat grafik hubungan beban-lendutan maksimum. Gambar 5.3 memaparkan, beban maksimum pada benda uji satu dan benda uji dua yaitu sama sebesar 15,5. Sedangkan untuk lendutan maksimal yang terjadi lebih besar pada benda uji satu hal ini kemungkinan karena adanya pengarung variasi bentuk kolom dalam mempertahankan sambungan balok kolom beton precast mempunyai nilai sebesar 7,2 %. Tabel 5.4 Beban lendutan hasil pengujian Benda uji P crack P yield P ultimite Pembebanan () Benda uji 1 Py =3,1110 δ y =0,623824 Pm = 7,525 δ m = 4,22598 Pa = 15,5 δa=33,8647 15,5 Benda Uji 2 Py =1,5000 δ y =1,5356 Pm = 8,100 δ m = 11,9533 1 6.58E-02 Benda Uji 2 0.215418502 Pa = 15,5, δ a = 31,426 15,5

KEKAKUAN (N/MM) 677.6541454 1780.685771 FORCE (N) 79 Benda Uji 1 Benda Uji 2 18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0-5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 DISPLACEMENT (MM) Gambar 5.3 Hubungan beban dengan lendutan D. Analisa Hasil Kekakuan Hasil dari penelitian memperlihatkan bahwa sebelum taraf retak, kekakuan balok berlubang relative sama kemudian memasuki daerah retak awal kekakuan balok. Gambar 5.4 menjelaskan, beban praretak benda uji satu memiliki nilai 1780,685771 N/ perbedaan cukup siginifikan dikarenakan benda uji satu dan dua memiliki perbedaan pada dimensi, variasi kolom, beban, dan meshing. Beban praretak benda uji dua memliki nilai 677,6541454 N/. kenaikan kekakuan benda dua satu terhadap benda uji satu adalah sebesar 61,94 %. BU 1 1 BU 1 1780.685771 BU 2 677.6541454 Gambar 5.4 Nilai kekakuan

DISIPASI ENERGI (JOULE) 5277.007698 5878.508122 80 E. Disipasi Energi Gambar 5.5 memaparkan besarnya energy pada saat kapasitas beban lateral tercapai. Pada saat beban lateral maksimum tercapai kolom persegi memiliki disipasi energy 5878,508 Joule dan pada benda uji dua ketika beban lateral maksimum hanya mencapai 5277,0077 joule, memperlihatkan nilai disipasi energi benda uji satu lebih besar 1,11 kali lebih besar dari kolom lingkaran. Karena lendutan yang terjadi pada benda uji satu lebih besar menandakan kehilangan energi pada benda uji satu lebih besar. BU 1 BU 2 1 BU 1 5878.508122 BU 2 5277.007698 Gambar 5.5 Nilai disipasi energy (joule) F. Pola Retak 1. Benda uji 1 Pola retak terjadi pada daerah sambungan yang tegak lurus dengan sumbu balok diakibatkan oleh lentur. Retak pertama terjadi pada beban 0,3 Ton. Selanjutnya retak geser mulai terbentuk pada saat beban mencapai 0,7 Ton. Retak geser ini menjalar ke arah sumbu balok dan makin cepat propogasinya pada saat beban mencapai 1,55 Ton. Benda uji dua dengan variasi kolom lingkaran menunjukan pola retak yaitu retak awal pada beban 0,15 Ton. Selanjutnya retak geser mulai terbentuk pada saat beban mencapai 0,81 Ton Selanjutnya retak akhir terjadi pada beban 1,55 Ton sudah mencapai beban akhir.

81 Gambar 5.6 Pola retak BU 1 Gambar 5.7 Detail Pola retak BU 1

82 Gambar 5.8 Hasil leleh pada tulangan BU 1 Gambar 5.9 Pola retak BU 2

83 Gambar 5.10 Detail pola retak BU 2 Gambar 5.11 Hasil leleh tulangan BU 2