MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER. 20/MEN/2007 TENTANG

- 1 - RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 21/MEN/2006 TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN DALAM HAL TRANSIT

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: PER. 04/MEN/2005 TENTANG BENTUK DAN JENIS SERTA TATA CARA PENERBITAN DOKUMEN TINDAKAN KARANTINA IKAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.18/MEN/2003 T E N T A N G

TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN OLEH PIHAK KETIGA

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.28/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: PER. 06/MEN/2005 TENTANG PENGGANTIAN BENTUK DAN FORMAT PERIZINAN USAHA PENANGKAPAN IKAN

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dokumen. Karantina Ikan. Jenis. Penerbitan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2008 TENTANG PERSYARATAN PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA BERUPA IKAN HIDUP

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.15/MEN/2003 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2008 TENTANG

NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 13/MEN/2007 TENTANG SISTEM PEMANTAUAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUNLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2007 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

INSTALASI DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA KARANTINA IKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Syarat. Tata Cara. Karantina. Media. Organisme. Area.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 33/PERMEN-KP/2014 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN

2 Menetapkan 2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lemb

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 05/MEN/2007 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN

2017, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran N

NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA TUMBUHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA TUMBUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERTANIAN. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 41/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.32/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/2011 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 09/Permentan/OT.140/2/2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP. 41/MEN/2003 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENCABUTAN KAWASAN KARANTINA IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/2011 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/Permentan/OT.140/3/2014 TENTANG

*37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Memperhatikan : Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dalam surat Nomor B/2795-7/M.PAN/9/2008, tanggal 26 September 2008;

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMENTAN/KR.120/5/2017 TENTANG DOKUMEN KARANTINA HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 5

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 52/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PERSYARATAN TAMBAHAN KARANTINA TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: PER.15/MEN/2005 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 07/MEN/2010 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 18/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 200

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN PUSAT KARANTINA IKAN SURAT PENAHANAN SEMENTARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 34/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENETAPAN INSTALASI KARANTINA HEWAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193/PMK.03/2015 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG

2015, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 211 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5739); Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN M

2015, No Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

NOMOR : KEP.44/MEN/2004 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN/KOTA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN USAHA PERIKANAN

REPUBLIC OF INDONESIA MINISTRY OF MARINE AFFAIRS AND FISHERIES FISH QUARANTINE AND INSPECTION AGENCY

UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN [LN 2009/154, TLN 5073]

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 34/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENETAPAN INSTANSI KARANTINA HEWAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

75 TAHUN 2015 JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 32/MEN/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KARANTINA IKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Per

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP

2015, No Tidak Sesuai Dengan Tujuan Semula atau Dipindahtangankan kepada Pihak Lain Baik Sebagian atau Seluruhnya Serta Pengenaan Sanksi Atas

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.10/MEN/2012 TENTANG KEWAJIBAN TAMBAHAN KARANTINA IKAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/Permentan/PD.410/10/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2018 TENTANG KETENTUAN IMPOR JAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : PER.17/MEN/2006 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 18/Permentan/OT.140/5/2006 TENTANG PELAKSANAAN TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN DI LUAR TEMPAT PEMASUKAN DAN PENGELUARAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 62/Permentan/OT./140/12/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/Permentan/PD.410/5/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 73/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STANDAR PELAYANAN SERTIFIKASI KESEHATAN IKAN UNTUK LALULINTAS DOMESTIK KELUAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2008

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN DAN/ATAU PENGANGKUTAN IKAN DI LAUT LEPAS

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN KEPEMILIKAN MODAL BADAN USAHA DI BIDANG TRANSPORTASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: PER. 05/MEN/2005 TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 245/Kpts/LB.730/4/90 tentang Tindakan Karantina Ikan Hidup Yang Dikeluarkan Dari Wilayah Negara Republik Indonesia telah ditetapkan ketentuan mengenai tindakan karantina terhadap ikan hidup yang dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia; b. bahwa dalam perkembangannya, Keputusan Menteri Pertanian Nomor 245/Kpts/LB.730/4/90 tentang Tindakan Karantina Ikan Hidup Yang Dikeluarkan Dari Wilayah Negara Republik Indonesia tersebut tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan peraturan perundang-undangan di bidang karantina ikan; c. bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas dan sebagai pelaksanaan dari Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan dipandang perlu mengatur kembali tindakan karantina ikan untuk pengeluaran media pembawa hama dan penyakit ikan karantina, dengan Peraturan Menteri; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419); 2. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482); 3. Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4433);

2 4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4197); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2002 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4241); 6. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 8/M Tahun 2005; 7. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia; 8. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2005; 9. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.24/MEN/2002 tentang Tata Cara dan Teknik Penyusunan Peraturan Perundang undangan di Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan; 10. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.05/MEN/2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kelautan dan Perikanan; 11. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.15/MEN/2003 tentang Instalasi Karantina Ikan; 12. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.16/MEN/2003 tentang Penetapan Tempat-tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina; 13. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.17/MEN/2003 tentang Penetapan Jenis-Jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media Pembawa, dan Sebarannya; 14. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.41/MEN/2003 tentang Tata Cara Penetapan dan Pencabutan Kawasan Karantina Ikan; 15. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.32/MEN/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan;

3 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan: 1. Tindakan Karantina Ikan, yang selanjutnya disebut tindakan karantina, adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya hama dan penyakit ikan dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia. 2. Pengeluaran adalah mengeluarkan media pembawa dari wilayah Negara Republik Indonesia ke luar negeri atau dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia. 3. Tempat pengeluaran adalah pelabuhan laut, pelabuhan sungai, pelabuhan penyeberangan, bandar udara, kantor pos, pos perbatasan dengan negara lain, dan tempat-tempat lain yang dianggap perlu, yang ditetapkan sebagai tempat untuk mengeluarkan media pembawa hama dan penyakit ikan. 4. Area adalah meliputi daerah dalam suatu pulau, atau pulau, atau kelompok pulau di dalam wilayah Negara Republik Indonesia yang dikaitkan dengan pencegahan penyebaran hama dan penyakit ikan. 5. Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina, yang selanjutnya disebut media pembawa, adalah ikan dan/atau Benda Lain yang dapat membawa hama dan penyakit ikan karantina. 6. Ikan adalah semua biota perairan yang sebagian atau seluruh daur hidupnya berada di dalam air, dalam keadaan hidup atau mati, termasuk bagian-bagiannya. 7. Benda Lain adalah media pembawa selain ikan yang mempunyai potensi penyebaran hama dan penyakit ikan karantina. 8. Penahanan adalah tindakan menahan media pembawa yang akan dimasukkan atau dikeluarkan ke atau dari wilayah Negara Republik Indonesia atau dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia. 9. Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan(Health Certificate for Fish and Fish Products) adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina ikan yang menyatakan bahwa media pembawa yang tercantum di dalamnya bebas dari hama dan penyakit ikan karantina dan/atau hama dan penyakit ikan yang dipersyaratkan.

4 10. Surat Kesehatan Ikan Domestik, yang selanjutnya disebut Sertifikat Kesehatan Ikan Domestik, adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina ikan untuk pengeluaran media pembawa dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia yang menyatakan bahwa media pembawa yang tercantum di dalamnya bebas dari hama dan penyakit ikan karantina. 11. Pemilik Media Pembawa adalah orang atau badan hukum yang memiliki media pembawa dan/atau yang bertanggung jawab atas pemasukan, pengeluaran atau transit media pembawa. 12. Petugas Karantina Ikan, yang selanjutnya disebut petugas karantina, adalah pegawai negeri tertentu yang diberi tugas untuk melakukan tindakan karantina berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB II PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA Pasal 2 Setiap pengeluaran media pembawa dari wilayah Negara Republik Indonesia ke luar negeri wajib: a. melalui tempat-tempat pengeluaran yang telah ditetapkan; b. dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam huruf a untuk keperluan tindakan karantina; c. dilengkapi Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan (Health Certificate for Fish and Fish Products) yang diterbitkan oleh petugas karantina di tempat pengeluaran, apabila disyaratkan oleh negara tujuan. Pasal 3 Adanya persyaratan dari negara tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c, dibuktikan dan/atau dinyatakan, antara lain, dalam: a. permohonan tertulis pemeriksaan kesehatan media pembawa yang disampaikan oleh pemilik media pembawa atau kuasanya; b. ketentuan impor dari negara tujuan; dan/atau c. ketentuan internasional yang mengikat. Pasal 4 (1) Setiap pengeluaran media pembawa dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia wajib: a. melalui tempat-tempat pengeluaran yang telah ditetapkan; b. dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam huruf a untuk keperluan tindakan karantina;

5 c. dilengkapi Sertifikat Kesehatan Ikan Domestik yang diterbitkan oleh petugas karantina di tempat pengeluaran. (2) Kewajiban untuk melengkapi Sertifikat Kesehatan Ikan Domestik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c tidak berlaku untuk pengeluaran Benda Lain. Pasal 5 Apabila media pembawa yang dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b atau Pasal 4 huruf b, merupakan media pembawa: a. yang dilarang pengeluarannya, maka terhadap media pembawa tersebut dilakukan penahanan dan/atau penolakan; b. yang diatur/dibatasi pengeluarannya dan tidak dilengkapi dengan persyaratan lain sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku, maka terhadap media pembawa tersebut dilakukan penahanan dan/atau penolakan. Pasal 6 (1) Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) berlaku bagi pengeluaran media pembawa yang berasal dari suatu area tidak bebas Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) ke area bebas HPIK. (2) Area tidak bebas HPIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah suatu area yang berdasarkan hasil pemantauan telah ditemukan hama dan penyakit ikan karantina. (3) Area bebas HPIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah suatu area yang berdasarkan hasil pemantauan tidak ditemukan hama dan penyakit ikan karantina. (4) Area yang tidak bebas maupun area yang bebas HPIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada daerah sebar hama dan penyakit ikan karantina yang telah ditetapkan. Pasal 7 (1) Untuk setiap pengeluaran media pembawa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang berupa: a. barang bawaan, pemilik wajib melaporkan dan menyerahkan media pembawa kepada petugas karantina di tempat pengeluaran paling lambat sebelum keberangkatan, dan dilaksanakan tindakan karantina sesuai dengan persyaratan negara tujuan; b. barang muatan atau kiriman pos atau Benda Lain, pemilik wajib melaporkan dan menyerahkan media pembawa kepada petugas

6 karantina di tempat pengeluaran paling lambat 1 (satu) hari sebelum dilaksanakan tindakan karantina. (2) Untuk setiap pengeluaran media pembawa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 yang berupa: a. barang bawaan, pemilik wajib melaporkan dan menyerahkan media pembawa kepada petugas karantina di tempat pengeluaran paling lambat sebelum keberangkatan, dan dilaksanakan tindakan karantina; b. barang muatan atau kiriman pos atau Benda Lain, pemilik wajib melaporkan dan menyerahkan media pembawa kepada petugas karantina di tempat pengeluaran paling lambat 1 (satu) hari sebelum dilaksanakan tindakan karantina. Pasal 8 (1) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dapat dipenuhi oleh pemilik media pembawa, maka terhadap media pembawa tersebut dilakukan tindakan karantina. (2) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 tidak dapat dipenuhi oleh pemilik media pembawa, maka petugas karantina dapat melakukan penolakan terhadap media pembawa tersebut. BAB III TINDAKAN KARANTINA Pasal 9 (1) Tindakan karantina untuk pengeluaran media pembawa meliputi pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, dan pembebasan. (2) Tindakan karantina sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di instalasi karantina ikan. (3) Instalasi karantina ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah tempat beserta segala sarana dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan untuk melaksanakan tindakan karantina. (4) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemeriksaan secara klinis dan/atau laboratoris. (5) Untuk keperluan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pengambilan sampel terhadap media pembawa, dengan ketentuan sebagai berikut: a. bagi media pembawa yang berupa barang bawaan, pengambilan sampel dilakukan di tempat pengeluaran;

7 b. bagi media pembawa yang berupa barang muatan atau kiriman pos atau Benda Lain, pengambilan sampel dilakukan di instalasi karantina ikan. (6) Selama dilakukan tindakan karantina sebagaimana dimaksud pada ayat (1), media pembawa dilarang untuk: a. dipindahtempatkan dari instalasi karantina ikan ke tempat lain; b. dipindahtangankan dari pemilik media pembawa kepada pihak lain; dan/atau c. ditukar dengan media pembawa dari jenis yang sama atau dari jenis yang lain. Pasal 10 (1) Media pembawa yang akan dikenakan tindakan karantina harus sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau ukuran media pembawa yang tercantum dalam surat permohonan pemeriksaan yang disampaikan oleh pemilik media pembawa atau kuasanya. (2) Apabila jenis, jumlah, dan/atau ukuran media pembawa pada saat akan dilakukan pemeriksaan tidak sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau ukuran media pembawa yang tercantum dalam surat permohonan pemeriksaan, maka pemilik media pembawa atau kuasanya wajib mengajukan permohonan ulang sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau ukuran media pembawa yang akan dikenakan pemeriksaan tersebut. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku bagi kelebihan jumlah media pembawa dalam hal untuk keperluan pemeriksaan kesehatan ikan dan/atau cadangan apabila terjadi kematian atau kerusakan pada media pembawa, yang jumlahnya paling banyak sebesar 5% (lima prosen) dari jumlah masing masing jenis media pembawa yang akan dikirim. (4) Terhadap kelebihan media pembawa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tetap dikenakan tindakan karantina. (5) Apabila jumlah media pembawa yang akan dikeluarkan melebihi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka terhadap kelebihan tersebut dilakukan penolakan. Pasal 11 (1) Terhadap media pembawa yang akan dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia apabila berdasarkan hasil pemeriksaan secara klinis dan/atau laboratoris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3), ternyata media pembawa tersebut:

8 a. bebas Hama dan Penyakit Ikan (HPI) yang dipersyaratkan oleh negara tujuan, maka terhadap media pembawa tersebut dibebaskan dengan diberikan Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan (Health Certificate for Fish and Fish Products); b. tertular HPI yang dipersyaratkan oleh negara tujuan yang merupakan HPIK Golongan I, maka terhadap media pembawa tersebut ditolak pengeluarannya dan ditindaklanjuti dengan pemusnahan; c. tertular HPI yang dipersyaratkan oleh negara tujuan yang merupakan HPIK Golongan II, maka terhadap media pembawa tersebut diberi perlakuan. (2) Terhadap media pembawa yang akan dikeluarkan dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia apabila berdasarkan hasil pemeriksaan secara klinis dan/atau laboratoris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3), ternyata media pembawa tersebut: a. bebas HPIK, maka terhadap media pembawa tersebut dibebaskan dengan diberikan Sertifikat Kesehatan Ikan Domestik; b. tertular HPIK Golongan I, atau busuk atau rusak, maka terhadap media pembawa tersebut ditolak pengeluarannya dan ditindaklanjuti dengan pemusnahan; c. tertular HPIK Golongan II, maka terhadap media pembawa tersebut diberi perlakuan. (3) Apabila setelah diberi perlakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan ayat (2) huruf c, ternyata media pembawa tersebut: a. dapat disembuhkan atau disucihamakan dari HPI yang dipersyaratkan oleh negara tujuan dan/atau HPIK Golongan II, maka terhadap media pembawa tersebut dilakukan pembebasan dengan diberikan Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan (Health Certificate for Fish and Fish Products) untuk pengeluaran ke luar wilayah Negara Republik Indonesia, atau Sertifikat Kesehatan Ikan Domestik untuk pengeluaran dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia; b. tidak dapat disembuhkan atau disucihamakan dari HPIK Golongan II, maka terhadap media pembawa tersebut ditolak pengeluarannya dan ditindaklanjuti dengan pemusnahan. Pasal 12 (1) Tindakan karantina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dilaksanakan dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari sejak petugas karantina menerima media pembawa dari pemilik media pembawa atau kuasanya.

9 (2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang, apabila berdasarkan hasil pemeriksaan klinis dan/atau laboratoris masih diperlukan tindakan karantina lebih lanjut. BAB IV PEMERIKSAAN ULANG Pasal 13 (1) Petugas karantina wajib melakukan pemeriksaan ulang terhadap media pembawa yang akan dikeluarkan, untuk mengecek kesesuaian antara isi dokumen karantina dengan jenis, jumlah, dan/atau ukuran media pembawa. (2) Tindakan pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling sedikit 25% (dua puluh lima prosen) dari jenis, jumlah, dan/atau ukuran media pembawa yang akan dikeluarkan, yang dipilih secara acak, atau terhadap keseluruhan media pembawa yang akan dikeluarkan apabila dipandang perlu. (3) Tindakan pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 2 (dua) jam sebelum keberangkatan. (4) Apabila berdasarkan pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ternyata terdapat kesesuaian antara isi dokumen karantina dengan jenis, jumlah, dan/atau ukuran media pembawa yang akan dikeluarkan, maka petugas karantina menyerahkan Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan (Health Certificate for Fish and Fish Products) atau Sertifikat Kesehatan Ikan Domestik kepada pemilik media pembawa di tempat pengeluaran. (5) Apabila berdasarkan pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat ketidaksesuaian antara jenis yang tercantum dalam dokumen karantina dengan jenis media pembawa yang akan dikeluarkan, maka dilakukan penolakan. (6) Apabila berdasarkan pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat ketidaksesuaian antara jumlah dan/atau ukuran yang tercantum dalam dokumen karantina dengan jumlah dan/atau ukuran media pembawa yang akan dikeluarkan, maka terhadap kelebihan jumlah dan/atau ukuran tersebut dilakukan penolakan. Pasal 14 Terhadap media pembawa yang telah dilakukan pemeriksaan ulang, dikemas kembali oleh pemilik atau kuasanya di bawah pengawasan petugas karantina.

10 Pasal 15 (1) Terhadap pengeluaran media pembawa dari wilayah Negara Republik Indonesia ke luar negeri, yang pada saat keberangkatan tidak dilengkapi Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan (Health Certificate for Fish and Fish Products) yang dipersyaratkan negara tujuan, dilakukan penolakan. (2) Terhadap pengeluaran media pembawa dari suatu area tidak bebas HPIK ke area bebas HPIK di dalam wilayah Negara Republik Indonesia, yang pada saat keberangkatan tidak dilengkapi Sertifikat Kesehatan Ikan Domestik, dilakukan penolakan. (3) Bagi media pembawa yang dikenakan penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), yang tidak diurus oleh pemilik media pembawa atau kuasanya, dikenakan tindakan pemusnahan. BAB V KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 16 (1) Terhadap pengeluaran media pembawa dari wilayah negara Republik Indonesia ke luar negeri yang tidak dipersyaratkan oleh negara tujuan untuk melengkapi Sertifikat Kesehatan (Health Certificate), atau dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia yang tidak wajib dilengkapi Sertifikat Kesehatan Ikan Domestik, pemilik media pembawa wajib melaporkan dan menyerahkan media pembawa tersebut kepada petugas karantina di tempat pengeluaran. (2) Pelaporan dan penyerahan media pembawa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan untuk mencegah kemungkinan keluarnya media pembawa yang dilarang dan/atau diatur/dibatasi berdasarkan jenis, jumlah, ukuran, tujuan, dan/atau maksud pengeluarannya. (3) Petugas karantina wajib melakukan pemeriksaan secara visual terhadap media pembawa yang telah dilaporkan dan diserahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 17 Terhadap media pembawa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) yang berupa:

11 a. barang bawaan, pemilik wajib melaporkan dan/atau menyerahkan kepada petugas karantina di tempat pengeluaran paling lambat 3 (tiga) jam sebelum keberangkatan; b. barang muatan atau kiriman pos atau Benda Lain, pemilik wajib melaporkan dan menyerahkan kepada petugas karantina di tempat pengeluaran paling lambat 1 (satu) hari sebelum pengeluaran.

12 Pasal 18 (1) Apabila setelah dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) ternyata jenis, jumlah, dan/atau ukuran media pembawa tersebut: a. sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka petugas karantina menerbitkan Surat Keterangan Lalu Lintas Ikan/Produk Perikanan; b. tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka petugas karantina melakukan penahanan dengan menerbitkan Surat Penahanan Sementara dan/atau melakukan penolakan dengan menerbitkan Surat Penolakan. (2) Bagi media pembawa yang ditolak pengeluarannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, apabila setelah 3 (tiga) hari sejak diterbitkan Surat Penolakan tidak diurus atau tidak diketahui pemilik/kuasanya, atau busuk atau rusak, maka terhadap media pembawa tersebut dilakukan pemusnahan. (3) Surat Keterangan Lalu Lintas Ikan/Produk Perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina di tempat pengeluaran, yang menyatakan bahwa media pembawa tersebut dapat dilalulintaskan ke luar wilayah Negara Republik Indonesia atau ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia karena media pembawa tersebut tidak termasuk jenis ikan/produk perikanan yang dilarang atau diatur/dibatasi pengeluarannya. (4) Surat Penahanan Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina, yang menyatakan penahanan terhadap media pembawa di tempat pengeluaran karena belum dilengkapi dengan dokumen karantina dan/atau persyaratan lain atau kewajiban tambahan yang dipersyaratkan, atau tidak diurus, atau tidak diketahui pemiliknya. (5) Surat Penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina di tempat pengeluaran, yang menyatakan penolakan terhadap pengeluaran media pembawa, karena media pembawa tersebut tidak bebas atau tidak dapat dibebaskan dari hama dan penyakit ikan karantina ataupun tidak memenuhi persyaratan lainnya. Pasal 19 Petugas karantina tidak dapat dituntut ganti rugi atas kerusakan dan/atau kematian ikan atau keterlambatan pemberangkatan, sepanjang tindakan karantina sebagaimana dimaksud dalam Peraturan ini dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

13 Pasal 20 (1) Segala biaya yang timbul sebagai akibat dilaksanakannya tindakan karantina dibebankan kepada pemilik media pembawa atau kuasanya. (2) Segala penerimaan yang berasal dari biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan negara bukan pajak yang wajib di setor ke Kas Negara. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi pemeriksaan media pembawa secara visual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3). Pasal 21 Menteri dapat menetapkan kewajiban tambahan dan/atau persyaratan lain bagi pengeluaran media pembawa. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Dengan berlakunya Peraturan ini, maka Keputusan Menteri Pertanian Nomor 245/Kpts/LB.730/4/90 tentang Tindakan Karantina Ikan Hidup Yang Dikeluarkan Dari Wilayah Negara Republik Indonesia dinyatakan tidak berlaku. Pasal 23 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal Menteri Kelautan dan Perikanan, FREDDY NUMBERI

14 DAFTAR LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: PER. 06/MEN/2005 TENTANG PENGGANTIAN BENTUK DAN FORMAT PERIZINAN USAHA PENANGKAPAN IKAN NOMOR LAMPIRAN ISI LAMPIRAN 1 Bentuk dan format SIUP untuk perusahaan perikanan Indonesia (SIUP-I) 2 Bentuk dan format SIPI bagi kapal penangkap ikan berbendera Indonesia yang dioperasikan secara tunggal (SIPI-OI) 3 Bentuk dan format SIPI bagi kapal penangkap ikan berbendera Indonesia yang dioperasikan dalam satuan armada (SIPI-GI) 4 Bentuk dan format SIPI bagi kapal lampu berbendera Indonesia dalam satuan armada penangkapan ikan (SIPI-LI) 5 Bentuk dan format SIKPI bagi kapal pengangkut ikan berbendera Indonesia yang dioperasikan secara tunggal (SIKPI-OI) 6 Bentuk dan format SIKPI bagi kapal pengangkut ikan berbendera Indonesia yang dioperasikan dalam satuan armada penangkapan ikan (SIKPI-GI) 7 Bentuk dan format SIKPI bagi kapal pengangkut ikan berbendera Indonesia yang diageni oleh perusahaan bukan perusahaan perikanan (SIKPI-NI) 8 Bentuk dan format SIUP untuk perusahaan perikanan asing (SIUP-A) 9 Bentuk dan format SIPI bagi kapal penangkap ikan berbendera asing yang dioperasikan secara tunggal (SIPI-OA) 10 Bentuk dan format SIPI bagi kapal penangkap ikan berbendera asing yang dioperasikan dalam satuan armada (SIPI-GA) 11 Bentuk dan format SIPI bagi kapal lampu berbendera asing dalam satuan armada penangkapan ikan (SIPI-LA)

15 NOMOR LAMPIRAN ISI LAMPIRAN 12 Bentuk dan format SIKPI bagi kapal pengangkut ikan berbendera asing yang dioperasikan secara tunggal (SIKPI-OA) 13 Bentuk dan format SIKPI bagi kapal pengangkut ikan berbendera asing yang dioperasikan dalam satuan armada penangkapan ikan (SIKPI-GA) 14 Bentuk dan format SIKPI bagi kapal pengangkut ikan berbendera asing yang diageni oleh perusahaan bukan perusahaan perikanan (SIKPI-NA) 15 Bentuk dan format Tanda Pelunasan Pungutan Perikanan 16 Bentuk dan format stiker barcode MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, ttd. FREDDY NUMBERI Disalin sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi Narmoko Prasmadji