BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. provisi ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

KREDIT TANPA JAMINAN

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

TANGGUNG JAWAB PERUM PEGADAIAN TERHADAP PENJUALAN (LELANG) BARANG GADAI

BAB I PENDAHULUAN. rangka pembaharuan hukum dengan mengadakan kodifikasi dan unifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis tidak harus tentang jual beli, karena pada saat ini bisnis dapat juga

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian menyebar ke bagian Asean lainnya termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba-lomba untuk terus berusaha dalam memajukan ekonomi masingmasing.

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

GADAI DAN HAK KEBENDAAN TINJAUAN YURIDIS GADAI SEBAGAI HAK KEBENDAAN UNTUK JAMINAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh bank sebagai suatu lembaga keuangan, sudah semestinya. hukum bagi semua pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mendorong dan menggairahkan dunia usaha, Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial di mana manusia hidup

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. penyimpanan dan peminjaman dana kepada anggota koperasi dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. para anggota pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

PERAN NOTARIS DAN PPAT DALAM PELAKSANAAN PERALIHAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DARI KREDITUR LAMAA KEPADA KREDITUR BARU PADA PERBANKAN KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pengertian kredit menurutundang-undang

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh instansi-instansi yang menurut Undang-Undang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

BAB I PENDAHULUAN. dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara

ASPEK HUKUM JAMINAN DALAM PERJANJIAN PINJAM- MEMINJAM UANG ATAU KREDIT. (Studi Kasus Koperasi KPRI Guru Sekolah Dasar di Sragen)

A. Latar Belakang Masalah

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap melakukan usaha pelaku usaha tentunya memerlukan modal untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dana merupakan salah satu faktor penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS TANAH MILIK ORANG LAIN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kebutuhan masyarakat akan pembiayaan sekarang ini semakin tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi Indonesia tidak bisa lepas dari dasar falsafah

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN. A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. lembaga penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Bank selaku badan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik materiil maupun spiritual. Salah satu cara untuk meningkatkan

PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945, hal tersebut tertera dalam penjelasan secara umum Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998. Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur diperlukannya penyesuaian kebijakan pemerintah mengenai perekonomian yang sangat berkaitan dengan perbankan, dimana dengan kebijakan tersebut diharapkan dapat memperbaiki perekonomian nasional di Indonesia. Dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tersebut juga menyatakan bahwa peranan perbankan nasional perlu ditingkatkan sesuai dengan fungsinya dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dengan lebih memperhatikan pembiayaan kegiatan sektor perekonomian nasional dengan prioritas kepada koperasi, pengusaha kecil, dan menengah, serta berbagai lapisan masyarakat tanpa diskriminasi sehingga akan memperkuat struktur perekonomian nasional.

2 Salah satu usaha bank untuk menjalankan fungsinya adalah memberikan kredit kepada masyarakat yang membutuhkan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian bank dalam Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, yang menyatakan bahwa : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak Sedangkan dalam Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankkan menjelaskan tentang pengertian kredit, yang menyatakan sebagai berikut : Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Berdasarkan pengertian kredit yang diterapkan oleh undangundang sebagaimana tersebut diatas, suatu pinjam-meminjam uang akan digolongkan sebagai kredit perbankkan apabila memenuhi syarat-syarat perkreditan. Syarat-syarat kredit diantaranya yaitu adanya penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang, adanya persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain, adanya kewajiban melunasi utang, adanya jangka waktu tertentu, adanya pemberiaan bunga kredit. 1 Syarat tersebut sesuai dengan 1 M. Bahsan, 2007, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Hal: 76-78

3 prinsip-prinsip perkreditan yaitu prinsip kepercayaan dan prinsip kehatihatian. 2 Dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan menjelaskan bahwa Bank wajib mempunyai keyakinan akan kesanggupan debitur untuk melunasi kreditnya, selanjutnya dalam penjelasan Pasal 8 ayat (1) tersebut menegaskan bahwa setiap Bank harus memperhatikan prinsip-prinsip perkreditan yang sehat dan harus yakin akan kemampuan debitur untuk melunasi hutangnya, untuk memperoleh keyakinan tersebut, Bank yang bersangkutan harus melakukan penilaian atas watak, kemampuan, modal, jaminan, dan prospek usaha debitur. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perjanjian kredit merupakan perjanjian konsensuil antara Debitur dengan Kreditur (dalam hal ini Bank) yang melahirkan hubungan hutang piutang, dimana Debitur berkewajiban membayar kembali pinjaman yang diberikan oleh Kreditur, dengan berdasarkan syarat dan kondisi yang telah disepakati oleh para pihak. 3 Dalam Buku III KUH Perdata tidak terdapat ketentuan yang khusus mengatur perihal Perjanjian Kredit, namun dengan berdasarkan asas kebebasan berkontrak, para pihak bebas untuk menentukan isi dari perjanjian kredit sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, kesusilaan, dan kepatutan. 4 Dengan disepakati dan ditandatanganinya perjanjian kredit tersebut oleh para 2 Septarina Budiwati, Ceramah: Hukum Jaminan, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta: 13 Juni 2013, hal. 9 3 Legal Banking, Perjanjian Kredit dan Penggakuan Hutang, http://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/perjanjian-kredit-dan-pengakuan-hutang/ diunduh Sabtu, 16 Maret 2013 pukul 10.17 4 Ibid.

4 pihak, maka sejak detik itu perjanjian lahir dan mengikat para pihak yang membuatnya sebagai undang-undang. 5 Penyaluran kredit merupakan kegiatan yang beresiko bagi bank oleh karena itu perlu diimbangi dengan adanya ketentuan hukum jaminan yang jelas dan lengkap, mengingat setiap penyaluran kredit memerlukan jaminan yang kuat. 6 Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu zekerheid atau cautie, zekerhaid atau cautie mencakup secara umum cara-cara kreditur menjamin dipenuhinya tagihan, disamping pertanggungan jawab umum debitur terhadap barang-barangnya. 7 Jaminan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu jaminan materiil (kebendaan) atau disebut dengan jaminan kebendaan dan jaminan imateriil (perorangan) atau disebut jaminan perorangan. 8 Jaminan kebendaan mempunyai ciri-ciri kebendaan, artinya memberikan hak mendahului di atas benda-benda tertentu dan mempunyai sifat melekat dan mengikuti benda yang bersangkutan, sedangkan jaminan perorangan tidak memberikan hak mendahului atas benda-benda tertentu tetapi hanya dijamin oleh harta kekayaan seeseorang lewat orang yang menjamin pemenuhan perikatan yang bersangkutan. 9 Dalam jaminan kebendaan terdapat benda bergerak dan benda tidak bergerak, benda bergerak yaitu benda yang dapat berpindah tempat, 5 Ibid. 6 Sri hartini, 2008, Pelaksanaan Perjanjian Kredit dengan Jaminan Fidusia di Kantor Pusat Pt Bank Bukopin Tbk Jakarta, Tesis Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang 7 H. Salim, 2004, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Jakarta : Raja Grafindo Persada, Hal. 21 8 Ibid. Hal. 23 9 Ibid.

5 sedangkan benda tidak bergerak yaitu benda yang tidak dapat berpindah tempat. Salah satu jaminan yang termasuk dalam benda tidak bergerak yaitu luas atas tanah atau disebut juga dengan hak tanggungan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, tanggungan diartikan sebagai barang yang dijadikan jaminan, sedangkan jaminan itu sendiri artinya tanggunagn atas pinjaman yang diterima. Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah atau sering disebut Undang-Undang Hak Tanggungan disebutkan pengertian hak tanggungan yaitu : Hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-pokok Agraria berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya. Dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan menjelaskan bahwa salah satu yang dapat menjadi objek Hak Tanggungan antara lain adalah Hak Milik. Sedangkan subjek Hak Tanggungan yang diatur dalam Pasal 8 sampai dengan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan menentukan bahwa yang dapat menjadi subjek hukum dalam pembebanan Hak Tanggungan adalah pemberi hak tanggungan dan pemegang hak tanggungan, pemberi hak tanggungan dapat perorangan atau badan hukum yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap objek hak tanggungan. 10 Tata cara pemberiaan 10 Ibid, Hal. 103

6 hak tanggungan diatur dalam Pasal 10 dan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan, dalam Pasal 10 diatur tentang tata cara pemberian hak tanggungan secara langsung, sedangkan dalam Pasal 15 diatur tentang pemberian kuasa pembebanan hak tanggungan oleh pemberi hak tanggungan kepada penerima kuasa. Surat Kuasa Membebenkan Hak Tanggungan (SKMHT) dibuat dengan alasanalasan, diantaranya adalah pemberi hak tanggungan tidak dapat hadir sendiri di hadapan notaries atau PPAT untuk membuat akta hak tanggungan, hak atas tanah yang menjadi objek hak tanggungan belum terdaftar atau bersertifikat, atau untuk menjamin kredit-kredit tertentu yang ditetapkan undang-undang. 11 Dalam pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan hak atas tanah milik orang lain memicu terjadinya permasalahan, diantaranya adalah Pertama, Debitur Wanprestasi karena berbagai faktor dan Kedua, Beralihnya Objek Hak Tanggungan karena jual beli, sewa-menyewa, dan pewarisan. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis penelitian ini berkeinginan melakukan penelitian yang mengambil judul : TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS TANAH MILIK ORANG LAIN (Studi Kasus Hak Tanggungan di Unit Simpan Pinjam SWAMITRA KUD Banyudono Selatan) 11 Septarina Budiwati, Loc. Cit. hal. 11

7 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan hak atas tanah milik orang lain dalam praktek di Unit Simpan Pinjam SWAMITRA KUD Banyudono Selatan. 2. Apakah problematika dan upaya penyelesaian permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan pejanjian kredit dengan jaminan hak atas tanah milik orang lain Unit Simpan Pinjam SWAMITRA KUD Banyudono Selatan. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini penulis mempunyai tujuan untuk : 1. Mengetahui dan menganalisis pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan hak atas tanah milik orang lain dalam praktek di Unit Simpan Pinjam SWAMITRA KUD Banyudono Selatan. 2. Mengetahui dan menganalisis problematika yang muncul dalam pelaksanaan pejanjian kredit dengan jaminan hak atas tanah milik orang lain di Unit Simpan Pinjam SWAMITRA KUD Banyudono Selatan.

8 D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah hasil atau temuan yang akan disumbangkan dari kegiatan penelitian. 12 Melalui penelitian ini penulis sangat berharap akan memberikan berbagai manfaat, diantaranya : 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yaitu manfaat yang diorientasikan untuk mengembangkan ilmu hukum. 13 Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang hukum khususnya hukum perdata tentang pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan hak atas tanah milik orang lain, serta menambah literature atau bahan-bahan informasi ilmiah yang dapat digunakan untuk melakukan kajian dan penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis yaitu manfaat yang diorientasikan untuk kepentingan praktik hukum. 14 Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi masyarakat dalam menyelesaikan masalah yang muncul dalam pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan hak atas tanah milik orang lain, serta dapat meningkatkan pengetahuan penulis tentang masalah-masalah yang terkait dengan masalah penelitian ini dan berguna bagi pihakpihak yang berminat terhadap masalah yang sama. 12 M. Syamsudin, 2007, Operasionalisasi Penelitan Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Hal. 85 13 Ibid. 14 Ibid.

9 E. Metode Penelitian Metode merupakan cara untuk meneliti suatu masalah dan merupakan cara untuk mengumpulkan data dari masalah yang akan diteliti agar dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut : 1. Metode Pendekatan Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis empiris digunakan untuk memberikan gambaran secara kualitatif, tentang pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan hak atas tanah milik orang lain. Dalam melakukan pendekatan yuridis empiris ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode ini digunakan, karena beberapa pertimbangan yaitu : pertama, menyesuaikan metode ini lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dengan responden; ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. 15 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis yaitu suatu bentuk yang bertujuan untuk menggambarkan karakteristik dari objek yang diteliti kemudian dikaitkan dengan praktek 15 Lexy J. Moleong, 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, hal. 5.

10 pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan yang diteliti. 16 3. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, penulis memilih lokasi penelitiannya untuk mendapatkan data secara sistematis di Unit Simpan Pinjam SWAMITRA KUD Banyudono Selatan. 3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini berupa perjanjian kredit dengan jaminan hak atas tanah milik orang lain yang terdapat di Unit Simpan Pinjam SWAMITRA KUD Banyudono Selatan. b. Sumber Data Dalam penelitian ini sumber data yang dipergunakan adalah: 1) Data Primer Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari lapangan dengan metode wawancara. 2) Data Sekunder Yaitu data yang diperoleh melalui studi pustaka, dokumendokumen resmi, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, yaitu terdiri dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak 16 Bambang Sunggono, 1997, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 35.

11 Tanggungan, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, literature-literatur yang berkaitan dengan Jaminan Hak Tanggunan serta dokumendokumen lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. 4. Tekhnik Pengumpulan Data Data-data yang digunakan dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui dua metode, yaitu studi lapangan dan study kepustakaan sebagai berikut : a. Studi Lapangan Tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menggali secara langsung di lapangan dengan cara wawancara. 17 Wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi guna mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden. 18 b. Studi kepustakaan Merupakan tekhnik pengumpulan data penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan memeriksa dokumendokumen atau kepustakaan yang dapat memberikan informasi atau keterangan yang dibutuhkan oleh peneliti. 19 17 Ibid, hal. 112. 18 M. Syamsudin, Op Cit, hal. 99. 19 Ibid.

12 5. Tekhnik Analisis Data Berdasarkan data yang digunakan penulis berupa data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari rekaman, wawancara, pengamatan, atau bahan tertulis (Undang-Undang, dokumen, bukubuku, dan sebagainya) yang berupa ungkapan-ungkapan verbal. 20 Maka tekhnik analisis data yang digunakan oleh penulis berupa analisis kualitatif, yaitu penyajian data yang dideskripsikan dalam bentuk essay dengan kalimat yang cukup panjang yang bersifat membahas dan menguraikan permasalahan yang penting, karena analisis ini ditujukan terhadap data-data yang bersifat berdasarkan kualitas, mutu, dan sifat yang nyata berlaku dalam masyarakat. 21 F. Sistematika Penelitian Supaya memperoleh suatu gambaran mengenai arah dan ruang lingkup, maka penulis rinci dalam bentuk yang lebih sistematis sebagai berikut : BAB I berisi bab pendahuluan yang memuat tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika skripsi. 20 Ibid, hal. 98 21 H. Hilman Hadikusuma, 1995, Metode pembuatan kertas kerja Atau Skripsi Ilmu Hukum, Bandung: CV Mandar Maju, hal. 99.

13 BAB II berisi bab tinjauan pustaka yang memuat diantaranya tentang tinjauan umum tentang kredit meliputi pengertian kredit, pengertian perjanjian kredit, jenis-jenis perjanjian kredit, syarat-syarat kredit, jaminan dalam perjanjian kredit. Tinjauan umum tentang jaminan meliputi pengertian jaminan, jenis-jenis jaminan, asas-asas hukum jaminan, manfaat benda jaminan. Tinjauan umum tentang hak tanggungan meliputi pengertian hak tanggungan, dasar hukum hak tanggungan, subjek dan objek hak tanggungan, tata cara, bentuk, dan substansi akta pemberian hak tanggungan, pendaftaran dan peralihan hak tanggungan, hapusnya hak tanggungan, eksekusi hak tanggungan. BAB III berisi bab hasil penelitian dan pembahasan yang memuat tentang pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan hak atas tanah milik orang lain yang terjadi di Unit Simpan Pinjam SWAMITRA KUD Banyudono Selatan, aspek jaminan yang diterapkan dalam pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan hak atas tanah milik orang lain dalam praktek di Unit Simpan Pinjam SWAMITRA KUD Banyudono Selatan. Dan problematika yang muncul dalam pelaksanaan pejanjian kredit dengan jaminan hak atas tanah milik orang lain Unit Simpan Pinjam SWAMITRA KUD Banyudono Selatan. BAB IV berisi bab penutup yang memuat tentang kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA