VARIASI BAHASA MINANGKABAU PADA LIRIK-LIRIK LAGU MINANG: SEBUAH GAMBARAN RETENSI DAN INOVASI BAHASA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Variasi bahasa Minangkabau merupakan sebuah fenomena yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Melayik, termasuk Kerinci dan Iban. Selain bahasa-bahasa tersebut, bahasa

DAERAH ASAL DAN ARAH MIGRASI ORANG MINANGKABAU DI PROVINSI JAMBI BERDASARKAN KAJIAN VARIASI DIALEKTAL

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa. Adapun yang dimaksud dengan

BAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam waktu tersebut (Keraf

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada bentuknya yang sekarang sudah pasti bahasa-bahasa itu mengalami

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA BUNGA TANJUNG DENGAN DIALEK DESA PASAR BANTAL KECAMATAN TERAMANG JAYA KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

PENGHILANGAN FONEM, PENAMBAHAN FONEM DAN PERUBAHAN MAKNA BAHASA INDONESIA DARI BAHASA MELAYU DIALEK DESA NEREKEH KABUPATEN LINGGA

PERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA. Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bahwa di Wakatobi terdapat dua kelompok bahasa yaitu kelompok Wangi-Wangi

Jurnal Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tinggal pada daerah tertentu (lih. Sumarsono, 2010:21).

PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. diajukan serta fakta-fakta kebahasaan yang telah dipaparkan pada bab-bab

VARIASI DAN REKONSTRUKSI FONOLOGIS ISOLEK KERINCI: STUDI DIALEKTOLOGI DIAKRONIS DI KECAMATAN BUKIT KERMAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode wawancara dengan teknik cakap, catat, dan rekam (Sudaryanto, 1988:7).

ANALISIS TUTURAN KERNET BUS SUGENG RAHAYU Aditya Wicaksono 14/365239/SA/17467

T. H GEOGRAFI DIALEK BAHASA SIMALUNGUN DALAM PENGEMBANGAN LEKSIKON BAHASA INDONESIA

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA SUNGAI LINTANG DENGAN DIALEK DESA TALANG PETAI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

Asep Jejen Jaelani & Ani Indriyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. penutur.menurut Verhaar (2001:16) tindak tutur dalam ujaran suatu kalimat

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut ini. dalam bidang fonologi (vokal dan konsonan) dan leksikal.

VARIAN SEMANTIK PADA BENTUK DUPLET YANG TERSEBAR DI WILAYAH PEMAKAIAN KABUPATEN BREBES

PERUBAHAN SILABEL KOSAKATA (SILABEL AWAL) BAHASA MINANGKABAU DAN BAHASA INDONESIA: ANALISIS KOMPARATIF

FENOMENA DIFUSI LEKSIKAL UNSUR BAHASA. Wahya*

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kajian yang luas. Salah satu bidang kajian tersebut merupakan variasi fonologis. Penelitianpenelitian

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan. Disusun oleh: Faefsi Maelani

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon dalam bidang fonologi, morfologi, dan

BENTUK FONOLOGI DAN LEKSIKON DIALEK BAHASA JAWA DESA JOGOPATEN KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN

BAB II KONSEP PENELITIAN DAN LANDASAN TEORI. isoglos, mutual intelligibility, sinkronis, dan diakronis, serta inovasi dan retensi.

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata.

PEMAKAIAN BAHASA GAUL PENYIAR RADIO JPI FM DALAM ACARA POPIKU PADA BULAN FEBRUARI MINGGU PERTAMA

ANALISIS AFIKSASI DAN PENGHILANGAN BUNYI PADA LIRIK LAGU GEISHA DALAM ALBUM MERAIH BINTANG

ANALISIS MAKNA DALAM RAGAM DIALEK LOKAL ACEH BESAR DALAM BAHASA ACEH

BAHASA JAWA DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN GEOGRAFI DIALEK)

BAB 1 PENDAHULUAN. biasanya dalam wilayah yang multilingual, dipertentangkan dengan bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berikut beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

KAJIAN FONOLOGI DAN LEKSIKON BAHASA JAWA DI DESA WANAYASA KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 1) Berdasarkan bentuk perbedaan penggunaan bahasa Sunda di Kecamatan Bojong,

PERUBAHAN LEKSIKAL PARSIAL DALAM BAHASA SUNDA BOGOR: TINJAUAN DATA LINGUAL DALAM PERSPEKTIF GEOGRAFIS 1) Oleh Wa\hya 2(

BAB VI PENUTUP. dirumuskan tersebut berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Variabel

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK TAMBELAN KABUPATEN BINTAN

PERBANDINGAN PENGGUNAAN SAPAAN PRONOMINA PERSONA DALAM KOMIK RUROUNI KENSHIN DENGANBEELZEBUB. Oleh : Abstract

RPKPS RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER

FENOMENA DIFUSI LEKSIKAL UNSUR BAHASA *) Oleh Wahya

JENIS, STRUKTUR, SERTA VARIASI TERJEMAHAN HATSUWA DAN DENTATSU NO MODARITI DALAM NOVEL KOGOERU KIBA KARYA ASA NONAMI

ANALISIS FONOLOGI DAN LEKSIKOLOGI BAHASA JAWA DI DESAPAKEM KECAMATAN GEBANGKABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

BAB X SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, simpulan hasil penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut.

PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah alat komunikasi yang sangat penting bagi setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau

PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. satu ciri pembeda utama antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Selain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

LEKSIKOSTATISTIK BAHASA ACEH, BAHASA ALAS, DAN BAHASA GAYO: KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

BAB I PENDAHULUAN. Kearbitreran bahasa menyebabkan banyak sekali bahasa-bahasa di dunia. Kearbitreran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

REKONSTRUKSI PROTODIALEK BERDASARKAN EVIDENSI BAHASA JAWA DI BANYUWANGI, TENGGER, BLITAR, DAN GRESIK

IDEAS CONDESCENDING WOMEN STATUS FOUND IN CAMPURSARI SONGS A THESIS

INOVASI FONOLOGIS DENASALISASI DALAM ISOLEK BONAI ULAKPATIAN Yanti Riswara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE

KLASIFIKASI LEKSIKOSTATISTIK BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA MELAYU DELI, DAN BAHASA DAIRI PAKPAK

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

REFLEKSIFONEM VOKAL DAN KONSONAN PROTOAUSTRONESIA DALAM BAHASA SIMALUNGUN SKRIPSI PUTRIYANA LINGGA NIM

Bahasa sebagai realisasi budaya manusia mengalami perubahan dan. dan perkembangan pola kehidupan manusia sebagai pemilik dan pengguna

K A N D A I. KAJIAN DIALEK SOSIAL FONOLOGI BAHASA INDONESIA (Social Dialect Study of Indonesian Phonology)

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat pendukungnya. Dalam perubahan masyarakat Indonesia telah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur. Anggota masyarakat bahasa biasanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

SISTEM FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SINGKARAK KECAMATAN X KOTO SINGKARAK KABUPATEN SOLOK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia.

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

ABSTRAK MAKNA IDIOM BAHASA JEPANG: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB I PENDAHULUAN. banyak di antara bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Bahasa Jawa digunakan oleh

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam aktivitas sehari-hari, termasuk dalam aktivitas di sekolah, di

IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI

ANALISIS AFIKSASI SUBDIALEK BAHASA MELAYU PULAU LAUT KABUPATEN NATUNA KEPULAUAN RIAU

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

VARIASI BAHASA MINANGKABAU PADA LIRIK-LIRIK LAGU MINANG: SEBUAH GAMBARAN RETENSI DAN INOVASI BAHASA Silvia Djonnaidi Alumni Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas e-mail: silvia_djonnaidi@yahoo.com Abstrak Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan variasi bahasa Minangkabau pada lirik lagu Minang di era 1950-an dan 1990-an. Analisis difokuskan pada variasi yang memperlihatkan bentuk retensi dan inovasi. Ruang lingkup penganalisisan adalah variasi bahasa Minangkabau pada semua aspek, baik itu variasi bentuk (fonologi, morfologi, dan leksikal), ataupun variasi makna (semantik). Metode pengumpulan data adalah metode simak tidak libat cakap dengan teknik catat. Metode penganalisisan data adalah metode padan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat variasi fonologis, morfologis, leksikal, dan semantis di dalam lagu minang era 50-an dan 90-an. Perbedaan dari kedua era ini dapat dilihat pada aspek fonologis dan diftong. Perbedaan lainnya ditemukan pada variasi leksikal dan semantis. Lagu Minang di era 90-an memiliki lebih banyak variasi leksikal dan semantis dibandingkan dengan lagu Minang era 50-an. Berdasarkan proses rekonstruksi, dapat diamati bahwa lagu Minang memiliki beberapa perubahan pada aspek fonologis, morfologis, leksikal, dan semantis. Lagu-lagu di era 50-an cenderung mempertahankan penggunaan kata-kata yang merupakan warisan dari bentuk relik bahasa Minangkabau. Di sisi lain, lagulagu era 90-an kebanyakan mengalami inovasi pada aspek internal dan eksternal, baik itu inovasi leksikal maupun semantis. Inovasi tersebut cenderung terjadi pada kosakata budaya, sedangkan untuk kosakata dasar cenderung mempertahankan bentuk reliknya. Kata kunci: variasi bahasa, fonologi, morfologi, leksikal, semantik, retensi, inovasi Abstract This article is aimed to explain the variations of Minangkabau language in the lyrics of Minang s Songs in the 1950-s and 1990-s. The analysis focuses on variations related to the retention and inovation form. The scope of the analysis are the variations of Minangkabau languange in all aspects whether the variations in form (fonology, morphology, and lexical) or variations in meaning (semantic). The method in collecting the data is non participant observational method with the note-taking technique. The method in analyzing the data is referential method. In order to find out languange retention and inovation, a top-down approach is also used in analyzing the data. The result of the analysis shows that there are variations of phonology, morphology, lexical, and semantic in Minang s songs during 1950-s and 1990-s. The differences in both of the era are seen from the aspect of phonology and diftong. Another differences are found in variations of lexical and semantic. Minang s songs in 1990-s have lots of lexical and semantic variations than the era of 1950-s. Based on the process of reconstruction, it is observed that Minang s songs have some changes in the aspects of phonology, morphology, lexical and semantic. The songs in 1950-s tend to maintain the use of the words which have been heritaged from the relic form of Minangkabau language. On the other hand, the songs in 1990-s mostly have the innovation in internal and external aspects whether they are lexical or semantic innovation. Innovation tends to occur on cultural vocabularies, while the basic vocabularies tends to maintain their relic forms. Key words: variations of language, phonology, morphology, lexical, semantic, retention, innovation 52

PENDAHULUAN Masyarakat Minangkabau memiliki unsur budaya yang sangat kental terkait dengan folklor lisan. Salah satu bentuk folklor lisan Minangkabau adalah nyanyian-nyanyian atau lagu-lagu berbahasa Minangkabau. Lagu-lagu Minang dapat mencerminkan dan memberikan gambaran tentang masyarakat Minangkabau, baik itu pola hidup, filosofi, maupun idiologi yang mereka miliki. Akan tetapi, lagu-lagu Minang sebagai salah satu produk kesenian lokal Minangkabau dipandang rentan mengalami interferensi akibat perubahan dan kemajuan zaman. Seiring dengan kemajuan zaman, maka lagu-lagu Minang yang hadir di tengah masyarakat Minangkabau akan mengalami perubahan dalam hal bentuk dan penyajian di tengah masyarakat. Perubahan tersebut bertujuan untuk membuat lagu-lagu tersebut berterima bagi masyarakat moderen. Di satu sisi, ini dapat menjadi salah satu cara untuk lebih memperkenalkan budaya lokal, tidak hanya pada kelompok yang berada dalam ruang lingkup budaya tersebut, namun juga pada kelompok lainnya. Akan tetapi, di sisi lain modifikasi dan interfensi dari media penyaji budaya populer dapat mengaburkan beberapa komponen penting dari produk budaya lisan tersebut, salah satunya adalah kosakata bahasa daerah yang digunakan dalam lirik-lirik lagu tersebut. Apabila dilihat perkembangan lagu Minang klasik sampai dengan lagu Minang kontemporer, terdapat perbedaan yang cukup signifikan, tidak hanya dalam bentuk aransemen musik, tetapi juga pemilihan kosakatanya. Lagu-lagu Minang klasik yang muncul pada era tahun 50-an cenderung menonjolkan lebih banyak ciri khas musik tradisional Minangkabau dan pemilihan kosakata khas bahasa Minangkabau. Apabila dibandingkan dengan lagu-lagu Minang kontemporer yang muncul pada beberapa era sesudahnya, terlihat bahwa terjadi beberapa perubahan, terutama dalam hal pemilihan kosakata bahasa Minangkabau. Akibatnya, timbul berbagai variasi bahasa Minangkabau yang muncul di dalam lirik lagu Minang tersebut. Variasi-variasi yang muncul dalam pemilihan kosakata merupakan refleksi dari berbagai macam kosakata dari dialek tertentu di wilayah Sumatera Barat. Mahsun (1995) menyatakan bahwa setiap variasi bahasa yang hadir di lingkungan masyarakat memiliki variasi-variasi dalam unsur kebahasaan yang membangunnya. Dalam kajian dialektologi, variasi tersebut muncul dalam tataran fonologis, morfologis, leksikal, dan semantis. Dengan demikian, variasi bahasa yang terdapat pada lirik-lirik lagu Minang berkemungkinan mengalami perubahan terkait dengan kosakata yang digunakan. Kata-kata yang dipakai berkemungkinan mengalami proses retensi atau sebaliknya sudah menjadi sebuah bentuk inovasi. Bertitik tolak dari fenomena di atas, artikel ini lebih lanjut menjelaskan variasi bahasa Minangkabau yang terdapat di dalam lirik-lirik lagu Minang. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian yang akan memaparkan dan menganalisis perkembangan bahasa Minangkabau yang dipakai pada lirik-lirik lagu Minang yang beredar di kalangan masyarakat pada tahun 50-an dan 90-an. Pemilihan lagu Minang sebagai objek studi didasari oleh pengamatan bahwa lagu sebagai produk sastra lisan Minangkabau memiliki kecenderungan cukup besar 53

untuk mengalami perubahan dalam bahasa yang digunakan pada lirik lagunya. Hal tersebut disebabkan oleh lagu merupakan produk folklor lisan masyarakat Minangkabau yang senantiasa mengikuti arah perkembangan zaman. Di samping itu, pemilihan lagu sebagai objek studi untuk menganalisis variasi bahasa dianggap unik karena penelitian tentang variasi bahasa Minangkabau pada umumnya difokuskan pada penelitian dialektologi pada suatu daerah dengan beberapa titik pengamatan, sedangkan analisis pada artikel ini memakai konsep dialektologi untuk melihat variasi yang muncul pada lirik-lirik lagu Minang. Keunikan lainnya adalah penelitian tentang lagu-lagu Minang selama ini hanya terfokus pada penelitian di bidang sastra, sementara penelitian ini menganalisis lagu Minang dari aspek linguistik terkait variasi bahasa yang digunakan dalam lirik lagu tersebut. Adapun pemilihan era 50-an dan 90-an didasarkan pada sejarah perkembangan industri lagu Minangkabau itu sendiri yang mengalami periode keemasan pada kedua era tersebut. Analisis nantinya difokuskan pada variasi bahasa yang digunakan di dalam lirik lagu, khususnya terkait dengan variasi bahasa yang merupakan warisan dari bentuk purba (retensi) dan variasi bahasa yang mengalami proses inovasi. Untuk melihat retensi dan inovasi, baik pada era 50-an maupun era 90-an dirujuk pada bentuk protobahasa Minangkabau yang berasal dari bentuk protobahasa Melayik. PEMBAHASAN Penelitian terhadap lagu-lagu Minang era 50-an memperlihatkan adanya variasi bahasa Minangkabau, baik dari aspek fonologis, morfologis, leksikal, maupun semantis. Variasi fonologis dijelaskan berdasarkan penjabaran mengenai unsur fonologis yang cenderung muncul dalam setiap leksikon, yaitu unsur-unsur fonologis yang terkait dengan fonem vokal, fonem diftong, dan fonem konsonan. Variasi morfologis dijelaskan berdasarkan unsur morfologis yang muncul pada data, yaitu pronomina posesif persona ketiga tunggal (APPPT), akhiran pembentuk nomina (APKB), dan akhiran pembentuk verba (APKK). Variasi leksikal dijelaskan berdasarkan variasi yang terdapat pada satu medan makna yang direalisasikan dengan beberapa leksikon berbeda. Variasi semantis dijelaskan berdasarkan kategori sebuah leksikon yang memiliki lebih dari satu medan makna. Berdasarkan pengamatan terhadap data leksikon bahasa Minangkabau pada lirik lagu Minang era 50-an, untuk kategori variasi fonologis, terlihat bahwa leksikon di era ini memiliki 6 fonem vokal /i/, /u/, /e/, /o/, /ә/ dan /a/. Masingmasing fonem tersebut direalisasikan sebagai [i], [I], [u], [U], [e], [ε] [ә] [o], [O], [ ], [a], [α], dan [ɒ]. Selanjutnya, untuk fonem diftong era ini memiliki 6 fonem diftong, yaitu diftong /ua/ dengan varian bunyi [uo] dan [ua], diftong /ia/ dengan varian bunyi [iә] dan [i ], diftong /ay/, diftong /aw/, diftong /ea/, diftong /uy/. Untuk variasi fonem konsonan, era ini memiliki 19 fonem konsonan, yaitu fonem /p/ dengan varian bunyi [p] dan [?], fonem /t/ dengan varian bunyi [t] dan [?], fonem /k/ dengan varian bunyi [k] dan [?], fonem /?/, fonem /b/, fonem /d/, fonem /g/, 54

fonem /m/, fonem /n/, fonem /ñ/, fonem /ɳ/, fonem /s/ dengan varian bunyi [s] dan [h], fonem /r/ dengan varian bunyi [r] dan [ø], fonem /h/ dengan varian bunyi [h] dan [ø], fonem /c/, fonem /j/, fonem /l/, fonem /w/, dan fonem /y/. Jika dibandingkan dengan era 90-an, terdapat beberapa perbedaan pada aspek variasi fonologis, yaitu era 90-an memiliki 5 fonem vokal berupa /i/, /u/, /e/, /o/, dan /a/. Masing-masing fonem tersebut direalisasikan sebagai [i], [I], [u], [U], [e], [ε], [o], [O], [ ], [α], [ɒ] dan [a]. Untuk variasi diftong era 90-an teridentifikasi memiliki 5 fonem diftong, yaitu diftong /ua/ dengan varian bunyi [uo], [ue] dan [ua], diftong /ia/ dengan varian bunyi [ie], [ia] dan [i ], diftong /ay/, diftong /aw/, diftong /uy/. Sementara, untuk variasi konsonan, era 90-an memiliki 19 fonem konsonan, yaitu fonem /p/ dengan varian bunyi [p] dan [?], fonem /t/ dengan varian bunyi [t] dan [?], fonem /k/ dengan varian bunyi [k] dan [?], fonem /?/, fonem /b/, fonem /d/, fonem /g/, fonem /m/, fonem /n/, fonem /ñ/, fonem /ɳ/, fonem /s/ dengan varian bunyi [s] dan [h], fonem /r/ dengan varian bunyi [r] dan [ø], fonem /h/ dengan varian bunyi [h] dan [ø], fonem /c/, fonem /j/, fonem /l/, fonem /w/, dan fonem /y/. Untuk kategori variasi morfologis, pada era 50-an dan 90-an ditemukan variasi morfologis yang sama, yaitu akhiran yang membentuk pronomina posesif persona ketiga tunggal (APPPT), yaitu -ῆo, unsur morfologis akhiran yang berfungsi sebagai pembentuk nomina (APKB), yaitu an, unsur morfologis akhiran yang berfungsi sebagai pembentuk verba (APKK), di antaranya variasi pada akhiran i yang berfungsi sebagai pembentuk verba lokatif dan kausatif, yaitu -i, - an, dan variasi penggunaan kan sebagai akhiran pembentuk verba transitif, kausatif dan benefaktif, yaitu -kan dan -an. Untuk kategori variasi leksikal dan semantis, lirik lagu Minang era 50-an dan 90-an memiliki variasi dalam beberapa kategori, yaitu kata bilangan, waktu dan arah, bagian tubuh manusia, kata ganti dan istilah kekerabatan, perhiasan, binatang dan bagian tubuhnya, bagian-bagian tumbuhan dan hasil olahannnya, alam, bau dan rasa, sifat, keadaan dan warna, rumah dan bagian-bagiannya, makanan dan minuman, penyakit dan obat, aktivitas, dan kata tanya. Berikut beberapa contoh variasi leksikal dan semantis yang ditemukan pada lirik lagu Minang era 50-an dan 90-an: Tabel 1. Variasi Leksikal pada Lirik Lagu Minang Gloss aku anak laki-laki Variasi Leksikal den denay awa? Ambo buyuaŋ bujaŋ laki-laki jantan 55

anak perempuan datang ikat besar tua satu upia? gadih batino dataŋ tibo jalaŋ kabe? ike? buhuo gadaŋ laweh gae? tuo aso tuŋga Tabel 2.Variasi Semantis Pada Lirik Lagu Minang Gloss aku kita seperti gurauan obat menyingkirkan sebelum menemui terkunjungi berbekas bunga wanita kumbang laki-laki jantan (hewan) laki-laki betina (hewan) wanita karena oleh berjalan pergi Variasi Semantis awa? cando palaray Manjalaŋ tajaja? Buŋo Kumbaŋ Jantan Batino de? Bajalan Pelacakan terhadap bentuk protobahasa Minangkabau (PBM) erat kaitannya dengan proses rekonstruksi. Rekonstruksi bahasa merupakan upaya penyusunan kembali bentuk bahasa purba yang menurunkan bahasa-bahasa atau dialek-dialek modern yang digunakan oleh penutur di masa sekarang. Untuk mengetahui perkembangan leksikon bahasa Minang yang digunakan dalam lirik lagu Minang pada dua era berbeda ini, proses rekonstruksi sangatlah diperlukan 56

sebagai langkah awal dalam menentukan apakah leksikon yang hadir pada masingmasing era tersebut mengalami kecenderungan retensi ataupun inovasi. Sebagai langkah awal untuk melihat retensi dan inovasi bahasa Minang pada lirik lagu Minang era 50-an dan 90-an, terlebih dahulu akan dilihat rekonstruksi fonologis pada kedua era tersebut. Setelah itu, barulah dijelaskan perkembangan era tersebut dalam menggunakan dialek/bahasa purba (retensi) dan dialek/bahasa inovatif. Pada uraian di bawah ini, akan digunakan lambanglambang berupa bentuk rekonstruksi ditandai oleh bintang (*) sebelum bentuk yang direkonstruksi tersebut, lambang (#) digunakan untuk menyatakan batas kata, lambang (<) digunakan untuk menyatakan berasal dari, dan lambang (>) menyatakan proses menjadi. Berikut ini disajikan kaidah rekonstruksi bahasa Minangkabau yang ditemukan pada lirik-lirik lagu Minang. Rekonstruksi yang dilakukan adalah pada tataran fonologis, morfologis, dan leksikal. Hasil rekonstruksi fonologis pada lirik lagu Minang adalah sebagai berikut: 1. PBM *a PBM *a / *-n# ( < PM *a) > a PBM *a / penultima, *-k#, *-ŋ#, *-h# (< PM *a) > a PBM *al / -# ( < PM *al) > a 2. PBM *i PBM *i / -# (< PM *i) > i PBM *i / penultima ( < PM *i) > i PBM *it / -# (< PM *it) > i? PBM *is / -# (< PM *is) > ih PBM *ih / -# (< PM *ih) > iah, ieh, iәh PBM *ik / -# (< PM *ik) > ia?, ie? PBM *iɳ / -# (< PM *iɳ) > i ŋ PBM *il / -# (< PM *il) > ia PBM *ir / -# (< PM *ir) > ia, ie, iә 3. PBM *u PBM *u / -#, penultima, *-n# (< PM *u) > u PBM *ut / -# (< PM *ut) > uy? PBM *uŋ / -# (< PM *uɳ) > uaŋ PBM *uh / -# ( < PM *uh) > uah PBM *uk / -# (< PM *uk) > ua?, uo? PBM *up / -# (< PM *up) > uy? PBM *us / -# (< PM *us) > uyh PBM *ul / -# (< PM *ul) > ua PBM *ur / -# (< PM *ur) > ua, uo 4. PBM *e PBM *et / -# (< PM *at, *әt) > e? PBM *eh / -# (< PM *as) > e, eh 57

5. PBM *ә PBM *ә / *-m# (< PM * ә) > a PBM *ә / penultima (< PM * ә) > a PBM *әp / -# (<PM * әp) > o? PBM *әr / -# ( < PM *ar, *әr) > a 6. PBM *o PBM *o / -# (< PM *a) > o Rekonstruksi fonem diftong pada Lirik Lagu Minang Era 50-an dan 90-an adalah sebagai berikut: 7. PBM *-ay (< PM *-ay) > ey, ay 8. PBM *-aw (< PM *-aw) > aw Rekonstruksi fonem konsonan pada Lirik Lagu Minang Era 50-an dan 90- an adalah sebagai berikut: 1. PBM *p PBM *p-, *-p- (< PM *p-, *-p) > p PBM *p / *u-# (< PM *p / *u-#) >? PBM *p / * ә-# (< PM *p / * ә-#) >? 2. PBM *t PBM *t-, *-t- (< PM *t-, *-t-) > t PBM *t / *i-#; *u-# (< PM *t / *i-#; u-#) >? PBM *t / *e-# (< PM *t / *a-# ; *ә-#) >? 3. PBM *k PBM *k-, *-k- (< PM *k-, *-k) > k PBM *-k (< PM *-k) >? 4. PBM *? PBM *-? Penanda vokatif (< PM *-?) >? 5. PBM *b PBM *b-, *-b- ( < PM *b-, *-b-) > b 6. PBM *d PBM *d-, *-d- (< PM *d-, *-d-) > d 7. PBM *g PBM *g-, *-g- ( < PM *g-, *-g-) > g 8. PBM *m PBM *m / * ә-#, *a-# (< PM *m) > m PBM *m / *u-#, *i-# (< PM *m) > m 9. PBM *n ( < PM *n) > n 58

10. PBM *ñ-, *-ñ- (< PM * ñ-, *-ñ-) > ñ 11. PBM *ŋ ( < PM *ŋ) > ŋ 12. PBM *s PBM *s-, *-s- ( < PM *s-, *-s) > s PBM *-s ( < PM *-s) > h, ø 13. PBM *h PBM *-h ( < PM *-h) > h, ø PBM *h / V V ( < PBM *-h-) > h, ø 14. PBM *R PBM *R- (< PM *r) > r PBM * -R- ( < PM *-r-) > r PBM *R- ( < PM * r) > ø 15. PBM *c-, *-c- ( < PM *c-, *-c-) > c 16. PBM *j-, *-j- (< PM *j-, *-j-) > j 17. PBM *l-, *-l- (< PM, *l-, *-l-) > l 18. PBM *w (< PM *w) > w 19. PBM *y ( < PM *y ) > y Rekonstruksi morfologis pada lirik lagu Minang era 50-an dan 90-an adalah sebagai berikut: 1. Rekonstruksi APPPT PBM *ña pronomina posesif persona ketiga tunggal (< PM *ña) > ño 2. Rekonstruksi APKB PBM *-an akhiran yang berfungsi sebagai pembentuk nomina (< PM *-an) > -an, ø 3. Rekonstruksi APKK transitif, kausatif dan benefaktif PBM *-kan akhiran yang berfungsi sebagai pembentuk verba (< PM *-kan) > -kan, -an. 4. Rekonstruksi APKK lokatif dan kausatif PBM *-i akhiran pembentuk verba lokatif dan kausatif (< PM *-i) > -i, -an. Untuk rekonstruksi leksikal pada lirik lagu Minang dilakukan proses rekonstruksi sesuai dengan kategori variasi leksikal yang ditemukan pada kedua era tersebut. Variasi leksikal pada lirik lagu Minang menunjukkan bahwa variasi bahasa Minangkabau pada lirik lagu Minang tersebut tercermin dalam beberapa kategori, yakni kata bilangan, waktu dan arah, bagian tubuh manusia, kata ganti 59

dan istilah kekerabatan, perhiasan, binatang dan bagian tubuhnya, bagian-bagian tumbuhan dan hasil olahannnya, alam, bau dan rasa, sifat, keadaan dan warna, rumah dan bagian-bagiannnya, makanan dan minuman, penyakit dan obat, aktivitas, dan kata tanya. Berikut beberapa contoh rekonstruksi leksikal pada lirik lagu Minang era 50-an dan 90-an: PBM *әso satu ( <PM*әsa?, *sa-) > aso, cie?, tuŋga, PBM *lamo lama (<PM *lama?) > lamo, usaŋ PBM *mato mata (< PM*mata) > mato PBM *(ә)ma? ibu ( <PM *(ә)ma(?)) > ama?, mande PBM*laki(-laki) (<PM *laki(-laki)) > laki-laki, jantan,bujaŋ, buyuaŋ PBM *mimpi mimpi (< PM *mimpi) > mimpi, rasian Berdasarkan hasil rekonstruksi fonologis, morfologis, leksikal, dan semantis di atas, bentuk-bentuk yang masih mempertahankan bentuk asli dari protobahasa Minangkabau disebut sebagai bentuk retensi, sedangkan bentukbentuk yang telah mengalami perubahan dari bentuk protobahasanya disebut sebagai bentuk inovasi. Dengan demikian, apabila dibuat perbandingan variasi bahasa Minangkabau antara lagu Minang era 50-an dan 90-an, akan diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3. Perbandingan variasi bahasa Minangkabau pada lagu Minang era 50-an dan 90-an Lagu Minang Era 50-an retensi Pembaharuan internal Bahasa masih dipengaruhi bentuk PBM Terjadi pembertahanan bentuk PBM pada beberapa kategori leksikon Lagu Minang Era 90-an Inovatif Pembaharuan internal, eksternal dan semantis Bahasa dipengaruhi perkembangan budaya dalam masyarakat Terjadi pembaharuan bentuk pada beberapa kategori leksikon, terutama sekali terkait dengan kosakata budaya. 60

KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa lagu-lagu minang era 50-an teridentifikasi mengalami variasi dalam 4 aspek, yaitu variasi aspek fonologis, morfologis, leksikal, dan beberapa variasi semantis. Lagu-lagu Minang era 90-an juga mengalami variasi dari aspek fonologis, morfologis, leksikal, dan semantis. Akan tetapi, era 90-an tidak ditemukan lagi bunyi [ә] dan diftong /ea/ dan diftong /ia/ dengan varian bunyi [iә], melainkan bunyi yang muncul adalah [ia]. Variasi fonologis dari aspek fonem konsonan dan variasi unsur morfologis tidak terdapat perubahan antara lagu Minang era 50-an dan 90-an. Lagu-lagu era 50-an cenderung lebih mempertahankan pemakaian leksikon yang merupakan warisan dari bentuk protobahasa Minangkabau. Sebaliknya, lagu-lagu era 90-an sebagian besar mengalami proses inovasi yang bersifat leksikal dan semantis. Berdasarkan hasil rekonstruksi ditemukan bahwa antara lagu Minang era 50-an dan 90-an terjadi kecenderungan pembertahanan (retensi) bahasa terkait kosakata dasar, sedangkan inovasi lebih banyak ditemukan pada kosakata budaya. DAFTAR PUSTAKA Adelaar, K.A. 1992. Proto Malayic:The Reconstructon of Its Phonology and Part of Its Lexicon and Morphology. Canberra: Pacific Linguistics, C-119. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka Cipta. Crowley, Terry. 1987. An Introduction to Historical Linguistics. Papua New Guinea: University of Papua New Guinea Press. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nadra. 2006. Rekonstruksi Bahasa Minangkabau. Padang: Andalas University Press. Nadra. 1997. Geografi Dialek Bahasa Minangkabau. Jilid II. Disertasi Doktor. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik). Yogyakarya: Duta Wacana University Press. 61