BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian Lagu gedé dalam Karawitan. Sunda Sebuah Tinjauan Karawitanologi, diketahui keunggulan

dokumen-dokumen yang mirip
Karakter Musikal Lagu Gedé Kepesindenan Karawitan Sunda

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bahan pembelajaran yang disajikan dalam sub pokok bahasan Wawasan

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

GLOSARIUM. : salah satu watak pupuh Kinanti : salah satu cara menyuarakan sebuah nyanyian : istilah ornamentasi dalam tembang Sunda

BAB 1 PENDAHULUAN. Soepandi Mengatakan bahwa: Alat musik tiup yang ada di Jawa Barat

Laras, Surupan, dan Patet dalam Praktik Menabuh Gamelan Salendro

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

Dinamika Perkembangan Lagu Gedé

2016 TARI JAIPONG ACAPPELLA KARYA GOND O D I KLINIK JAIPONG GOND O ART PROD UCTION

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENGANTAR. Di kalangan masyarakat karawitan Sunda umum, lagu gedé. dikenal sebagai sebuah genre lagu diantara genre lagu-lagu Sunda

2015 KOMPOSISI KACAPI PADA LAGU KEMBANG TANJUNG PANINEUNGAN KARYA MANG KOKO

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. Pupuh Balakbak Raehan merupakan salah satu pupuh yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UCAPAN TERIMA KASIH...

BAB I PENDAHULUAN. pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi. Kendati demikian, dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

Bab 1 Mengenal Kendang

BAB I PENDAHULUAN. Berasal dari lingkungan yang berlatar belakang seni musik, terkadang

Falsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan. Falsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan.zip

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Seni Musik Sumber: KTSP 2006

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

PRAKTIK KARAWITAN DAERAH LAIN I KARAWITAN SUNDA Asep Saepudin, S.Sn., M.A. NIP

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ini pada mulanya merupakan kalangenan bagi para petani ketika mereka

Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Instrumentasi dan Fungsi Instrumen

Perkembangan dan Perubahan Tepak Kendang Jaipongan Suwanda dalam Masyarakat Urban

Gending nyaeta rinengga suara anu diwangun ku sora-sora tatabeuhan. (Gending ialah aneka suara yang didukung oleh suara-suara tetabuhan)

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan bermanfaat untuk kemajuan bangsa. Di Indonesia,

BAB V KESIMPULAN. Adaptasi dalam Jêmblungan berdampak pada perubahan. garap pertunjukannya sebagai media hiburan. Adalah ngringkês

PRAKTIK KARAWITAN DAERAH LAIN I KARAWITAN SUNDA Asep Saepudin, S.Sn., M.A. NIP DIKTAT

TARI KAWUNG ANTEN KARYA GUGUM GUMBIRA

2015 MODEL PEMBELAJARAN TARI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN RITME GERAK DAN RASA MUSIKAL BAGI GURU SENI BUDAYA DI PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Rudat adalah salah satu kesenian tradisional yang berkembang di Jawa

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

2016 PROSES PEMBELAJARAN RAMPAK KENDANG DI SANGGAR SENI KUTALARAS CIRANJANG-CIANJUR

TIGA KONSEP PENTING: VARIASI, PENGOLAHAN DAN KAIT-MENGAIT Variasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

SILABUS MUSIK GAMELAN PELOG SALENDRO III (SM 404) DEWI SURYATI BUDIWATI

Analisis Pirigan Tembang Sunda Cianjuran Runtuyan Wanda Papantunan & Panambih (Lagu Goyong Petit, Dangdanggula Paniisan & Jeritna Hate)

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

2015 PELATIHAN ANGKLUNG SUNDA DI SANGGAR BAMBU WULUNG DI KECAMATAN SITURAJA KABUPATEN SUMEDANG

Catharsis: Journal of Arts Education

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pembelajaran Layeutan Suara Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Di Smp Pasundan Katapang Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL KARYA SENI PIS BOLONG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KREATIVITAS SAMBASUNDA DI BANDUNG: STUDI KASUS LAGU BAJIDOR KAHOT

Metode Pembelajaran. Tepak Kendang Jaipongan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat Jawa Barat Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN)

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB V KESIMPULAN. Campursari karya Manthous dapat hidup menjadi musik. industri karena adanya kreativitas dari Manthous sebagai pencipta

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti selama pelaksanaan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

1 BAB I PENDAHULUAN. dilestarikan dan diperkenalkan sejak dini. Tari sendiri memiliki nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta MRAYUNG. Skripsi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PENUTUP. patalon. Unsur yang menjadi ciri khas dari penyajian gending patalon adalah

G.J TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN:

BAB IV PENUTUP. pelestarian dan keberlangsungan seni karawitan. Pada gending tengahan dan

BAB V PENUTUP. Penelitian ini menjawab dua persoalan yaitu bagaimana. Pertunjukan berlangsung selama dua jam sepuluh menit dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih

MATERI UAS SENI MUSIK SEMESTER 5.

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA (MANDIRI)

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 1

BAB V PENUTUP. Peranan Panakawan dan Denawa (Buta) pada pertunjukan seni tradisi Wayang

BABII KEHIDUPAN SENI BUDAYA

BAB IV PENUTUP. Sejak diciptakan pada tahun 2008, keberadaan. Saraswati dalam Sidang Senat Terbuka ISI Yogyakarta. Hal ini memberikan

55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

Deskripsi Karawitan Tari Iringan Tari Blantek, Golek Ayun-Ayun, dan Padang Ulan Pada Oratorium Kala Kali Produksi ISI Dps

Pendidikan Musik di Sekolah Dasar (Menuju Implementasi Kurikulum 2013)

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

ARTIKEL KARYA SENI TRIDATU OLEH : I WAYAN ENDRA WIRADANA NIM :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

Bentuk Dan Deskripsi Karya Tawur Agung Oleh : I Ketut Partha, SSKar., M.Si. Bentuk Karya 4.2 Deskripsi Karya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan, sebagian wrisan nenek

1. Pendahuluan. Konsep Musikal Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

2015 LAGU SINTREN ARANSEMEN YUS WIRADIREDJA

GARAP REBAB GENDING PLARA-LARA KALAJENGAKEN LADRANG LANGEN SUKA LARAS SLENDRO PATET SANGA

PENGARUH RESONATOR TERHADAP BUNYI NADA 3 SLENTHEM BERDASARKAN SOUND ENVELOPE. Agung Ardiansyah

Kompetensi Materi Kegiatan. Dasar Pembelajaran Pembelajaran Teknik Bentuk Contoh Instrumen Waktu Belajar. Indikator SILABUS. Penilaian Alokasi Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pesatnya perkembangan Gong Kebyar di Bali, hampir-hampir di setiap Desa atau

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

BAB I PENDAHULUAN. dari sudut struktual maupun jenisnya dalam kebudayaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:602) Musik adalah ilmu atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diana Susi, 2013

Dalam menari hal yang sangat menonjol adalah mengenai kemampuan penari tersebut dalam menguasai wiraga. Menurut Rosala, Dedi dkk (1999:7)

Bagian Satu. Konsep Dasar Tembang Sunda Cianjuran

Tabuh Kreasi Pepanggulan Gamelan Smarandhana Lemayung, Bagian II

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. Komposisi karawitan yang berjudul lakuku merupakan sebuah karya yang. dalam mewujudkan karya komposisi karawitan dengan judul Lakuku.

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Lagu gedé dalam Karawitan Sunda Sebuah Tinjauan Karawitanologi, diketahui keunggulan musikal lagu gedé tidak dapat diragukan. Kompleksitas musik termuat di dalam struktur musikal lagu ini. Tersusun dari unsurunsur musik dan sastra yang menyatu. Unsur-unsur musik dimaksud meliputi laras, surupan, wilet, pola kenongan dan goongan, wirahma beserta prinsip naékeun-nurunkeun, juga hubungan garap di antara sindén, alok, rebab, gambang, dan kendang, atau dalang. Adapun sastra dimaksud adalah stilisasi bahasa dengan mempertimbangkan aspek syair yang murwakanti (persajakan bunyi), rineka wacana (diksi), rinéka sastra (gaya bahasa), dan pakeman basa (idiom). Untuk memainkan lagu gedé dibutuhkan kompetensi musikal yang mumpuni, sebab kebutuhan pertunjukan lebih kepada kemahiran setiap seniman menafsir musik dan saling bekerjasama membangun musik tersebut. Hasil dari penelitian ini ditemukan beberapa keunggulankeunggulan musikal lagu gedé sebagai berikut. 419

420 1. Laras dan Surupan merupakan sebagai kerangka acuan atau bingkai bagi seorang sindén, alok, dan pemain rebab, untuk menafsirkan sistem nada yang melekat dengan lagu dalam membangun dan menguatkan rasa musikal yang dibawakan bersama. Juga sebagai ekspresi musikalitas nyanyian pribadi sinden, alok, maupun gaya rebaban pangrebab. 2. Hasil identifikasi laras dari 52 lagu gedé kepesindénan ditemukan ada empat laras yang digunakan yaitu: saléndro, pélog, madenda, dan degung. Keempat laras ini ada yang disajikan secara mandiri satu laras maupun penggabungan dua atau tiga laras dalam satu lagu. Ada 13 lagu laras saléndro, 12 lagu laras pélog; 11 lagu laras madenda; 1 lagu laras degung; 3 lagu gabungan laras saléndro dan madenda; 4 lagu gabungan laras madenda dan degung; dan 1 lagu gabungan laras saléndro, madenda dan degung. 3. Hasil identifikasi embat lagu gedé terdapat dua pola, yaitu embat lenyepan dan embat lalamba. Embat lenyepan menunjukkan bentuk empat (4) wilet, dan embat lalamba terdapat beberapa pola embat, yaitu: lima (5) wilet, genep (6) wilet, dalapan (8) wilet, dan sapuluh (10) wilet. Juga dalam embat lalamba ini selain

421 menggunakan satu embat ada menggunakan perpaduan dua bentuk wilet dan tiga bentuk wilet. 4. Kenongan dan goongan dalam lagu gedé., ada empat fungsi musikal, yaitu sebagai: ciri musikal lagu gede yang ditunjukkan dengan nada akhir di tiap baris lagu; sumber kreativitas garap musikal bagi seluruh pendukung; inspirasi penciptaan lagu atau gending baru; dan patokan nada untuk dilanjutkan, atau dalam istilah karawitan Sunda disebut naékeun, kepada lagu berembat pendek (dua wilet), dengan nada kenongan dan goongan yang sama. 5. Hasil identifikasi kenongan dan goongan terhadap lagu gedé yang penulis temukan sebagian besar tidak ada yang sama pola nada kenongan dan goongan-nya, yakni memiliki pola gending tersendiri. Ditemukan hanya terdapat empat lagu gedé embat lenyepan menggunakan pola kenongan dan goongan yang sama. 6. Pasangan lagu gedé dalam penyajian kiliningan, selalu menampilkan dua buah lagu, yaitu satu buah lagu gedé kemudian di taékeun/naékeun (diteruskan) pada salah satu lagu jalan yang berembat dua wilet sebagai lagu pasangannya. Berbeda dengan lagu gedé dalam pertunjukan wayang golék, tidak ditampilkan karena

422 peran musikal lagu gedé dalam wayang golék terikat dengan tarian wayang, murwa (nyanyian dalang), ilustrasi musikal adegan wayang, dan sajian hiburan dalam wayang. 7. Terdapat perbedaan garap lagu gedé kiliningan dan garap lagu dalam wayang golék. Dalam garap kiliningan, Pangkat lagu oleh pengrebab, dan struktur lagu utuh, pola ritmis stabil (bertempo ajeg). Dalam garap wayang golek; pangkat lagu oleh pemain saron; struktur disesuaikan dengan kebutuhan adegan; pola ritmis variatif disesuaikan dengan gerak tarian tokoh wayang (naik turun atau cepat lambat). 8. Hubungan Interaksi Garap musikal Karawitan dalam lagu gedé semua pendukung pertunjukan memiliki kesetaraan peran musikal dan mumpuni. Karena kedudukan lagu sebagai melodi dasar terbuka untuk ditafsir garap oleh para sindén, alok, juru rebab, juru gambang, juru kendang dan melahirkan gaya-gaya pribadi, meliputi: berbagai teknik senggol (galantang pondok, galantang panjang, geter rékép, geter carang, sorodot,solédat, giwar, gebés/gebeg, koléang, lageday, kerejet, eundeuk, dan ngayun); teknik tabuhan rebab, dan

423 gambang (mayunan, ngarangkén, nyarengan, dan negeskeun); dan teknik tepakan kendang (melem). Kini, frekuensi pementasan lagu gedé memang sudah tidak semarak di era 1950-1980an. Namun demikian, lagu ini tetap masih ada mengisi khasanah keanekaragaman musik Sunda. Lagu ini malah diserap dan diadaptasi ke dalam genre musik yang berbeda, seperti tembang Cianjuran, degung, dan bajidoranjaipongan. Proses penyerapan dan adaptasi ini tentu saja tidak sama. Akibat tindakan musikal ini, tentu saja ada bagian-bagian lagu gedé yang bertahan atau dipertahankan. Ada bagian yang berkurang atau dikurangi. Ada juga bagian-bagian baru yang bertambah atau ditambahkan. Dalam kasus tembang Cianjuran misalnya, kualitas keunggulan musikal lagu gedé cenderung bertahan atau malah diperkaya hingga menghasilkan arti musikal yang baru. Namun, dalam kasus degung dan bajidoran-jaipongan, lagu gedé mengalami semacam pemaksaan hingga keunggulan musikalnya justru terlemahkan. Kekuatan interaksi dan pengembangan garap vokal dengan instrumen yang lain cenderung dibatasi hingga tidak terlalu dominan. Akibatnya, gaya ungkap secara pribadi tidak dapat terbentuk karena peluang untuk mengeksplorasinya tidak ada.

424 Situasi demikian tidak dapat dielakkan, mengingat tradisi lagu gedé itu sendiri dinamis. Pergantian generasi seniman dengan segala proses internalisasi dan enkulturasinya, serta perubahan ruang dan waktu jaman yang dialami mengakibatkan cara memandang, cara mensikapi, dan cara merasakan lagu ini jadi berbeda. Transmisi kelisanan dan kerunguan yang terjadi dalam lagu gedé telah menjadi sarana pembelajaran dan penambahan repertoar, inspirasi musikal, sekaligus cara mengolah atau menafsirnya secara musikal. Informasi-informasi musikal yang diperoleh melalui kelisanan dan kerunguan ini mengakumulasi dan menubuh di dalam diri seniman. Dengan cara itu pula, seniman dapat memperkaya wawasan, pengetahuan, pilihan sekaligus keputusan garap sewaktu pentas di atas panggung. Pemanfaatan memadukan antara pengalaman musikal yang diperoleh melalui kelisanan dan kerunguan secara bersama memungkinkan seniman menafsir garap secara leluasa. Efeknya, penyajian lagu gedé pun menjadi lebih dinamis. Penyajian lagu gedé dari panggung ke panggung tidak pernah terulang secara sama. Bentuk transmisi lagu gedé yang lain adalah melalui tulisan (written transmission). Melodi lagu dikekalkan lewat notasi angka. Pola ini sangat umum dilakukan di dalam pendidikan formal.

425 Seperti di Sekolah Tinggi Sseni Indonesi (STSI) Bandung, lagu gedé diajarkan dengan menggunakan media tulisan. Berdasarkan penelitian dapat diketahui kelemahan mempelajari atau mempraktekan lagu gedé hanya berdasar notasi. Pertama, murid tidak akan mendapat materi musikal dari gurunya secara total. Materi garap yang berkaitan dengan rasa musikal irama, embat, intensitas suara atau bunyi, dinamika musikal, dan penghayatan musikal dapat terabaikan. Murid maupun guru hanya fokus pada ketepatan benar atau tidaknya membaca notasi selama praktik. Kedua, ada hasil pembelajaran yang gamang. Di satu sisi, penggunaan notasi dapat mempercepat proses pembelajaran. Namun di sisi lain, pembelajaran dengan notasi banyak mengakibatkan kemampuan mengingat peristiwa musikal melemah. Murid hanya bisa memainkan musik tanpa perlu menghapal atau merekamnya sebagai memori musikal. Ujung pembelajarannya, murid berada dalam keadaan cepat hapal tetapi cepat lupa. Ketiga, penyajian materi musik, baik instrumen maupun vokal, yang disajikan oleh murid cenderung datar dan rata (bebeng). Dinamika dan ekspresi musikal tidak muncul. Sebab, murid hanya mendasarkan praktek terhadap hal-hal tertulis dalam notasi. Catatan-catatan keterangan-keterangan garap

426 dinamika dan ekspresi tidak pernah terekam karena notasinya sendiri lebih bersifat preskriptif daripada deskriptif. Keempat, hubungan emosional antara guru dan murid cenderung pasif. Akibatnya, transmisi dan pendalaman atas nilainilai musikal, moral dan nilai lainnya dari guru kepada murid tidak maksimal. Proses dan hasil pendidikan menjadi kering maknanya. Ada hal penting yang tidak dapat diabaikan. Melalui polapola transmisi tersebut, hal-hal yang diajarkan atau dipelajari tidak hanya terjadi dalam kapasitas bentuk tetapi mencakup transmisi yang berhubungan dengan perilaku dan nilai. Jenis transmisi menentukan perilaku yang ditampilkan atau ditunjukkan. Ini serupa dengan pernyataan Shills, tradisi kelisanan memiliki kekuatan yang tidak pernah dapat digantikan dengan teks-teks tertulis atau cetakan kecuali manusianya bisu dan tuli. B. Rekomendasi 1. Banyaknya informasi musikal yang bersifat sangat sederhana atau disederhanakan, kurang lengkap, dan tidak jelas merupakan bukti indikasi masih lemahnya kajian musikal. Situasi ini sangat jauh berbeda dibanding kekayaan dan kedalaman dalam kehidupan praktis seninya. Oleh karena itu,

427 kajian tentang musikal atau gaya musikal tentunya diharapkan akan mampu menjadi piranti analisis yang dapat membuka misteri-misteri musikal yang terkandung dalam struktur komposisi musikal karawitan Sunda, juga cakrawala musik tradisi di Sunda. 2. Informasi kesejarahan karawitan Sunda masih lemah, dan belum ada secara khusus, dengan demikian tentunya perlu perhatian khusus dan dianggap penting untuk segera dilakukan riset-riset sejarah karawitan Sunda, salah satunya kesejarahan lagu gedé dalam karawitan Sunda, sebagai ilmu karawitanologi. 3. Peran dan fungsi musikal karawitan Sunda telah mengalami pergeseran nilai. Satu contoh peran dan fungsi sindén, alok dan wiiyaga (juru rebab, juru gambang, dan juru gamelan) dalam membawakan lagu gedé selalu dibatasi dan didominasi oleh kepentingan gerak dan pemenuhan selera penonton. Banyak pengaruh telah mengakibatkan sikap dan pandangan tentang profesi sindén, alok, dan wiyaga melemah. Pembatasan praktik telah menutup peluang setiap pemusik untuk mengasah atau meningkatkan ketrampilan musikalnya. Ujungnya, gaya ungkap pribadi pun tidak dapat tumbuh, keunggulan atau keutamaan nilai musik menjadi tidak berarti.

428 Berdasar keprihatinan tersebut, penulis menyarankan sebagai berikut. 1. Perlu digalakkan upaya peningkatan nilai-nilai karawitan Sunda yang berorientasi pada praktis dan kajian musikal. 2. Penelitian yang mengkaji unsur musikal perlu mendapat perhatian dan dukungan dari berbagai pihak terkait, terutama berkaitan dengan dana dan berbagai fasilitas. 3. Hasil dari penelitan ini tentunya akan bermanfaat untuk digunakan sebagai media pembelajaran musikal, baik secara teori maupun secara praktik. Maka perlu adanya tindak lanjut untuk dijadikan reperensi tentang salah satu kajian musikal, dalam karawitan Sunda sebagai ilmu karawitanologi yang bermamfaat bagi semua pihak.