2015 FENOMENA PENGGUNAAN NAMA-NAMA UNIK PADA MAKANAN DI BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PERUBAHAN MAKNA UNGKAPAN PADA TULISAN BAJU GURITA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya dengan etniknya. Penanda etnik di

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu perlawanan kata. Perlawan kata dalam pelajaran bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jaenudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

2015 METAFORA DALAM TUTURAN KOMENTATOR INDONESIA SUPER LEAGUE MUSIM : KAJIAN SEMANTIK KOGNITIF

Pengertian Universal dalam Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian dari ilmu linguistik. Cabang-cabang ilmu linguistik tersebut di

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan konseptual dan intelektual anak-anak. Memahami proses. perkembangan kognitif anak-anak secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Indonesia. Bahasa tidak terpisahkan setiap kegiatannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian dalam bidang struktur atau kaidah bahasa-bahasa di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. diri bangsa. Wujud budaya yang terdiri atas ide, benda, dan aktivitas khususnya

BAB I PENDAHULUAN. dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala aspek makna

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retno Eko Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan. paling utama adalah sebagai sarana komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Bahasa merupakan ciri khas yang hanya dimiliki oleh manusia. Dengan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ismi Nurul Huda, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan mengenai: (1) latar belakang; (2)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat terjalin dengan baik karena adanya bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas yang terdapat di Indonesia sangat banyak, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. komik. Komik berasal dari Jepang, dalam bahasa Jepang komik di kenal

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. malam hari. Kecenderungan orang melakukan berbagai macam aktifitasnya di

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, masalah penelitian yang meliputi pengidentifikasian masalahah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi penelitian. Adapun uraiannya sebagai berikut. A. Latar Belakang Masalah Nama merupakan kata yang menjadi label bagi setiap makhluk, benda, aktivitas, dan peristiwa di dunia ini dan nama muncul dalam kehidupan manusia yang kompleks dan beragam (Darheni, 2010, hlm. 55).Sementara itu, nama merupakan simbolisasi dari adanya usaha manusia untuk mengenali dan memahami segala sesuatu yang kompleks dan beragam tersebut (Sudana, dkk, 2012). Artinya, kemampuan manusia dalam menguasai nama-nama tertentu merupakan simbol penguasaan manusia terhadap ranah pengetahuan tertentu (Sudana, 2012) termasuk dalam menamai makanan. Dalam menamai makanan, penggagas produk-produk makanan memberi nama makanannya berbeda-beda. Ada yang menambahkan nama pemiliknya, seperti ayam Ny. Suharti. Ada juga yang menambahkan tempat penjualan, seperti ayam goreng dan burung dara pahlawan. Ada juga nama makanan yang ditambahkan daerah asal makanan tersebut, seperti soto madura, soto lamongan, bubur manado, tahu sumedang. Penempelan nama-nama tersebut tentu tidak sembarangan, ada alasan mengapa dipilih penamaan seperti itu. Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengkaji makanan dari segi namanya. Namun, nama yang peneliti kaji bukan nama makanan yang biasa seperti contoh-contoh di atas, melainkan nama-nama yang unik pada makanan, seperti ayam brengsek di Ciwidey, nasi goreng kuburan di Dago, baso merapi di jalan Pahlawan, nasi kalong di jalan Riau, ayam kesatria sakti di Dipatiukur, tutut cape hati di jalan Emong, nasi goreng kuntilanak di Dago. Penamaan-penamaan seperti di atas banyak ditemukan. Oleh karena itu, dengan penelitian ini, peneliti ingin mengkaji makna di balik penamaan tersebut.

2 Seperti yang telah diketahui bahwa orang-orang tentu memiliki kreativitas tersendiri dalam menangani kehidupan ini. Contohnya, seperti para penjual makanan yang memvisualkan pemikirannya lewat nama produk yang dihasilkannya (dalam bentuk bahasa) karena bahasa itu dinamis dan arbitrer. Bahasa juga merupakan produk manusia yang lahir berdasarkan pengalaman hidup dari manusia itu sendiri. Mengapa penamaan-penamaan seperti itu bisa terjadi? Semua ini karena bahasa adalah produk budaya dan sekaligus wadah penyampai kebudayaan dari masyarakat bahasa yang bersangkutan (Chaer, 2009, hlm. 5-6). Kemudian, Chaer memaparkan bahwa dalam bahasa yang penuturnya terdiri dari kelompokkelompok yang mewakili latar belakang budaya, pandangan hidup, dan status sosial yang berbeda, maka makna sebuah kata bisa menjadi berbeda atau memiliki nuansa makna yang berlainan. Dalam mengungkapkan makna di balik nama-nama tersebut, semantik kognitif dijadikan pilihan dalam pengkajian penelitian ini. Semantik merupakan salah satu cabang dari linguistik yang mempelajari makna. Katz (dalam Sitaresmi dan Fasya, 2011, hlm. 1) menyebutkan bahwa semantik adalah studi tentang makna bahasa. Menurut Djajasudarma (2013, hlm. 11), makna kognitif adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan antara konsep dengan dunia kenyataan. Menurut Pateda (2001, hlm. 109), makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponennya. Ia mencontohkan kata pohon bermakna tumbuhan yang berbatang keras dan besar. Jika orang berkata pohon, terbayang pada kita pohon yang selama ini kita kenal. Ia juga menjelaskan bahwa makna kognitif lebih berhubungan dengan dengan pemikiran kata tentang sesuatu. Dari pengertian kognitif tersebut, dapat dikatakan bahwa makna suatu kata dapat diketahui dari acuan atau referensinya. Makna suatu kata dapat berbeda atau berlainan sesuai dengan acuannya. Semantik kognitif merupakan cabang dari linguistik kognitif. Kognitivisme mengacu pada teori linguistik yang berdasar pada pandangan

3 tradisional tentang arah hubungan sebab akibat antara bahasa dan pikiran (Lyons dalam Subuki, 2006). Kognitivisme merupakan bagian dari linguistik fungsional yang menawarkan prinsip yang sangat berbeda dari linguistik formal dalam memandang bahasa. Secara eksternal, linguis fungsional berpendapat bahwa prinsip penggunaan bahasa terwujudkan dalam prinsip kognitif yang sangat umum dan secara internal mereka berpendapat bahwa penjelasan linguistik harus melampaui batas antara berbagai macam tingkatan analisis (Saeed dalam Subuki, 2006). Dari pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa semantik kognitif yang beraliran fungsional, memandang bahasa tidak hanya sebatas tataran fonologi, morfologi, atau sintaksis, melainkan ada ruang lingkup di luar bahasa yang dilibatkan. Penganut semantik kognitif berpendapat bahwa manusia tidak memiliki akses langsung terhadap realitas. Oleh karena itu, realitas sebagaimana tercermin dalam bahasa merupakan produk pikiran manusia berdasarkan pengalaman mereka berkembang dan bertingkah laku (Saeed dalam Subuki, 2006). Dengan kata lain, makna merupakan struktur konseptual yang dikonvensionalisasi dan bahasa merupakan cara eksternalisasi dari seluruh mekanisme yang terdapat dalam otak (Jaszczolt dalam Subuki, 2006). Menurut Chaer (2009, hlm. 4), dalam analisis makna harus disadari bahwa bahasa itu bersifat unik dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan budaya masyarakat pemakainya.menurut Sutedi (2003), semantik kognitif memandang bahwa makna suatu kata terutama dalam polisemi tidak muncul begitu saja, melainkan pasti ada yang memotivasi dan melatarbelakanginya. Menurutnya, makna baru dalam suatu kata pasti ada pendorongnya, baik itu pengaruh perkembangan zaman, perubahan sosial, perkembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi. Bahasa tumbuh dan berkembang sejalan dengan meningkatnya kemajemukan persepsi manusia terhadap makrokosmos (dunia sekitarnya) dan mikrokosmos (dunia pribadinya) (Djajasudarma, 2012, hlm. 50). Nama-nama bila diperhatikan, tidak hanya nama benda, peristiwa, dan nama makanan yang ada di sekitar ada yang berubah. Nama baru (kosakata baru) pun muncul dari zaman ke

4 zaman. Menurut Djajasudarma (2012, hlm. 50), unsur nama-nama adalah unsur nama yang paling labil. Dalam memilih tempat penelitian, peneliti memilih Bandung karena Bandung terkenal dengan kota wisata kuliner. Bandung terkenal sebagai surganya kuliner. Banyak makanan khas yang bisa ditemui saat berkunjung ke kota kembang ini. Selain rasanya yang lezat, di Bandung terdapat berbagai macam nama unik pada makanan yang diperjualkan. Menurut Goeltom (dalam Wardhani, 2012), Bandung pada tahun 1941 sudah terkenal kulinernya karena pada waktu itu Bandung adalah kota yang memiliki restoran terbanyak di Indonesia. Kemunculan produk kuliner berjalan seiring dengan perkembangan wisata belanja. Bahkan, saat ini kegiatan kuliner mungkin berkembang cepat bila dibandingkan dengan kegiatan belanja (Virna E dalam Wardhani, 2012). Bandung menawarkan berbagai jenis kuliner mulai dari makanan tradisional sampai makanan modern ala western. Bandung sebagai surganya kuliner tidak hanya menawarkan konsep biasa. Tingginya persaingan di industri kuliner mendorong para pengusaha kuliner mengembangkan kreativitas mereka. Pada tahun 2012, di Bandung tercatat terdapat lebih dari 472 tempat makan yang terdaftar di Departemen Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung (Wardhani, 2012). Penelitian tentang nama makanan ini tidak hanya dikaji oleh peneliti, ada penelitian lain berkaitan dengan makanan, yaitu penelitian Patimah (2012) tentang nama-nama jajanan tradisional khas Sunda. Dalam penelitiannya, dijelaskan bagaimana bentuk lingual, bagaimana namanya, dan cerminan gejala kebudayaan dari jajanan tradisional Sunda tersebut. Kemudian, Alghifari (2012) menjelaskan satuan lingual nama-nama makanan tradisional, makna nama-nama makanan tradisional, dan komponen makna yang ada dalam nama-nama makanan tradisional di Kabupaten Purbalingga. Dari penelitian-penelitian di atas, sejauh yang peneliti telusuri belum ditemukan penelitian yang mengkaji mengenai nama-nama unik pada makanan. Penelitian ini dirasa penting karena belum ada penelitian mengenai nama unik pada makanan yang tentu saja ada faktor-faktor yang memengaruhi penamaan produk makanan tersebut. Selain itu, penelitian ini juga dapat menunjukkan

5 bahwa makna yang terkandung di dalam bahasa (kata, frasa, klausa, atau kalimat) itu berlainan atau memiliki makna yang berbeda. B. Masalah Penelitian Berikut ini adalah pemaparan masalah yang dibagi menjadi tiga bagian yang terdiri atas identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan rumusan masalah. 1. Pengidentifikasian Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut. 1) Persepsi masyarakat terhadap nama-nama makanan mulai bergeser. 2) Nama unik pada makanan di Bandung belum didokumentasikan secara menyeluruh. 2. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat disimpulkan batasan masalah sebagai berikut. 1) Penelitian ini ditekankan pada nama-nama unik pada makanan. 2) Sumber data penelitian ini dilakukan hanya di Bandung. 3) Penelitian ini menggunakan penelitian semantik kognitif. 3. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut. 1) Bagaimana kategori satuan gramatik dari nama-nama unik pada makanan? 2) Apa makna kognitif pada nama-nama unik makanan? 3) Bagaimana skema imej penutur terhadap nama-nama unik pada makanan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut: 1) kategori satuan gramatik nama-nama unik pada makanan; 2) makna kognitif nama-nama unik pada makanan;

6 3) skema imej penutur terhadap nama-nama unik pada makanan. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. 1) Secara teoretis, penelitian ini bisa menambah khazanah pustaka penelitian linguistik secara umum dan semantik secara khusus. Penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam memahami adanya perubahan-perubahan makna dalam bahasa. 2) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadikan bukti bahwa bahasa itu berkembang (mengalami perubahan makna) berlandaskan pada teori semantik. E. Struktur Organisasi Skripsi Sistematik penulisan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pada Bab I memaparkan latar belakang dilakukannya penelitian, masalah penelitian (identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah), tujuan penelitian, manfaat penelitian (manfaat teoretis dan manfaat praktis), dan struktur organisasi skripsi. Bab II memaparkan tinjauan pustaka dan kerangka teori, yang mencakup teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang ada. Teori-teori yang digunakan adalah semantik kognitif, kategori satuan gramatikal, dan makna kognitif. Kemudian, pada Bab III dijelaskan tentang desain penelitian, partisipan dan tenpat penelitian, metode penelitian, data dan sumber penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data. Pada Bab IV dipaparkan tentang hasil penelitian yang terdiri atas kategori satuan gramatik dari nama-nama unik pada makanan di Bandung; pemaparan mengenai makna kognitif pada nama-nama unik pada makanan di Bandung; dan skema imej penutur terhadap nama-nama unik pada makanan di Bandung. Adapun pada Bab V dipaparkan penutup yang terdiri atas simpulan dan saran.