ANALISIS KETAHANAN SAMBUNGAN KELING PADA ALUMUNIUM 2024 DENGAN KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

ANALISA PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP KETEBALAN LAPISAN ZINC DAN KETAHANAN KOROSI PADA PERMUKAAN LINK ENGINE HANGER SEBELUM PROSES PELAPISANNYA

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN DAN TEMPERATUR CETAKAN TERHADAP SIFAT MEKANIS BAHAN PADUAN Al-Zn

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

PENGUJIAN KEKUATAN TARIK PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM. Hera Setiawan 1* Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus 59352

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

STUDI BAHAN ALUMUNIUM VELG MERK SPRINT DENGAN METODE TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

BAB VI L O G A M 6.1. PRODUKSI LOGAM

ANALISA PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BESI COR NODULAR (FCD 60)

TUGAS AKHIR STUDI TENTANG PENAMBAHAN UNSUR PADA ALUMINIUM PADUAN PISTON SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

TUGAS AKHIR. BIDANG TEKNIK PRODUKSI DAN PEMBENTUKAN MATERIAL PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MnCl2.H2O TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA 7075

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

ANALISIS SIFAT MEKANIK MATERIAL TROMOL REM SEPEDA MOTOR DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CHROMIUM TRIOXIDE ANHYDROUS (CrO 3 )

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membuat suatu produk, bahan teknik merupakan komponen. yang penting disamping komponen lainnya. Para perancang, para

BAB I PENDAHULUAN. Penemuan logam memberikan manfaat yang sangat besar bagi. kehidupan manusia. Dengan ditemukannya logam, manusia dapat

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

ANALISA SIFAT MEKANIK PROPELLER KAPAL BERBAHAN DASAR ALUMINIUM DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Cu. Abstrak

PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST

PENGARUH JARAK DARI TEPI CETAKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA CORAN ALUMINIUM

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik.

PENGARUH ANNEALING TERHADAP LAS MIG DENGAN GAS PELINDUNG CO2 (100%) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO DAN MAKRO PADA BAJA STAM 390 G

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TEMPERATUR CARBURIZING PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP SIFAT SIFAT MEKANIS BAJA S 21 C

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu. sehingga tercipta alat-alat canggih dan efisien sebagai alat bantu dalam

BAB IV HASIL DAN ANALISA. pengujian komposisi material piston bekas disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Piston Bekas

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian. dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli

ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BESI TUANG NODULAR 50

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Pengaruh Aging 450 ºC pada Al Paduan dengan Waktu Tahan 30 dan 90 Menit Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

PENGGUNAAN 15% LUMPUR PORONG, SIDOARJO SEBAGAI PENGIKAT PASIR CETAK TERHADAP CACAT COR FLUIDITAS DAN KEKERASAN COR

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Sifat Fisis dan Mekanis Pada Paduan Aluminium Silikon (Al-Si) dan Tembaga (Cu) Dengan Perbandingan Velg Sprint

PENGARUH UNSUR ALUMINIUM DALAM KUNINGAN TERHADAP KEKERASAN, KEKUATAN TARIK, DAN STRUKTUR MIKRO

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KANDUNGAN SILICON TERHADAP NILAI KEKERASAN PADUAN Al-Si

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

TUGAS AKHIR PENGARUH ELEKTROPLATING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM PADUAN

STUDI METALOGRAFI HASIL PENGELASAN SPOT WELDING TIPE KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

KARAKTERISASI BAJA SMO 254 & BAJA ST 37 YANG DI-ALUMINIZING

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340

BAB IV PEMBAHASAN. Setelah melakukan beberapa langkah/usaha mencari alat dan bahan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK MEKANIS DAN KOMPOSISI KIMIA ALUMUNIUM HASIL PEMANFAATAN RETURN SCRAP

RPKPS (RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER)

TUGAS AKHIR STUDI METALOGRAFI HASIL PENGELASAN TITIK (SPOT WELDING) PADA PENGELASAN DI LINGKUNGAN UDARA DAN DI LINGKUNGAN GAS ARGON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Abstrak. Abstract

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PISAU HAMMER MILL PADA MESIN PENGGILING JAGUNG PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA CABANG SEMARANG

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

Perbaikan Sifat Mekanik Paduan Aluminium (A356.0) dengan Menambahkan TiC

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMUNIUM PADUAN Al, Si, Cu DENGAN CETAKAN PASIR

REDESAIN DAPUR KRUSIBEL DAN PENGGUNAANNYA UNTUK MENGETAHUI PENGARUH PEMAKAIAN PASIR RESIN PADA CETAKAN CENTRIFUGAL CASTING

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

Materi #2 TIN107 Material Teknik 2013 SIFAT MATERIAL

Pengaruh Variasi Komposisi Kimia dan Kecepatan Kemiringan Cetakan Tilt Casting Terhadap Kerentanan Hot Tearing Paduan Al-Si-Cu

PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik

Transkripsi:

ANALISIS KETAHANAN SAMBUNGAN KELING PADA ALUMUNIUM 2024 DENGAN KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO Ir. Aznam barun 1,. Budi Agraham 2 Lecture 1,College Student 2,Departmen of machine, Faculty of Engineering, University muhammadiyah Jakarta,Jalan cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat 10510, Telp 021-4244016,4256024, Email : ABSTRAK Pengelingan adalah proses penyambungan antara 2 plat dan 3 plat dengan menggunakan plat almunium 2024 dalam penelitian ini dimana Pada hasil pengujian tarik paku keling 4 lebih tinggi keling 2 dengan selisih setengah tarik maksimum sebesar 428,94 N/mm 2 selisih setengah tarik adalah 25,22 N/mm 2. pengelingan 2 yang sebesar 403,53 N/mm 2 lebih tinggi pengelingan 4 dengan selisih 25,22Setelah mendapat hasil kekuatan tarik dan struktur mikro pada pengelingan 2 dan 4 pada plat almunium 2024 pengelingan 4 lebih kuat kekuatan tariknya dan lebih keras dan struktur mikronya hasil pengelingan 2 dengan adanya pengujian tersebut pengelingan 4 dapat disimpulkan kekuatan tariknya Kata kunci : pengelingan 4. Pengelingan 2, uji tarik dan struktur mikro 1.PENDAHULUAN Paku keling adalah permanen mekanis pengikat. Sebelum diinstal paku keling terdiri dari halus silinder poros dengan kepala pada salah satu ujungnya. Ujung kepala disebut buck-ekor. Pada pemasangan paku keling ditempatkan pada atau pra-bor lubang menekan, dan ekor sedang kesal, atau Yorkshire melawan (yaitu cacat), sehingga memperluas sekitar 1,5 kali diameter batang asli, memegang paku keling itu di tempatnya. Untuk membedakan antara kedua ujung paku keling, kepala asli disebut pabrik kepala dan ujung cacat disebut toko kepala atau buckekor. 2.METODE EKSPERIMEN DAN FASILITAS YANG DIGUNAKAN Alumunium merupakan unsur non ferrous yang paling banyak terdapat di bumi yang merupakan logam ringan yang mempunyai sifat yang ringan, ketahanan korosi yang baik serta hantaran listrik dan panas yang baik, mudah dibentuk baik melalui proses pembentukan maupun permesinan, dan sifat-sifat yang baik lainnya sebagai sifat logam. Di alam, alumunium berupa oksida yang stabil sehingga tidak dapat direduksi dengan cara seperti mereduksi logam lainnya. Pereduksian alumunium hanya dapat dilakukan dengan cara elektrolisis. Sebagai tambahan terhadap kekuatan mekaniknya yang sangat meningkat dengan penambahan Cu, Mg, Si. Mn, Zn, Ni, dan sebagainya, secara satu persatu atau bersama-sama, memberikan juga sifatsifat baik lainnya seperti ketahanan korosi, ketahanan aus, koefisien pemuaian rendah dan sebagainya. SINTEK VOL 6 NO 2 Page 1

Paduan aluminium dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu alumunium wronglt alloy (lembaran) dan alumunium costing alloy (batang cor). Alumunium (99,99%) memiliki berat jenis sebesar 2,7 g/cm 3, densitas 2,685 kg/m 3, dan titik leburnya pada suhu 660 0 C, alumunium memiliki strength to weight ratio yang lebih tinggi dari baja. Sifat tahan korosi alumunium diperoleh dari terbentuknya lapisan oksida alumunium dari permukaan alumunium. Lapisan oksida ini melekat kuat dan rapat pada permukaan, serta stabil(tidak bereaksi dengan lingkungan sekitarnya) sehingga melindungi bagian dalam. Unsur- unsur paduan dalam almunium antara lain: 1. Copper (Cu), menaikkan kekuatan dan kekerasan, namun menurunkan elongasi (pertambahan panjang pangjangan saat ditarik). Kandungan Cu dalam alumunium yang paling optimal adalah antara 4-6%. 2. Zink atau Seng (Zn), menaikkan nilai tensile. 3. Mangan (Mn), menaikkan kekuatan dalam temperature tinggi. 4. Magnesium (Mg), menaikkan kekuatan alumunium dan menurunkan nilai ductility-nya. Ketahanan korosi dan weldability juga baik. 5. Silikon (Si), menyebabkan paduan alumunium tersebut bisa diperlakukan panas untuk menaikkan kekerasannya. 6. Lithium (Li), ditambahkan untuk memperbaiki sifat tahan oksidasinya. 2.1.Struktur Mikro Alumunium Gb.2.1 (Al murni) Gb 2.2 (Al dgn Cu, Mn, Mg) Gb 2.3(Al dgn Cu) Gb 2.4 (Alumunium dengan Si) Gb 2.5 (Alumunium dengan Ti) SINTEK VOL 6 NO 2 Page 2

Gb 2.6 (Alumunium dengan Zn) Gb 2.7 (Alumunium dengan Mg) 2.2.Kandungan Atom atau Unsur Alumunium murni mempunyai kemurnian hingga 99,96% dan minimal 99%. Zat pengotornya berupa unsur Fe dan Si. Alumunium paduan memiliki berbagai kandungan atomatom atau unsur-unsur utama (mayor) dan minor. Unsur mayor seperti Mg, Mn, Zn, Cu, dan Si sedangkan unsur minor seperti Cr, Ca, Pb, Ag, Fe, Sn, Zr, Ti, Sn, dan lain-lain. Unsur- unsur paduan yang utama dalam almunium antara lain: 1. Copper (Cu), menaikkan kekuatan dan kekerasan, namun menurunkan elongasi (pertambahan panjang pangjangan saat ditarik). Kandungan Cu dalam alumunium yang paling optimal adalah antara 4-6%. 2. Zink atau Seng (Zn), menaikkan nilai tensile. 3. Mangan (Mn), menaikkan kekuatan dalam temperature tinggi. 4. Magnesium (Mg), menaikkan kekuatan alumunium dan menurunkan nilai ductility-nya. Ketahanan korosi dan weldability juga baik. 5. Silikon (Si), menyebabkan paduan alumunium tersebut bisa diperlakukan panas untuk menaikkan kekerasannya. 2.3.Klasifikasi Alumunium 2.3.1..Alumunium Murni Alumunium didapat dalam keadaan cair melalui proses elektrolisa, yang umumnya mencapai kemurnian 99,85% berat. Namun, bila dilakukan proses elektrolisa lebih lanjut, maka akan didapatkan alumunium dengan kemurnian 99,99% yaitu dicapai bahan dengan angka sembilannya empat.ketahanan korosi berubah menurut kemurnian, pada umumnya untuk kemurnian 99,0% atau diatasnya dapat dipergunakan di udara tahan dalam waktu bertahuntahun. Hantaran listrik Al, kira-kira 65% dari hantaran listrik tembaga, tetapi massa jenisnya kurang lebih sepertiga dari tembaga sehingga memungkinkan untuk memperluas penampangnya. Oleh karena itu, dapat dipergunakan untuk kabel dan dalam berbagai bentuk. Misalnya sebagai lembaran tipis (foil). Dalam hal ini dapat dipergunakan Al dengan kemurnian 99,0%. Untuk reflector yang memerlukan reflektifitas yang tinggi juga untuk kodensor elektrolitik dipergunakan Al dengan angka Sembilan empat. SINTEK VOL 6 NO 2 Page 3

Tabel 2.1 komposisi kimia alumunium seri 1xxx 6 Designa tion Si,% Fe,% Cu,% Mn,% Mg,% Zn,% Ti,% Others, % Al, % min 1050 0,25 0,4 0,05 0,05 0,05 0,05 0,03 0,03 99,5 1060 0,25 0,35 0,05 0,03 0,03 0,05 0,03 0,03 99,6 1100 0.95 Si + Fe 0.05-0.2 0,05-0,1-0,15 99 1145 0.55 Si + Fe 0,05 0,05 0,05 0,05 0,03 0,03 99,45 1200 1.00 Si + Fe 0,05 0,05-0,1 0,05 0,15 99 1230 0.70 Si + Fe 0,1 0,05 0,05 0,1 0,03 0,03 99,3 1350 0,1 0,4 0,05 0,01-0,05-0,11 99,5 2.3.2.Alumunium paduan Alumunium paduan dikelompokkan dalam berbagai standard oleh berbagai Negara di dunia. Namun, pengklasifikasian yang paling terkenal dan sempurna adalah standard Alumunium Association (AA) di Amerika yang didasarkan pada standard sebelumnya daro Alcoa ( Alumunium Company of America). 1 a. Alumunium copper alloy (seri 2xxx) Paduan ini dapat di heat treatment terutama yang mengandung (2,5-5%) Cu. Dari seri ini yang terkenal seri 2017 dikenal dengan nama duralimin mengandung 4%Cu, 0,5%Mg, 0,5%Mn pada komposisi standard. Paduan ini Mg ditingkatkan pada komposisi standard dari Al, 4,5%Cu, 1,5%Mg, 0,5%Mn, dinamakan paduan 2024 yang bernama Duralumin Super. Paduan yang memiliki Cu mempunyai ketahanan korosi yang jelek, jadi apabila ketahanan korosi khusus diperlukan permukaannya dilapisi dengan Al murni atau paduan Al yang tahan korosi yang disebut pelat alkad. Paduan ini banyak digunakan untuk alat-alat yang bekerja pada temperatur tinggi misalnya pada piston dan silinder head motor bakar. Tabel 2.2 komposisi alumunium seri 2xxx 62. Design ation Si,% Cu,% Mn,% Mg,% Ni,% Ti,% Others,% 2014 0.5-1.2 3.9-5.0 0.4-1.2 0.2-0.8-0.15 max - 2017 0.2-0.8 3.5-4.5 0.4-1.0 0.4-0.8-0.15 max - 2018 0.9 max 3.5-4.5-0.4-0.9 1.7-2.3 - - 2024 0. 5 max 3.8-4.9 0.3-0.9 1.2-1.8-0.15 max - 2025 0.5-1.2 3.9-5.0 0.4-1.2 - - 0.15 max - Ramsden, 2004, Mechanical Property of Aluminium Casting Alloys, http://www.ramsden.on.ca/alloys.html SINTEK VOL 6 NO 2 Page 4

2036 0. 5 max 2.2-3.0 0.1-0.4 0.3-0.6-0.15 max - 2117 0. 8 max 2.2-3.0 0.2-0.5 - - - - Berdasarkan data dari PT GMF komposisi Kimia dapat dilihat dalam tabel1.3 berikut ini Tabel 2.3 komposisi kimia paku keling 1 Alumunium Balance 2 Chromium 0.1 max 3 Copper 2.2-3 4 Iron 0.7 max 5 Magnesium 0.2 0.5 6 Manganese 0.2 max 7 Remainder Each 0,05 max 8 Remainder Total 0.15 max 9 Silicon 0.8 max 10 Zinc 0.25 max 2.4.Data Pengujian Tarik Pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis dan perubahan-perubahan yang terjadi dari benda uji baja karbon rendah yaitu amunium 2024 yang sudah dikeling dengan menggunakan pengelingan 4 dan pengelingan 2. pengujian tarik ini menggunakan mesin uji tarik hidrolik UPM 1000 pada skala beban 1 kn. Hasil yang diperoleh dari pengujian tarik adalah kurva tegangan regangan, gaya maksimum, tegangan tarik maksimum dan data-data ukuran penampang setelah pengujian tarik, dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini: PENAMPANG BENDA UJI BULAT Do PERSEGI ( ao x bo ) (mm) Tabel 2.4 Hasil Uji Tarik LUAS PENAMPANG AWAL So ( mm 2 ) GAYA MAKSIMUM Fm ( Kn ) TEGANGAN TARIK ( Rm) (N/mm 2 ) 3.18 7,93 3,2 403,53 3,17 7,88 3,9 494,92 3,18 7,93 3,4 428,75 3,17 7,88 3,8 492,23 2.4.1.Kekuatan Tarik Setelah melakukan pengujian dan mengetahui hasil pengujian tarik, maka dapat ditentukan tegangan tarik (σu), elongasi (e), dan reduksi penampang (q) dengan rumus : Tegangan Tarik Fm u Ao Dimana : σu = Tegangan tarik maksimum dalam (N/mm 2 ) Fm = Gaya hasil tarik maksimum (kn) A 0 = Luas penampang dalam (mm 2 ) SINTEK VOL 6 NO 2 Page 5

Tegangan yang terjadi pada penampang bahan yaitu : Tegangan Geser ( ) : g= F ( N / mm2 ) A Bila diameter paku adalah (d), maka luas penampang yang akan putus adalah A=.d 2 4 Sehingga: g=f =F A.d 2 = 4F 4.d 2 Maka diameter paku keling : d=4.f 2.4.2.Perhitungan Pengujian Tarik Perhitungan pengujian tarik yang dihitung peneliti menggunakan rumus tegangan tarik (σu) benda uji hasil pengelingan 2 dan benda uji pengelingan 4 pada plat almunium 2024 yang sudah melakukan pengujian tarik sebagai berikut: 1. Perhitungan kekuatan tarik pada pengelingan 4 a. Tegangan tarik Fm 3,2 2 0,40353kN / mm403,53n / mm Ao 7,93 2. Perhitungan kekuatan tarik pada pengelingan 2 a. Tegangan tarik Fm 3,4 2 2 0,42875kN/ mm 428,75N / mm Ao 7,93 Tabel 2.5 Hasil Perhitungan Uji Tarik Jenis pengelingan Tegangan tarik u N/mm 2 Pengelingan 2 403,53 Pengelingan 4 428,75 SINTEK VOL 6 NO 2 Page 6

N/mm 2 500 400 300 200 100 0 403.53 428.75 keling 2 keling 4 Benda Uji keling2 keling 4 Gambar 2.8 Diagram Tegangan Tarik Maksimum Hasil Benda keling 4 Dan keling 2 2.5. Analisis Hasil Pengujian Tarik Berdasarkan data pengujian dan gambar 4.1, diatasa tegangan tarik maksimum (σu). penjelasan data hasil pengujian tarik diatas yang sudah dihitung dari pengujian tarik hasil benda uji pengelingan 4 dan pengelingan 2 sebagai berikut: Tegangan tarik (σu) Hasil data pengujian tarik pada hasil benda uji pengelingan 4 dan benda uji pengelingan 2 nilai tegangan tarik maksimum pengelingan 4 lebih tinggi tegangan tariknya yaitu sebesar 428,94 N/mm 2 dengan pengelingan 2 yang sebesar 403,53 N/mm 2, selisish tegangan tarik maksimum pada hasil benda pengelingan 2 dan pengelingan 4 adalah 25,22 N/mm 2. 2.5.1.Hasil Pengujian Struktur Mikro Hasil pengujian struktur mikro bertujuan untuk mengetahui dan menunjukan butiran-butiran yang terdapat pada masing-masing daerah pada benda uji hasil pengelingan 2 dan pengelingan 4. struktur mikro yaitu daerah pengelingan keling utuh dan daerah pengelingan sudah ditarik. hasil pengamatan struktur mikro melalui foto foto atau gambar-gambar hasil pemotretan mikroskop optic diambil 10 buah gambar dengan pembesaran 90 etsa nital 2%. Pearlite ferrit Gambar 2.9 Struktur Mikro benda uji pengelingan 2 utuh SINTEK VOL 6 NO 2 Page 7

Pada gambar struktur mikro 2.9 diatas pada daerah pengelingan utuh hasil proses pengelingan 2 terdapat butiran ferrit yang berwarna terang dan pearlite yang berwarna pudar. Pearlite ferrit Gambar 2.10 Struktur Mikro benda uji pengelingan 2 efek tarik / deformasi Pada gambar struktur mikro 4.3 diatas pada daerah pengelingan efek tarik/ deformasi hasil proses pengelingan 4 terdapat butiran ferrit yang berwarna terang dan pearlite yang berwarna pudar. Pearlite ferrit Gambar 2.11 Struktur Mikro benda uji pengelingan 4 utuh Pada gambar struktur mikro 4.4 diatas pada daerah pengelingan efek tarik/ deformasi hasil proses pengelingan 4 terdapat butiran ferrit yang berwarna terang dan pearlite yang berwarna pudar. SINTEK VOL 6 NO 2 Page 8

Ferrit pearlite Gambar 2.12. Struktur Mikro benda uji pengelingan 4 efek tarik / deformasi Pada gambar struktur mikro 4.5 diatas pada daerah pengelingan efek tarik/ deformasi hasil proses pengelingan 4 terdapat butiran ferrit yang berwarna terang dan pearlite yang berwarna pudar. 2.5.2.Analisis Hasil Pengujian Metalografi Struktur Mikro. Berdasarkan hasil pengujian metalografi struktur mikro diatas pada daerah utuh dan daerah efek tarik/deformasi pada benda uji hasi pengelingan 2 dan benda uji hasil pengelingan 4 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.Daerah utuh pada benda uji pengelingan 2 dan pengelingan 4 terdapat butiran ferrit dan butiran pearlite. Butiran ferrit dan pearlite akan tampak pada almunium dikarnakan ferrit adalah besi dan pearlit adalah karbon. 2.Daerah efek tarik/deformasi pada benda uji pengelingan 2 dan pengelingan 4 terdapat butiran ferrit dan butiran pearlite. Butiran ferrit dan pearlite akan tampak pada almunium dikarnakan ferrit adalah besi dan pearlit adalah karbon. 3.SKEMA NUMERIK MULAI Persiapan bahan Proses pembentukan almunium 2024 Plat 3 Pengelinagn 4 Pelat 2 Pengelingan 2 SINTEK VOL 6 NO 2 Page 9

1. Uji Tarik 2. struktur mikro Data Hasil pengujian Pembahasan Selesai 4.1 KESIMPULAN 1.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh hasil keling dan terhadap plat alumunium 2024 dengan kekuatan tarik dan struktur mikro.dapat diammbil beberapa kesimpulan antara lain : 2.Pada hasil pengujian tarik paku keling 4 lebih tinggi keling 2 dengan selisih setengah tarik maksimum sebesar 428,94 N/mm 2 selisih setengah tarik adalah 25,22 N/mm 2. pengelingan 2 yang sebesar 403,53 N/mm 2 lebih tinggi pengelingan 4 dengan selisih 25,22 3. Hasil penelitian pengujian struktir mikro pengelingan 2 terdapat butiran ferrit yang berwarna terang dan pearlite yang berwarna pudar. Dan pengelingan 4 deformasi hasil proses pengelingan 4 terdapat butiran ferrit yang berwarna terang dan pearlite yang berwarna pudar. 4. Setelah pengujian kekuatan tarik, dan struktur mikro hasil pengelingan 4 lebih kuat dan keras dibandingkan hasil pengelingan 2 terhadap plat almunium 2024 4.2.SARAN Adapun saran yang ingin penulis smpekan agar terciptanya hasil yang lebih baik dan maksimal adalah sebai berikut : 1 dalam proses pengelingan harus menggunakan mesin yang modern agar dalam proses pengelingan biasa lebih baik. REFERENSI 1. Surdia, T. dan Shinroku, 2005, Pengetahuan Bahan Teknik, PT Pradnya Paramita, Jakarta 2. R.S.Khurmi J.K. 1974. A Text Book Of Chine Design, PT Gupta, Jakarta 3. Roberge, P.R. Handbook of Corrosion Engineering. New york; Mc Graw Hill Book Company 4. B. H. Amstead, Teknologi Mekanik, Terjemahan Sriati Djaprie, Erlangga, Jakarta, 1985 SINTEK VOL 6 NO 2 Page 10

5. Ferdinand L. Singer. dan Andrew Pytel, Kekuatan Bahan, Terjemahan Ir. Darwin Sebayang, Erlangga, 1980 6. Ramsden, 2004, Mechanical Property of Aluminium Casting Alloys, http://www.ramsden.on.ca/alloys.html 7. George E, Dieter, Metalurgi Mekanik, Terjemahan Sriati Djaprie, Erlangga, Jakarta, 1988 SINTEK VOL 6 NO 2 Page 11